Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEM PENGELOLAAN LAHAN KERING TERPADU

OLEH

MICHAEL F.P DA COSTA


12160124

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIMOR
KEFAMENANU
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya yang telah diberikan, sehingga penyusun bisa menyelesaikan laporan praktikum
ini. Adapun tujuan disusunnya laporan ini adalah sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata
kuliah Sistem Pengelolaan Lahan Kering Terpadu.
Tersusunnya laporan ini tentu bukan karena buah kerja keras penyusun semata,
melainkan juga atas bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penyusun ucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya laporan ini,
diantaranya:
1.Bapak Edy Neonbeni selaku dosen pengampu mata kuliah sistem pengelolaan lahan
kering terpadu.
2.Teman-teman kelompok serta pihak-pihak lainnya yang tidak bisa penyusun sebutkan satu
persatu.
Kami sangat menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu,
penyusun dengan terbuka menerima dengan terbuka semua kritikan dan saran yang
membangun agar laporan ini bisa tersusun lebih baik lagi. Penyusun berharap semoga laporan
ini bermanfaat untuk kita semua.

Kefamenanu, 22 Desember 2020

Penyusun
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Pembuatan Kerangka A ...................................................8


Gambar 2 : Pembuatan Lubang Tanam & Media tanam..................9
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Tujuan Praktikum.....................................................................................6
1.3 Manfaat Praktikum ..................................................................................6
BAB II METODE PRAKTIKUM
2.1 Pelaksanaan..............................................................................................7
2.2 Metode Praktikum ...................................................................................7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .............................................................................................11
3.2 Saran ........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lahan kering di daerah semi arid seperti di NTT khususnya di Pulau Timor
umumnya terdapat pada daerah-daerah dataran tinggi dengan topografi berbukit dan
berlereng. Kondisi ini sangat rentan terhadap erosi yang dapat menyebabkan tanah akan
terus mengalami degradasi dan semakin menurun produktivitasnya. Menurut Kang Biauw
Tjwan (1968), dengan makin curam dan makin panjangnya lereng maka makin besar pula
kecepatan aliran air permukaan dan bahaya erosi. Di samping itu menurut Witariadi
(2016) suatu lereng dengan kemiringan 10% akan menyebabkan kira-kira tiga
perempatnya dari jumlah tanah yang terpecik akan jatuh kembali ke sebelah bawah dari
tempat asalnya. Akibat hal tersebut, maka terjadi pemindahan tanah erosi sebelum terjadi
“run off”. Butir-butir tanah yang halus ini sebagian terbawa dalam aliran air dan sebagian
lagi mengendap dan menutupi pori-pori tanah. Secara umum lahan kering merupakan
salah satu sumberdaya yang mempunyai potensi besar untuk pembangunan pertanian,
baik tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan.
Erosi adalah penggerusan lapisan tanah bagian atas atau top soil yang disebabkan
oleh air dan angin (Nurpilihan, 2000). Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya konservasi
tanah dan air (KTA) yang terdiri dari metode mekanik atau sipil teknik, metode
vegetative dan metode kimia dan atau biokimia.
Konservasi tanah dengan metode mekanik atau sipil teknik merupakan upaya-upaya
yang dilakukan untuk mengendalikan laju aliran permukaan yang pada akhirnya bertujuan
untuk mengendalikan erosi. Menurut Witariadi (2016) pengendalian erosi secara teknis-
mekanis adalah usaha-usaha pengawetan tanah untuk mengurangi banyaknya tanah yang
hilang di daerah lahan pertanian dengan cara-cara mekanis tertentu. Cara ini meliputi:
- Pembuatan sengkedan atau terasering pada tanah-tanah miring.
- Pembuatan jalur-jalur aliran air atau water wayas pada tempat-tempat tertentu.
- Pembuatan selokan-selokan (rorak-rorak) dan lubang-lubang pada tempat tertentu.
- Mengadakan pengolahan tanah yang tepat, yaitu menurut arah contour atau
memotong arah kemiringan lereng.
Pengendalian erosi dengan metode vegetative merupakan upaya pengendalian erosi
dengan memanfaatkan tumbuh-tumbuhan (vegetasi) baik sebagai tanaman penutup tanah
(cover crop) untuk mengendalikan evaporasi, maupun sebagai suatu sumberdaya yang
mampu mengendalikan erosi. Menurut Witariadi (2016) sumberdaya alam berupa
vegetasi dengan tipe-tipenya, yaitu yang berupa hutan, perkebunan, kebun campuran
dengan pola usaha tani terpadu dan lain-lain harus diperhatikan dan dikembangkan sesuai
dengan peranannya, yaitu sebagai pelindung tanah. Di antara tipe-tipe penutup tanah
tersebut, maka hutan alami atau hutan buatan memiliki peranan sebagai pelindung tanah
yang paling baik, asal dalam keadaan ekosistem yang utuh. Adanya vegetasi ini dapat
mengurangi pengaruh energi kinetik yang disebabkan oleh tetesan air hujan dan aliran
permukaan. Makin banyak vegetasi penutup tanah, maka akan semakin berkurang bahaya
erosi tersebut. Usaha pengawetan tanah dengan cara vegetasi ini disebut juga sebagai cara
pengendalian erosi secara biologi (biologi calerosion control). Dengan membangun
sistem teras pada lahan-lahan pertanian, maka akan mengurangi bahaya erosi kira-kira
setengahnya, tetapi dengan jalan mengubah cara-cara bercocok tanam yang baik maka
akan mengurangi bahaya erosi kira-kira sepersepuluhnya atau bahkan seperdua puluhnya
dari jumlah erosi yang mungkin terjadi (Norma Hudson, 1976 dalam Witariadi, 2016).
Beberapa cara vegatasi atau pengendalian erosi secara biologi ini adalah sebagai berikut:
- Penghijauan dengan menanam tanaman tahunan, menghutankan kembali tanahtanah
gunung yang gundul (reboisasi). Melaksanakan strip cropping atau penanaman
menurut kontour.
- Mengadakan rotasi atau pergiliran tanaman.
- Memelihara tanaman rerumputan atau tanaman leguminosa.
- Menutup tanah dengan mulsa, baik dari sisa-sisa tanaman ataupun dari bahan yang
lain, dan lain-lain.
Dampak positif dari penerapan konservasi lahan kering berlereng anatar lain adalah:
1. Efektif dalam pengendalian erosi.
2. Meningkatkan produktivitas tanah dan tanaman.
3. Interaksi menguntungkan antara tanaman pagar dan tanaman pangan/semusim.
4. Lahan permukiman menjadi bertambah.
5. Terciptanya perumahan baru dengan udara yang sejuk.
6. Mengembangkan potensi daerah.
1.2 Tujuan Praktikum
a. Untuk mengetahui penerapan konservasi lahan kering berlereng dengan metode
mekanik dan vegetative.
b. Untuk mengetahui dampak positif penerapan konservasi lahan kering berlereng
dengan metode mekanik dan vegetative.
1.3 Manfaat Praktikum
a. Mahasiswa dapat melakukan konservasi lahan kering berlereng dengan metode
mekanik dan vegetative secara benar.
b. Mahasiswa dapat mengetahui dampak positif penerapan konservasi lahan kering
berlereng dengan metode mekanik dan vegetative.
BAB II
METODE PRAKTIKUM

