menjalankan tugasnya direksi dibantu oleh seorang general manager. Divisi yang
ada di Kusuma Agrowisata ada empat yaitu divisi Agrowisata, hotel, villa
Kusuma Agrowisata, dan agroindustri. Masing-masing divisi dipimpin oleh
seorang manager yang bertanggung jawab terhadap kelancaran kerja divisi
(Lampiran 5). Dalam menjalankan tugasnya, manager dibantu oleh kepala bagian
yang membawahi setiap departemen yang ada dalam divisi tersebut. Masing-
masing divisi terbagi dalam beberapa departemen.
Divisi agrowisata terbagi menjadi tujuh departemen diantaranya
departemen keuangan dan administrasi (KUA), Budidaya Tanaman Tahunan
(BTT), Budidaya Tanaman Semusim (BTS), Klinik Agribisnis dan Agrowisata
(KAA), Pemasaran Agrowisata, Food and Beverage dan Entertainment (F & B
dan ENT), dan trading. Setiap departemen yang ada di divisi agrowisata dipimpin
oleh seorang kepala bagian dan seorang kepala bagian dibantu oleh seorang
asisten (Lampiran 6).
Setiap departemen yang ada di divisi agrowisata, memiliki jumlah
karyawan yang berbeda-beda. Pada departemen keuangan dan administrasi
(KUA) karyawan berjumlah 35 orang, budidaya tanaman tahunan (BTT) sebanyak
53 orang, budidaya tanaman semusim (BTS) sebanyak 20 orang, klinik agribisnis
dan agrowisata (KAA) sebanyak 14 orang, pemasaran agrowisata sebanyak 16
orang, Food & Beverage dan Entertainment sebanyak 25 orang, dan trading
sebanyak 15 orang (Tabel 2).
wisata berjumlah 53 orang dengan sebaran mulai dari kepala bagian, pengawas
kebun, staf administrasi, dan karyawan harian lepas (Tabel 3 dan Lampiran 7).
mempunyai peranan masing-masing. Kelompok tenaga kerja apel dan jeruk kebun
dalam bertanggungjawab atas pekerjaan di budidaya apel dan jeruk yang ada di
dalam kebun agrowisata. Tenaga jambu bertanggungjawab atas pekerjaan
budidaya jambu, tenaga kopi Kingsoe, kopi Karang Ploso, dan kopi Serruk
bertanggungjawab atas pekerjaan budidaya kopi yang ada di Kingsoe, Karang
Ploso, dan Serruk. Tenaga kerja apel Junggo bertanggungjawab atas pekerjaan
budidaya apel yang ada di kebun Junggo. Sedangkan untuk tenaga bampam
adalah tenaga keamanan kebun.
Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam kegiatan budidaya tanaman apel
terbagi dalam masing-masing kegiatan budidaya yaitu dari pembuatan lubang
tanam sampai panen. Banyaknya tenaga kerja yang diperlukan dalam setiap
kegiatan budidaya ditentukan berdasarkan standar kerja perusahaan (Lampiran 1).
Rata-rata kebutuhan tenaga kerja per hektar dapat dilihat pada Tabel 5.
Lahan yang digunakan untuk pertanaman apel meliputi 7 areal yaitu areal
A terdiri 5 blok, areal B terdiri dari 4 blok, areal C terdiri 6 blok, areal D terdiri 3
blok, areal E terdiri 5 blok, areal F terdiri 6 blok, areal G terdiri 3 blok. Secara
keseluruhan lahan yang digunakan untuk pertanaman apel terdiri dari 32 blok.
Tanaman apel yang ada dibedakan menjadi tanaman menghasilkan (TM) dan
tanaman belum menghasilkan (TBM). Peta areal pertanaman apel dapat dilihat
pada Lampiran 11 dan luas areal masing-masing blok dapat dilihat pada Tabel 7.
Lahan yang digunakan untuk pertanaman jeruk ada satu blok besar dengan
luas 6.6 ha. Lahan yang digunakan untuk pertanaman jambu biji merah terdiri atas
8 blok kecil dengan luas total adalah 3.4 ha. Untuk tanaman kopi di tanam pada
dua tempat yaitu di Batu (sebelah areal agrowisata apel) dan di daerah
Karangploso dengan luas total 9 ha, dan buah naga ditanam pada lahan seluas 1.6
ha berada di dalam kebun agrowisata.
