Anda di halaman 1dari 36

HASIL DAN PEMBAHASAN

KONDISI UMUM PT KUSUMA AGROWISATA

Sejarah Perusahaan Kusuma Agrowisata


Kusuma Agrowisata dirintis pada tahun 1989. Pertama kali dikembangkan
budidaya apel sebagai lahan produksi yang kemudian hasilnya dipasarkan ke luar
kota. Namun, dalam hal pemasaran mengalami kendala sehingga mendorong
pemilik untuk mengupayakan suatu cara untuk meningkatkan nilai jual produk
dengan memperpendek rantai pemasaran. Pemilik mencoba untuk menjual secara
langsung kepada konsumen melalui sistem agrowisata.
Kusuma Agrowisata didirikan pada tanggal 20 Mei 1990. Nama Kusuma
Agrowisata berasal dari nama perusahaan PT Kusuma Satria Dinasasri
Wisatajaya. Kusuma Agrowisata adalah suatu obyek wisata yang memanfaatkan
komoditas pertanian sebagai obyek utamanya.
Awalnya Kusuma Agrowisata memiliki areal kebun seluas 8 hektar yang
ditanami apel dan jeruk. Pada tahun 1996, untuk menambah objek wisata agro
dibangun green house untuk tanaman hias dan menanam kopi jenis arabika seluas
9 hektar. Selanjutnya Tahun 1998-2000 menambah jenis tanaman untuk wisata
agro yaitu stroberi dan membangun green house untuk tanaman sayur yang
dibudidayakan secara hidroponik diantaranya kangkung, sawi hijau, sawi daging,
baby kailan, dan sawi putih. Tanaman lain yang diusahakan di Kusuma
Agrowisata meliputi jambu biji merah, buah naga, rosella, paprika, dan tomat ceri.
Pada tahun 2002 didirikan Klinik agribisnis yang bertujuan sebagai pusat kajian
agribisnis untuk memberdayakan petani Indonesia. Klinik agribisnis bergerak
dalam bidang pelatihan-pelatihan, studi banding, seminar, kajian-kajian dan
memasyarakatkan wisata agro dikalangan masyarakat. Disamping itu klinik
agribisnis juga mengembangkan pertanian organik.

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan


Kusuma Agrowisata berada di bawah PT Kusuma Satria Dinasasti Wisata
Jaya yang merupakan suatu badan usaha milik perorangan. Kusuma Agrowisata
dipimpin oleh seorang direksi yang merupakan pemilik dari perusahaan. Dalam
11

menjalankan tugasnya direksi dibantu oleh seorang general manager. Divisi yang
ada di Kusuma Agrowisata ada empat yaitu divisi Agrowisata, hotel, villa
Kusuma Agrowisata, dan agroindustri. Masing-masing divisi dipimpin oleh
seorang manager yang bertanggung jawab terhadap kelancaran kerja divisi
(Lampiran 5). Dalam menjalankan tugasnya, manager dibantu oleh kepala bagian
yang membawahi setiap departemen yang ada dalam divisi tersebut. Masing-
masing divisi terbagi dalam beberapa departemen.
Divisi agrowisata terbagi menjadi tujuh departemen diantaranya
departemen keuangan dan administrasi (KUA), Budidaya Tanaman Tahunan
(BTT), Budidaya Tanaman Semusim (BTS), Klinik Agribisnis dan Agrowisata
(KAA), Pemasaran Agrowisata, Food and Beverage dan Entertainment (F & B
dan ENT), dan trading. Setiap departemen yang ada di divisi agrowisata dipimpin
oleh seorang kepala bagian dan seorang kepala bagian dibantu oleh seorang
asisten (Lampiran 6).
Setiap departemen yang ada di divisi agrowisata, memiliki jumlah
karyawan yang berbeda-beda. Pada departemen keuangan dan administrasi
(KUA) karyawan berjumlah 35 orang, budidaya tanaman tahunan (BTT) sebanyak
53 orang, budidaya tanaman semusim (BTS) sebanyak 20 orang, klinik agribisnis
dan agrowisata (KAA) sebanyak 14 orang, pemasaran agrowisata sebanyak 16
orang, Food & Beverage dan Entertainment sebanyak 25 orang, dan trading
sebanyak 15 orang (Tabel 2).

Tabel 2. Jumlah Karyawan Divisi Agrowisata PT Kusuma Agrowisata

Departemen Jumlah karyawan


Keuangan dan Administrasi (KUA) 35
Budidaya Tanaman Tahunan (BTT) 53
Budidaya Tanaman Semusim (BTS) 20
Klinik Agribisnis dan Agrowisata (KAA) 14
Pemasaran Agrowisata 16
Food & Beverage dan Entertainment 25
Trading 15
Total 178
Sumber: Arsip Departemen Keuangan dan Administrasi 2009, diolah

Departemen budidaya tanaman tahunan yang menangani budidaya


tanaman apel, jeruk, buah naga, jambu biji merah, dan kopi yang ada di lokasi
12

wisata berjumlah 53 orang dengan sebaran mulai dari kepala bagian, pengawas
kebun, staf administrasi, dan karyawan harian lepas (Tabel 3 dan Lampiran 7).

Tabel 3. Jumlah Karyawan Departemen Budidaya Tanaman Tahunan


Jumlah
Jabatan
Laki-laki Perempuan Total
Kepala bagian 1 0 1
Pengawas 3 0 3
Staf administrasi 1 0 1
KHL 44 4 48
49 4 53
Sumber: Arsip Departemen Budidaya Tanaman Tahunan (BTT), 2009, diolah

Kepala bagian bertanggungjawab penuh terhadap manajemen pengelolaan


budidaya tanaman tahunan. Pengawas memiliki peran dalam membuat
perencanaan budidaya apel bersama kepala bagian dan melakukan pengawasan
terhadapa kerja karyawan di lapang. Staf administrasi berperan dalam perekapan
data karyawan, banyaknya pupuk dan pestisida yang masuk dan digunakan,
merekap gaji karyawan setiap minggunya, dan membuat laporan keuangan setiap
bulan.

Tabel 4. Jumlah Karyawan Harian Lepas (KHL) Departemen Budidaya


Tanaman Tahunan
Jumlah
Kelompok Tenaga
Laki-laki Perempuan Total
Apel dan jeruk kebun dalam 13 2 15
Jambu 1 2 3
Jeruk kebun luar 5 0 5
Kopi Kingsoe 4 0 4
Kopi Karang ploso 5 0 5
Kopi Serruk 3 0 3
Apel Junggo 8 0 8
Banpam (tenaga keamanan) 5 0 5
44 4 48
Sumber: Arsip Departemen Budidaya Tanaman Tahunan (BTT), 2009, diolah

Karyawan harian lepas dibagi dalam delapan kelompok tenaga kerja


diantaranya tenaga apel dan jeruk kebun dalam, tenaga jambu, tenaga jeruk kebun
luar, tenaga kopi Kingsoe, tenaga kopi Karang Ploso, tenaga kopi Serruk, tenaga
apel Junggo, dan tenaga banpam (Tabel 4). Setiap kelompok tenaga kerja
13

mempunyai peranan masing-masing. Kelompok tenaga kerja apel dan jeruk kebun
dalam bertanggungjawab atas pekerjaan di budidaya apel dan jeruk yang ada di
dalam kebun agrowisata. Tenaga jambu bertanggungjawab atas pekerjaan
budidaya jambu, tenaga kopi Kingsoe, kopi Karang Ploso, dan kopi Serruk
bertanggungjawab atas pekerjaan budidaya kopi yang ada di Kingsoe, Karang
Ploso, dan Serruk. Tenaga kerja apel Junggo bertanggungjawab atas pekerjaan
budidaya apel yang ada di kebun Junggo. Sedangkan untuk tenaga bampam
adalah tenaga keamanan kebun.
Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam kegiatan budidaya tanaman apel
terbagi dalam masing-masing kegiatan budidaya yaitu dari pembuatan lubang
tanam sampai panen. Banyaknya tenaga kerja yang diperlukan dalam setiap
kegiatan budidaya ditentukan berdasarkan standar kerja perusahaan (Lampiran 1).
Rata-rata kebutuhan tenaga kerja per hektar dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rata-rata Kebutuhan Tenaga Kerja Budidaya Apel per Hektar


Kegiatan Budidaya Kebutuhan Tenaga Kerja per Hektar (HOK)
Pembuatan Lubang Tanam 55
Penanaman 22
Pemupukan 25
Pengapuran 5
Perompesan 110
Pemangkasan 110
Penelungan 39
Pengendalian gulma 10
PHPT 100
Penyiraman 20
Pengolahan tanah 6
Panen 16
Total 518

