Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM KUNJUNGAN LAPANGAN

MATA KULIAH IRIGASI DRAINASE PERTANIAN

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK III
KELAS ITN-A
ANGGOTA

NO NAMA NIM
1 ADE GUNAWAN C1051171079
2 JURAIDAH C1051171085
3 SELVI C1051171027
4 CHRISTOPER WENDI C1051171023

PROGRAM STUDI ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2019
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIKUM
IRIGASI DRAINASE PERTANIAN

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK III
KELAS ITN-A
ANGGOTA

NO NAMA NIM Tanda tangan


1
ADE GUNAWAN C1051171079
2
JURAIDAH C1051171085
3
SELVI C1051171027
4 CHRISTOPER WENDI
C1051171023

Disyahkan oleh :
Dosen pembimbing praktikum

(Ir. Junaidi, MP)


NIP. 1964130241989031002
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah melimpahkan
rahmat taufiq serta hidayahnya sehingga Penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Irigasi dan Drainase Pertanian dengan tepat waktu. Irigasi dan Drainase Pertanian
yang dilaksanakan di kelurahan sedau, kecamatan singkawang selatan, kota
singkawang. memiliki tujuan untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Irigasi dan
Drainase Pertanian serta untuk mewawancarai petani di lapangan
Dalam menyelesaikan laporan ini penyusun banyak menerima bantuan
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Oleh karena itu ucapan terimakasih penyusun sampaikan kepada:
1. Allah SWT atas semua nikmat dan karunia yang telah diberikan kepada
penyusun, sehingga dapat meyelesaikan laporan Manajemen Tanah dan Air
dengan tepat waktu.
2. Dosen Mata Kuliah Irigasi dan Drainase Pertanian, Bapak Ir. Junaidi, MP dan
Dr. Ir. Tino O Chandra, MS
3. Teman-teman dan semua pihak yang telah banyak membantu dan yang telah
bekerjasama dalam menyelesaikan laporan ini.
Penyusun menyadari pada saat menyusun laporan masih sangat jauh dari
kata sempurna. Sehingga penyusun masih membutuhkan kritik ataupun saran
yang dapat membangun sehingga laporan praktikum ini dapat bermanfaat untuk
kedepannya.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar belakang.................................................................................................1

B. Keadaan Umum Lokasi Praktikum..................................................................2

C. Materi Praktikum.............................................................................................2

D. Tujuan praktikum............................................................................................5

E. Tempat Praktikum............................................................................................5

BAB II METODE PRAKTIKUM...........................................................................6

A. Bahan dan Alat praktikum...............................................................................6

B. Metode pengumpulan data dan informasi........................................................6

C. Tahapan kerja praktikum.................................................................................6

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................7

A. Hasil wawancara kepada petani.......................................................................7

BAB IV PENUTUP...............................................................................................10

A. Kesimpulan....................................................................................................10

DAPTAR PUSTAKA............................................................................................11

Lampiran................................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Masalah irigasi pada umumnya terkait dengan upaya pemenuhan kebutuhan
air untuk pertanian secara luas termasuk didalamnya kebutuhan air untuk tanaman
pangan, peternakan dan perikanan, kebutuhan bagi tanaman perkebunan, dan
tanaman hortikultura yang meliputi sayur sayuran, buah buahan, dan tanaman
hias. Walaupun kebutuhan irigasi untuk padi masih mendominasi kebutuhan
irigasi secara menyeluruh sebagai warisan praktek yang telah dilakukan selama
berabad abad namun kecenderungan pergeseran sudah mulai nampak walaupun
dalam lingkup yang masih terbatas.

Pengelolaan air berperan sangat penting dan merupakan salah satu kunci
keberhasilan peningkatan produksi padi di lahan sawah. Produksi padi sawah akan
menurun jika tanaman padi menderita cekaman air (water stress). Gejala umum
akibat kekurangan air antara lain daun padi menggulung, daun terbakar (leaf
scorching), anakan padi berkurang, tanaman kerdil, pembungaan tertunda,dan biji
hampa.

Pada skala makro, irigasi sering diterapkan secara tidak efisien. Kehilangan
air di sepanjang saluran melalui rembesan (seepage) masih tergolong tinggi.
Sebagian besar petani menerapkan irigasi dengan prinsip mengairi lahannya
dengan volume air sebanyak mungkin tanpa menghiraukan kebutuhan optimum
air untuk pertanamannya, sementara sebagian lahan petani lainnya tidak
mendapatkan air cukup yang berakibat pada rendahnya produktivitas tanaman.
Penerapan irigasi yang tidak efisien bisa terjadi melalui cara pemberian air yang
tidak tepat baik jumlah dan waktunya ataupun oleh kehilangan air yang berlebihan
melalui rembesan (seepage).