Budidaya tanaman semusim meliputi stroberi dengan luas 2 ha, rosella
0.85 ha, paprika 3 893 m2, tomat ceri 350 m2, dan sayuran yang di tanam secara
hidroponik. Tanaman paprika, tomat ceri dan sayuran hidroponik di tanam di
dalam green house. Green house (GH) untuk paprika berjumlah 6 dengan nama
dan luasan masing-masing GH A seluas 984 m2, GH B seluas 1 100 m2, GH C
seluas 825 m2, GH D1 seluas 400 m2, GH D2 dan GH D3 masing-masing seluas
292 m2. Green house untuk tomat ceri berjumlah dua dengan luasan masing-
18
masing 200 m2 dan 150 m2. Sedangkan green house untuk sayuran hidroponik
berjumlah 21 dengan luasan masing-masing 54 m2.
Keadaan Tanaman
Tanaman apel di Kusuma Agrowisata merupakan tanaman apel yang
berasal dari pembibitan secara okulasi. Varietas yang ada terdiri dari manalagi,
19
rome beauty (RB), ana, dan wanglin. Pada masing-masing blok, varietas yang
ditanam berbeda-beda. Varietas manalagi adalah yang paling mendominasi
pertanaman yang ada.
Tahun tanam tanaman apel bervariasi dari tahun 1991-2009. Secara umum
jarak tanam yang digunakan adalah 3 m x 3 m, walaupun ada juga yang jarak
tanamnya 3 m x 2.5 m dan 2.5 m x 2.5 m sehingga populasi rata-rata per hektar-
nya antara 1 111 – 1 500 pohon. Jika dilihat dari populasi tanaman apel di
Kusuma Agrowisata, secara umum sudah mendekati pada populasi tanaman
optimal yaitu 1 109 pohon/ha. Namun pada kenyataannya, di lapangan banyak
tanaman yang tidak berproduksi, terutama untuk tanaman bongkaran (tanaman
sulaman susulan dengan umur tanaman mendekati umur tanaman yang ada di
kebun). Pertumbuhan tanaman bongkaran tidak dapat menyesuaikan dengan
kondisi tanaman yang ada, bahkan tanaman ini banyak yang kering (mati) karena
sudah terlalu tua untuk dipindahkan. Sehingga akar sudah tidak dapat beradaptasi
dengan kondisi tanah yang ada.
Umur maksimal tanaman apel adalah 25-30 tahun. Setelah mencapai umur
tersebut, pohon harus dibongkar dan ditanami kembali dengan bibit apel yang
berkualitas. Sampai saat ini, umur tanaman apel tertua di Kusuma Agro adalah 18
tahun. Pada usia ini pohon apel masih berproduksi, namun produksi sudah tidak
optimal lagi bahkan sudah mulai menurun. Tanaman ini sudah banyak yang
dibongkar karena disamping produksinya yang sudah menurun juga terserang
penyakit yang sudah tidak bisa dikendalikan lagi.
20
Pemupukan
Pemupukan adalah kegiatan memberikan unsur hara pada tanaman baik
melalui tanah maupun melalui daun. Hal ini disebabkan keadaan unsur hara yang
ada di dalam tanah dan tanaman tidak dapat memenuhi kebutuhan hara yang
diperlukan oleh tanaman.
Kegiatan pemupukan di Kusuma Agrowisata menggunakan pupuk organik
dan anorganik. Pemupukan organik dilakukan melalui tanah. Pupuk organik yang
digunakan adalah pupuk kandang yang berasal dari kotoran sapi dengan dosis 40
21
kg per tanaman dan kompos dengan menggunakan sisa-sisa tanaman yang ada
disekitar pertanaman apel.
Pemupukan anorganik diaplikasikan melalui tanah dan daun. Pupuk
anorganik yang diaplikasikan melalui tanah biasanya berupa pupuk padat. Pupuk
padat yang digunakan yaitu pupuk ZA dan NPK. Pupuk yang diaplikasikan
melalui daun berupa pupuk yang dicairkan yaitu gandasil D, mamigro, mono
kalium phosphate (MKP) dan multi mikro.