Pengelolaan tenaga kerja tingkat staf


Pengelolaan manajemen Budidaya Tanaman Tahunan (BTT) dipimpin
oleh seorang kepala bagian yang dibantu oleh seorang pengawas dan seorang staf
administrasi. Kepala bagian bertanggungjawab penuh terhadap manajemen
pengelolaan budidaya tanaman tahunan. Pelaksanaannya dibantu oleh pengawas
kebun dan staf administrasi. Tugas dan tanggung jawab kepala bagian adalah
membuat dan melaksanakan anggaran pendapatan dan belanja yang telah
14

disetujui, membuat rencana kerja tahunan, bulanan, dan harian, mengontrol


seluruh kegiatan kebun setiap hari dan memeriksa hasil laporan harian, dan
bertanggungjawab terhadap semua pelaksanaan kerja di kebun. Kepala bagian
juga mengarahkan pengawas dan staf administrasi dalam melaksanakan tugas dan
tanggungjawabnya.
Pengawas kebun sebagai bawahan langsung dari kepala bagian yang
bertanggungjawab atas pengelolaan kebun pada seluruh komoditas tanaman
tahunan yang ada yaitu apel, jeruk, jambu biji merah, buah naga dan kopi. Tugas
dan tanggung jawab pengawas kebun adalah menyiapkan kelengkapan alat dan
bahan, memberikan pengarahan kepada karyawan harian, mengawasi dan
mengontrol kerja karyawan, melakukan pengamatan di kebun, menganalisa
keadaan di lapang, dan mengawasi pelaksanaan pengendalian hama dan penyakit.
Setiap pagi, pengawas kebun mengarahkan karyawan dalam pembagian
kerja di masing-masing blok dan komoditas, mengawasi, menilai, dan
mengendalikan kerja di lapangan. Pengawasan dilakukan setiap hari dengan
mengelilingi seluruh blok dan komoditas sekaligus melakukan bimbingan teknis
tentang pelaksanaan kegiatan di lapang kepada karyawan.
Staf administrasi bertanggungjawab terhadap administrasi pengelolaan
kebun. Tugas dan tanggung jawab staf administrasi meliputi absensi karyawan,
menyiapkan keperluan kebun, menerima, memeriksa, dan mencatat penerimaan
dan pengiriman/pengeluaran barang, memeriksa hasil kerja yang diserahkan
pengawas, membuat laporan (pembukuan) dan melaksanakan kegiatan
administrasi lainnya. Dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya, staf
administrasi dibantu oleh seorang asisten staf yang berperan dalam pelaksanaan
administrasi.
Disamping melaksanakan kegiatan administrasi, seorang administrator ikut
berperan dalam pengawasan pengendalian hama dan penyakit, mengontrol
perkembangan tanaman khususnya terhadap hama dan penyakit yang menyerang,
dan merekomendasikan pengaplikasian bahan-bahan kimia untuk pengendalian
hama dan penyakit. Pengontrolan terhadap hama dan penyakit dilakukan setiap
dua hari sekali pada setiap blok.
15

Pengelolaan tenaga kerja di lapangan


Pekerja harus berada di depan kantor BTT pukul 06.00 pagi untuk
mendapat pengarahan dari pengawas. Asisten staf administrasi melakukan absensi
terhadap karyawan yang datang sementara pengawas menjelaskan kegiatan yang
akan dilakukan di kebun dan membagi karyawan ke dalam beberapa kegiatan
yang dilakukan pada hari itu. Pukul 06.30 pekerja sudah harus ada di areal yang
dikerjakan. Setiap hari kegiatan dilakukan selama enam jam yaitu mulai dari
pukul 06.00-12.30. Pekerja istirahat pukul 09.00-09.30 untuk sarapan dan
melanjutkan kegiatan lagi sampai pukul 12.30. Kegiatan pengelolaan lapangan
terdiri dari kegiatan pemupukan, perompesan, pemangkasan, penjarangan buah,
pengendalian HPT dan panen.
Kegiatan yang dilaksanakan di kebun dikerjakan dengan sistem kerja
harian dan sistem kerja borongan. Sistem kerja menentukan sistem pengupahan
yang berlaku di kebun. Pengupahan sistem kerja harian didasarkan pada jumlah
hari kerja yang diikuti oleh karyawan. Besar upah sistem harian sama untuk
semua kegiatan yaitu Rp 21 000 untuk karyawan laki-laki dan Rp 18 500 untuk
karyawan wanita. Apabila dilaksanakan lembur, sistem pengupahannya adalah
Rp 3 500 per jam berlaku untu karyawan laki-laki maupun wanita.
Sistem borongan dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaan lebih cepat.
Karyawan ditargetkan menyelesaikan pekerjaan dengan hasil tertentu. Upah yang
diberikan sesuai dengan prestasi yang telah dicapai oleh karyawan. Sistem kerja
borongan biasanya dilakukan pada kegiatan perompesan, pengolahan tanah, dan
persiapan pemupukan (persipuk). Namun dari kegiatan tersebut tidak selalu
dengan sistem borongan. Kegiatan perompesan yang dilakukan secara borongan,
biasanya dilakukan oleh pekerja dari luar dengan upah sesuai dengan luas dan
banyaknya pohon. Kegiatan pengolahan tanah dilakukan oleh pekerja sementara
dengan sistem upah sesuai dengan luas lahan dan kegiatan persipuk dibayar sesuai
dengan banyaknya pohon yang telah dikerjakan. Untuk borongan persipuk upah
dibayar sesuai dengan jenis pohon, yaitu untuk TBM Rp 300/pohon dan TM
Rp 400/pohon. Dalam sehari biasanya pekerja dapat menyelesaikan persipuk
sebanyak 80-100 pohon. Dengan demikian sistem borongan pengupahannya lebih
menguntungkan daripada dengan sistem harian.
16

Letak Geografis dan Administratif


Kusuma Agrowisata terletak pada ketinggian 680-1 700 m dpl. Kusuma
Agrowisata terletak di Kota Batu, Jawa Timur yang terletak sekitar 19 km dari
Kota Malang. Lokasi Kusuma Agrowisata berbatasan dengan Desa Pasanggrahan
di sebelah timur, Desa Sisir di sebelah barat, gunung Panderman di sebelah
selatan, dan di sebelah utara berbatasan dengan Desa Ngaglik. Secara keseluruhan
Kusuma Agrowisata ini terletak di Desa Ngaglik, Kota Batu, Kabupaten Malang,
propinsi Jawa Timur. Peta lokasi dan areal Kusuma Agrowisata secara
keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 8 dan Lampiran 9.

Keadaan Tanah, Topografi, dan Iklim


Jenis tanah di Kusuma Agrowisata adalah andosol. Ketinggian tempat 900-
1 000 meter dpl dengan kemiringan 15o-25o. Kelembaban udara 75 % - 85 % dan
suhu rata-rata 16 oC - 30 oC. Tipe iklim didasarkan pada klasifikasi Schmidt dan
Ferguson, yaitu berada pada bulan basah dan bulan kering dan termasuk kategori
tipe D. Berdasarkan data curah hujan Badan Metereologi dan Geofisika
Karangploso, selama kurun waktu 10 tahun terakhir, curah hujan Kusuma
Agrowisata adalah 1538.9 mm/tahun dengan rata-rata bulan basah 5.6 hari dan
bulan kering 5.5 hari (Lampiran 10).

Luas Areal Budidaya Tanaman


Luas areal budidaya tanaman di Kusuma Agrowisata pada tahun 2009
adalah 31.1 ha. Areal tersebut digunakan untuk tanaman tahunan dan tanaman
semusim. Tanaman tahunan meliputi apel sebagai komoditas utama, jeruk, jambu
biji merah, kopi, dan buah naga. Sedangkan tanaman semusim meliputi stroberi,
rosella, paprika dan tomat ceri dan hidroponik. Luas areal budidaya tanaman
tahunan dan budidaya tanaman semusim di Kusuma Agrowisata dapat dilihat pada
Tabel 6.
17

Tabel 6. Luas Areal Budidaya Tanaman Tahunan dan Budidaya Tanaman


Semusim di Kusuma Agrowisata
Tanaman Luas Lahan (m2)
Areal Apel (TM dan TBM) 71 891
Jeruk 66 000
Jambu biji merah 34 000
Kopi 90 000
Buah naga 16 000
Stroberi 20 000
Rosella 8 500
Green house paprika 3 893
Green house tomat ceri 350
Hidroponik 1 134
Total 311 768
Sumber: Arsip Departemen Budidaya Tanaman, 2009, diolah

Lahan yang digunakan untuk pertanaman apel meliputi 7 areal yaitu areal
A terdiri 5 blok, areal B terdiri dari 4 blok, areal C terdiri 6 blok, areal D terdiri 3
blok, areal E terdiri 5 blok, areal F terdiri 6 blok, areal G terdiri 3 blok. Secara
keseluruhan lahan yang digunakan untuk pertanaman apel terdiri dari 32 blok.
Tanaman apel yang ada dibedakan menjadi tanaman menghasilkan (TM) dan
tanaman belum menghasilkan (TBM). Peta areal pertanaman apel dapat dilihat
pada Lampiran 11 dan luas areal masing-masing blok dapat dilihat pada Tabel 7.
Lahan yang digunakan untuk pertanaman jeruk ada satu blok besar dengan
luas 6.6 ha. Lahan yang digunakan untuk pertanaman jambu biji merah terdiri atas
8 blok kecil dengan luas total adalah 3.4 ha. Untuk tanaman kopi di tanam pada
dua tempat yaitu di Batu (sebelah areal agrowisata apel) dan di daerah
Karangploso dengan luas total 9 ha, dan buah naga ditanam pada lahan seluas 1.6
ha berada di dalam kebun agrowisata.
Budidaya tanaman semusim meliputi stroberi dengan luas 2 ha, rosella
0.85 ha, paprika 3 893 m2, tomat ceri 350 m2, dan sayuran yang di tanam secara
hidroponik. Tanaman paprika, tomat ceri dan sayuran hidroponik di tanam di
dalam green house. Green house (GH) untuk paprika berjumlah 6 dengan nama
dan luasan masing-masing GH A seluas 984 m2, GH B seluas 1 100 m2, GH C
seluas 825 m2, GH D1 seluas 400 m2, GH D2 dan GH D3 masing-masing seluas
292 m2. Green house untuk tomat ceri berjumlah dua dengan luasan masing-
18

masing 200 m2 dan 150 m2. Sedangkan green house untuk sayuran hidroponik
berjumlah 21 dengan luasan masing-masing 54 m2.

