Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar Belakang


Tanaman Kol bunga putih ( Brassica oleracea var. botrytis L. subvar.
cauliflora DC) merupakan tanaman sayur famili Brassicaceae (jenis kol dengan
bunga putih kecil) berupa tumbuhan berbatang lunak. Masyarakat di Indonesia
menyebut kubis bunga sebagai kol kembang atau blum kol (berasal dari bahasa
Belanda Bloemkool). Tanaman ini berasal dari Eropa subtropis di daerah
Mediterania. Kubis bunga mulai dikembangkan tahun 1866 oleh Mc.Mohan ahli
benih dari Amerika. Kubis bunga masuk ke Indonesia dari India pada abad ke
XIX. Bunga kol merupakan tanman sayur spesies (Brassicaceae) merupakan salah
satu anggota dari keluarga tanaman kubis-kubisan. Menurut Pracaya,2015 bunga
kol merupakan tanaman sayur yang sangat diminati oleh masyarakat karena
mengandung nilai gizi yang tinggi, (vitamin dan mineral) yang sangat bermanfaat
untuk tubuh system pencernaan dan menyeimbangkan zat asam. Bunga kol
termasuk salah satu sayuran yang memiliki nilai ekonomis tinggi karena tanaman
ini termasuk dalam kelompok sayur segar yang diekspor Indonesia
(Rukmana,1994). Tanaman bunga kol termasuk dalam golongan tanaman sayuran
semusim atau umur pendek. Tanaman tersebut hanya dapat berproduksi satu kali
dan setelah itu akan mati.
Pengembangan sayuran terutama kembang kol mempunyai memerlukan
penanganan yang khusus sejak pra sampai pasca panen. Kemabang kol
dikategorikan sebagai sayuran yang memiliki resiko kegagalan produksi paling
tinggi yang dikaitkan dengan resiko kehilangan hasil panen itu sendiri.
Pemanenan bunga kol dapat dilakukan pada umur 60 -70 hari setelah tanam,
tergantung pada jenis dan varietasnya (Cahyono, 2001). Priode pasca penen
dimulai dari produk tersebut dipanen sampai produk tersebut dikonsumsi atau
diproses lebih lanjut. Cara penanganan dan perlakuan pasca panen sangat
menentukan mutu yang diterima konsumen dan juga masa simpan atau masa
pasar. Namun demikian priode pasca panen tidak terlepas dari system produksi
bahkan sangat tergantung dari system produksi dari produk tersebut. Proses panen
dan pasca panen perlu diperhatikan agar dapat menjaga kualitas kembang kol
setelah panen. Proses pengolahan ini diharapakan dapat memperpanjang umur
simpan kembang kol namun kualitas kembang kol tetap terjaga, sehingga
distribusi kembang kol dapat menjadi semakin panjang dan kembang kol dapat
menjadi salah satu komoditas ekspor Indonesia maupun industri.

1.2 Tujuan
Tujuan makalah ini adalah agar mahasiswa mengetahui bagaimana proses
pengolahan panen dan pasca panen kembang kol

1.3 Manfaat
Manfaat makalah ini adalah
BAB II PAMBAHASAN

1. pemanenan
Kembang kol dapat dipanen saat kuntum bunga belum membuka dan
kepala bunga masih kompak atau sekitar 47-65 hari setelah tanam, tergantung
varietas yang digunakan. Pemanenan kembang kol dilakukan pada saat massa
bunga (curd) mencapai ukuran maksimal dan telat padat (kompak), tetapi
kuncup bunganya mekar. Pada umur sekian pemanenan dilakukan pada
tanaman kembang kol yang masa bunganya sudah siap panen. Selang 7 hari
setelah panen pertama dapat dilakukan pemanenan yang kedua, pemanenan
dilakukan untuk pemanenan tanaman bunga kol .Apabila panen terlambat,
maka warna kuntum bunga akan menjadi kuning dan kepala bunga menjadi
longgar sehingga mutu dan harganya akan merosot. Panen sebaiknya dilakukan
pagi hari setelah embun menguap atau sore hari sebelum embun jatuh dengan
cara dipotong pada tangkai kepala bunga. Untuk tanaman yang diberi
lindungan atau naungan plastik, panen dapat dilakukan tanpa perlu
memperhatikan jatuhnya embun.
Panen dilakukan dengan cara memotong tangkai bunga bersama sebagian
batang dan daunnya sepanjang 25 cm. Hasil panen per hektar antara 15-40 ton
tergantung dari kultivar, populasi tanaman dan pemeliharaan. Setelah bunga
kubis dipanen, hasil panen disimpan di tempat yang teduh untuk dilakukan
sortasi. Kegiatan pasca panen yang dilakukan adalah penyortiran Sebelum
dijual tanaman dikemas untuk menghidari kerusakan selama pengiriman ke
pasar. Pengemasan dilakukan dalam peti kayu dengan kapasitas 25-30 kg.
Untuk transportasi jarak jauh, sertakan kira-kira 6 helai daun dan daun yang
berada di atas massa bunga dipatahkan untuk menutupi bunga. Untuk
transportasi jarak dekat ujung-ujung daun dipotong.
2. Pengumpulan