Pemupukan dengan pupuk padat dibedakan atas dasar umur tanaman, yaitu
pada tanaman yang belum menghasilkan (TBM) dan tanaman yang sudah
menghasilkan (TM). Pemupukan pada TBM menggunakan pupuk ZA dengan
dosis yang berbeda berdasarkan umur tanaman, sedangkan pada TM meng-
gunakan pupuk majemuk NPK (15:15:15) (Tabel 8).
Menurut Kusumo (1986), jenis dan dosis pupuk yang digunakan pada
tanaman apel dibedakan untuk TBM dan TM. Jenis pupuk yang dibutuhkan oleh
TBM adalah lebih pada tersedianya unsur N untuk meransang pertumbuhan
vegetatif. Unsur N ini dapat diperoleh dari pupuk ZA. Sedangkan untuk TM
dibutuhkan tersedianya unsur N, P2O5, dan K2O. Ketiga unsur ini dapat diperoleh
dari pupuk NPK (15:15:15). Dosis pupuk yang digunakan dapat dilihat pada Tabel
9. Sedangkan menurut Sub Balai Penelitian Hortikultura Malang (1990),
menganjurkan pemberian pupuk Urea, ZA, TSP, dan ZK (Tabel 10).
22
cara pemberian pupuk padat diantaranya dengan dibuat larikan disebelah barisan
tanaman, disebar di seluruh lahan, dan secara melingkar. Soelarso (1996)
menambahkan, pemberian pupuk di sekeliling tanaman dengan membuat alur
sedalam 20 cm pada jarak selebar tajuk daun. Pupuk yang sudah diaplikasikan
ditutup dengan tanah.
Pemupukan anorganik cair diaplikasikan melalui daun. Pemberian pupuk
dilakukan berdasarkan monitoring dan kekurangan unsur hara. Aplikasi
pemupukan dilakukan bersamaan dengan aplikasi penyemprotan zat pengatur
tumbuh (ZPT) dan pestisida. Menurut Soepardi (1983), cara pemberian pupuk
berupa cairan yaitu dengan pemberian langsung pada tanah, pemberian dalam air
irigasi, dan penyemprotan pada tanaman.
Pupuk yang digunakan berupa unsur hara makro, unsur hara mikro yang
berfungsi untuk menambah unsur hara pada tanaman untuk pertumbuhan optimal.
Selain itu digunakan gandasil B dan gandasil D dengan dosis berdasarkan
kekurangan unsur hara. Gandasil B diaplikasikan bersamaan dengan aplikasi
penyemprotan ZPT yaitu setelah perompesan maupun saat pemangkasan produksi
sampai menjelang berbunga. Sedangkan gandasil D diaplikasikan bersamaan
dengan penyemprotan pestisida. Gandasil B diberikan lima sampai tujuh hari
sekali sampai menjelang berbunga sebanyak 4-5 kali, sedangkan gandasi D
diberikan 2.5 bulan setelah rompes sampai menjelang panen sebanyak 2-4 kali.
Perompesan
Perompesan merupakan kegiatan merontokkan/menggugurkan daun apel.
Perompesan bertujuan untuk mematahkan dormansi mata tunas di daerah beriklim
sedang karena tanaman apel di negeri asalnya yang beriklim temperate berbunga
setelah musim gugur dimana seluruh daunnya gugur. Di daerah tropika,
perompesan merupakan salah satu cara terhadap ketidaksesuaian faktor iklim
daerah asal dengan daerah introduksi yang berpengaruh terhadap perilaku
tanaman. Menurut Sunarjono (1990), perompesan mendorong cepat tumbuhnya
tunas-tunas baru. Soelarso (1997) menambahkan, perompesan dapat menstimulasi
membukanya kuncup terminal dan lateral, kemudian diikuti dengan pembungaan
sekitar satu bulan berikutnya.
Perompesan dilakukan pada daun-daun yang telah tua. Menurut Soelarso
(1997), perompesan daun yang dilakukan sebelum waktunya menyebabkan
kebanyakan tunas tersebut akan tumbuh menjadi tunas vegetatif. Jika waktu
perompesan daun tepat, sekitar satu bulan sesudahnya tunas-tunas padat akan
berkembang menjadi tunas-tunas daun yang kemudian disusul dengan rangkaian
bunga.