Peningkatan produksi tanaman saat ini menempati prioritas utama dalam


pembangunan pertanian. Program yang mendapat perhatian khusus adalah
peningkatan produksi padi baik melalui program intensifikasi budidaya tanaman
maupun ekstensifikasi lahan pertanian. Selain menggunakan teknologi,
peningkatan produksi tanaman dapat dilakukan dengan melihat ketersediaan air

1
dan memperhatikan faktor cuaca terutama untuk meningkatkan intensitas
tanaman. Produktivitas dikaji melalui subsistem tanah, air dan pola lahan untuk
penggunaan pada periode tertentu. Analisis produksi dan pertumbuhan dapat
dilakukan melalui produksi bobot kering biomassa tanaman pada pola pertanian
sawah. Kajian produktivitas air dengan adanya input teknologi irigasi dilakukan
agar dapat diketahui pemberian air yang efisien dan mendapatkan produksi yang
optimum.

B. Keadaan Umum Lokasi Praktikum


Kecamatan Singkawang Selatan terletak diantara Kecamatan Singkawang
Barat dan Kecamatan Singkawang Timur dengan luas wilayah 224,48 Km².
Dibandingkan dengan kecamatan lain di Kota Singkawang, Kecamatan
Singkawang Selatan merupakan yang terluas wilayahnya.
Secara administratif, batas wilayah Kecamatan Singkawang Selatan adalah:
➢ Utara : Kec. Singkawang Barat
➢ Selatan : Kab. Bengkayang
➢ Barat : Laut Natuna
➢ Timur : Kec. Singkawang Timur dan Kab. Bengkayang
Secara geografisnya Kecamatan Singkawang Selatan terletak pada
00044’55,85”LU sd 00053’51”LU dan 108051’47”BT - 108003’22”BT.
Penggunaan Lahan
Sebagian besar lahan di kecamatan Singkawang Selatan merupakan lahan
pertanian bukan sawah (76,00 persen). 21,13 persen lahan bukan pertanian, dan
sisanya seluas 644 hektar atau sekitar 2,87 persen digunakan untuk lahan sawah.
C. Materi Praktikum
Produktivitas Air
Efisiensi penggunaan air mutlak diperlukan dalam upaya untuk
meningkatkan nilai ekonomi air irigasi, oleh karena itu salah satu strategi yang
dapat dilakukan adalah dengan mengubah paradigma nilai produktivitas lahan dari
hasil produk (produk komoditi) per satuan luas lahan menjadi produktivitas air
yaitu hasil persatuan volume air yang digunakan. Produktivitas air tanaman adalah
perbandingan antara hasil yang diperoleh dengan jumlah air yang diberikan
terhadap tanaman, dengan satuan kg hasil per m3air yang digunakan. Peningkatan

2
produksi tanaman dengan menggunakan air yang sedikit dapat dilakukan dengan
penerapkan konsep produktivitas air tanaman (CWP) melalui sistem irigasi
(Prabowo &Wiyono, 2006).
Kebutuhan Air Irigasi
Kebutuhan air irigasi padi sawah meliputi kebutuhan untuk
evapotranspirasi, kehilangan air karena perkolasi dan rembesan, disamping itu
untuk pengairan awal dibutuhkan sejumlah air untuk penjenuhan tanah.
Sedangkan pada tanaman selain padi sawah kehilangan air karena perkolasi dan
rembesan tidak termasuk kebutuhan air irigasi. Fungsi air tanaman padi adalah
untuk mengatur suhu tanaman dan kondisi kelembaban serta mempengaruhi
pertumbuhan dan hasil tanaman padi (Winarso, 1985).
Menurut Rizalet al.,(2014) kebutuhan air irgasi menggunakan sistem SRI
lebih hemat air dibandingkan dengan sistem konvensional hingga 35%. Nilai
kebutuhan air yang dilakukan dengan metode SRI yaitu 2,44 mm/haridan metode
konvensionallebih tinggi yaitu 3,79 mm/hari.
Kebutuhan Air Tanamandan Perkolasi
Kebutuhan air untuk tanaman adalah kebutuhan air untuk memenuhi
evapotranspirasi atau consumptive use tanaman, yaitu air irigasi yang diperlukan
untuk memenuhi evapotranspirasi dikurangi curah hujan efektif (Linsey &
Franzini, 1979).
Respons tanaman terhadap air tidak dapat diperlakukan secara terpisah dari
faktor agronomis lainnya yakni pemupukan, kerapatan tanaman dan perlindungan
tanaman, sebab faktor-faktor tersebut juga menentukan hasil aktual dan juga hasil
maksimum yang dapat dicapai. Faktor tanggapan hasil merupakan hasil
perbandingan antara nilai penurunan hasil relatif dan penurunan evapotranspirasi
relatif.
Tanggapan hasil tanaman terhadap air (Yield response to water) merupakan
fungsi dari hubungan hasil tanaman terhadap pasokan air irigasi. Jumlah air irigasi
yang diberikan pada tanaman akan menentukan faktor hasil pada tanaman, karena
besarnya air irigasi menentukan besarnya nilai ETc (Setiawan et al.,2014).
Besarnya nilai evapotranspirasi dipengaruhi oleh faktor jenis tanaman dan
tingkat pertumbuhan. Faktor iklim yang berpengaruh adalah suhu, kelembaban

