Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM AGROFORESTRI

SEMESTER 5 TAHUN AJARAN 2019/2020

DISUSUN OLEH
KELOMPOK V ITN-A
NAMA NIM
ADE GUNAWAN C1051171079
SUANDI C1051171069
GOPINDA C1051171003
TRI LAKSONO C1051171015
SITI NURHALIFA C1051171059
ASEP FERYANSYAH C1051171001

JURUSAN ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur tidak lupa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
rahmat serta karunia-Nya sehingga laporan praktikum Agroforestry semester 5
Tahun ajaran 2019/2020 dapat diselesaikan dan tidak lupa pula penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
proses penyusunan laporan ini baik tenaga maupun fikiran.
Adapun tujuan dari penyusunan laporan adalah untuk memenuhi syarat
mata kuliah yang bersangkutan dan sebagai sarana pembelajaran. Laporan ini juga
disusun dengan sistematis agar mudah dipahami serta mengulas tentang
Penulis sadar bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, dengan
segala kerendahan hati penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun dari pembaca agar kedepannya laporan yang penulis susun menjadi
lebih baik. Semoga laporan ini dapat memberikan pengetahuan yang bermanfaat
bagi pembaca.

Pontianak, 9 Desember 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1. 1 Latar belakang...............................................................................................1

1. 2 Tujuan............................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4

2. 1 Definisi Agroforestri.....................................................................................4

2. 3 Manfaat Agroforestri.....................................................................................5

2. 5 Keunggulan dan kelemahan system agroforestry.........................................6

BAB III METODE PRAKTIKUM.......................................................................8

3. 1 Waktu dan tempat..........................................................................................8

3. 2 Alat dan bahan praktikum.............................................................................8

3.2. 1 Alat.........................................................................................................8

3.2. 2 Bahan......................................................................................................8

3. 3 Prosedur Kerja...............................................................................................8

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................10

4. 1 Sketsa lokasi praktikum agroforestri...........................................................10

4. 2 Jenis Pengkombinasian tanaman di lokasi praktikum.................................11

BAB V PENUTUP................................................................................................13

5. 1 Kesimpulan..................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14

Lampiran...............................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
1. 2 Latar belakang
Agroforestri, sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan baru dibidang
pertanian dan kehutanan, berupaya mengenali dan mengembangkann keberadaan
sistem agroforestri yang telah dipraktekan oleh petani sejak dulu kala. Sistem ini
dilakukan oleh petani dibawah kondisi agro-ekosistem yang berbeda-beda serta
keadaan ekonomi daerah yang berbeda-beda pula. Akhir-akhir ini dua intansi
yaitu Pertanian dan Kehutanan, sudah mulai memperhatikan potensi sistem
agroforestri dan mulai memberikan upaya kearah pengembangan sistem ini
dimasa mendatang.
Agroforestri dikembangkan untuk memberi manfaat kepada manusia atau
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Agroforestri utamanya di harapkan
dapat dapat membantu mengoptimalkan hasil suatu bentuk penggunaan lahan
secara berkelanjutan guna menjamin dan memperbaiki kebutuhan hidup
masyarakat dan dapat meningkatkan daya dukung ekologi manusia, khususnya di
daerah pedesaan (Mayrowani dan Ashari, 2011). Agroforestri diharapkan
bermanfaat selain untuk mencegah perluasan tanah terdegradasi, melestarikan
sumberdaya hutan, meningkatkan mutu pertanian serta menyempurnakan
intensifikasi dan diversifikasi silvikultur. Sistem ini telah dipraktekkan oleh petani
di berbagai tempat di Indonesia selama berabad-abad (Michon dan de Foresta,
1995), misalnya sistem ladang berpindah, kebun campuran di lahan sekitar rumah
(pekarangan) dan padang penggembalaan. Agroforestri adalah system pengelolaan
berkelanjutan pada suatu lahan yang meningkatkan jumlah total produksi,
mengkombinasikan tanaman pertanian, tanaman keras (perkebunan), dan tanaman
kehutanan, dana tau bersama-sama ternak atau secara bertahap (rotasi), dan
menggunakan pengelolaan praktis yang sesuai dengan pola budaya para penduduk
setempat (Bene, et, Al ., 1997 dalam Mac Dickendan Vergara, 1990).
1. Agroforestri adalah suatu system penggunaan lahan yang didalamnya
terdiri dari kombinasi pertanian, kehutanan, hortikultura dan subsistem
peternakan hewan secara praktis.
2. Agroforestri mengintergrasikan pohon dengan tanaman pertanian, dan atau
hewan, dengan sasaran utama dengan menurunkan resiko meningkatkan
total produksi.
3. Bentuk idealnya, sistem agroforestri adalah stabil dan berkelanjutan.
4. Hubungan pohon dalam sistem agroforestri dapat menjadikan penggunaan
sinar, kelembapan, dan hara tanaman menjadi lebih efisien dari pada
tanaman monokultur pertanian atau tanaman perkebunan.
Secara sederhana, agroforestri berarti menanam pepohonan di lahan
pertanian dan harus diingat bahwa petani atau masyarakat adalah elemen
pokoknya (subyek). Elemen-elemen tersebut menunjukan klasifikasi system
agroforestri yang sederhana dan model ini yang terlihat di Indonesia, seperti yang
tercantum sebagai berikut :