25
Pemangkasan
Menurut Kusumo dan Verheij (1997), pemangkasan didefinisikan sebagai
kegiatan membuang pertumbuhan bagian yang tidak diinginkan agar merangsang
pertumbuhan bagian yang dikehendaki. Sedangkan menurut kamus The
Macquarie dalam Elliot dan Widodo (1996) menyebutkan bahwa pemangkasan
adalah tindakan memangkas (membuang) ranting, cabang, atau akar yang tidak
dikehendaki.
Menurut Elliot dan Widodo (1996) tujuan pemangkasan diantaranya
mengarahkan pertumbuhan tanaman, merangsang pembentukan bunga dan buah,
menghilangkan bagian tanaman yang tidak dikehendaki pada tajuk yang terlalu
rimbun atau bagian batang yang sakit, pecah, rusak, atau mati, memperpanjang
umur tanaman dan meremajakan tanaman yang telah tua. Jackson dan Palmer
(1999) menambahkan pemangkasan dapat meningkatkan sirkulasi udara karena
daerah tajuk tidak terlalu lebat.
Pemangkasan pada tanaman apel terdiri dari pemangkasan bentuk dan
pemangkasan pemeliharaan. Menurut Mansyur (2008) prinsip dasar pemangkasan
pada tanaman apel agar berproduksi optimal ialah membentuk kanopi yang luas,
sehingga cahaya matahari dapat diterima dengan intensitas yang optimal.
27
kondisi pertanaman tidak lembab dan tidak mudah terserang penyakit. Menurut
Elliot dan Widodo (1996), pembuangan beberapa bagian tajuk atau cabang dapat
meningkatkan penetrasi sinar matahari dan curahan air hujan menembus ke
seluruh ruang tajuk.
Kegiatan pewiwilan biasanya dilakukan pada umur 3-3.5 bulan setelah
perompesan. Bagian tanaman yang diwiwil adalah cabang yang kecil yang
pertumbuhannya tidak dapat bersaing dengan cabang utama, tunas air, tunas daun
dan tunas buah yang terlalu rimbun.
Pemangkasan peremajaan atau pemangkasan berat dilakukan pada
tanaman yang telah tua dan saat tajuk tanaman terlihat sangat rimbun. Bagian
tanaman yang dipangkas berat adalah cabang yang tidak produktif, kering,
terserang penyakit yang pemulihannya sulit dikendalikan, cabang yang
pertumbuhannya saling menghalangi, dan cabang yang arah pertumbuhannya
tidak baik. Kegiatan pemangkasan peremajaan dapat dilihat pada Gambar 4.
Pelengkungan Cabang
Pelengkungan dilakukan pada cabang yang sudah kuat dengan perakaran
yang lebat. Biasanya cabang dilengkungakan mulai dari tanaman masih belum
menghasilkan yaitu mulai dari umur dua atau tiga tahun. Tujuan dari
pelengkungan cabang adalah menumbuhkan tunas-tunas lateral sehingga
terbentuk tunas-tunas baru yang kemudian menjadi cabang. Pelengkungan
diarahkan keluar dan dilakukan secara mendatar sejajar dengan permukaan tanah.
Menurut Untung (1994), arah pelengkungan harus mendatar agar pertumbuhan
tunas lateral merata di sepanjang cabang. Dalam posisi tersebut peranan auksin
diambil alih oleh etilen yang bisa merangsang pembungaan. Sebaliknya apabila
tunas yang tumbuh tegak lurus maka, cenderung tidak berbunga karena hormon
zat tumbuh (auksin) yang ada di tanaman merangsang pertumbuhan vegetatif terus
menerus. Kalie (1992) menambahkan, pembentukan bunga berkaitan dengan
pertumbuhan vegetatif pohon.
Pelengkungan cabang menggunakan tali rafia yang di ikatkan pada cabang
utama sehingga cabang yang dilengkung menyerupai bentuk payung (Gambar 5).
Untuk menghindari agar batang yang diikat dengan tali rafia tidak menimbulkan
penyakit dan merusak bentuk cabang utama maka dalam waktu tertentu tali rafia
diganti.
30
paling lama yaitu 29.33 hari setelah rompes (HSR), sedangkan pada blok 2 dan 3,
saat bunga mekar tidak berbeda nyata yaitu masing-masing 25.67 HSR dan 24.67
HSR. Hasil penelitian Sugiyatno dan Yuflosponto (2007) menunjukkan bahwa
pada varietas manalagi waktu munculnya kuncup bunga adalah 21 (HSR), dan
pada semua varietas, saat bunga mekar adalah 8 hari setelah kuncup bunga
muncul.