3. Sortasi
Pensortiran terhadap bunga kol yang dilakukan berdasarkan kondisi fisik
bunga kol mulus tidak cacat. Sortasi dilakukan berdasarkan diameter
kepala bunga yang dibagi menjadi 4 kelas yaitu > 30 cm, 25-30 cm, 20-25
cm dan 15-20 cm.
4. Pembersihan
5. Grading atau pengkelasan
6. pelapisan
Pelapisanakan melindungi produk dari pencemaran lingkungan dan
terhindar dari gangguan fisik seperti gesekan.
7. Penyusunan
produk Keranjang yang digunakan sebagai wadah atau tempat meletakan
penyusunan produk, ukuran keranjang yang digunakan petani mitra
606 x 430 x 377 mm. 5. Pengangkutan Pengangkutan bunga kol dengan jarak
tempuh dari lahan menuju jalan raya menggunakan tenaga kerja.
6. Pengiriman
Pengiriman barang menggunakan mobil pick up selama pengiriman untuk
mengurangi resiko kerusakan pada produk bunga kol hingga sampai ke
perusahaan. Kristanto, dkk (2013) menyatakan bahwa untuk kualitas dan kuantitas
bunga kol dapat dilihat dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Mutu SNI
bunga kol yang baik mempunyai daun pembungkus 4 helai, bentuk bunga
seragam, ukuran bunga seragam, berat bunga kol rata-rata 1,5 kg, warna
hijau/putih. Sehingga pada saat produk berada di petani perlu diadakan
pengendalian produk. (2). Pengendalian bahan baku bunga kol di PT Xyx
penerimaan, pensortiran, pengemasan, pelabelan, penyimpanan dan distibusi
dapat dilihat pada Gambar 2. 1. Penerimaan Penerimaan adalah kegiatan
menerima komoditi bunga kol dari petani atau pemasok mitra PT Xyx yaitu
(pengecekan, penimbangan, pencatatan).
2. Pensortiran
Pensortiran terhadap bunga kol di PT Bimandiri dengan memisahkan Grading A
dan Grading B.
3. Pengemasan dan Pelabelan
Pengemasan produk bunga kol yaitu menggunakan plastik putih bening, dan
diberi label pada bagian atas produk. . Pengemasan dilakukan dalam peti kayu
dengan kapasitas 25-30 kg. Untuk transportasi jarak jauh, sertakan kira-kira 6
helai daun dan daun yang berada di atas massa bunga dipatahkan untuk menutupi
bunga
4. Penyimpanan
Penyimpanan hanya bersifat sementara sampai orderan dari supermarket telah di
tentukan.
5. Pendistribusian
Pendistribusian adalah proses pengiriman produk ke supermarket. Widyastutik
dan Arianti, (2014) menjelasakan bahwa konsumen ingin mendapatkan standar
mutu untuk kepastian kualitas dan keamanan produk. (3). Nilai tambah produk
bunga kol digunakan untuk mengetahui margin dan tingkat persentase keuntungan
perusahaan dalam melakukan pengendalian produk bunga kol. Keuntungan atau
kerugian jika adanya pengendalian bahan baku produk bunga kol untuk
supermarket akan menjadikan produk tersebut mempunyai nilai yang lebih baik
(Siswadi, 2007). Wiono dan Baksh (2015) perhitungan nilai tambah yaitu metode
perkiraan bahan baku yang mendapat pengendalian akan menjadi suatu perubahan
nilai, karena memberikan nilai tambah yang dipengaruhi oleh teknologi untuk
bunga kol

Anda mungkin juga menyukai