2.1 Pelaksanaan
Waktu : Sabtu, 5 Desember 2020
Tempat : Lahan Pertanian Universitas Timor, Kefamenanu.
2.2 Metode Praktikum
Cara Kerja menurut Nurhidayati et al., (2008)
 Pembuatan Kerangka A
Bahan dan alat yang diperlukan:
 Tongkat Kayu atau bambu sepanjang 2,1 meter sebanyak 2 buah dan sebuah
berukuran 1,2 meter.
 Paku dan tali untuk mengikat tongkat.
 Batu sebesar kepalan tangan atau pemberat lainnya.
Tatacara pembuatan kerangka A:
 Ikat tongkat kayu/bambu yang berukuran 2,1 meter bagian ujungnya erat
menggunakan tali.
 Bagian tengah antara 1 meter dari ujung diikat lagi dengan kayu/bambu berukuran 1,2
meter sebagai palang bingkai sehingga menyerupai huruf A.
 Ikat batu/pemberat lain menggunakan tali atau benang besar hingga menjadi bandul.
 Gantungkan batu yang telah diikat tali pada puncak kerangka. Panjang tali bandul
harus melewati palang kerangka.
Menentukan titk berat/keseimbangan:
 Peneraan titik berat dengan cara menempatkan kerangka A di tempat yang berbeda
tinggi.
 Beri tanda dengan patok masing-masing kaki kerangka A.
 Beri tanda pada tempat persinggungan antara tali dan pemberat pada talang kerangka.
 Tukar posisi kaki kerangka A antara kiri dan kanan dengan memutar kerangka 1800.
 Beri tanda pada persinggungan antara tali bandul dan palang kerangka sebagai tanda
kedua.
 Tentukan titik tengah antara kedua tanda persinggungan yang telah dibuat.
 Tanda titik tengah tersebut adalah titik berat/keseimbangan kerangka A.
Teknik Pembuatan Kontur dengan Kerangka A
1. Menentukan Letak Kontur:
 Bawalah kerangka A dan siapkan secukupnya patok ke lahan dibuat konturnya.
 Tancapkan patok pada tempat yang sudah ditentukan sebagai pembuatan garis
kontur. Pekerjaan dimulai dari tempat tertinggi. Pengukuran dilaksanakan dari
batas pemilikan tanah ke arah samping.
2. Menentukan Garis Kontur
 Letakkan kaki kii kerangka A tepat pada pangkal patok.
 Kemudian tempatkan posisi kaki kanan kerangka sedemikian sehingga posisi
bandul tepat di tanda tengah.
 Tandai posisi kaki kanan kerangka dengan tongkat patok. Gerakkan kerangka A
ke samping dengan menempatkan kaki yang satu pada posisi yang baru. Dalam
keadaan seperti ini berarti kedua kaki kerangka berada pada tempat yang sama
tinggi.
 Demikian seterusnya sampai keseluruhan lahan terselesaikan.
3. Menentukan Jarak Barisan Kontur
 Rentangkan tangan tegak lurus ke depan. Arahkan pandangan sejajar lengan
tangan.
 Geser-geserkan kaki sehingga titik pandangan tepat pada pangkal patok di barisan
pertama.
 Tancapkan patok tepat pada kaki kita berdiri.
 Buat barisan kontur kedua dan seterusnya, seperti cara membuat barisan pertama.