Agrisilvicultural: kombinasi tanaman pertanian dan kehutanan, termasuk semak


dan atau tumbuhan merambat.

Agrosilvopastoral: kombinasi tanaman pertania, kehutanan dan padang rumput


(peternakan).

Agrosilvofishery: kombinasi antara tanaman hutan dan perikanan.

Ada pula kombinasi antaranya atau model transisi bisa dinamakan


berdasarkan komposisi utamanya, misalnya system silvopastoral:
mengkombinasikan antara padang rumput dana tau ternak dan tanaman
kehutanan. Ada pula sistem agrosilvopastoral yang hanya memadukan pertanian
dan peternakan atau tanaman ternak didalamnya.

Susunan sementara tanaman-tanaman dalam agroforestri dapat juga


meliputi berbagai macam bentuk. Dengan demikian kajian agroforestri tidak
hanya terfokus pada masalah teknik dan biofisik saja tetapi juga masalah sosial,
ekonomi dan budaya yang selalu berubah dari waktu ke waktu sehingga
agroforestri merupakan cabang ilmu yang dinamis.
Di Indonesia agroforestri sering ditawarkan sebagai salah satu sistem
pertanian yang berkelanjutan. Namun dalam pelaksanaannya tidak jarang
mengalami kegagalan, karena pengelolaannya yang kurang tepat.

Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan suatu pengamatan terhadap


respon pertumbuhan tanaman di lahan agroforestry di Kecamatan Sedau,
Kabupaten Singkawang, Kota Pontianak.