Tabel 7. Luas Areal Pertanaman Apel Wisata Petik Masing-masing Blok


di Kusuma Agrowisata
Tahun Jumlah Tanaman
Blok Luas (m2)
Tanam TM TBM Total
A1 1991 135 141 276 2 363
A2 1991 231 152 383 1 613
A3 2001 0 157 157 3 375
A4 2006 177 54 231 1 278
A5 2009 0 183 183 1600
B1 1994 113 57 170 1 163
B2 1994 126 98 224 1 875
B3 1994 0 332 332 3 015
B4 1994 273 190 463 3 546
C1 1994 186 55 241 2 531
C2 2001 163 146 309 3 087
C3 2005 0 294 294 2 416
C4 2005 0 408 408 2 864
C5 2001 88 208 296 4 328
C6 2006 0 365 365 2 368
D1 1997 93 235 328 5 624
D2 1998 82 217 299 2 586
D3 2006 0 199 199 1 629
E1 1992 112 144 256 3 286
E2 1992 102 110 212 2 780
E3 2005 0 397 397 3 280
E4 1997 78 8 86 718
E5 1997 97 10 107 916
F1 1997 110 28 138 1 006
F2 1997 95 11 106 942
F3 1997 62 27 89 812
F4 1997 76 34 110 976
F5 1997 136 34 170 1 006
F6 1997 136 56 192 1 048
G1 1997 252 68 320 2 198
G2 1997 174 32 206 1 368
G3 2009 0 429 429 4 294
Total 3 097 4 879 7 976 71 891
Sumber: Arsip Departemen Budidaya Tanaman Tahunan (BTT), 2009, diolah

Keadaan Tanaman
Tanaman apel di Kusuma Agrowisata merupakan tanaman apel yang
berasal dari pembibitan secara okulasi. Varietas yang ada terdiri dari manalagi,
19

rome beauty (RB), ana, dan wanglin. Pada masing-masing blok, varietas yang
ditanam berbeda-beda. Varietas manalagi adalah yang paling mendominasi
pertanaman yang ada.
Tahun tanam tanaman apel bervariasi dari tahun 1991-2009. Secara umum
jarak tanam yang digunakan adalah 3 m x 3 m, walaupun ada juga yang jarak
tanamnya 3 m x 2.5 m dan 2.5 m x 2.5 m sehingga populasi rata-rata per hektar-
nya antara 1 111 – 1 500 pohon. Jika dilihat dari populasi tanaman apel di
Kusuma Agrowisata, secara umum sudah mendekati pada populasi tanaman
optimal yaitu 1 109 pohon/ha. Namun pada kenyataannya, di lapangan banyak
tanaman yang tidak berproduksi, terutama untuk tanaman bongkaran (tanaman
sulaman susulan dengan umur tanaman mendekati umur tanaman yang ada di
kebun). Pertumbuhan tanaman bongkaran tidak dapat menyesuaikan dengan
kondisi tanaman yang ada, bahkan tanaman ini banyak yang kering (mati) karena
sudah terlalu tua untuk dipindahkan. Sehingga akar sudah tidak dapat beradaptasi
dengan kondisi tanah yang ada.
Umur maksimal tanaman apel adalah 25-30 tahun. Setelah mencapai umur
tersebut, pohon harus dibongkar dan ditanami kembali dengan bibit apel yang
berkualitas. Sampai saat ini, umur tanaman apel tertua di Kusuma Agro adalah 18
tahun. Pada usia ini pohon apel masih berproduksi, namun produksi sudah tidak
optimal lagi bahkan sudah mulai menurun. Tanaman ini sudah banyak yang
dibongkar karena disamping produksinya yang sudah menurun juga terserang
penyakit yang sudah tidak bisa dikendalikan lagi.
20

PENGELOLAAN PEMBUNGAAN DAN PEMBUAHAN APEL


DI PT KUSUMA AGROWISATA

Pemeliharaan tanaman apel dimulai sejak bibit ditanam. Pemeliharaan


dilakukan untuk menjaga agar tanaman tumbuh dan berkembang dengan baik
sampai tanaman siap untuk berproduksi. Setelah tanaman siap untuk berproduksi
perlu diperhatikan saat tanaman mulai muncul bunga. Munculnya bunga saat
tanaman berumur dibawah tiga tahun sebaiknya dibuang. Hal ini bertujuan agar
tanaman dapat maksimal pada perkembangan vegetatif.
Pemeliharaan yang dilakukan setelah penanaman bibit diantaranya
pemupukan, pemangkasan, dan pelengkungan cabang. Saat tanaman siap untuk
berproduksi, maka diperlukan pengelolaan yang tepat agar tanaman dapat
berproduksi optimal. Fase pembungaan pada buah apel merupakan fase yang
paling rentan dalam penentuan produksi. Oleh karena itu diperlukan teknik yang
tepat dalam pengelolaan pembungaan dan pembuahan apel. Pengelolaan
pembungaan dan pembuahan apel yang dilakukan di Kusuma Agrowisata meliputi
pemupukan, perompesan daun, pemangkasan, pelengkungan cabang, pemberian
zat pengatur tumbuh (ZPT), pengendalian hama dan penyakit, dan penjarangan
buah. Setelah masa pembungaan dan pembuahan selesai (buah telah masak) maka
buah siap untuk dipanen. Pemanenan dilakukan oleh pengunjung wisata
sedangkan karyawan melakukan panen pada buah sisa petikan pengunjung.
Penanganan pasca panen hanya dilakukan terhadap buah yang dipanen oleh
karyawan.

Pemupukan
Pemupukan adalah kegiatan memberikan unsur hara pada tanaman baik
melalui tanah maupun melalui daun. Hal ini disebabkan keadaan unsur hara yang
ada di dalam tanah dan tanaman tidak dapat memenuhi kebutuhan hara yang
diperlukan oleh tanaman.
Kegiatan pemupukan di Kusuma Agrowisata menggunakan pupuk organik
dan anorganik. Pemupukan organik dilakukan melalui tanah. Pupuk organik yang
digunakan adalah pupuk kandang yang berasal dari kotoran sapi dengan dosis 40
21

kg per tanaman dan kompos dengan menggunakan sisa-sisa tanaman yang ada
disekitar pertanaman apel.
Pemupukan anorganik diaplikasikan melalui tanah dan daun. Pupuk
anorganik yang diaplikasikan melalui tanah biasanya berupa pupuk padat. Pupuk
padat yang digunakan yaitu pupuk ZA dan NPK. Pupuk yang diaplikasikan
melalui daun berupa pupuk yang dicairkan yaitu gandasil D, mamigro, mono
kalium phosphate (MKP) dan multi mikro.
Pemupukan dengan pupuk padat dibedakan atas dasar umur tanaman, yaitu
pada tanaman yang belum menghasilkan (TBM) dan tanaman yang sudah
menghasilkan (TM). Pemupukan pada TBM menggunakan pupuk ZA dengan
dosis yang berbeda berdasarkan umur tanaman, sedangkan pada TM meng-
gunakan pupuk majemuk NPK (15:15:15) (Tabel 8).

Tabel 8. Realisasi Pemupukan di Kusuma Agrowisata


Umur tanaman (tahun) Pupuk Dosis (gr/tanaman)
1 ZA 100
2 ZA 200
3 ZA 300
4 ZA 300
≥5 NPK 500
Sumber: Pengamatan di lapang

Menurut Kusumo (1986), jenis dan dosis pupuk yang digunakan pada
tanaman apel dibedakan untuk TBM dan TM. Jenis pupuk yang dibutuhkan oleh
TBM adalah lebih pada tersedianya unsur N untuk meransang pertumbuhan
vegetatif. Unsur N ini dapat diperoleh dari pupuk ZA. Sedangkan untuk TM
dibutuhkan tersedianya unsur N, P2O5, dan K2O. Ketiga unsur ini dapat diperoleh
dari pupuk NPK (15:15:15). Dosis pupuk yang digunakan dapat dilihat pada Tabel
9. Sedangkan menurut Sub Balai Penelitian Hortikultura Malang (1990),
menganjurkan pemberian pupuk Urea, ZA, TSP, dan ZK (Tabel 10).
22

Tabel 9. Pedoman Pemupukan Apel Menurut Surachmat Kusumo


Umur Pupuk Buatan Pupuk Kandang
Jenis Pupuk Dosis (g/pohon) (blek minyak tanah)
Saat tanam - - 2
2 bulan Urea 25 -
4 bulan Urea 25 -
6 bulan Urea 50 -
1 tahun NPK (15:15:15) 100 2
2 tahun NPK (15:15:15) 200 2
3 tahun NPK (15:15:15) 250 2
4 tahun NPK (15:15:15) 300 2
5 tahun NPK (15:15:15) 400 2
5.5 tahun NPK (15:15:15) 500 -
> 6 tahun NPK (15:15:15) 500-1000 2-3/tahun
Sumber: Kusumo (1986)

Tabel 10. Pedoman Pemupukan Apel Menurut Sub Balai Penelitian


Hortikultura, Tlekung
Umur Pupuk Kandang Pupuk Buatan (g/pohon)
(Tahun) (blek minyak tanah) Urea ZA TSP ZK
1-2 2 150 150 100 100
2-3 2 200 200 200 200
4-5 2 300 300 300 300
≥6 2-3 400 400 400 400
Sumber: Soelarso (1996)

Pemupukan dilakukan saat perompesan daun dan pemangkasan produksi.