Gambar 2: Pembuatan Kerangka A

Setelah pekerjaan dengan metode KTA Mekanik selesai dilanjutkan dengan metode
vegetative, berupa kegiatan penanaman tanaman penahan teras, dengan tahapan kerja
sebagai berikut:
Alat yang digunakan adalah parang, Linggis, skop dan cankul.
Bahan-bahan untuk media tanam: Kompos, biochar dan tanah lapisan atas
a) Pembuatan lubang tanam
Pekerjaan diumulai dengan membersihkan lahan permukaan tanah dari berbagai
tumbuhan liar secara selektif, yakni hanya membersihkan rerumputan dan semak,
sedangkan jenis pohon tertentu dibiarkan tetap tumbuh jika keberadaannya tidak
berpengaruh negative terhadap tanaman yang akan ditanam. Kemudian dilanjutkan
dengan menggali lubang tanam tepat pada bagian bawah bahu atau dinding teras.
Ukuran lubang 40cm x 40cm x 40cm (Panjang x Lebar x dalam). Jarak antar lubang
disesuaikan dengan lebar tajuk tanaman. Saat menggali lubang harus memisahkan
lapisan tanah atas (10-20cm) yang umumnya mengandung bahan-bahan organik, dari
lapisan bawah (>20cm). Lapisan tanah atas akan digunakan lagi sebagai bahan
campuran media tanam.
b) Pengisian Media tanam
Media tanam berupa kompos dan biochar harus sudah disiapkan sebelumnya,
sedangkan tanah lapisan atas diambil pada saat penggalian lubang tanam. Semua jenis
bahan media tersebut dicampur merata dengan perbandingan (1:2:3), masing-masing
sebagai berikut:
• 1 bagian tanah
• 2 bagian pupuk kandang
• 3 bagian biochar.
Catatan: tiap bagian dapat menggunakan ember sedang berukuran 4 liter. Semua
campuran media diisi ke dalam lubang tanam lalu didiamkan selama 2-4 minggu
(masa inkubasi) agar semua bahan dapat menyatu, dekomposisi sisa-sisa bahan
organik yang ada di dalam kompos dapat terjadi sampai tuntas dan terjadi translokasi
hara, air serta mikroorganisme ke dalam biochar.
c) Penanaman dan Pemeliharaan tanaman
Setelah masa inkubasi media tanam, penanaman dilakukan dengan membongkar
sebagian dari lubang tanam, yakni di bagian tengah lubang tanam. Lubang penanaman
selebar ukuran polybag bibit tanaman yang akan ditanam dan 5-10cm lebih dalam dari
ukuran tinggi polybag. Selanjutnya polybag dilepas dengan terlebih dahulu menekan
media di dalamnya agar saat melepas atau merobek polybag, media tanah di dalamnya
tidak terlepas dan menyebabkan akar tanaman (bibit) putus. Setelah melepas polybag,
tanaman dimasukkan ke dalam lubang tanam dengan bagian pangkal yang terdiri dari
media yang masih membungkus akar tanaman seluruhnya dibenamkan ke dalam
lubang tanam, lalu ditutup kembali dengan sisa tanah yang dibongkar dari lubang
tanam tadi. Semua sisa tanah tersebut ditimbun di sekitar pangkal tanaman lalu
dilanjutkan dengan penyiraman secukupnya sampai seluruh bagian media di dalam
lubang lembab. Penyiraman dilakukan selama 2-3 bulan, setiap 2 -3 hari sekali jika
tidak terjadi hujan agar tanaman muda tidak mengalami kekeringan dan mati. Jika
selama masa pemeliharaan terjadi kematian tanaman, segera lakukan penyulaman,
yakni dengan mengganti tanaman yang telah mati tersebut menggunakan bibit baru.