1. 2 Tujuan
Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan tanaman pada lahan agroforestry
di Kecamatan Sedau, Kabupaten Singkawang, Kota Pontianak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 3 Definisi Agroforestri
Definisi Agroforestri Pendefinisian agroforestri telah dilakukan sejak
sistem pengelolaan lahan ini dipromosikan secara luas untuk memecahkan
permasalahan tata guna lahan di daerah tropis (Sanchez, 1999). Pendefinisian
tersebut meliputi tahap perkembangan awal yang mencoba memasukkan berbagai
macam atribut yang melekat pada terminologi agroforestri, hingga pada tahap
yang lebih realistis yang didasarkan pada pengalaman praktis di lapangan
(Somarriba, 1992). Lebih jauh, Somarriba (1992) menekankan pentingnya tiga
unsur dalam mendefinisikan agroforestri, yaitu 1) setidaknya terdapat interaksi
biologis dari dua jenis tumbuhan, 2) setidaknya salah satu dari tumbuhan tersebut
adalah tumbuhan berkayu, dan 3) setidaknya salah satu dari tumbuhan tersebut
dikhususkan untuk pakan ternak atau komoditas pertanian (tahunan atau
semusim). Meskipun terdapat banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli,
definisi agroforestri yang dipromosikan oleh World Agroforestry Centre (ICRAF)
yaitu:
“A collective name for landuse systems and practices in which woody perennials
are deliberately integrated with crops and/or animals on the same land
management unit. The integration can be either in a spatial mixture in a temporal
sequence. There are normally both ecological and economic interactions between
woody and non-woody components in agroforestry” (Lundgren dan Raintree
dalam Nair, 1993a)
menjadi definisi yang saat ini populer digunakan. Menurut Nair (1993a),
definisi ini mengisyaratkan bahwa:
1. Agroforestri setidaknya melibatkan dua atau lebih spesies tumbuhan yang
salah satunya merupakan tumbuhan berkayu,
2. Sistem agroforestri setidaknya mempunyai lebih dari satu luaran (output),
3. Siklus dari agroforestri selalu lebih dari satu tahun, dan
4. Meskipun terlihat sederhana, sistem agroforestri melibatkan proses ekologi
dan ekonomi yang lebih kompleks dibanding sistem monokultur.
Nilai-nilai prinsip yang terkandung dalam definisi agroforestri tersebut juga
mengisyaratkan keunggulan-keunggulan sistem tersebut dibandingkan dengan
sistem lain, seperti yang diungkapkan oleh Darusman (2002) dalam Hairiah, et al.
(2003) yaitu terciptanya kestabilan ekologi yang lebih tinggi, terciptanya
kesinambungan ekonomi yang berimbas pada peningkatan kesejahteraan petani,
tingkat kesesuaian yang lebih tinggi dengan budaya dan pengetahuan petani, serta
terpenuhinya kestabilan politik akibat daya terima yang lebih luas di masyarakat.
Sejalan dengan hal tersebut, Sanchez (1999) menyatakan bahwa beberapa hasil
riset mengenai agroforestri di Asia dan Afrika membuktikan keunggulan sistem
pengelolaan lahan ini untuk menunjang ketahanan pangan, kayu bakar, pakan
ternak, kayu pertukangan, dan obat yang dapat dipergunakan secara langsung oleh
petani ataupun dijadikan komoditas perdagangan. Selain itu, sistem agroforestri
telah secara langsung berperan dalam peningkatan kesuburan tanah dengan
terciptanya kontrol terhadap erosi serta perlindungan terhadap tata air.

2. 3 Manfaat Agroforestri

Berikut ini beberapa manfaat dari agroforestry:


 Membantu penggunaan lahan secara optimal sehingga dapat memperbaiki
kebutuhan hidup masyarakat
 Meningkatkan daya dukung ekologi manusia terutama di daerah pedesaan.
Agroforestri juga bisa dimanfaatkan untuk menjamin dan memperbaiki
kebutuhan pangan
 Meningkatkan persediaan pangan pada tiap musim, sehingga petani dapat
memperoleh tambahan penghasilan untuk kebutuhan sehari-hari. Namun untuk
memperoleh manfaat ini, maka petani harus memperhatikan kualitas nutrisi,
pemasaran serta setiap proses yang terjadi pada agroforestri
 Memperbaiki penyediaan energi lokal terutama produksi kayu bakar
 Meningkatkan dan memperbaiki produksi bahan mentah hasil kehutanan maupun
pertanian. Umumnya peningkatan produksi bahan mentah ini dilakukan secara
kualitatif dan diversifikasi. Selain itu, biasanya juga dilakukan dengan
memanfaatkan berbagai jenis pohon dan perdu
 Memperbaiki kualitas hidup terutama di daerah pedesaan, terutama di daerah
miskin. Agroforestri dapat meningkatkan pendapatan serta tersedianya lapangan
pekerjaan bagi masyarakat
 Meningkatkan kinerja usia produktif (usia muda) di pedesaan sehingga kualitas
hidup dapat meningkat
 Memelihara dan memperbaiki kemampuan dan kelestarian lingkungan setempat.
Hal ini dapat dilakukan dengan mencegah terjadinya erosi tanah dan degradasi
lingkungan
2. 3 Keunggulan dan kelemahan system agroforestry
Keunggulan system agroforestri
1. Ada beberapa keunggulan dari pengembangan agroforestri, antara lain
rendahnya modal dan biaya tenaga kerja yang akan digunakan. Sebab,
produktivitas lahan melalui siklus unsur hara dan perlindungan tanah
mampu dilakukan dengan modal yang murah dan sedikit tenaga kerja.
2. Selain itu, agroforestri juga dapat meningkatkan nilai output pada suatu
area lahan tertentu. Hal ini terjadi karena adanya penanaman campuran
antara pohon dan spesies lainnya.
3. Agroforestri juga dapat mendiversifikasi kisaran output dengan tujuan
untuk meningkatkan swasembada. Diversifikasi dapat mengurangi
hilangnya pendapatan yang mungkin terjadi terutama ketika cuaca buruk
atau karena pengaruh faktor biologi dan faktor pasar.
4. Adanya diversifikasi bertujuan mendistribusikan kebutuhan input tenaga
kerja secara lebih merata. Tentu saja hal ini tepat dilakukan di daerah
pertanian tropis seperti di Indonesia.
5. Diversifikasi dapat pula menyediakan produktivitas untuk lahan, tenaga
kerja ataupun untuk modal yang belum sempat dimanfaatkan. Melihat
kelebihan tersebut, maka bukan tidak mungkin akan semakin banyak
pengelolaan dan pengembangan lahan untuk agroforestri sehingga
mencapai hasil yang maksimal.
Kelemahan system agroforestry
1. Selain memiliki kelebihan, tentunya agroforestri juga memiliki beberapa
kelemahan, misalnya dapat mengurangi hasil tanaman pokok karena
pohon-pohon yang ada akan bersaing dalam perolehan zat hara, cahaya
matahari dan air.
2. Selain itu, sistem ini juga menyebabkan terjadinya ketidaksesuaian pohon
dengan kegiatan pertanian, contohnya aktivitas pembakaran dan
pemakaian lahan bersama yang akan membuat perlindungan terhadap
pohon menjadi berkurang.
3. Pohon-pohon di hutan juga akan merintangi tanaman pertanian, hal ini
dapat berujung pada meningkatnya biaya tenaga kerja saat proses
pengolahan. Di samping itu, keberadaan pohon yang merintangi tanaman
juga akan menghambat kemajuan sistem pertanian. Maka dalam
pelaksanaan agroforestri harus dilakukan dengan langkah dan perhitungan
yang tepat agar tidak memberikan kerugian.
4. Agroforestri sebaiknya dilakukan dengan lebih teliti agar penerapannya
dapat berjalan secara proporsional agar kelebihannya dapat diperoleh dan
kelemahan dapat diminimalkan. Penerapan sistem agroforestri yang benar
dan tepat tentu akan memberikan hasil optimal.