Menurut Untung (1994), umumnya pupuk diberikan setelah daun dirontokkan,
muncul bunga baru, atau setelah pemangkasan cabang yang sakit atau rusak.
Untuk pupuk kandang diberikan satu kali dalam setahun. Prinsip pemupukan
adalah dilakukan saat tanah tidak terlalu kering dan tidak ada air yang mengalir.
Karena jika kekurangan air, pupuk dapat membakar akar tanaman dan apabila ada
air yang mengalir, maka pupuk akan hanyut sebelum terserap oleh akar tanaman.
Pemupukan dilakukan pada pukul 06.00, hal ini bertujuan supaya efek dari
penguapan belum begitu besar. Pupuk diaplikasikan dengan cara disebar pada alur
(Gambar 1). Sebelum dilakukan pemupukan, dilakukan persiapan pemupukan,
yaitu dengan membuat alur pupuk. Bentuk alur yang dibuat adalah persegi empat
dengan kedalaman sekitar 10-20 cm dan selebar tajuk yaitu sekitar satu meter dari
batang pohon (TM) dan setengah meter untuk TBM. Menurut Soepardi (1983),
23

cara pemberian pupuk padat diantaranya dengan dibuat larikan disebelah barisan
tanaman, disebar di seluruh lahan, dan secara melingkar. Soelarso (1996)
menambahkan, pemberian pupuk di sekeliling tanaman dengan membuat alur
sedalam 20 cm pada jarak selebar tajuk daun. Pupuk yang sudah diaplikasikan
ditutup dengan tanah.
Pemupukan anorganik cair diaplikasikan melalui daun. Pemberian pupuk
dilakukan berdasarkan monitoring dan kekurangan unsur hara. Aplikasi
pemupukan dilakukan bersamaan dengan aplikasi penyemprotan zat pengatur
tumbuh (ZPT) dan pestisida. Menurut Soepardi (1983), cara pemberian pupuk
berupa cairan yaitu dengan pemberian langsung pada tanah, pemberian dalam air
irigasi, dan penyemprotan pada tanaman.
Pupuk yang digunakan berupa unsur hara makro, unsur hara mikro yang
berfungsi untuk menambah unsur hara pada tanaman untuk pertumbuhan optimal.
Selain itu digunakan gandasil B dan gandasil D dengan dosis berdasarkan
kekurangan unsur hara. Gandasil B diaplikasikan bersamaan dengan aplikasi
penyemprotan ZPT yaitu setelah perompesan maupun saat pemangkasan produksi
sampai menjelang berbunga. Sedangkan gandasil D diaplikasikan bersamaan
dengan penyemprotan pestisida. Gandasil B diberikan lima sampai tujuh hari
sekali sampai menjelang berbunga sebanyak 4-5 kali, sedangkan gandasi D
diberikan 2.5 bulan setelah rompes sampai menjelang panen sebanyak 2-4 kali.

Gambar 1. Pelaksanaan Pemupukan ZA


24

Standar kerja perusahaan untuk kegiatan pemupukan melalui tanah adalah


1 600 pohon/HOK. Prestasi kerja penulis dalam kegiatan pemupukan adalah 864
pohon dan prestasi karyawan adalah 1 320 pohon. Dengan demikian prestasi kerja
penulis dan karyawan dalam kegiatan pemupukan belum memenuhi standar kerja
perusahaan.
Secara umum pelaksanaan pemupukan di Kusuma Agrowisata sudah baik.
Pemberian pupuk anorganik padat yaitu ZA dengan dosis berdasarkan umur
tanaman dan NPK dengan dosis 500 g per pohon sudah memenuhi standar
pemupukan pada tanaman apel. Karena kenyataan di lapangan, pemupukan
dikombinasikan dengan pemberian pupuk organik yang dosisnya lebih tinggi dari
standar. Diharapkan pemberian pupuk organik yang berlebih ini dapat
menggantikan kekurangan unsur dari pupuk anorganik. Namun, perlu
diperhatikan pemberian pupuk pada TBM yaitu dengan kombinasi pemberiane
pupuk yang tepat.

Perompesan
Perompesan merupakan kegiatan merontokkan/menggugurkan daun apel.
Perompesan bertujuan untuk mematahkan dormansi mata tunas di daerah beriklim
sedang karena tanaman apel di negeri asalnya yang beriklim temperate berbunga
setelah musim gugur dimana seluruh daunnya gugur. Di daerah tropika,
perompesan merupakan salah satu cara terhadap ketidaksesuaian faktor iklim
daerah asal dengan daerah introduksi yang berpengaruh terhadap perilaku
tanaman. Menurut Sunarjono (1990), perompesan mendorong cepat tumbuhnya
tunas-tunas baru. Soelarso (1997) menambahkan, perompesan dapat menstimulasi
membukanya kuncup terminal dan lateral, kemudian diikuti dengan pembungaan
sekitar satu bulan berikutnya.
Perompesan dilakukan pada daun-daun yang telah tua. Menurut Soelarso
(1997), perompesan daun yang dilakukan sebelum waktunya menyebabkan
kebanyakan tunas tersebut akan tumbuh menjadi tunas vegetatif. Jika waktu
perompesan daun tepat, sekitar satu bulan sesudahnya tunas-tunas padat akan
berkembang menjadi tunas-tunas daun yang kemudian disusul dengan rangkaian
bunga.
25

Perompesan daun dapat dilakukan secara manual dengan tangan atau


dengan menyemprotkan bahan kimia. Menurut Soelarso (1997), perompesan
secara manual menyebabkan meningkatnya biaya tenaga kerja dan mengakibatkan
luka yang memungkinkan tanaman menjadi peka terhadap serangan hama dan
penyakit. Perlakukan perompesan manual menyebabkan kandungan nitrogen di
dalam daun-daun hilang sebelum sempat disimpan di dalam jaringan kulit batang
sehingga penggunaan urea perlu untuk mensuplai nitrogen yang hilang tersebut.
Sedangkan perompesan yang dilakukan dengan menggunakan bahan kimia, dosis
harus tepat, karena konsentrasi yang tinggi dapat menimbulkan efek samping
(tanaman menjadi kering). Hasil penelitian Tegopati et al. (1987) menunjukkan
pemberian urea 10 % + ethrel 5 000 ppm yang diberikan dua kali selang seminggu
dapat menyebabkan gugur daun tanpa mengurangi hasil buah.
Perompesan daun di Kusuma Agrowisata dilakukan secara manual dengan
menggunakan tangan. Kegiatan ini biasanya dilakukan satu bulan setelah panen.
Perompesan dilakukan secara bergantian pada setiap blok dengan rentang waktu
2-4 minggu. Tetapi tidak menutup kemungkinan antar blok dapat dilakukan
perompeasan secara bersamaan tergantung dari kondisi pertanaman. Dari jadwal
perompesan yang sudah dibuat, diharapkan persediaan buah apel untuk lokasi
petik selalu ada setiap hari. Kegiatan perompesan dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Pelaksanaan Perompesan


26

Standar kerja perusahaan untuk kegiatan perompesan adalah sepuluh


pohon besar per HOK. Prestasi kerja mahasiswa dalam kegiatan perompesan
adalah antara 4-6 pohon besar dan prestasi kerja karyawan 8-10 pohon. Prestasi
kerja penulis belum memenuhi standar perusahaan sedangkan karyawan rata-rata
sudah mencapai target.
Kegiatan perompesan yang dilakukan di Kusuma Agrowisata sudah baik.
Namun, untuk memelihara tanaman agar tidak terjadi luka dan mempertahankan
keberadaan unsur nitrogen dalam tanaman, maka perompesan setiap musim panen
dapat dikombinasikan antara perompesan secara manual dan perompesan dengan
menggunakan bahan-bahan kimia. Karena masing-masing jenis perompesan
mempunyai kelebihan dan kekurangan, sehingga kombinasi antara keduanya
diharapkan dapat menekan kekurangan yang ada.