3
udara, kecepatan angin serta radiasi matahari dan garis lintang (Doonrenbos dan
Pruit, 1977).
Kebutuhan air tanaman penting untuk diketahui agar air irigasi dapat
diberikan sesuai dengan kebutuhan. Jumlah air yang diberikan secara tepat, akan
merangsang pertumbuhan tanaman dan meningkatkan efisiensi penggunaan air
sehingga dapat meningkatkan luas areal tanaman yang bisa diairi. Dalam
perancangan sistem irigasi, kebutuhan air untuk tanaman dihitung dengan
menggunakan metode prakira empiris berdasar rumus tertentu (Ditjen Pengairan,
1986; Purba, 2011).
Pada saat ini ketersediaan air merupakan faktor yang sangat mempengaruhi
kebutuhan air di sawah. Air yang tidak cukup menyebabkan pertumbuhan padi
tidak sempurna bahkan bisa menyebabkan padi mati kekeringan (Rizal et
al.,2014).
Defisit air yang terjadi pada tahapan periode pertumbuhan tertentu,
menyebabkan respons tanaman juga akan berbeda tergantung pada kepekaan
(sensitivity) tanaman pada tahapan pertumbuhan tersebut. Secara umum tanaman
lebih peka terhadap defisit air pada perioda perkecambahan, pembungaan dan
awal pembentukan hasil (yieldformation) dari pada awal vegetatif dan
pematangan (Munir, 2012).
Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat-sifat tanah, dan sifat tanah
umumnya tergantung pada kegiatan pemanfaatan lahan atau pengolahan tanah.
Pada tanah bertekstur lempung berat dengan karakteristik pengolahan (puddling)
yang baik, laju perkolasi dapat mencapai 1-3 mm/hari. Pada tanah-tanah yang
bertekstur lempung lebih ringan, laju perkolasi bisa lebih tinggi. Kebutuhan air
untuk mengganti lapisanair ditetapkan berdasarkan Standar Perencanaan Irigasi
1986 KP-01. Besar kebutuhan air untuk penggantian lapisan air adalah 50
mm/bulan (atau 3,3 mm/hari selama ½ bulan) selama sebulan dan dua bulan
setelah transplantasi (Triatmodjo, 2013)

D. Tujuan praktikum
1. Meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang materi yang terkait dengan
manajemen tanah dan air

4
2. mempraktekan bagaimana system pengelolaan lahan pertanian dengan
tepat dan benar, yang memenuhi unsur keberlanjutan.
3. mengidentifikasi berbagai kendala dalam pengelolaan lahan dan air
4. mengamati berbagai praktek /implementasi beberapa paket teknologi yang
di terapkan oleh petani dalam budidaya tanaman

E. Tempat Praktikum
Kegiatan praktikum dilaksanakan pada lahan pertanian milik bapak Yusuf,
di kelurahan sedau, kecamatan singkawang selatan, kota singkawang.