a.
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3. 4 Waktu dan tempat


Praktikum Agroforestri dilakasanakan selama dua (2) hari yaitu pada hari
jum’at sampai sabtu pada tanggal 29-30 November 2019. Bertempat dilokasi
Kecamatan Sedau, Kabupaten Singkawang. Keberangkatan pada hari jum’at pagi
jam 09:00 wib, dan kepulangan pada hari sabtu jam 16:30 wib.
3. 4 Alat dan bahan praktikum
3.2. 0 Alat
 Buku tulis
 Pensil / pulpen
 Papan alas tulis
3.2. 0 Bahan
 Tanah Aluvial
 Pupuk Kandang
 Sekam Padi
 Bibit Jagung
3. 4 Prosedur Kerja
 Bagilah satu kelas menjadi beberpa kelompok sehingga setiap kelompok
terdiri dari sekitar 5-10 orang mahasiswa.
 Setiap kelompok supaya memilih dua sistem AF yang adaa untuk
didiskusikan dalam kelompok.
 Berikut ini beberapa pertanyaan atau permasalahan yang dapat digunakan
sebagai arahan dalam diskusi kelompok.
1. Ada beberapa cara klasifikasi sistem agroforestri. Klasifikasi keempat
sistem ini kedalam beberapa sistem aplikasi tersebut. Diskusikan hasil
klasifikasi tersebut dan berilah tanggapan : apakah pemahaman saudara
semakin jelas dengan mengetahui sistem klasifikasinya ?
2. Apakah manfaat atau fungsi-fungsi biofisik, sosial, ekonomi dan budaya
yang dapat dinikmati oleh petani yang menerapkan sistem tersebut ?
3. Dari segi biofisik, sosial, ekonomi, dan budaya apakah sistem-sistem
tersebut dapat dipelihara atau bahkan dikembangkan ?
4. Jika suatu kawasan didominasi oleh sistem-sistem AF tersebut, apakah
manfaat dan kerugian yang diterima oleh masyarakat dan lingkungan
dalam kawasan atau sekitarnya.
5. Apakah kerugian, hambatan atau potensi bahaya yang dihadapi oleh petani
dalam menerapkan sistem tersebut ?
6. Jika anda merupakan bagian dari pemerintah yang sedang berkuasa,
kebijakan apa yang perlu dibuat atau dikembangkan untuk mendukung
pengembangan sistem-sistem AF tersebut.
 Hasil diskusi dalam kelompok dapat dibuat ringkasan atau poster sehingga
dapat dibaca oleh kelompok lainnya.
 Setiap kelompok menyajkan hasil dan kesimpulan dalam diskusi kelas
yang diikuti oleh semua kelompok.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 5 Sketsa lokasi praktikum agroforestri