Pemangkasan
Menurut Kusumo dan Verheij (1997), pemangkasan didefinisikan sebagai
kegiatan membuang pertumbuhan bagian yang tidak diinginkan agar merangsang
pertumbuhan bagian yang dikehendaki. Sedangkan menurut kamus The
Macquarie dalam Elliot dan Widodo (1996) menyebutkan bahwa pemangkasan
adalah tindakan memangkas (membuang) ranting, cabang, atau akar yang tidak
dikehendaki.
Menurut Elliot dan Widodo (1996) tujuan pemangkasan diantaranya
mengarahkan pertumbuhan tanaman, merangsang pembentukan bunga dan buah,
menghilangkan bagian tanaman yang tidak dikehendaki pada tajuk yang terlalu
rimbun atau bagian batang yang sakit, pecah, rusak, atau mati, memperpanjang
umur tanaman dan meremajakan tanaman yang telah tua. Jackson dan Palmer
(1999) menambahkan pemangkasan dapat meningkatkan sirkulasi udara karena
daerah tajuk tidak terlalu lebat.
Pemangkasan pada tanaman apel terdiri dari pemangkasan bentuk dan
pemangkasan pemeliharaan. Menurut Mansyur (2008) prinsip dasar pemangkasan
pada tanaman apel agar berproduksi optimal ialah membentuk kanopi yang luas,
sehingga cahaya matahari dapat diterima dengan intensitas yang optimal.
27

Pemangkasan bentuk dilakukan pada tanaman yang belum menghasilkan


(TBM). Pemangkasan bentuk biasanya dilakukan sebelum perompesan daun.
Tinggi tanaman yang dipangkas adalah ± 80 cm dari tanah. Tujuan dari
pemangkasan bentuk adalah untuk memperoleh bentuk pohon yang rendah.
Pemangkasan pemeliharaan merupakan kelanjutan dari pemangkasan
bentuk. Pemangkasan pemeliharaan yang dilakukan diantaranya pemangkasan
produksi, pemangkasan ringan (wiwil) dan pemangkasan peremajaan atau sering
disebut pemangkasan berat.
Pemangkasan produksi dilakukan setelah perompesan daun. Tujuan dari
pemangkasan produksi adalah memacu pertumbuhan tunas-tunas yang akan
berproduksi sehingga dapat tumbuh dengan baik. Pemangkasan produksi
dilakukan pada mata tunas yang kecil, mata tunas yang mati, tunas daun dan
bunga yang sudah tumbuh sebelum waktu pemangkasan, dan tangkai-tangkai
bekas petikan buah. Selain itu dilakukan juga pemangkasan pada cabang yang
kurus, tidak produktif (tunas air), dan terserang penyakit. Pemangkasan produksi
dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Pemangkasan Produksi

Pemangkasan ringan sering disebut pewiwilan dilakukan karena


pertumbuhan tajuk terlalu rimbun. Tujuan dari pemangkasan ringan adalah agar
sirkulasi udara dan cahaya dapat masuk dengan optimal dan merata sehingga
28

kondisi pertanaman tidak lembab dan tidak mudah terserang penyakit. Menurut
Elliot dan Widodo (1996), pembuangan beberapa bagian tajuk atau cabang dapat
meningkatkan penetrasi sinar matahari dan curahan air hujan menembus ke
seluruh ruang tajuk.
Kegiatan pewiwilan biasanya dilakukan pada umur 3-3.5 bulan setelah
perompesan. Bagian tanaman yang diwiwil adalah cabang yang kecil yang
pertumbuhannya tidak dapat bersaing dengan cabang utama, tunas air, tunas daun
dan tunas buah yang terlalu rimbun.
Pemangkasan peremajaan atau pemangkasan berat dilakukan pada
tanaman yang telah tua dan saat tajuk tanaman terlihat sangat rimbun. Bagian
tanaman yang dipangkas berat adalah cabang yang tidak produktif, kering,
terserang penyakit yang pemulihannya sulit dikendalikan, cabang yang
pertumbuhannya saling menghalangi, dan cabang yang arah pertumbuhannya
tidak baik. Kegiatan pemangkasan peremajaan dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Pemangkasan Peremajaan

Standar kerja perusahaan untuk kegiatan pemangkasan adalah 10-12 pohon


besar per HOK. Prestasi kerja penulis dalam kegiatan pemangkasan dan
pewiwilan masih jauh dari standar. Penulis hanya mampu menyelesaikan 5-6
pohon per HOK. Hal ini dikarenakan kegiatan pemangkasan dan pewiwilan
diperlukan teknik yang tepat dan benar sehingga dapat dihasilkan produksi
optimal. Sedangkan untuk karyawan rata-rata bisa memenuhi standar.
29

Kegiatan pemangkasan yang dilakukan Kusuma Agrowisata dilakukan


dengan baik. mulai dari pemangkasan bentuk, pemangkasan produksi,
pemangkasan ringan, sampai pemangkasan peremajaan. Pemangkasan bentuk
dilakukan sampai tanaman mulai berproduksi. Pemangkasan produksi dilakukan
satu kali setiap musim untuk merangsang pembentukan bunga dan buah.
Pemangkasan ringan dilakukan untuk menjamin kualitas pertumbuhan tanaman
sampai musim panen selanjutnya dan pemangkasan peremajaan dilakukan untuk
menjaga kondisi tanaman agar masih tetap berproduksi optimal walaupun kondisi
tanaman telah tua. Selain itu, perusahaan juga menjamin kualitas tenaga kerja
yang melakukan pemangkasan karena kegiatan ini sangat menentukan
keberlanjutan pertumbuhan tanaman dan produksi yang dihasilkan.

Pelengkungan Cabang
Pelengkungan dilakukan pada cabang yang sudah kuat dengan perakaran
yang lebat. Biasanya cabang dilengkungakan mulai dari tanaman masih belum
menghasilkan yaitu mulai dari umur dua atau tiga tahun. Tujuan dari
pelengkungan cabang adalah menumbuhkan tunas-tunas lateral sehingga
terbentuk tunas-tunas baru yang kemudian menjadi cabang. Pelengkungan
diarahkan keluar dan dilakukan secara mendatar sejajar dengan permukaan tanah.
Menurut Untung (1994), arah pelengkungan harus mendatar agar pertumbuhan
tunas lateral merata di sepanjang cabang. Dalam posisi tersebut peranan auksin
diambil alih oleh etilen yang bisa merangsang pembungaan. Sebaliknya apabila
tunas yang tumbuh tegak lurus maka, cenderung tidak berbunga karena hormon
zat tumbuh (auksin) yang ada di tanaman merangsang pertumbuhan vegetatif terus
menerus. Kalie (1992) menambahkan, pembentukan bunga berkaitan dengan
pertumbuhan vegetatif pohon.
Pelengkungan cabang menggunakan tali rafia yang di ikatkan pada cabang
utama sehingga cabang yang dilengkung menyerupai bentuk payung (Gambar 5).
Untuk menghindari agar batang yang diikat dengan tali rafia tidak menimbulkan
penyakit dan merusak bentuk cabang utama maka dalam waktu tertentu tali rafia
diganti.
30

Gambar 5. Tanaman Hasil Pelengkungan Cabang

Standar kerja perusahaan untuk kegiatan pelengkungan cabang adalah 30-


50 pohon per HOK. Penulis belum mampu mengerjakan secara cepat sehingga
dapat memenuhi standar kerja perusahaan. Prestasi kerja penulis dan karyawan
tidak dapat dibedakan karena kegiatan ini dilakukan secara bersamaan.
Kegiatan pelengkungan cabang di Kusuma Agrowisata telah dilakukan
dengan baik. pelengkungan dilakukan mulai umur dua tahun sampai empat tahun.
Namun, setelah umur empat tahun cabang masih dilengkungkan dengan
mengganti tali rafia setiap musim sehingga batang tanaman tidak rusak.
Pelengkungan cabang tetap dipertahankan samapai umur sekitar enam tahun
dengan tujuan agar pohon berbentuk perdu sehingga buah dapat dipetik
pengunjung dengan mudah.

Pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)


Pemberian zat pengatur tumbuh diperlukan untuk memperbaiki
pertumbuhan tanaman. Purbiati et al. (2002) menyatakan untuk meningkatkan
kuantitas dan kualitas dari tanaman, baik dari segi hasil maupun keragaan
pertumbuhannya maka secara teknis agronomi tanaman dapat dimanipulasi.
Manipulasi tersebut salah satunya dengan pemberian ZPT yang dikombinasikan
dengan cara-cara pengendalian hama dan penyakit tanaman.
Pemberian ZPT di Kusuma Agrowisata dilakukan setelah pemangkasan
produksi. Tujuannya adalah untuk menghambat pertumbuhan vegetatif sehingga
31

pertumbuhan generatif dapat terpacu. ZPT diaplikasikan melalui penyemprotan.


Bahan kimia yang digunakan sebagai ZPT diantaranya ethrel, atonik, apsa, dan
progibb (Lampiran 12). Ethrel diberikan dengan dosis 1.5 ml/l air. Ethrel
berfungsi untuk merangsang pertumbuhan bunga. Hasil penelitian Ichwan (2001)
menunjukkan bahwa pemberian paklobutrazol 1 875 ppm dan ethrel 100 ppm
dapat memacu pembungaan pada tanaman durian varietas sitokong.
Selain ethrel digunakan juga atonik yang berfungsi untuk meningkatkan
jumlah dan bobot buah. Atonik diberikan dengan dosis 0.5 ml/l air. Menurut
Purbiati et al. (2002), pemberian atonik + pengendalian kimia dapat meningkatkan
produksi bunga sebanyak 16 %. Meningkatnya jumlah bunga yang muncul,
diharapkan mampu meningkatkan jumlah buah yang dihasilkan.
Penggunaan progibb lebih ditujukan untuk merangsang pertumbuhan
tanaman. Sedangkan apsa digunakan sebagai bahan perekat dan pemerata
penyebaran larutan semprot.
Zat pengatur tumbuh lain yang dapat digunakan untuk merangsang
pertumbuhan generatif dan mengurangi kerontokan bunga dan buah diantaranya
paklobutrazol, GA3, KNO3, alar dan masih banyak yang lainnya.
Hasil penelitian Armadi (2000) menunjukkan bahwa pemberian paklobu-
trazol pada tanaman rambutan dapat menghambat munculnya tunas baru dan
menekan pemanjangan tunas sehingga dapat mempercepat induksi pembungaan
yaitu 10 samapi 18 hari.
Hasil penelitian Aksari (2007) menunjukkan bahwa aplikasi GA3 sampai
15 ppm dapat menurunkan jumlah bunga gugur pada tanaman tomat cherry
varietas ceresita.
Menurut Handayani (1986), alar dapat menekan pertumbuhan vegatatif
pada musim kemarau sehingga meningkatkan persentase bunga pada musim
hujan. Hasil penelitian menunjukkan pemberian alar (Succinic acid 2.2−dimethyl-
hidrazide) dengan dosis 500 dan 1 000 ppm dapat meningkatkan hasil buah pada
musim kemarau, sedangkan pemberian alar dengan dosis 2 000 dan 4 000 ppm
dapat meningkatkan buah pada musim hujan. Sedangkan hasil penelitian
Yuniastuti et al. (1987) menunjukkan bahwa pemberian alar dengan konsentrasi 1
000 ppm yang diberikan pada saat 36 HSR dapat menekan panjang tunas
32

