DISUSUN OLEH:
KELOMPOK III
KELAS ITN-A
ANGGOTA
NO NAMA NIM
1 ADE GUNAWAN C1051171079
2 JURAIDAH C1051171085
3 SELVI C1051171027
4 CHRISTOPER WENDI C1051171023
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK III
KELAS ITN-A
ANGGOTA
Disyahkan oleh :
Dosen pembimbing praktikum
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar belakang.................................................................................................1
C. Materi Praktikum.............................................................................................2
D. Tujuan praktikum............................................................................................5
E. Tempat Praktikum............................................................................................5
BAB IV PENUTUP...............................................................................................10
A. Kesimpulan....................................................................................................10
DAPTAR PUSTAKA............................................................................................11
Lampiran................................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Masalah irigasi pada umumnya terkait dengan upaya pemenuhan kebutuhan
air untuk pertanian secara luas termasuk didalamnya kebutuhan air untuk tanaman
pangan, peternakan dan perikanan, kebutuhan bagi tanaman perkebunan, dan
tanaman hortikultura yang meliputi sayur sayuran, buah buahan, dan tanaman
hias. Walaupun kebutuhan irigasi untuk padi masih mendominasi kebutuhan
irigasi secara menyeluruh sebagai warisan praktek yang telah dilakukan selama
berabad abad namun kecenderungan pergeseran sudah mulai nampak walaupun
dalam lingkup yang masih terbatas.
Pengelolaan air berperan sangat penting dan merupakan salah satu kunci
keberhasilan peningkatan produksi padi di lahan sawah. Produksi padi sawah akan
menurun jika tanaman padi menderita cekaman air (water stress). Gejala umum
akibat kekurangan air antara lain daun padi menggulung, daun terbakar (leaf
scorching), anakan padi berkurang, tanaman kerdil, pembungaan tertunda,dan biji
hampa.
Pada skala makro, irigasi sering diterapkan secara tidak efisien. Kehilangan
air di sepanjang saluran melalui rembesan (seepage) masih tergolong tinggi.
Sebagian besar petani menerapkan irigasi dengan prinsip mengairi lahannya
dengan volume air sebanyak mungkin tanpa menghiraukan kebutuhan optimum
air untuk pertanamannya, sementara sebagian lahan petani lainnya tidak
mendapatkan air cukup yang berakibat pada rendahnya produktivitas tanaman.
Penerapan irigasi yang tidak efisien bisa terjadi melalui cara pemberian air yang
tidak tepat baik jumlah dan waktunya ataupun oleh kehilangan air yang berlebihan
melalui rembesan (seepage).
1
dan memperhatikan faktor cuaca terutama untuk meningkatkan intensitas
tanaman. Produktivitas dikaji melalui subsistem tanah, air dan pola lahan untuk
penggunaan pada periode tertentu. Analisis produksi dan pertumbuhan dapat
dilakukan melalui produksi bobot kering biomassa tanaman pada pola pertanian
sawah. Kajian produktivitas air dengan adanya input teknologi irigasi dilakukan
agar dapat diketahui pemberian air yang efisien dan mendapatkan produksi yang
optimum.
2
produksi tanaman dengan menggunakan air yang sedikit dapat dilakukan dengan
penerapkan konsep produktivitas air tanaman (CWP) melalui sistem irigasi
(Prabowo &Wiyono, 2006).
Kebutuhan Air Irigasi
Kebutuhan air irigasi padi sawah meliputi kebutuhan untuk
evapotranspirasi, kehilangan air karena perkolasi dan rembesan, disamping itu
untuk pengairan awal dibutuhkan sejumlah air untuk penjenuhan tanah.
Sedangkan pada tanaman selain padi sawah kehilangan air karena perkolasi dan
rembesan tidak termasuk kebutuhan air irigasi. Fungsi air tanaman padi adalah
untuk mengatur suhu tanaman dan kondisi kelembaban serta mempengaruhi
pertumbuhan dan hasil tanaman padi (Winarso, 1985).