Jati

Jagung
Padi

Jalan Raya Sedau

Pencampuran jenis tanaman dalam pola agrofrestri tidak hanya


meningkatkan faktor kesulitan terhadap pemilihan kombinasi jenis tanaman, tetapi
juga teknik silvikultur agroforestri yang tepat. Jenis tanaman kehutanan dengan
tanaman pertanian memerlukan ruang tumbuh, nutrisi/air, unsur hara dan sinar
matahari yang berbeda-beda sehingga perlu diatur jarak tanamnya. Tanaman
kehutanan suka cahaya (intoleran) perlu dikombinasikan dengan tanaman
pertanian perlu naungan (toleran dan semi toleran). Teknik berbagi sumber daya
pada pola tanam agroforestri akan berpengaruh terhadap teknik silvikultur yang
tepat yaitu sejak teknik penyiapan lahan (olah tanah sempurna, olah tanah
konservasi atau tanpa olah tanah), teknik penanaman (waktu tanam, jarak tanam,
pupuk dasar, design kombinasi jenis), teknik pemeliharaan (penjarangan, pruning,
singling, pemupukan, pengendalihan hama dan penyakit) dan teknik pemanenan.
Menurut Naiem dan Sabarnurdin (2003) untuk memperoleh kelestarian
produktivitas suatu pertanaman dalam jangka panjang akan sangat bergantung
pada persiapan lahan, pengendalihan vegetasi liar, cara tanam yang tepat,
penggunaan pupuk dan materi genetik tanaman. Terkait dengan hal tersebut maka
beberapa elemen silvikultur intensif berikut menjadi penting untuk diperhatikan
agar kelestarian produksi tetap terjaga (Davidson, 1996 dalam Naiem dan
Sabarnurdin, 2003), yaitu: 1) pemilihan spesies, provenans, famili dan pohon
elite, 2) kualitas semai yang baik, 3) persiapan lahan dan pengendalihan gulma, 4)
penggunaan pupuk, 5) jarak tanam, 6) pengelolaan yang tepat, dan 7) dana yang
tersedia.
4. 5 Jenis Pengkombinasian tanaman di lokasi praktikum
Ringkasan Tanaman padi dan jati di Desa Sedau Kabupaten Singkawang
merupakan suatu bentuk pertanian yang berlokasi yang agak jauh
dari pemukinan. Jati diklasifikasikan sebagai bentuk kebun hutan
serta berisi berbagai jenips pohon-pohonan yang berdiameter
cukup kecil atau pohon buah-buahan. Padi di klasifikasikan
sebagai bentuk pertanian irigasi, yang merupakan terminology
umum yang dipakai masyarakat tersebut.
Skala Luasan tanaman jati yang dimiliki petani umumnya tidak terlalu
luas kisaran 1 ha, tanaman padi yang dimiliki petani 1 ha/6
borong.
Lokasi Sebagian besar lokasi praktek agroforestry terdapat jati dan padi
terletak didaerah bawah pegunungan di desa sedau.
Iklim & Iklim tropika basah dengan curah hujan antara 3.000 mm sampai
elevasi 4.000 mm, suhu rata rata 260C. antara bulan November sampai
april terjadi curah hujan terbesar, dan antara bulan juni sampai
agustus merupakan puncak kemarau.
Lansekap &
tanah
Macam System tataguna lahan local dan peraturan kepemilikan
kawasan penduduk terdiri dari:
1. Kebun jati: agroforestry, merupakan hutan sekunder yang
didominasi pohon buah, dan jati dibawah pegununga,
lahan ini milik pribadi petani.
2. Sawah: lahan irigasi untuk menanam padi merupakan
milik pribadi