maksimum dan jumlah daun maksimum. Dengan adanya penekanan terhadap


pertumbuhan vegetatif maka akan terjadi perangsangan terhadap pembentukan
bakal bunga, sehingga jumlah bunga tiap tunas akan meningkat. Jumlah bunga
per tunas meningkat sebanyak 16.8 %. Selain itu, pemberian alar dapat
mengurangi kerontokan bunga sebesar 39.9 % dan meningkatkan jumlah buah
sebanyak 73.9 %.
Pemberian ethrel dan atonik efektif memacu pertumbuhan generatif.
Namun, saat musim hujan, pemberian ethrel dan atonik saja tidak cukup untuk
menghambat terjadinya gugur bunga maupun gugur daun yang dapat menurunkan
hasil. Oleh karena itu, Kusuma Agrowisata perlu untuk mencoba dan
menambahkan ZPT jenis yang lain yang efektif untuk memacu pertumbuhan
generative sekaligus dapat menekan terjadinya gugur bunga dan gugur buah
terutama saat musim hujan.

Kondisi Pembungaan sampai Fruit set


Fase pembuangaan pada buah apel adalah fase yang paling rentan dalam
penentuan produksi. Bunga apel mudah mengalami kerontokan. Menurut Kusumo
(1987), faktor internal rontoknya bunga dan buah muda antara lain tidak terjadi
penyerbukan, gagalnya pembuahan, berkurangnya hormon auksin, dan persaingan
zat makanan, sedangkan menurut Kalie (1992) faktor eksternal yang menyebab-
kan kerontokan bunga dan buah muda adalah iklim dan kesuburan lahan
pertanaman.
Saat perkembangan bunga menjadi fruit set dilakukan pengamatan
terhadap waktu bunga muncul, jumlah bunga yang muncul, dan jumlah pentil
buah. Pengamatan pada tahap pembungaan apel dilakukan pada tiga blok. Pada
masing-masing blok waktu perompesan berbeda-beda. Pada blok 1 perompesan
dilkukan pada tanggal 2 dan 3 April 2009, blok 2 dan 3 tanggal 11 April 2009.
Waktu perompesan yang berbeda menyebabkan waktu munculnya bunga dan
buah berbeda. Hardiyanto et al. (1988) menyatakan saat rompes mempengaruhi
saat munculnya bunga.
Berdasarkan hasil uji t (Tabel 11) menunjukkan bahwa bunga mekar
serempak pada masing-masing blok berbeda. Blok 1, bunga mekar serempak
33

paling lama yaitu 29.33 hari setelah rompes (HSR), sedangkan pada blok 2 dan 3,
saat bunga mekar tidak berbeda nyata yaitu masing-masing 25.67 HSR dan 24.67
HSR. Hasil penelitian Sugiyatno dan Yuflosponto (2007) menunjukkan bahwa
pada varietas manalagi waktu munculnya kuncup bunga adalah 21 (HSR), dan
pada semua varietas, saat bunga mekar adalah 8 hari setelah kuncup bunga
muncul.

Tabel 11. Waktu Rompes dan Saat Bunga Mekar Serempak pada Masing-
Masing Blok
Waktu Rompes Bunga Mekar Serempak
Blok
(2009) (HSR)
1 2 dan 3 April 29.33a
2 11 April 25.67b
3 11 April 24.67b
1 vs 2 *
1 vs 3 *
2 vs 3 tn
Keterangan : * = berbeda nyata, tn = tidak berbeda nyata berdasarkan uji t pada taraf 5%

Hasil analisis menunjukkan dari tiga blok yang diamati tidak berbeda
nyata pada jumlah bunga yang muncul sedangkan pada persentase bunga yang
rontok berbeda nyata antara blok 2 dan 3. Banyaknya bunga yang muncul pada
setiap pohon rata-rata antara 137.67-235.33 kuntum. Persentase bunga rontok
tertinggi terjadi pada blok 2 sebesar 96.66 % dan berbeda nyata dengan blok 3
yaitu dengan persentase bunga rontok sebesar 85.50 %. Sedangkan untuk blok 1
tidak berbeda nyata dengan blok 2 maupun blok 3 (Tabel 12).

Tabel 12. Rata-rata Jumlah Bunga Muncul dan Persentase Bunga Rontok
per Pohon
Jumlah Bunga Muncul Persentase Bunga Rontok
Blok
(Kuntum) (%)
1 225.00 93.77ab
2 235.33 96.66a
3 137.67 85.50b
1 vs 2 tn tn
1 vs 3 tn tn
2 vs 3 tn *
Keterangan : * = berbeda nyata, tn = tidak berbeda nyata berdasarkan uji t pada taraf 5 %
34

Hasil analisis menunjukkan dari tiga blok yang diamati berbeda nyata pada
jumlah pentil buah dan persentase kerontokan pentil buah. Jumlah pentil buah
pada blok 2 dan 3 berbeda nyata, sedangkan pada blok 1 tidak berbeda nyata
dengan blok 2 maupun blok 3. Pada blok 3 menunjukkan jumlah pentil buah yang
terbentuk paling banyak yaitu 16.67 buah sedangkan pada blok 2 menunjukkan
nilai terendah yaitu 7.67 buah. Persentase pentil buah rontok sampai 8 MSR pada
blok 1 menunjukkan nilai tertinggi yaitu 36.51 % berbeda nyata dengan blok 2
dengan nilai 17.59 % sedangkan pada blok 3 tidak berbeda nyata dengan
keduanya (Tabel 13).

Tabel 13. Rata-rata Jumlah Pentil Buah dan Persentase Kerontokan Pentil
Buah per Pohon sampai 8 MSR
Jumlah Pentil Buah Persentase Kerontokan Pentil
Blok
(Buah) Buah sampai 8 MSR (%)
1 15.67 36.51
2 7.67 17.59
3 16.67 32.55
1 3.79ab 0.09a
2 2.76a 0.28b
3 4.06b 0.18ab
1 vs 2 tn *
1 vs 3 tn tn
2 vs 3 * tn
Keterangan : data jumlah pentil buah adalah transformasi dari akar kuadrat dan data persentase
kerontokan pentil buah adalah transformasi dari 1/akar kuadrat,
* = berbeda nyata, tn = tidak berbeda nyata berdasarkan uji t pada taraf 5 %

Perompesan daun belum menjamin munculnya bunga. Menurut Untung


(1994), banyaknya bunga yang muncul terutama dipengaruhi oleh umur tanaman,
pemupukan nitrogen yang terlalu tinggi, dan curah hujan. Perbedaan bunga yang
muncul antar blok diduga dipengaruhi oleh kondisi tanaman. Pada blok 3, saat
dilakukan pengamatan baru dilakukan pemangkasan peremajaan sehingga cabang
dan ranting yang ada tidak begitu banyak. Hal ini menyebabkan bunga yang
muncul lebih sedikit.
Banyaknya bunga yang muncul tidak menjamin banyaknya buah yang
terbentuk. Tingkat kerontokan bunga dan pentil buah menentukan banyaknya
buah yang akan terbentuk. Tingginya tingkat kerontokan bunga (91.97 %) dan
pentil buah apel (28.88 %) di Kusuma Agrowisata diduga dipengeruhi oleh
35