Menurut Rizalet al.,(2014) kebutuhan air irgasi menggunakan sistem SRI
lebih hemat air dibandingkan dengan sistem konvensional hingga 35%. Nilai
kebutuhan air yang dilakukan dengan metode SRI yaitu 2,44 mm/haridan metode
konvensionallebih tinggi yaitu 3,79 mm/hari.
Kebutuhan Air Tanamandan Perkolasi
Kebutuhan air untuk tanaman adalah kebutuhan air untuk memenuhi
evapotranspirasi atau consumptive use tanaman, yaitu air irigasi yang diperlukan
untuk memenuhi evapotranspirasi dikurangi curah hujan efektif (Linsey &
Franzini, 1979).
Respons tanaman terhadap air tidak dapat diperlakukan secara terpisah dari
faktor agronomis lainnya yakni pemupukan, kerapatan tanaman dan perlindungan
tanaman, sebab faktor-faktor tersebut juga menentukan hasil aktual dan juga hasil
maksimum yang dapat dicapai. Faktor tanggapan hasil merupakan hasil
perbandingan antara nilai penurunan hasil relatif dan penurunan evapotranspirasi
relatif.
Tanggapan hasil tanaman terhadap air (Yield response to water) merupakan
fungsi dari hubungan hasil tanaman terhadap pasokan air irigasi. Jumlah air irigasi
yang diberikan pada tanaman akan menentukan faktor hasil pada tanaman, karena
besarnya air irigasi menentukan besarnya nilai ETc (Setiawan et al.,2014).
Besarnya nilai evapotranspirasi dipengaruhi oleh faktor jenis tanaman dan
tingkat pertumbuhan. Faktor iklim yang berpengaruh adalah suhu, kelembaban
3
udara, kecepatan angin serta radiasi matahari dan garis lintang (Doonrenbos dan
Pruit, 1977).
Kebutuhan air tanaman penting untuk diketahui agar air irigasi dapat
diberikan sesuai dengan kebutuhan. Jumlah air yang diberikan secara tepat, akan
merangsang pertumbuhan tanaman dan meningkatkan efisiensi penggunaan air
sehingga dapat meningkatkan luas areal tanaman yang bisa diairi. Dalam
perancangan sistem irigasi, kebutuhan air untuk tanaman dihitung dengan
menggunakan metode prakira empiris berdasar rumus tertentu (Ditjen Pengairan,
1986; Purba, 2011).
Pada saat ini ketersediaan air merupakan faktor yang sangat mempengaruhi
kebutuhan air di sawah. Air yang tidak cukup menyebabkan pertumbuhan padi
tidak sempurna bahkan bisa menyebabkan padi mati kekeringan (Rizal et
al.,2014).
Defisit air yang terjadi pada tahapan periode pertumbuhan tertentu,
menyebabkan respons tanaman juga akan berbeda tergantung pada kepekaan
(sensitivity) tanaman pada tahapan pertumbuhan tersebut. Secara umum tanaman
lebih peka terhadap defisit air pada perioda perkecambahan, pembungaan dan
awal pembentukan hasil (yieldformation) dari pada awal vegetatif dan
pematangan (Munir, 2012).
Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat-sifat tanah, dan sifat tanah
umumnya tergantung pada kegiatan pemanfaatan lahan atau pengolahan tanah.
Pada tanah bertekstur lempung berat dengan karakteristik pengolahan (puddling)
yang baik, laju perkolasi dapat mencapai 1-3 mm/hari. Pada tanah-tanah yang
bertekstur lempung lebih ringan, laju perkolasi bisa lebih tinggi. Kebutuhan air
untuk mengganti lapisanair ditetapkan berdasarkan Standar Perencanaan Irigasi
1986 KP-01. Besar kebutuhan air untuk penggantian lapisan air adalah 50
mm/bulan (atau 3,3 mm/hari selama ½ bulan) selama sebulan dan dua bulan
setelah transplantasi (Triatmodjo, 2013)
D. Tujuan praktikum
1. Meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang materi yang terkait dengan
manajemen tanah dan air
4
2. mempraktekan bagaimana system pengelolaan lahan pertanian dengan
tepat dan benar, yang memenuhi unsur keberlanjutan.