BAB II
METODE PRAKTIKUM
A. Bahan dan Alat praktikum
a. bahan
meliputi : kuisioner untuk wawancara
b. alat

5
meliputi : meteran, bor tanah, alat tulis, kamera digital, laptop dan
megaphone
B. Metode pengumpulan data dan informasi
Adapun metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara kepada
petani, pengukuran karakteristik lahan dan pengamatan di lapangan secara
langsung

C. Tahapan kerja praktikum


a. mengisi form daftar hadir praktikum dan pembagian kelompok, setiap
kelompok berangotakan 3 orang (daftar kelompok terlampir)
b. penjelasan dari dosen pembimbing praktikum sebelum keberangkatan ke lokasi
praktikum
c. penjelasan dari narasumber di lapangan oleh dosen pembimbing praktikum,
petani pemilik kebun dan dilanjutkan dengan Tanya jawab.
d. melakukan wawancara dengan petani
e. pengamatan lapangan dan pengukuran karakteristik lahan

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil wawancara kepada petani
Pertanyaan Wawancara Hasil Wawancara
Riwayat pengelolaan lahan Tidak pernah dibakar
Komuditas yang di budidayakan dan Padi, Jeruk, Mentimun, Cabe dan Jagung.
produksinya Untuk tanaman padi
Persiapan lahan tanpa bakar Menggunakan handtraktor
Pengaturan pola tanaman Sistem tumpang sari
System pengelolaan air dan pengendalian Menggunakan sistem tadah hujan

6
muka air tanah
Ameliorasi lahan meliputi: pengapuran, Sisa jerami sebagai penambahan bahan
bahan organik, dll organik
Pemupukan Menggunakan pupuk urea, TSP.KCL
Tanaman penutup tanah Tidak menggunakan tanaman penutup
tanah
Peluang agribisnis dan keuntungan dari Peluang agribisnis kita dapat menanam
usaha dan menjual. Agribisnis akan
mendapatkan keuntungan karna selalu ada
pembeli, bekerja di lingkungan yang
menyejukkan dan berkontribusi besar
terhadap lapangan pekerjaan.
Anggota tani 60 orang

Luas lahan 25 ha

Jenis tanaman jagung, sayuran dan sebagian besar


padi sawah.

Asal bibit padi Anjungan

Umur semai 18 hari

Jarak tanaman padi 14x12 cm

Jenis hama Wereng, keong,ulat

Jenis pupuk Urea, tsp, kol

Sistem Pengolahan lahan Tidak dibakar

Pengolahan tanah Traktor

Pengelolan air Tadah hujan

Dimensi saluran drainase 150 cm X 60 cm

Parit cacing 60 cm x 60 cm

Irigasi Permukaan/genangan

Lebar parit 150 cm

Dalam parit 60 cm

Kedalaman air di saluran 20 cm

Kedalaman muka air tanah 0 cm (padi) dan 15 cm (jagung)

Struktur tanah lapisan perakaran Masiv(sawah) dan remah (jagung)

7
Perkembangan Komoditas
Pada hasil wawancara yang di dapat dari narasumber yaitu di Kelurahan
Sedau, Singkawang Selata, kota singkawang. Terdapat kelompok Tani yang
bernama Sinar Terang. Untuk luasan pertanian di kelurahan Sedau yaitu sekitar 25
Ha dengan anggota kelompok tani yang berjumlah 60 orang. Pada awal mula
pertanian ini dibentuk di kelurahan sedau pada tahun 1984, petani melakukan
penanaman padi seiring berjalannya waktu, harga produksi padi tersebut menurun
yang membuat petani tidak semangat untuk berbudidaya padi lagi. Kemudian
kelompok tani tersebut mulai mencoba menanami jeruk dan mulai
mengembangkannya tetapi tidak bertahan lama karena mulai terjadi penurunan
produksi pada tanaman jeruk. Pada akhirnya petani pun mencoba lagi melakukan
penanaman padi menjadi lahan sawah untuk jangka waktu 2 tahun yaitu sekitar
tahun 1997-1998 dengan menggunakan budengan untuk lahan sawah dengan satu
jenis tanaman dan sekarang sudah dikombinasikan dengan tanaman lain, untuk
sekitaran luasan 25 Ha dengan varietas 4 bulan di daerah perbukitan. Sistem
pengelolaan air yang digunakan yaitu menggunakan sistem tadah hujan. Untuk
metode penanaman menggunakan alat hand traktor dalam pengelolahaan tanah
tersebut. Selanjutnya dilakukan penyemaian dan penanaman serempak di
tananami padi berporong kurang lebih 21 hari lalu pada pembibitan adanya
bantuan dari pemerintah untuk menunjang produksi Kelompok Tani Sinar Terang.
Pada 1 tahun dilakukan 2 kali tanam, lalu untuk pemberian bahan organik
digunakanlah jerami sebagi sumber bahan organiknya, bahan organik dari jerami
tersebut diproduksi (dibuat) oleh hasil dari budidaya padi sebelumnya. Pada lahan
1 Ha terdapat 4 karung masing-masing 50 kg terbagi menjadi 100 kg KCL dan
100 kg TSP. Bapak Yusuf ini mempunyai penggilingan sendiri sehingga
memudahkan dalam proses penggilingan. Dalam proses penggilingan, 70% padi
yang dihasikan bagus. Kadar air (KA) yaitu 14%. Untuk pemasaran, harga Rp.
5.000/kg dijual ke agen Singkawang.
Dimensi saluran drainase

Adapun dimensi saluran drainase berdasarkan pengukuran di lapangan


yaitu dengan lebar 150 cm dan kedalaman 60 cm.

8
Dengan dimensi yang tidak terlalu lebar dan dalam pada area lahan yang di
usahakan sudah cukup untuk mengeringkan air ataupun menampung air yang akan
di butuhkan untuk pengairan lahan.
Karena pada lahan yang diusahakan adalah lahan tadah hujan sehingga air yang
terdapat pada lahan tersebut juga tergantung dari banyaknya curah hujan yang
turun. Sehingga dengan dimensi 150 cm x 60 cm sudah lumayan cukup untuk
membuang air dan menampung air hujan untuk pengairan lahan.
Kedalaman air di saluran drainase

Adapun hasil kedalaman air pada saluran drainase yang didapatkan pada
saat pengamatan dilapangan adalah sedalam 20 cm, kedalaman air mencapai 20
cm dikarenakan pada saat pengamatan saluran drainase sedang di tambatuntuk
mengairi lahan.
Kenapa pada saat saluran drainase ditambat kedalaman air pada saluran drainase
hanya 20 cm dikarenakan pada saluran drainase sudah mulai tertimbun endapan
lumpur-lumpur atau lapisan permukaan tanahyang terbawa aliran air hujan.
Kedalaman muka air tanah

Adapun kedalaman muka air tanah yang didapatkan pada saat pengamatan
dilapangan adalah 0 cm untuk lahan sawah , dimana air yang terdapat pada lahan
tersebut menggenangi permukaan lahan sehingga kedalaman muka air tanahnya 0
cm. Namun pada area lahan yang ditanami tanaman jagung kedalaman muka air
tanahnya 15 cm dari permukaan tanah yang ditanami tanaman jagung.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Lahan dapat dioptimalkan pemanfaatannya untuk memproduksi


pangan dan papan di satu sisi, sekaligus memelihara dan memperbaiki
kondisi ekologis serta meningkatkan dan mempertahankaan biodiversitas di
sisi lain, melalui penerapan sistem pertanian terpadu dalam bentuk
agroforestry, seperti tipe agrosilvofishery (kombinasi pohon hutan, tanaman
pertanian dan kolam ikan) dan tipe agrosilvopastural (kombnasi pohon huan,
tanaman pertanian dan ternak ).

9
DAPTAR PUSTAKA
Abdul R , Rahmawaty, Budiati D, Said TJ. 2013. Sistem Pertanian Terpadu Di
Lahan Pekarangan Mendukung Ketahanan Pangan Berkelanjutan Dan
Berwawasan Lingkungan. Jurnal Online Jurnal online Pertanian Tropik
Pasca Sarjana FP USU 1 (1): 1-8.
Ariningsih E, Rachman HPS. 2008. Strategi Peningkatan Ketahanan Pangan
Rumah Tangga Rawan Pangan. Analisis Kebijakan Pertanian. Pusat
Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian 6(3): 239-255.
Fuadi. N. A, M.Yanuar J.Purwanto, Suria Darma Tarigan. 2016. Kajian
Kebutuhan Air Dan Produktivitas Air Padi Sawah Dengan Sistempemberian

10
Air Secara Sri Dan Konvensional Menggunakan Irigasi Pipa. Jurnal Irigasi –
Vol. 11, No. 1,Mei 2016, Hal.23-32

Pasandaran Effendi. 2005. Reformasi Irigasi Dalam Kerangka Pengelolaan


Terpadu Sumberdaya Air. Analisis Kebijakan Pertanian. Volume3No. 3,
September2005: 217-235

Subagyono. Kasdi , Ai Dariah, Elsa Surmaini, dan Undang Kurnia. 2010.


Pengelolaan Air Pada Tanah Sawah.

Lampiran

11
12

Anda mungkin juga menyukai