persaingan unsur hara (karbohidrat) dalam tanaman dan curah hujan yang tinggi.
Semakin banyak bunga yang muncul, persaingan unsur hara dalam tanaman
semakin tinggi, sehingga menyebabkan banyak bunga yang tidak dapat bertahan
dan akhirnya gugur.
Selain itu, hujan yang tinggi menyebabkan bunga banyak yang rontok. Hal
ini terutama berkaitan dengan letak bunga apel yang menghadap ke atas. Kusumo
(1986) menyatakan penyebab gugurnya bunga dan buah muda antara lain tidak
terjadinya penyerbukan, gagalnya pembuahan, berkurangnya hormon auksin, dan
persaingan zat makanan. Sedangkan menurut Syaari et al. (1982) dalam Waruru
dan Turnip (1999), pembungaan berhubungan sangat erat dengan cekaman air,
apabila curah hujan berlebihan terjadi sebelum pembungaan, maka akan
mengganggu inisiasi pembungaan dan memacu pertumbuhan vegetatif.
Kerontokan bunga sangat tinggi terjadi pada stadia antara bunga mekar penuh
sampai terbentuknya pentil, sedangkan pada tahapan-tahapan selanjutnya
kerontokan relatif sedikit. Hasil penelitian Waruru dan Turnip (1999) menunjuk-
kan bahwa curah hujan dapat mempengaruhi bunga menuju pembentukan buah
(fruit set). Handajani dan Winarno (1985) menambahkan terjadinya hujan pada
saat bunga mekar berpengaruh terhadap produksi.
Bunga mengalami kerontokan biasanya 2-3 hari setelah hujan. Menurut
Kalie (1992), air hujan yang membasahi butir-butir tepung sari akan menyebabkan
butir tepung sari membesar, membengkak, dan berkecambah atau saling
menggumpal berlekatan. Butir-butir yang terkena air hujan akhirnya tidak
berfungsi atau tidak dapat menyerbuk dan membuahi putik dan bakal buah. Bunga
yang tidak diserbuki akan berguguran 1-3 hari setelah bunga mekar.
Tingginya tingkat kerontokan bunga dan buah sangat mempengaruhi
produksi yang akan dihasilkan. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya untuk
mengurangi tingkat kerontokan bunga dan buah terutama saat musim hujan. Hasil
penelitian Yuniastuti et al. (1986), menunjukkan bahwa pemberian alar dengan
konsentrasi 1 000 ppm yang diberikan 21 HSR dapat menurunkan kerontokan
bunga menjadi 57.92 % dan kerontokan buah menjadi 21.23 %. Dalam penelitian-
nya yang lain, Yuniastuti et al. (1987) menyatakan pemberian alar dengan
konsentrasi 1 000 ppm yang diberikan pada saat 36 HSR meningkatkan jumlah
36

bunga per tunas 16.8 %, jumlah buah per pohon 73.9 % dan mengurangi
kerontokan buah 39.9 %.
Tabel 14 menunjukkan persentase buah muda yang terbentuk dari ketiga
blok tidak berbeda nyata. Walaupun pada blok 3, jumlah buah muda yang
terbentuk paling banyak yaitu 10.99 %. Sedangkan pada blok 1 dan 2 jumlah buah
yang jadi tidak berbeda nyata yaitu 3.39 % dan 2.77 %. Dari ketiga blok yang
diamati diperoleh persentase rata-rata bunga jadi buah yaitu sekitar 5.72 %. Ashari
(1995) menyatakan persentase bunga yang jadi buah (fruit set) sebanyak 5 %
sudah cukup baik untuk tanaman apel.

Tabel 14. Rata-rata Jumlah Bunga Muncul, Jumlah Buah Muda, dan
Persentase Buah Muda per Pohon sampai 8 MSR
Jumlah Bunga Jumlah Buah Persentase Buah
Blok Muncul Muda sampai 8 Muda sampai 8 MSR
(Kuntum) MSR (Buah) (%)
1 225.00 7.67 3.39
2 235.33 6.33 2.77
3 137.67 11.67 10.99
1 vs 2 tn
1 vs 3 tn
2 vs 3 tn
Keterangan : tn = tidak berbeda nyata berdasarkan uji t pada taraf 5 %

Perkembangan Buah
Pada masa perkembangan buah, diamati pertambahan diameter buah setiap
minggu. Pengamatan dilakukan pada tiga blok dan setiap blok dilakukan
pengamatan pada umur buah yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan dari 3 blok
ini waktu rompes daun yang berbeda. Pengamatan yang dilakukan menyesuaikan
dengan keadaan ditempat magang, dimana dicari blok yang sedang mengalami
masa perkembangan buah. Waktu rompes, awal pengamatan, dan umur buah awal
pengamatan dapat dilihat pada Tabel 15.
Setiap blok yang diamati memiliki tren yang sama yaitu mengalami
peningkatan setiap minggunya. Saat awal pengamatan besarnya diameter buah
pada blok 1 adalah 1.99 cm dengan umur buah 10 minggu setelah rompes (MSR),
blok 2 diameter awalnya adalah 1.60 cm dengan umur buah 8 MSR, dan di blok 3
diameternya adalah 0.87 cm dengan umur buah 6 MSR. Dapat dilihat pada umur
37

yang sama (10-15 MSR) diameter masing-masing blok berbeda. Pada blok 3
memiliki diameter buah paling besar. Artinya pada blok 1 dan 2 perkembangan
buah lebih lambat dibanding blok 3, walaupun secara statistik tidak berbeda nyata.
Sehingga dapat dilihat selama 10 minggu pengamatan, diameter pada pengamatan
minggu terakhir besar buahnya tidak berbeda. Di blok 1, pada pengamatan
terakhir, yaitu buah berumur 4.5 bulan setelah rompes (BSR) memiliki diameter
buah 5.20 cm. Di blok 2, dengan umur buah adalah 4 BSR memiliki diameter 4.89
cm dan di blok 3, dengan umur buah adalah 3.5 BSR memiliki diameter 4.84 cm.
Pertambahan diameter buah setiap minggunya dapat dilihat pada Grafik 1.
Menurut Hardiyanto (1991), rata-rata diameter buah apel berkisar antara 4.47 cm
sampai 7.47 cm.

Tabel 15. Waktu Rompes, Waktu Awal Pengamatan, dan Umur Buah
Awal Pengamatan pada Masing-Masing Blok
Waktu Awal Umur Buah
Waktu Rompes
Blok Pengamatan Awal Pengamatan
(2009)
(2009) (MSR)
1 25 Januari 4 April 10
2 8 Februari 7 April 8
3 23 - 24 Februari 6 April 6

Grafik 1. Pertambahan Diameter Buah Apel di Tiga Blok Pertanaman Apel

Perbedaan perkembangan diameter buah diduga dipengaruhi oleh umur


tanaman. Umur tanaman pada blok 1 lebih tua dibanding blok 2 dan blok 3.
Tanaman pada blok 1 berumur 17 tahun sedangkan pada blok 2 dan 3 berumur 12
38

tahun. Semakin tua umur tanaman, menyebabkan produksi dari tanaman semakin
berkurang. Semakin tua umur tanaman, kemampuan dari organ-organ tanaman
semakin menurun khususnya dalam mensuplai makanan untuk tanaman itu
sendiri. Selain itu, lambatnya perkembangan buah dipengaruhi oleh kondisi
tanaman yang terserang hama. Serangan hama ulat pada buah (Gambar 6) terjadi
pada blok 2. Adanya hama yang menyerang buah menyebabkan buah berkembang
tidak optimal.

Gambar 6. Pentil Buah yang Terserang Hama Ulat

Pengendalian hama dan Penyakit Tanaman Apel


Pengendalian terhadap hama dan penyakit merupakan kegiatan yang
penting dilakukan. Tanaman apel merupakan tanaman yang sangat rentan
terhadap hama dan penyakit. Perkembangan hama dan penyakit pada tanaman
apel sulit untuk dikendalikan. Hal ini disebabkan perencanaan produksi melalui
perompesan dilakukan secara bergiliran pada masing-masing blok sehingga siklus
perkembangan hama dan penyakit tidak pernah terputus.
Umumnya serangan hama lebih dominan terjadi pada musim kemarau
sedangkan serangan penyakit terjadi pada musim hujan. Hama-hama yang
menyerang tanaman apel di Kusuma Agrowisata diantaranya kutu hijau, thrips,
kutu sisik, cambuk merah, cambuk hitam, ulat grayak, ulat buah, dan lalat buah.
Sedangkan penyakit-penyakit yang menyerang diantaranya embun tepung, bercak
daun, kanker batang, dan busuk buah.
39

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan setelah dilakukan monitoring


pada tiap-tiap bloknya. Kegiatan monitoring bertujuan untuk melihat serangan
hama dan penyakit yang ada, sehingga dapat ditentukan jenis dan dosis pestisida
yang digunakan dalam penyemprotan. Kegiatan monitoring dilakukan 2 hari
sekali pada setiap bloknya kecuali pada blok-blok yang sedang mengalami fase
pembungaan, monitoring dilakukan setiap hari.
Pengendalian hama dan penyakit di Kusuma Agrowisata dilakukan secara
manual dan mekanis. Pengendalian secara manual dilakukan dengan memotong
bagian batang atau cabang yang terserang penyakit, pengelupasan kulit batang
yang terserang kanker yang kemudian dilakukan pengolesan pada batang tersebut.
Pengolesan batang bertujuan untuk mencegah dan menghambat pertumbuhan
lumut, mengobati batang yang terkena penyakit, dan batang yang telah dikelupas.
Kegiatan pengolesan dilakukan setiap musim. Biasanya setelah perompesan atau
pada saat pemangkasan produksi. Pengolesan dilakukan ke seluruh batang
tanaman (primer dan sekunder) dengan menggunakan kuas (Gambar 7). Pestisida
yang digunakan untuk pengolesan adalah nordox dengan dosis 2 gr/liter air dan
bukali dengan dosis 3-6 ml/liter air. Bahan aktif nordox adalah tembaga oksida 56
% dan bahan aktif bukali adalah sulfur 15 %. Bekas potongan batang ataupun
cabang juga diolesi dengan nordox untuk menghindari terserangnya penyakit pada
bekas potongan batang ataupun cabang tersebut.
Selain secara manual, pengendalian hama dan penyakit lebih banyak
dilakukan secara mekanis yaitu dengan penyempotan dengan menggunakan bahan
kimia. Penyemprotan dilakukan dengan mengguanakan power sprayer (Gambar
8). Sedangkan bahan kimia yang digunakan adalah pestisida yang terdiri dari
fungisida, akarisida dan insektisida. Pestisida yang digunakan bisa bersifat
sistemik dan kontak. Penggunaan pestisida yang umum digunakan di Kusuma
Agrowisata dapat dilihat pada Lampiran 13.
40