3. mengidentifikasi berbagai kendala dalam pengelolaan lahan dan air
4. mengamati berbagai praktek /implementasi beberapa paket teknologi yang
di terapkan oleh petani dalam budidaya tanaman
E. Tempat Praktikum
Kegiatan praktikum dilaksanakan pada lahan pertanian milik bapak Yusuf,
di kelurahan sedau, kecamatan singkawang selatan, kota singkawang.
BAB II
METODE PRAKTIKUM
A. Bahan dan Alat praktikum
a. bahan
meliputi : kuisioner untuk wawancara
b. alat
5
meliputi : meteran, bor tanah, alat tulis, kamera digital, laptop dan
megaphone
B. Metode pengumpulan data dan informasi
Adapun metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara kepada
petani, pengukuran karakteristik lahan dan pengamatan di lapangan secara
langsung
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil wawancara kepada petani
Pertanyaan Wawancara Hasil Wawancara
Riwayat pengelolaan lahan Tidak pernah dibakar
Komuditas yang di budidayakan dan Padi, Jeruk, Mentimun, Cabe dan Jagung.
produksinya Untuk tanaman padi
Persiapan lahan tanpa bakar Menggunakan handtraktor
Pengaturan pola tanaman Sistem tumpang sari
System pengelolaan air dan pengendalian Menggunakan sistem tadah hujan
6
muka air tanah
Ameliorasi lahan meliputi: pengapuran, Sisa jerami sebagai penambahan bahan
bahan organik, dll organik
Pemupukan Menggunakan pupuk urea, TSP.KCL
Tanaman penutup tanah Tidak menggunakan tanaman penutup
tanah
Peluang agribisnis dan keuntungan dari Peluang agribisnis kita dapat menanam
usaha dan menjual. Agribisnis akan
mendapatkan keuntungan karna selalu ada
pembeli, bekerja di lingkungan yang
menyejukkan dan berkontribusi besar
terhadap lapangan pekerjaan.
Anggota tani 60 orang
Luas lahan 25 ha
Parit cacing 60 cm x 60 cm
Irigasi Permukaan/genangan
Dalam parit 60 cm
7
Perkembangan Komoditas
Pada hasil wawancara yang di dapat dari narasumber yaitu di Kelurahan
Sedau, Singkawang Selata, kota singkawang. Terdapat kelompok Tani yang
bernama Sinar Terang. Untuk luasan pertanian di kelurahan Sedau yaitu sekitar 25
Ha dengan anggota kelompok tani yang berjumlah 60 orang. Pada awal mula
pertanian ini dibentuk di kelurahan sedau pada tahun 1984, petani melakukan
penanaman padi seiring berjalannya waktu, harga produksi padi tersebut menurun
yang membuat petani tidak semangat untuk berbudidaya padi lagi. Kemudian
kelompok tani tersebut mulai mencoba menanami jeruk dan mulai
mengembangkannya tetapi tidak bertahan lama karena mulai terjadi penurunan
produksi pada tanaman jeruk. Pada akhirnya petani pun mencoba lagi melakukan
penanaman padi menjadi lahan sawah untuk jangka waktu 2 tahun yaitu sekitar
tahun 1997-1998 dengan menggunakan budengan untuk lahan sawah dengan satu
jenis tanaman dan sekarang sudah dikombinasikan dengan tanaman lain, untuk
sekitaran luasan 25 Ha dengan varietas 4 bulan di daerah perbukitan. Sistem
pengelolaan air yang digunakan yaitu menggunakan sistem tadah hujan. Untuk
metode penanaman menggunakan alat hand traktor dalam pengelolahaan tanah
tersebut. Selanjutnya dilakukan penyemaian dan penanaman serempak di
tananami padi berporong kurang lebih 21 hari lalu pada pembibitan adanya
bantuan dari pemerintah untuk menunjang produksi Kelompok Tani Sinar Terang.