Gambar 3: Pembuatan Lubang Tanam, pengisisan media tanam dan pemeliharaan


tanaman.
Hari/tanggal Tempat/lokasi Jenis kegiatan
Sabtu/05-12-2020 Lahan pertanian Pembuatan bingkai A
14.00- sampai selesai universitas dan pengukuran garis
timor,kefamenanu, kontur, jarak baris
kontur dan baris
kultur untuk
pembuatan terasering

Sabtu/12-12-2020 Lahan pertanian Pencampuran biochar,


universitas pupuk kandang dan
timor,kefamenanu tanah pada media
tanam.
Penanaman pohon
anakan trembesi
Selasa/20-12-2020 Lahan pertanian Pengamatan anakan
universitas trembesi dan suda
timor,kefamenanu mengeluarkan tunas
baru
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Lahan kering merupakan salah satu sumberdaya yang mempunyai potensi besar
untuk pembangunan pertanian, baik tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan
peternakan. Lahan kering di daerah semi arid seperti di NTT khususnya di Pulau Timor
umumnya terdapat pada daerah-daerah dataran tinggi dengan topografi berbukit dan
berlereng. Kondisi ini sangat rentan terhadap erosi yang dapat menyebabkan tanah akan
terus mengalami degradasi dan semakin menurun produktivitasnya. Oleh karena itu
diperlukan upaya-upaya konservasi tanah dan air (KTA) yang terdiri dari metode
mekanik atau sipil teknik, metode vegetative dan metode kimia dan atau biokimia.
Menurut Witariadi (2016) pengendalian erosi secara teknis-mekanis adalah usaha-
usaha pengawetan tanah untuk mengurangi banyaknya tanah yang hilang di daerah lahan
pertanian dengan cara-cara mekanis tertentu. Cara ini meliputi:
- Pembuatan sengkedan atau terasering pada tanah-tanah miring.
- Pembuatan jalur-jalur aliran air atau water wayas pada tempat-tempat tertentu.
- Pembuatan selokan-selokan (rorak-rorak) dan lubang-lubang pada tempat tertentu.
- Mengadakan pengolahan tanah yang tepat, yaitu menurut arah contour atau
memotong arah kemiringan lereng.
Pengendalian erosi dengan metode vegetative merupakan upaya pengendalian erosi
dengan memanfaatkan tumbuh-tumbuhan (vegetasi) baik sebagai tanaman penutup tanah
(cover crop) untuk mengendalikan evaporasi, maupun sebagai suatu sumberdaya yang
mampu mengendalikan erosi.
Dampak positif dari penerapan konservasi lahan kering berlereng anatar lain adalah:
1. Efektif dalam pengendalian erosi.
2. Meningkatkan produktivitas tanah dan tanaman.
3. Interaksi menguntungkan antara tanaman pagar dan tanaman pangan/semusim.
4. Lahan permukiman menjadi bertambah.
5. Terciptanya perumahan baru dengan udara yang sejuk.
6. Mengembangkan potensi daerah.
3.2 Saran
Upaya untuk meningkatkan produktivitas lahan kering dapat dilakukan dengan
mempertimbangkan kendala fisik biotik tanah, antara lain dapat dilakukan melalui:
(1) Pengendalian erosi, yaitu dengan cara mekanik, vegetative dan usahatani konservasi.
Pengendalian secara mekanik adalah dengan membuat teras bangku, teras gulud, dan
teras kridit. dan pengendalian secara vegetative adalah dengan membuat strip rumput,
mulsa, tanaman penutup tanah, olah tanah konservasi, dan tanaman lorong. Dan cara
usahatani konservasi dengan mengatur pola tanam.
(2) perbaikan sifat fisik tanah, dapat dilakukan dengan cara penggunaan mulsa sisa
tanaman, penggunaan bahan organik dan olah tanah konservasi.
(3) perbaikan sifat kimia tanah, yaitu melalui pengapuran, pengelolaan bahan organik,
dan pemupukan.
(4) perbaikan sifat biologi tanah, dapat dilakukan dengan cara pemberian beberapa
macam bahan organik seperti sisa tanaman dari calopogonium, tanaman pangan, dan
mucuna.
Segala upaya yang telah disebutkan dalam laporan praktikum ini dapat diterapkan
oleh kita agar dapat meningkatkan produktivitas lahan kering di Indonesia terutama di
daerah timor ini.
DAFTAR PUSTAKA

Neonbeni, Edy. 2020. “Panduan Praktek Mata Kuliah Sistem Pengelolaan Lahan Kering
Terpadu” diupload pada google classroom.
Internet.

Anda mungkin juga menyukai