Gambar 7. Pelaksanaan Pengolesan dengan Nordox

Gambar 8. Pelaksanaan Peyemprotan Pestisida dengan Power Sprayer

Kendala utama dalam pengendalian hama dan penyakit di Kusuma


Agrowisata adalah tidak dapat terputusnya siklus hama dan penyakit. Hal ini
dikarenakan waktu perompesan daun tidak dilakukan secara serempak pada
seluruh blok sehingga hama dan penyakit mudah menyebar. Untuk mengatasi hal
tersebut, Kusuma Agrowisata melakukan penyemprotan pestisida dengan
intensitas yang tinggi. Penyemprotan dilakukan setiap minggu sampai dua minggu
menjelang sebelum panen. Selama satu musim panen, pelaksanaan penyemprotan
bisa mencapai 25 kali.
41

Penjarangan Buah
Penjarangan buah bertujuan agar kualitas buah yang diperoleh lebih baik.
Buah dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal, tidak terjadi persaingan
dalam memperoleh unsur hara sehingga penggunaan unsur hara akan lebih
optimal. Selain itu penjarangan buah dilakukan agar keadaan buah tidak lembab
yang dapat menyebabkan hama dan penyakit mudah menyerang. Buah yang saling
menempel satu sama lain menyebabkan keadaan buah menjadi lembab, sirkulasi
udara antar buah tidak ada sehingga hama dan penyakit mudah menyerang.
Menurut Kusumo (1986), tujuan dari penjarangan buah adalah untuk
mendapatkan buah yang lebih besar, bentuk buah dan warna buah lebih baik, dan
mengurangi kemungkinan pembuahan yang kurang baik pada musi berikutnya.
Penjarangan buah dilakukan pada umur 2.5 - 3 bulan setelah perompesan
saat buah masih kecil. Penjarangan buah dilakukan dengan melihat kondisi
batang, buah, dan daun. Buah yang dijarangkan adalah buah yang terkena
penyakit dan kecil. Buah-buah dengan kondisi tersebut akan kalah bersaing
dengan buah yang lainnya. Kusumo (1986) menyatakan buah yang ditinggalkan
pada setiap tunas yaitu 2-3 buah pada ranting yang pertumbuhannya baik.
sedangkan pada ranting yang kecil, apabila tidak dipangkas, maka buah yang
ditinggalkan satu saja di tunas ujung.
Kegiatan penjarangan buah di Kusuma Agrowisata jarang dilakukan. Hal
ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa produksi buah lebih diutamakan pada
kuantitasnya tanpa mengabaikan kualitas. Penjarangan buah hanya dilakukan pada
blok-blok yang buahnya terlihat sangat rimbun yang menyebabkan buah mudah
terserang hama dan penyakit dan buah berkembang terlalu kecil.
Selama mahasiswa magang, pekerjaan penjarangan buah hanya dilakukan
pada dua blok yaitu pada blok F5 dan blok F6. Hal ini dikarenakan di blok F5
banyak buah yang terserang hama ulat sedangkan pada blok F6 penjarangan buah
dilakukan karena keadaan buah dalam satu cabang sangat rimbun sehingga buah
terlihat kecil.
42

Pemanenan
Pemanenan yang baik harus dilakukan pada umur yang tepat, karena buah
yang dipanen sebelum waktunya memiliki rasa yang masam, agak sepat dan
setelah beberapa lama disimpan kulitnya menjadi keriput. Buah yang dipanen
terlalu matang tidak tahan lama untuk disimpan. Menurut Mulyani (2009), kriteria
buah-buahan siap panen dapat dilihat dari empat unsur yaitu visual, fisik, kimia,
dan waktu (umur buah). Secara visual dapat dilihat dari warna dan ukuran buah.
Secara fisik, dilihat dari berat jenis buah (berat jenis > 1) yaitu tenggelam berarti
menunjukkan buah sudah masak dan jika buah mudah lepas dari tangkainya.
Secara kimia, apabila mengandung zat padat terlarut tinggi, gula tinggi, dan kadar
asam menurun. Dan dilihat dari umurnya yaitu dihitung dari terjadinya
penyerbukan sampai siap panen. Pada tanaman apel, waktu pemanenan dihitung
dari perompesan daun sampai siap panen. Waktu panen dari beberapa varietas
apel dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Waktu Panen Beberapa Varietas Apel di Kusuma Agrowisata


Varietas Waktu Panen (Bulan)
Manalagi 4.5 - 5
Rome beauty 5 - 5.5
Ana 4 - 4.5
Wangling 5 - 5.5
Sumber : Wawancara dengan pengawas

Apel di Kusuma Agrowisata dipanen secara khas, karena merupakan areal


agrowisata maka pemanenan dilakukan oleh pengunjung wisata yaitu berupa
wisata petik. Disamping dipanen oleh pengunjung, apel dipanen juga oleh
karyawan, yaitu berupa apel sisa petikan pengunjung. Biasanyan apel yang
dipanen adalah buah apel yang ukurannya kecil. Hasil panenan ini biasanya
langsung disortir di kebun. Buah yang sangat kecil digunakan untuk produk
olahan apel sedangkan yang lebih besar dibawa ke departemen trading untuk
dijual kepada pengunjung. Kegiatan panen apel dapat dilihat pada Gambar 9.
Prestasi kerja penulis dan karyawan dalam kegiatan panen disamakan
karena dalam kegiatan panen, hasilnya disatukan sehingga hanya diperoleh hasil
rata-rata antara penulis dan karyawan. Prestasi kerja keduanya belum memenuhi
43

standar kerja perusahaan yaitu rata-rata 160 kg/HOK dimana standar kerja
perusahaan adalah 300 kg/HOK.

Gambar 9. Pelaksanaan Panen Apel

Pasca Panen
Budidaya tanaman apel di Kusuma Agrowisata selain kebun untuk
agrowisata juga kebun untuk produksi. Kebun produksi ini terletak jauh dari
kebun agrowisata yaitu di daerah yang lebih tinggi dari Batu yaitu daerah Junggo.
Di kebun Junggo ditanam apel varietas manalagi, ana, dan rome beauty. Varietas
yang mendominasi kebun Junggo adalah varietas ana.
Untuk memenuhi kebutuhan pengunjung yang ingin membawa pulang
buah apel, maka Kusuma Agrowisata menyediakan tempat tersendiri untuk
menjualnya (trading). Selain dari kebun agrowisata, persediaan apel yang dijual di
departemen trading berasal dari kebun Junggo. Karena Kusuma Agro bergerak
juga dalam bidang pemasaran produk-produk segar seperti buah-buahan dan
sayur-sayuran maka diperlukan produk yang lebih banyak sehingga apabila dari
kebun produksi tidak mencukupi banyaknya permintaan buah-buahan dan sayur-
sayuran perusahaan membeli produk dari petani sekitar.
Kegiatan yang dilakukan di departemen trading meliputi penyortiran buah
dan sayur yang akan dijual, pengemasan dan pengepakan terhadap komoditas
44

yang akan dikirim keluar perusahaan terutama ke luar kota, dan penjualan
komoditas yang diproduksi Kusuma Agrowisata kepada pengunjung.
Buah yang dipanen di lokasi petik agrowisata, biasanya penyortiran
dilakukan di kebun (Gambar 10). Memisahkan antara buah apel yang besar,
sedang, dan kecil. Buah yang berukuran besar dan sedang dibawa ke trading
untuk dijual dan buah yang berukuran kecil digunakan untuk produk olahan apel
(jenang dan sari buah). Sedangkan untuk buah apel yang dipanen dari Junggo
(kebun produksi) langsung dibawa ke departemen trading untuk disortasi.
Sebagian kecil buah apel dijual untuk pengunjung dan lebihnya dikirim untuk
memasok toko buah dan supermarket yang ada di luar Kota batu seperti Malang,
Surabaya, Kediri bahkan sampai Bali.

Gambar 10. Pelaksanaan Penyortiran Buah Apel di Kebun

Setelah proses sortasi selesai, maka untuk buah yang akan dikirim ke luar
daerah dilakukan pengemasan dengan trayfoam dan plastik wrapping.
Pengemasan dilakukan untuk tampilan yang lebih menarik dari produk tersebut.
Pengemasan yang dilakukan pada buah apel adalah untuk ukuran 1 kg dan hasil
pengemasan tersebut ditempel sticker perusahaan Kusuma Agrowisata. Buah apel
yang sudah dikemas dapat dilihat pada Gambar 11.
45

Gambar 11. Buah Apel Ana Hasil Pengemasan

Tahap selanjutnya setelah pengemasan adalah pengepakan. Pengepakan


dilakukan pada produk-produk yang akan dikirim ke luar daerah. Tujuan dari
pengepakan ini adalah untuk memudahkan dalam proses distribusi dan untuk
meminimalisir kerusakan yang terjadi pada saat pengangkutan. Menurut Mulyani
(2009), pengemasan bertujuan untuk melindungi bahan (produk) terhadap gaya
mekanik dari luar, mengurangi terjadinya transpirasi dan penguapan air produk
yang dikemas, mengurangi kemungkinan kontaminan mikroba, dan memper-
mudah pemindahan atau transportasi produk ke tempat lain. Kegiatan pengepakan
dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Pelaksanaan Pengepakan Buah Apel

Anda mungkin juga menyukai