Pada 1 tahun dilakukan 2 kali tanam, lalu untuk pemberian bahan organik
digunakanlah jerami sebagi sumber bahan organiknya, bahan organik dari jerami
tersebut diproduksi (dibuat) oleh hasil dari budidaya padi sebelumnya. Pada lahan
1 Ha terdapat 4 karung masing-masing 50 kg terbagi menjadi 100 kg KCL dan
100 kg TSP. Bapak Yusuf ini mempunyai penggilingan sendiri sehingga
memudahkan dalam proses penggilingan. Dalam proses penggilingan, 70% padi
yang dihasikan bagus. Kadar air (KA) yaitu 14%. Untuk pemasaran, harga Rp.
5.000/kg dijual ke agen Singkawang.
Dimensi saluran drainase
8
Dengan dimensi yang tidak terlalu lebar dan dalam pada area lahan yang di
usahakan sudah cukup untuk mengeringkan air ataupun menampung air yang akan
di butuhkan untuk pengairan lahan.
Karena pada lahan yang diusahakan adalah lahan tadah hujan sehingga air yang
terdapat pada lahan tersebut juga tergantung dari banyaknya curah hujan yang
turun. Sehingga dengan dimensi 150 cm x 60 cm sudah lumayan cukup untuk
membuang air dan menampung air hujan untuk pengairan lahan.
Kedalaman air di saluran drainase
Adapun hasil kedalaman air pada saluran drainase yang didapatkan pada
saat pengamatan dilapangan adalah sedalam 20 cm, kedalaman air mencapai 20
cm dikarenakan pada saat pengamatan saluran drainase sedang di tambatuntuk
mengairi lahan.
Kenapa pada saat saluran drainase ditambat kedalaman air pada saluran drainase
hanya 20 cm dikarenakan pada saluran drainase sudah mulai tertimbun endapan
lumpur-lumpur atau lapisan permukaan tanahyang terbawa aliran air hujan.
Kedalaman muka air tanah
Adapun kedalaman muka air tanah yang didapatkan pada saat pengamatan
dilapangan adalah 0 cm untuk lahan sawah , dimana air yang terdapat pada lahan
tersebut menggenangi permukaan lahan sehingga kedalaman muka air tanahnya 0
cm. Namun pada area lahan yang ditanami tanaman jagung kedalaman muka air
tanahnya 15 cm dari permukaan tanah yang ditanami tanaman jagung.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
9
DAPTAR PUSTAKA
Abdul R , Rahmawaty, Budiati D, Said TJ. 2013. Sistem Pertanian Terpadu Di
Lahan Pekarangan Mendukung Ketahanan Pangan Berkelanjutan Dan
Berwawasan Lingkungan. Jurnal Online Jurnal online Pertanian Tropik
Pasca Sarjana FP USU 1 (1): 1-8.
Ariningsih E, Rachman HPS. 2008. Strategi Peningkatan Ketahanan Pangan
Rumah Tangga Rawan Pangan. Analisis Kebijakan Pertanian. Pusat
Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian 6(3): 239-255.
Fuadi. N. A, M.Yanuar J.Purwanto, Suria Darma Tarigan. 2016. Kajian
Kebutuhan Air Dan Produktivitas Air Padi Sawah Dengan Sistempemberian
10
Air Secara Sri Dan Konvensional Menggunakan Irigasi Pipa. Jurnal Irigasi –
Vol. 11, No. 1,Mei 2016, Hal.23-32
Lampiran
11
12