Penduduk & Kepadatan penduduk Kalimantan barat 21,2 jiwa per km2 pada
sosebud tahun 1989. Laju pertumbuhan penduduk tertinggi dipulau
Kalimantan. Kelompok etnik terterbesar adalah dayak
pedalaman yang bertani di pedalaman, nelayan atau pedagang,
dan orang cina yang umumnya tinggal di kota-kota kecil dan
berusaha di bidang perdagangan dan industry kerajinan.
Pendatang bugis datang dari daerah pesisir dimana mereka
menetap sejak abad XVIII, dan belakangan transmigran jawa,
Madura dan sambas datang dalam jumlah besar melalui
program-program pemerintah
Jenis tanaman Jati (tectona grandis)
utama Padi ( oryza sativa): ciherang dan impari.
Pohon buah-buahan Kelapa, rambutan, pisang,
kakao, matoa
Berdasarkan praktikum yang kami lakukan di Desa Sedau Kabupaten
Singkawang terdapat tiga jenis tanaman yag terdiri dari tanaman jati, jagung dan
padi. Tanaman-tanaman ini ber skala 1 ha yang diurus atau dipergunakan oleh 6
rombong/borongan. Lahan tersebut beada di daerah bawah pegunungan, dengan
iklim tropika basah dengan cuaca antara 3000 – 4000 mm dengan suhu rata-rata
260C. curah hujan terbesar terdapat pada bulan November sampai april dan
puncak kemarau terdapat pada bulan juni sampai agustus. Lansekep daerah nya
datar, system tata guna lahan local di Sedau terdiri dari, pertama kebun jati yang
merupakan bagian dari agroforestry dan merupakan hutan sekunder yang
didominasi pohon buah, dan jati yang terletak di daerah bawah pegunungan.
Kedua sawah, merupakan lahan pribadi dengan system lahan irigasi dalam
penanaman padi. Jenis tanaman utama di daerah ini yaitu jati (tectona grandis) dan
Padi (oryza sativa) dengan jenis ciherang dan impair. Jenis pepohonan disini
terdiri dari kelapa, pisang, rambutan, kakao dan matoa.
BAB V
PENUTUP
5. 6 Kesimpulan
Pada praktikum yang dilaksanakan di kelurahan sedau kecamatan
singkawang selatan, bahwa system yang diterapkan oleh petani yang di
wawancara menggunakan sitem agroforestri agrisilvilkultura. Sehingga system ini
pada kelurahan sedau sudah diterapkan di petani dan system agrisilvilkultura ini
sangat menguntungkan bagi petani yang kami wawancara. Pada praktikum yang
dilaksankan mahasiswa mampu memlihat dan mampu mempelajari agar bisa
diterapkan kepada mahasiswa yang memiliki lahan yang cukup luas.
DAFTAR PUSTAKA

Hairiah, K., Utami, S.R., Suprayogo, D., Widianto., Sitompul, S.M., Sunaryo.,
Lusiana B., Mulia, R, Van Noordwijk, M., dan Cadisch, G. 2000.
Agroforestri pada Tanah Masam: Pengelolaan Interaksi antara Pohon–
Tanah-Tanaman Semusim. ISBN. 979-95537-5-X. ICRAF-Bogor.

Nasoetion, L.I. 2004. Masalah Pengkonversian Lahan Pertanian ke Lahan Non-


Pertanian dan Beberapa Alternatif Kebijakan untuk Mengatasi Dampak
Negatifnya. Makalah disampaikan pada Seminar Keprofesian Himpunan
Mahasiswa Ilmu Tanah, Bogor, 27 Oktober 1988

Safuan, L.O., I.U. Warsono, L. Prihastuti, E.S. Wahyuni,E.Hestin, Oktavidiati,


Hernawan, Rudi, Desyanti, N.H.Elis, M. Suwena.2002. Pertanian Terpadu
suatu Strategi untuk Mewujudkan Pertanian Berkelanjutan. IPB. Bogor.

Schroth, G.1995.Tree Root Characteristics as Criteria for Species Selection and


Systems Design in Agroforestry. Agroforestry Systems 30:125143.

Sitompul, S.M. dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah


Mada University Press, Yogyakarta. Suryanto

Suryanto, P., Tohari, Sabarnurdin. S.M. 2005. Dinamika Sistem Berbagi


Sumberdaya (Resources Sharing) dalam Agroforestri: Dasar Pertimbangan
Penyusunan Strategi Silvikultur. Ilmu Pertanian Vol. 12 No.2: 165–178
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai