Anda di halaman 1dari 13

PELUANG PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI KECAMATAN

EMBALON KABUPATEN KAPUAS HULU

NAMA KELOMPOK:

ADE GUNAWAN C1051171079


TANTI DARTIA C1051171091
GOPINDA C1051171003
CRISTOFER WENDI C1051171023
MARIA AGNESTIN C1051171067
INDRA WAHYUDI C1051171053

FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN/PROGRAM STUDI ILMU TANAH
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah melimpahkan
rahmat taufiq serta hidayahnya sehingga Penyusun dapat menyelesaikan Makalah
Mata kuliah Pertanian Organik yang Peluang pengembangan pertanian organik di
kecamatan embalon kabupaten Kapuas hulu Tepat waktu. Dalam menyelesaikan
makalah ini penyusun banyak menerima bantuan baik secara langsung maupun
tidak langsung. Oleh karena itu ucapan terimakasih penyusun sampaikan kepada:
1. Allah SWT atas semua nikmat dan karunia yang telah diberikan kepada
penyusun, sehingga dapat meyelesaikan Makalah Peluang pengembangan
pertanian organik.
2. Dosen Mata Kuliah Pertanian Organik bapak, Ir. Sutarman Gafur M.P
Penyusun menyadari pada saat menyusun makalah masih sangat jauh dari
kata sempurna. Sehingga penyusun masih membutuhkan kritik ataupun saran
yang dapat membangun sehingga makalah ini dapat bermanfaat untuk
kedepannya.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1. 1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1. 2 Tujuan penulisan .......................................................................................... 2
1. 3 Manfaat penulisan ........................................................................................ 2
BAB II METODE PENGUMPULAN DATA ........................................................ 3
2. 1 Sumber Data ................................................................................................. 3
2. 2 Metodologi Penelitian .................................................................................. 3
2. 3 Jenis Usaha Pertanian yang Akan Dianalisa ................................................ 3
2. 4 Pra Proses ..................................................................................................... 3
2. 5 Pencarian Pola Usaha Pertanian ................................................................... 4
2. 6 Penghitungan Korelasi ................................................................................. 5
2. 7 Analisa Pola Berdasarkan Nilai Korelasi ..................................................... 5
2. 8 Menilai Data Hasil Musrenbang................................................................... 5
BAB III PEMBAHASAN ....................................................................................... 7
3. 1 Letak Wilayah .............................................................................................. 7
3. 2 Hortikultura .................................................................................................. 7
3. 3 Perkebuan ..................................................................................................... 8
3. 4 Peternakan .................................................................................................... 8
BAB IV PENUTUP ................................................................................................ 9
4. 1 Kesimpulan ................................................................................................... 9
4. 2 Saran ............................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Memasuki abad 21, masyarakat dunia mulai sadar bahaya yang
ditimbulkan oleh pemakaian bahan kimia sintetis dalam pertanian. Orang semakin
arif dalam memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah
lingkungan. Gaya hidup sehat dengan slogan “Back to Nature” telah menjadi
trend baru meninggalkan pola hidup lama yang menggunakan bahan kimia non
alami, seperti pupuk, pestisida kimia sintetis dan hormon tumbuh dalam produksi
pertanian. Pangan yang sehat dan bergizi tinggi dapat diproduksi dengan metode
baru yang dikenal dengan pertanian organik. Luas lahan yang tersedia untuk
pertanian organik di Indonesia sangat besar. Dari 75,5 juta ha lahan yang dapat
digunakan untuk usaha pertanian, baru sekitar 25,7 juta ha yang telah diolah untuk
sawah dan perkebunan (BPS, 2000). Pertanian organik menuntut agar lahan yang
digunakan tidak atau belum tercemar oleh bahan kimia dan mempunyai
aksesibilitas yang baik. Kualitas dan luasan menjadi pertimbangan dalam
pemilihan lahan. Lahan yang belum tercemar adalah lahan yang belum
diusahakan, tetapi secara umum lahan demikian kurang subur. Lahan yang subur
umumnya telah diusahakan secara intensif dengan menggunakan bahan pupuk dan
pestisida kimia. Menggunakan lahan seperti ini memerlukan masa konversi cukup
lama, yaitu sekitar 2 tahun.
Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk bersaing di pasar
internasional walaupun secara bertahap. Hal ini karena berbagai keunggulan
komparatif antara lain : 1) masih vbanyak sumberdaya lahan yang dapat dibuka
untuk mengembangkan sistem pertanian organik, 2) teknologi untuk mendukung
pertanian organik sudah cukup tersedia seperti pembuatan kompos, tanam tanpa
olah tanah, pestisida hayati dan lain-lain. Pengembangan selanjutnya pertanian
organik di Indonesia harus ditujukan untuk memenuhi permintaan pasar global.
Oleh sebab itu komoditas-komoditas eksotik seperti sayuran dan perkebunan
seperti kopi dan teh yang memiliki potensi ekspor cukup cerah perlu segera
dikembangkan. Produk kopi misalnya, Indonesia merupakan pengekspor terbesar
kedua setelah Brasil, tetapi di pasar internasional kopi Indonesia tidak memiliki
merek dagang.
1
1. 2 Tujuan penulisan
Untuk mengetahui serta pemperoleh data dan bagaimana perkembangan
pertanian di kecematan embalon kapuas hulu terkhusus pada pengembangan
pertanian organik di daerah tersebut. Serta mengetahui bagaimana cara teknis
pertanian disana apakah dari jens tanahnya ataupun cara pengelolaan tanahnya.

1. 3 Manfaat penulisan
1. Memberikan informasi mengenai perkembangan pertanian organik khususnya
di kecematan embalon kabupaten kapuas hulu.
2. Memberi masukan mengenai berbagai kendala yang dihadapi oleh petani
dalam menjalankan dan mengembangkan pertanian organik khususnya di
Kecamatan embalon dan Kabupaten Kapuas hulu secara umum.

2
BAB II
METODE PENGUMPULAN DATA
2. 1 Sumber Data
Data yang digunakan adalah data hasil Sensus Pertanian 2013 (ST2013)
Kecamatan Embaloh Hulu Kabupaten Kapuas Hulu yang dilakukan oleh Badan
Pusat Statistik Kabupaten Kapuas Hulu pada tahun 2013. Informasi yang tercakup
dalam data Sensus Pertanian diantaranya adalah data karakteristik rumah tangga
usaha pertanian maupun badan usaha pertanian yang ada di Indonesia. Contoh
kuesioner yang digunakan dalam ST 2013.
2. 2 Metodologi Penelitian
Diagram alur pada penelitian ini dapat dilihat pada :
Sumber data (data Sensus Pertanian 2013)
 Menilai Data
 Hasil Musrenbang
 Pra proses (data selection, data
 Analisa pola berdasarkan nilai korelasi
 Pencarian pola usaha pertanian (algoritma FP- Growth)
 Penghitungan korelasi (korelasi cosine)
2. 3 Jenis Usaha Pertanian yang Akan Dianalisa
Secara umum sektor pertanian terdiri dari enam subsektor, yaitu :
Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan
Kehutanan. Pada Sensus Pertanian 2013, dari enam subsektor dan jasa pertanian
terbagi menjadi 12 jenis usaha pertanian. Pembagian jenis usaha berdasarkan
subsektor. Jenis Usaha Berdasarkan Subsektor Pertanian Subsektor Pertanian
Jenis Usaha Pertanian Tanaman Pangan : Padi, Palawija, Hortikultura,
Perkebunan, Peternakan, Perikanan, Budidaya Ikan, Penangkapan Ikan,
Kehutanan, Budidaya Tanaman Hutan, Menangkar Satwa dan Tumbuhan Liar,
Biasanya Memungut Hasil Hutan, Biasanya Menangkap Satwa Liar Jasa, Jasa
Pertanian. Sumber : BPS
2. 4 Pra Proses
Tahapan pra proses yang dilakukan pada penelitian ini adalah :
1. Pemilihan data (data selection)

3
Pemilihan data dilakukan untuk memisahkan data yang akan diolah dengan data
lain. Pola usaha pertanian yang ingin didapatkan dari penelitian ini adalah pola di
kabupaten secara umum dan pola pada masing-masing kecamatan. Data ST2013
yang didapatkan adalah data kabupaten, sehingga untuk mendapatkan pola pada
masing-masing kecamatan perlu dilakukan pemilihan dan pengelompokan data
berdasarkan batas wilayah kecamatan. Secara administratif, Kabupaten Kapuas
Hulu terdiri dari 23 kecamatan, sehingga kelompok wilayah yang harus dibuat ada
sebanyak 24 kelompok, 23 kelompok data kecamatan dan 1 kelompok data
kabupaten.
2. Perubahan data (data transformation)
Pada penelitian ini, pola yang dicari adalah pola yang bersifat positif. Pola
yang positif berarti hanya memperhatikan hubungan antar data yang bernilai “1”
atau yang berarti benar. Perangkat lunak yang digunakan untuk mengolah data
selanjutnya adalah Weka 3.7.
Proses perubahan data yang dilakukan adalah mengubah data nominal 1 dan 2
menjadi data “1” dan “0”. Perangkat lunak yang digunakan untuk mengolah data
selanjutnya adalah Weka, sehingga data yang telah diubah disimpan kembali
dalam format ARFF.
2. 5 Pencarian Pola Usaha Pertanian
Setelah dilakukan tahapan pra proses, selanjutnya data diolah menggunakan
algoritma Frequent Pattern-Growth. Item yang digunakan adalah 12 jenis usaha
pertanian, dapat dilihat pada tabel 3.1. Proses untuk mendapatkan pola dengan
menggunakan FP-Growth adalah sebagai berikut :
 Hitung jumlah dari masing- masing item dalam database
 Menentukan item berdasarkan batas minSupp dan minConf yang
digunakan
 Mengurutkan item sesuai dengan banyaknya jumlah transaksi dalam
database, dari yang terbesar ke yang terkecil
 Membuat FP-Tree berdasarkan item yang telah diurutkan sebelumnya
 Menentukan pola yang sering muncul
Pemilihan menu yang ada pada Weka 3.7 untuk algoritma FP-Growth dapat
dilihat pada gambar 3.2. Nilai minimum support yang digunakan pada penelitian

4
ini adalah 10 persen. Nilai minimum confidence untuk masing-masing kelompok
ditetapkan sebesar 70 persen.
Sesuai dengan nilai parameter support, confidence dan jumlah pola yang
diinginkan sebagai batasan untuk mendapatkan pola antar item dalam database,
beberapa pilihan menu yang diubah untuk mendapatkan pola yang diinginkan
diantaranya adalah :
1. minMetric : diubah sesuai dengan nilai minimum confidence yang diharapkan
dari pola yang akan dihasilkan.
2. numRulesToFind : diubah sesuai dengan jumlah maksimum dari pola yang
akan dihasilkan.
3. upperBoundMinSupport : diubah sesuai dengan nilai minimum support yang
diinginkan.ah
2. 6 Penghitungan Korelasi
Penghitungan korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan antar item yang
terdapat pada pola yang dihasilkan. Sebagai contoh, apabila ditemukan pola pada
usaha pertanian adalah Tanaman Padi → Perkebunan, maka keeratan hubungan
yang dihitung adalah apakah usaha Tanaman Padi saling bergantung /melengkapi
dengan Perkebunan, atau memiliki hubungan yang netral / tidak ada hubungan
saling melengkapi.
Ukuran yang akan digunakan untuk mengetahui besarnya korelasi pola pada
penelitian ini adalah menggunakan Cosine.
2. 7 Analisa Pola Berdasarkan Nilai Korelasi
Setelah didapatkan nilai korelasi dari setiap pola yang dihasilkan pada masing-
masing kelompok, tahapan selanjutnya adalah mengurutkan kembali pola- pola
yang didapatkan berdasarkan besarnya nilai korelasi yang telah dihitung. Pada
setiap kelompok data, akan diambil tiga pola yang berada dalam urutan teratas
berdasarkan nilai korelasi dan confidence untuk dijadikan pola yang prioritas di
kelompok data tersebut.
2. 8 Menilai Data Hasil Musrenbang
Hasil pola prioritas yang dihasilkan dari masing-masing kelompok wilayah
selanjutnya digunakan untuk menilai data hasil Musrenbang. Penilaian yang
dilakukan pada hasil Musrenbang adalah bersifat menambahkan informasi.

5
Apabila dari hasil penelitian didapatkan usaha pertanian yang mempunyai peluang
untuk dikembangkan di suatu wilayah, sedangkan pada hasil Musrenbang tidak
disebutkan, maka rekomendasi yang diberikan adalah menambahkan jenis usaha
tersebut sebagai prioritas pengembangan usaha pertanian di wilayah tersebut.

6
BAB III
PEMBAHASAN
3. 1 Letak Wilayah
Kecamatan Embaloh Hulu secara astronomis berada pada 1,04 0 LU
(garis lintang ) dan 1,17 0 LU sampai 112, 37 Bujur Timur. Secara geografis,
batas-batas Kecamatan Embaloh Hulu adalah sbb:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Negara Bagian Serawak, Malaysia
Timur
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Embaloh Hilir
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kecamatan Batang Lupar
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Putussibau utara
Kecematan embaloh kabupaten kapuas hulu merupakan salah satu penghasil
pangan yang cukup besar pada kabupaten kapuas hulu, sehingga produktivitas
tanaman pangan khususnya tanaman padi sawah, padi ladang, tanaman jagung
terus di pacu. Rata-rata produksi padi sawah berhasil mencapai 405 kwintal per
hektar, rata-rata produksi padi ladang 271 kwintal per hektar dan rata-rata
produktivitas tanaman jagung 11,7 kwintal per hektar. Secara adminstratif
kecamatan Embaloh Hulu merupakan kecamatan dengan luas wilayah 3.457.60
Km², setara dengan 11,59% dari luas Kabupaten Kapuas Hulu secara keseluruhan
yang mencapai 29. 842 Km². Dari 10 desa yang ada, Desa Tamao,Pulau Manak
dan Rantau Prapat merupakan tiga desa yang memiliki luas wilayah terbesar
dengan luas masing-masing 483,63km2, 455,12 km2 dan 381,01 km2 atau setara
dengan 13,99%,13,16% dan 11,02% dari luas Kecamatan Embaloh Hulu.
Sedangkan Desa Menua Sadap merupakan desa dengan luas wilayah terkecil
dimana luas wilayah desa tersebut 239,79km2 atau 6,73% luas wilayah
Kecamatan Embaloh Hulu.
3. 2 Hortikultura
Tanaman hortikultura terbagi menjadi empat kategori, yaitu tanaman sayur
dan buah-buahan semusim, tanaman sayur dan buah-buahan tahunan, tanaman
biorfarmaka, dan tanaman hias. Tanaman hortikultura yang paling banyak
menghasilkan dikabupaten kapuas hulu adalah katagori tanaman sayur dan buah
buahan yang paling banyak menghasilkan adalah durian, pada tahun 2019 jumlah

7
tanaman yang menghasilkan untuk durian sebanyak 17.145 pohong dengan
jumlah produksi sebesar 1.550,70 ton dalam setahun.
3. 3 Perkebuan
Perkebunan di kabupaten kapuas hulu di dominasi oleh perkebunan besar
sawit, pada tahun 2019 terdapat perusahaan yang mengelola perkebunan sawit
dengan areal yang di kelola mencapai 93.969,89 Ha atau sebesar 3,15 persen dari
luas wilayah kabupaten kapuas hulu.
3. 4 Peternakan
Sub sektor pertanian di arahkan untuk meningkatkan pendapatan petani
ternak, perbaikan gizi masyarakat dan memperluas lapangan usaha dan
kesempatan kerja. Diketahui bahwa populasi ternak terbesar di kabupaten kapuas
hulu, yaitu sapi sebesar 6.094 ekor untuk tahun 2019 dan ternak kecil yang terdiri
dari kambing 974 ekor dan babi 17.651 ekor. Untuk jenis ungas pada tahun 2019,
ayam buras mengalami penurunan dari segi populasi dan produksi dagingnya.
Luasan panen dan produksi tanaman sayuran dan buah-buahan semusim di
kebupaten kapuas hulu 2019 yaitu dengan produksi 9026,00 kwintal. Tanaman
yang menghasilkan dan produksi sayuran dan buah-buahan tahunan di kabupaten
kapuas hulu 2019 produksi 3253,50 ton. Luas panen dan produksi tanaman
biofarmaka 240,629 kg.

8
BAB IV
PENUTUP
4. 1 Kesimpulan
Paguyuban Petani Lestari (P2L) selama ini mampu bertahan sebagai
kelompok pertanian organik dan membangun jaringan pasar sendiri untuk produk
organik yang mereka hasilkan. Kapasitas produksi kelompok pada saat ini belum
mampu memenuhi seluruh permintaan yang ada. Hal ini dapat dipahami bahwa
pertanian organik dapat dilakukan dan lebih dikembangkan di embalon bertumpu
pada potensi lokal yang ada. Meskipun demikian pengembangan pertanian
organik tidak terlepas dari berbagai kendala yang melingkupinya.

4. 2 Saran
Berdasarkan situasi yang berkembang saat ini beberapa saran yang dapat
disampaikan kepada Pemerintah Kecamatan secara khusus dan kepada Pemerintah
Kabupaten Magelang adalah hal-hal sebagai berikut : 1. Melakukan sosialisasi
yang lebih intensif dan berbagai pelatihan mengenai pertanian organik berkerja
sama dengan berbagai kelompok, LSM, tokoh perseorang yang selama ini sudah
berkecimpung dalam pengembangan pertanian organik. 2. Memberikan insentif
atau kompensasi bagi para petani yang baru memulai praktek budidaya organik.
Insentif ini bisa dengan dukungan dana APBD atau dari sumber dana lainnya
supaya kegairahan petani untuk melaksanakan pertanian organik menjadi semakin
berkembang. Selain untuk memacu kegairahan, insentif juga bisa dilihat sebagai
upaya perbaikan lingkungan. 3. Mengembangkan model-model kerjasama yang
baru yang berpeluang lebih besar untuk dapat mensejahterakan para petani. 4.
Mengembangkan demplot pertanian organik sehingga memungkinkan bagi
banyak orang untuk belajar bagaimana praktek bududaya pertanian organik dapat
dilaksanakan dengan baik. 5. Berbagai bantuan berupa ternak baik berupa hibah
maupun dengan sistem perguliran dialokasikan untuk daerah – daerah sentra
pertanian organik

9
DAFTAR PUSTAKA
[Balingbangtan] Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2010. Peta
Potensi Penghematan Pupuk Anorganik dan Pengembangan Pupuk
Organik pada Lahan Sawah Indonesia. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian.
Basilio CS. 2000. Organic agriculture more farms, Less Hunger. Biotechnology
and Development Monitor. Philippines. 42:1–3.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2010. Sistem Pangan Organik. Jakarta (ID):
Badan Standarisasi Nasional.
Champhengsay M, Whitbred AM, Schiller J, Blair GJ, Linguist B, Phoudalay L,
Pheng S. 1999. Soil Fertility Decline in Lao PDR and the Potential of Pre-
Rice Green Manures to Improve the Sustainability of Rice Production
Systems. Dalam: Whitbread AM, Blair GJ (Ed.), Integrated Nutrient
Management in Farming Systems in Southeast Asia and Australia.
Proceedings of an International Workshop Held at the National
Agricultural Research Centre Vientiane, Laos. 21–22 April 1999. Hal 21–
27.
[Disperta] Dinas Pertanian Tanaman pangan dan Hortikultura. 2012. Profil
Kabupaten Cianjur. Cianjur (ID): Dinas Pertanian Tanaman pangan dan
Hortikultura.
Fauzi A. 2013. Analisis Keberlanjutan melalui Rapid Appraisal dan
Multidimensional Scaling (RAP+/MDS). Bogor (ID): Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Institut pertanian Bogor.
[GPO] Gabungan Petani Organik. 2012. Profil Gabungan Petani Organik (GPO)
Nyi Sri Kabupaten Cianjur. Cianjur (ID): Gabungan Petani Organik.
BPS kabupaten Kapuas hulu Kecamatan Embaloh Hulu Dalam Angka 2020

10

Anda mungkin juga menyukai