Tabel 11. Waktu Rompes dan Saat Bunga Mekar Serempak pada Masing-
Masing Blok
Waktu Rompes Bunga Mekar Serempak
Blok
(2009) (HSR)
1 2 dan 3 April 29.33a
2 11 April 25.67b
3 11 April 24.67b
1 vs 2 *
1 vs 3 *
2 vs 3 tn
Keterangan : * = berbeda nyata, tn = tidak berbeda nyata berdasarkan uji t pada taraf 5%
Hasil analisis menunjukkan dari tiga blok yang diamati tidak berbeda
nyata pada jumlah bunga yang muncul sedangkan pada persentase bunga yang
rontok berbeda nyata antara blok 2 dan 3. Banyaknya bunga yang muncul pada
setiap pohon rata-rata antara 137.67-235.33 kuntum. Persentase bunga rontok
tertinggi terjadi pada blok 2 sebesar 96.66 % dan berbeda nyata dengan blok 3
yaitu dengan persentase bunga rontok sebesar 85.50 %. Sedangkan untuk blok 1
tidak berbeda nyata dengan blok 2 maupun blok 3 (Tabel 12).
Tabel 12. Rata-rata Jumlah Bunga Muncul dan Persentase Bunga Rontok
per Pohon
Jumlah Bunga Muncul Persentase Bunga Rontok
Blok
(Kuntum) (%)
1 225.00 93.77ab
2 235.33 96.66a
3 137.67 85.50b
1 vs 2 tn tn
1 vs 3 tn tn
2 vs 3 tn *
Keterangan : * = berbeda nyata, tn = tidak berbeda nyata berdasarkan uji t pada taraf 5 %
34
Hasil analisis menunjukkan dari tiga blok yang diamati berbeda nyata pada
jumlah pentil buah dan persentase kerontokan pentil buah. Jumlah pentil buah
pada blok 2 dan 3 berbeda nyata, sedangkan pada blok 1 tidak berbeda nyata
dengan blok 2 maupun blok 3. Pada blok 3 menunjukkan jumlah pentil buah yang
terbentuk paling banyak yaitu 16.67 buah sedangkan pada blok 2 menunjukkan
nilai terendah yaitu 7.67 buah. Persentase pentil buah rontok sampai 8 MSR pada
blok 1 menunjukkan nilai tertinggi yaitu 36.51 % berbeda nyata dengan blok 2
dengan nilai 17.59 % sedangkan pada blok 3 tidak berbeda nyata dengan
keduanya (Tabel 13).
Tabel 13. Rata-rata Jumlah Pentil Buah dan Persentase Kerontokan Pentil
Buah per Pohon sampai 8 MSR
Jumlah Pentil Buah Persentase Kerontokan Pentil
Blok
(Buah) Buah sampai 8 MSR (%)
1 15.67 36.51
2 7.67 17.59
3 16.67 32.55
1 3.79ab 0.09a
2 2.76a 0.28b
3 4.06b 0.18ab
1 vs 2 tn *
1 vs 3 tn tn
2 vs 3 * tn
Keterangan : data jumlah pentil buah adalah transformasi dari akar kuadrat dan data persentase
kerontokan pentil buah adalah transformasi dari 1/akar kuadrat,
* = berbeda nyata, tn = tidak berbeda nyata berdasarkan uji t pada taraf 5 %
persaingan unsur hara (karbohidrat) dalam tanaman dan curah hujan yang tinggi.
Semakin banyak bunga yang muncul, persaingan unsur hara dalam tanaman
semakin tinggi, sehingga menyebabkan banyak bunga yang tidak dapat bertahan
dan akhirnya gugur.
Selain itu, hujan yang tinggi menyebabkan bunga banyak yang rontok. Hal
ini terutama berkaitan dengan letak bunga apel yang menghadap ke atas. Kusumo
(1986) menyatakan penyebab gugurnya bunga dan buah muda antara lain tidak
terjadinya penyerbukan, gagalnya pembuahan, berkurangnya hormon auksin, dan
persaingan zat makanan. Sedangkan menurut Syaari et al. (1982) dalam Waruru
dan Turnip (1999), pembungaan berhubungan sangat erat dengan cekaman air,
apabila curah hujan berlebihan terjadi sebelum pembungaan, maka akan
mengganggu inisiasi pembungaan dan memacu pertumbuhan vegetatif.
Kerontokan bunga sangat tinggi terjadi pada stadia antara bunga mekar penuh
sampai terbentuknya pentil, sedangkan pada tahapan-tahapan selanjutnya
kerontokan relatif sedikit. Hasil penelitian Waruru dan Turnip (1999) menunjuk-
kan bahwa curah hujan dapat mempengaruhi bunga menuju pembentukan buah
(fruit set). Handajani dan Winarno (1985) menambahkan terjadinya hujan pada
saat bunga mekar berpengaruh terhadap produksi.
Bunga mengalami kerontokan biasanya 2-3 hari setelah hujan. Menurut
Kalie (1992), air hujan yang membasahi butir-butir tepung sari akan menyebabkan
butir tepung sari membesar, membengkak, dan berkecambah atau saling
menggumpal berlekatan. Butir-butir yang terkena air hujan akhirnya tidak
berfungsi atau tidak dapat menyerbuk dan membuahi putik dan bakal buah. Bunga
yang tidak diserbuki akan berguguran 1-3 hari setelah bunga mekar.
Tingginya tingkat kerontokan bunga dan buah sangat mempengaruhi
produksi yang akan dihasilkan. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya untuk
mengurangi tingkat kerontokan bunga dan buah terutama saat musim hujan. Hasil
penelitian Yuniastuti et al. (1986), menunjukkan bahwa pemberian alar dengan
konsentrasi 1 000 ppm yang diberikan 21 HSR dapat menurunkan kerontokan
bunga menjadi 57.92 % dan kerontokan buah menjadi 21.23 %. Dalam penelitian-
nya yang lain, Yuniastuti et al. (1987) menyatakan pemberian alar dengan
konsentrasi 1 000 ppm yang diberikan pada saat 36 HSR meningkatkan jumlah
36
bunga per tunas 16.8 %, jumlah buah per pohon 73.9 % dan mengurangi
kerontokan buah 39.9 %.
Tabel 14 menunjukkan persentase buah muda yang terbentuk dari ketiga
blok tidak berbeda nyata. Walaupun pada blok 3, jumlah buah muda yang
terbentuk paling banyak yaitu 10.99 %. Sedangkan pada blok 1 dan 2 jumlah buah
yang jadi tidak berbeda nyata yaitu 3.39 % dan 2.77 %. Dari ketiga blok yang
diamati diperoleh persentase rata-rata bunga jadi buah yaitu sekitar 5.72 %. Ashari
(1995) menyatakan persentase bunga yang jadi buah (fruit set) sebanyak 5 %
sudah cukup baik untuk tanaman apel.
Tabel 14. Rata-rata Jumlah Bunga Muncul, Jumlah Buah Muda, dan
Persentase Buah Muda per Pohon sampai 8 MSR
Jumlah Bunga Jumlah Buah Persentase Buah
Blok Muncul Muda sampai 8 Muda sampai 8 MSR
(Kuntum) MSR (Buah) (%)
1 225.00 7.67 3.39
2 235.33 6.33 2.77
3 137.67 11.67 10.99
1 vs 2 tn
1 vs 3 tn
2 vs 3 tn
Keterangan : tn = tidak berbeda nyata berdasarkan uji t pada taraf 5 %
Perkembangan Buah
Pada masa perkembangan buah, diamati pertambahan diameter buah setiap
minggu. Pengamatan dilakukan pada tiga blok dan setiap blok dilakukan
pengamatan pada umur buah yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan dari 3 blok
ini waktu rompes daun yang berbeda. Pengamatan yang dilakukan menyesuaikan
dengan keadaan ditempat magang, dimana dicari blok yang sedang mengalami
masa perkembangan buah. Waktu rompes, awal pengamatan, dan umur buah awal
pengamatan dapat dilihat pada Tabel 15.
Setiap blok yang diamati memiliki tren yang sama yaitu mengalami
peningkatan setiap minggunya. Saat awal pengamatan besarnya diameter buah
pada blok 1 adalah 1.99 cm dengan umur buah 10 minggu setelah rompes (MSR),
blok 2 diameter awalnya adalah 1.60 cm dengan umur buah 8 MSR, dan di blok 3
diameternya adalah 0.87 cm dengan umur buah 6 MSR. Dapat dilihat pada umur
37
yang sama (10-15 MSR) diameter masing-masing blok berbeda. Pada blok 3
memiliki diameter buah paling besar. Artinya pada blok 1 dan 2 perkembangan
buah lebih lambat dibanding blok 3, walaupun secara statistik tidak berbeda nyata.
Sehingga dapat dilihat selama 10 minggu pengamatan, diameter pada pengamatan
minggu terakhir besar buahnya tidak berbeda. Di blok 1, pada pengamatan
terakhir, yaitu buah berumur 4.5 bulan setelah rompes (BSR) memiliki diameter
buah 5.20 cm. Di blok 2, dengan umur buah adalah 4 BSR memiliki diameter 4.89
cm dan di blok 3, dengan umur buah adalah 3.5 BSR memiliki diameter 4.84 cm.
Pertambahan diameter buah setiap minggunya dapat dilihat pada Grafik 1.
Menurut Hardiyanto (1991), rata-rata diameter buah apel berkisar antara 4.47 cm
sampai 7.47 cm.
Tabel 15. Waktu Rompes, Waktu Awal Pengamatan, dan Umur Buah
Awal Pengamatan pada Masing-Masing Blok
Waktu Awal Umur Buah
Waktu Rompes
Blok Pengamatan Awal Pengamatan
(2009)
(2009) (MSR)
1 25 Januari 4 April 10
2 8 Februari 7 April 8
3 23 - 24 Februari 6 April 6
tahun. Semakin tua umur tanaman, menyebabkan produksi dari tanaman semakin
berkurang. Semakin tua umur tanaman, kemampuan dari organ-organ tanaman
semakin menurun khususnya dalam mensuplai makanan untuk tanaman itu
sendiri. Selain itu, lambatnya perkembangan buah dipengaruhi oleh kondisi
tanaman yang terserang hama. Serangan hama ulat pada buah (Gambar 6) terjadi
pada blok 2. Adanya hama yang menyerang buah menyebabkan buah berkembang
tidak optimal.
Penjarangan Buah
Penjarangan buah bertujuan agar kualitas buah yang diperoleh lebih baik.
Buah dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal, tidak terjadi persaingan
dalam memperoleh unsur hara sehingga penggunaan unsur hara akan lebih
optimal. Selain itu penjarangan buah dilakukan agar keadaan buah tidak lembab
yang dapat menyebabkan hama dan penyakit mudah menyerang. Buah yang saling
menempel satu sama lain menyebabkan keadaan buah menjadi lembab, sirkulasi
udara antar buah tidak ada sehingga hama dan penyakit mudah menyerang.
Menurut Kusumo (1986), tujuan dari penjarangan buah adalah untuk
mendapatkan buah yang lebih besar, bentuk buah dan warna buah lebih baik, dan
mengurangi kemungkinan pembuahan yang kurang baik pada musi berikutnya.
Penjarangan buah dilakukan pada umur 2.5 - 3 bulan setelah perompesan
saat buah masih kecil. Penjarangan buah dilakukan dengan melihat kondisi
batang, buah, dan daun. Buah yang dijarangkan adalah buah yang terkena
penyakit dan kecil. Buah-buah dengan kondisi tersebut akan kalah bersaing
dengan buah yang lainnya. Kusumo (1986) menyatakan buah yang ditinggalkan
pada setiap tunas yaitu 2-3 buah pada ranting yang pertumbuhannya baik.
sedangkan pada ranting yang kecil, apabila tidak dipangkas, maka buah yang
ditinggalkan satu saja di tunas ujung.
Kegiatan penjarangan buah di Kusuma Agrowisata jarang dilakukan. Hal
ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa produksi buah lebih diutamakan pada
kuantitasnya tanpa mengabaikan kualitas. Penjarangan buah hanya dilakukan pada
blok-blok yang buahnya terlihat sangat rimbun yang menyebabkan buah mudah
terserang hama dan penyakit dan buah berkembang terlalu kecil.
Selama mahasiswa magang, pekerjaan penjarangan buah hanya dilakukan
pada dua blok yaitu pada blok F5 dan blok F6. Hal ini dikarenakan di blok F5
banyak buah yang terserang hama ulat sedangkan pada blok F6 penjarangan buah
dilakukan karena keadaan buah dalam satu cabang sangat rimbun sehingga buah
terlihat kecil.
42
Pemanenan
Pemanenan yang baik harus dilakukan pada umur yang tepat, karena buah
yang dipanen sebelum waktunya memiliki rasa yang masam, agak sepat dan
setelah beberapa lama disimpan kulitnya menjadi keriput. Buah yang dipanen
terlalu matang tidak tahan lama untuk disimpan. Menurut Mulyani (2009), kriteria
buah-buahan siap panen dapat dilihat dari empat unsur yaitu visual, fisik, kimia,
dan waktu (umur buah). Secara visual dapat dilihat dari warna dan ukuran buah.
Secara fisik, dilihat dari berat jenis buah (berat jenis > 1) yaitu tenggelam berarti
menunjukkan buah sudah masak dan jika buah mudah lepas dari tangkainya.
Secara kimia, apabila mengandung zat padat terlarut tinggi, gula tinggi, dan kadar
asam menurun. Dan dilihat dari umurnya yaitu dihitung dari terjadinya
penyerbukan sampai siap panen. Pada tanaman apel, waktu pemanenan dihitung
dari perompesan daun sampai siap panen. Waktu panen dari beberapa varietas
apel dapat dilihat pada Tabel 16.
standar kerja perusahaan yaitu rata-rata 160 kg/HOK dimana standar kerja
perusahaan adalah 300 kg/HOK.
Pasca Panen
Budidaya tanaman apel di Kusuma Agrowisata selain kebun untuk
agrowisata juga kebun untuk produksi. Kebun produksi ini terletak jauh dari
kebun agrowisata yaitu di daerah yang lebih tinggi dari Batu yaitu daerah Junggo.
Di kebun Junggo ditanam apel varietas manalagi, ana, dan rome beauty. Varietas
yang mendominasi kebun Junggo adalah varietas ana.
Untuk memenuhi kebutuhan pengunjung yang ingin membawa pulang
buah apel, maka Kusuma Agrowisata menyediakan tempat tersendiri untuk
menjualnya (trading). Selain dari kebun agrowisata, persediaan apel yang dijual di
departemen trading berasal dari kebun Junggo. Karena Kusuma Agro bergerak
juga dalam bidang pemasaran produk-produk segar seperti buah-buahan dan
sayur-sayuran maka diperlukan produk yang lebih banyak sehingga apabila dari
kebun produksi tidak mencukupi banyaknya permintaan buah-buahan dan sayur-
sayuran perusahaan membeli produk dari petani sekitar.
Kegiatan yang dilakukan di departemen trading meliputi penyortiran buah
dan sayur yang akan dijual, pengemasan dan pengepakan terhadap komoditas
44
yang akan dikirim keluar perusahaan terutama ke luar kota, dan penjualan
komoditas yang diproduksi Kusuma Agrowisata kepada pengunjung.
Buah yang dipanen di lokasi petik agrowisata, biasanya penyortiran
dilakukan di kebun (Gambar 10). Memisahkan antara buah apel yang besar,
sedang, dan kecil. Buah yang berukuran besar dan sedang dibawa ke trading
untuk dijual dan buah yang berukuran kecil digunakan untuk produk olahan apel
(jenang dan sari buah). Sedangkan untuk buah apel yang dipanen dari Junggo
(kebun produksi) langsung dibawa ke departemen trading untuk disortasi.
Sebagian kecil buah apel dijual untuk pengunjung dan lebihnya dikirim untuk
memasok toko buah dan supermarket yang ada di luar Kota batu seperti Malang,
Surabaya, Kediri bahkan sampai Bali.
Setelah proses sortasi selesai, maka untuk buah yang akan dikirim ke luar
daerah dilakukan pengemasan dengan trayfoam dan plastik wrapping.
Pengemasan dilakukan untuk tampilan yang lebih menarik dari produk tersebut.
Pengemasan yang dilakukan pada buah apel adalah untuk ukuran 1 kg dan hasil
pengemasan tersebut ditempel sticker perusahaan Kusuma Agrowisata. Buah apel
yang sudah dikemas dapat dilihat pada Gambar 11.
45