Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGENDALIAN GULMA
ACARA IV PENGENALAN HERBISIDA

AGROTEKNOLOGI A

DISUSUN OLEH :
Ery Susanto ( C1011171072 )
Kelompok 11

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Produksi tanaman pertanian, baik yang diusahakan dalam bentuk


pertanian rakyat atau pun perkebunan besar ditentukan oleh beberapa
faktor antara lain hama, penyakit dan gulma. Kerugian akibat gulma
terhadap tanaman budidayabervariasi, tergantung dari jenis tanamannya,
iklim, jenis gulmanya, dan tentu sajapraktek pertanian di samping faktor
lain. Di negara yang sedang berkembang, kerugian karena gulma tidak saja
tinggi, tetapi juga mempengaruhi persediaan pangan dunia. Tanaman
perkebunan juga mudah terpengaruh oleh gulma, terutama sewaktu masih
muda. Apabila pengendalian gulma diabaikan sama sekali,
makakemungkinan besar usaha tanaman perkebunan itu akan rugi total.

Pengendalian gulma yang tidak cukup pada awal pertumbuhan


tanaman perkebunan akan memperlambat pertumbuhan dan masa sebelum
panen.  Beberapa gulma lebih mampu berkompetisi daripada yang lain
(misalnya Imperata cyndrica), yang dengan demikian menyebabkan
kerugian yang lebih besar. Persaingan antara gulma dengan tanaman yang
kita usahakan dalam mengambil unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah
dan penerimaan cahaya matahari untuk proses fotosintesis, menimbulkan
kerugian-kerugian dalam produksi baik kualitas maupun kuantitas. Oleh
karena itu diperlukan pengendalian gulma secara efektif dan efisien.

Pengendalian dapat berbentuk pencegahan dan pemberantasan.


Mencegah biasanya lebih murah tetapi tidak selalu lebih mudah. Di
negara-negara yang sedang membangun kegiatan pengendalian yang
banyak dilakukan orang adalah pemberantasan. Pengendalian gulma dapat
dilakukandengan cara-cara Preventif (pencegahan), Pengendalian gulma
secara fisik, Pengendalian gulma dengan sistem budidaya, Pengendalian
gulma secara biologis, Pengendalian gulma secara kimiawi, dan
Pengendalian gulma secara terpadu.

B. Tujuan Praktikum
a. Mengenal beberapa jenis herbisida
b. Mengetahui pengaruh herbisida kontak dan sistemik
c. Membandingkan hasil pengendalian dengan herbisida kontak dan
sistemik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Menurut cara kerja herbisida dapat diklasifikasikan menjadi herbisida


kontak dan herbisida sistemik. Herbisida kontak yaitu herbisida yang memberikan
efek pada bagian gulma yang terkena langsung / kontak langsung dengan
herbisida. Herbisida sistemik yaitu herbisida yang diserap oleh gulma dan
ditranslokasikan ke seluruh jaringan gulma dan akan sampai pada bagian , dimana
herbisida akan bekerja.( side ofaction).
Hersida kontak dikenal sebagai caustic herbisides, karena efek bakar yang
terlihat ,terutama pada konsentrasi yang tinggi. Reaksi sel tidak spesifik, biasanya
memperlihatkan denaturasi dan pengendapan protein. Minyak ( oils) merupakan
herbisida kontak yang ampuh , karena minyak mempunyai tegangan permukaan
yang rendah, sehigga akan segera membasahi seluruh permukaan daun dan batang
, dan merayap sampai ke titik tumbuh. Minyak akan melarutkan membran sel dan
akan merusak semua konfiguarsi sel sehigga sel akan mati. Paraquat merupakan
herbisida kontak, molekul herbisida ini akan menghasilkan radikal hidrogen
peroksida yang memecahkan membran sel dan merusak semua konfigurasi sel.
Herbisida kontak hanya mematikan bagian gulma yang terkena larutan, dan tidak
mematikan bagian yang ada di bawah tanah. Akar dan rimpang tidak akan
terpengaruh, sehigga sewaktu-waktu gulma akan tumbuh kembali.
Herbisida sistemik ditranslokasikan ke seluruh bagian tumbuh dan dapat
mematikan akar dan rimpang. Herbisida sistemik ditranslokasinkan melalui jalur
symplastik, yaitu bagian yang merupakan jaringan hidup. Komponen utama
jaringan symlas adalah floem. Floem jaringan hidup, maka jika herbisida terlalu
beracaun ( misalnya konsentrasinya terlalu tinggi) maka jaringan akan mati dan
proses translokasi tidak dapat berlangsung sehingga akan memberikan efek seperti
herbisida kontak, yaitu jaringan yang kena akan mati, dan bagian di bawah
permukaan tanah tidak terpengaruh dan tidak mati.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

a. Bahan:herbisida kontak ( Gramoxon) dan herbisida sistemik (Roun


up) dan herbisida berbahan aktif 2,4D ( Aladin/ Lindomin) air
bersih
b. alat berupa : alat semprot punggung ( knapsack sprayer , meteran
,gelas ukur, ember gayung,patok kayu ( reng kayu panjang 1 meter
sebanyak 30 potong), dan tali rafia,

B. Prosedur Kerja
a. Pada gulma campuran
1. Pilihlah lokasi yang mempunyai gulma campuran Menggunakan
tali rafia,
2. Buatlah tiga buah petak A, B dan C masing- masing ukurannya
lebar 2 m, panjang sesuai dengan lahan yang tersedia.
3. Catatlah spesies spesies gulma yang ada pada masing-masing petak
dan masukkan pada tabel.
4. Siapkan alat semprot dan isi dengan larutan herbisida dengan
konsentrasi sesuai dengan anjuran di label kemasannya . Herbisida
yang digunakan adalah gramoxon dengan kode G dan Round up
dengan kode R. dan
5. Lakukan penyemprotan larutan G pada petak A dan larutan R pada
petak B.
6. Pengamatan dilakukan setelah; 3 hari, 1 minggu, 2 minggu, 3
minggu dan 4 minggu. Yang diamati adalah: jenis gulma yang mati
dan jenis gulma yang hidup serta proses kematiannya
7. 7. Bahas apa yang terjadi dan simpulkan!
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktikum

1. Gramoxon

Bahan aktif Paraquat


Jenis formulasi SL
Tranlokasi Kontak
Selektifitas Non selektif
Waktu aplikasi Penyemprotan volume tinggi.
Aplikasi dimulai pada saat gulma
tumbuh subur pada pagi atau sore
hari.
Gulma sasaran Semua jenis gulma yang
mengganggu tanaman budidaya
Dosis 1-2 l/ha
Volume semprot -
Mekanisme kerja Sebelum melalukan aplikasi
jangan makan, minum atau
merokok. Menggunakan sarung
tangan, topeng muka dan
pelindung. Setelah melakukan
aplikasi, cuci tangan yang bersih
dan bersihkan pakaian.
Gejala serangan gulma 2-7 HSS gulma yang terkena
semprotan langsung mengering
dan mati

2. Lindonim 865 SL

Bahan aktif 2,4 D dimetil amina 865 g/l


Jenis formulasi SL
Tranlokasi Sistemik
Selektifitas Non selektif
Waktu aplikasi Purna ( pasca ) tumbuh
Gulma sasaran Lindemia sp, Monochoria
viginalis, Paspalum districhom
Dosis 0,5-1 l/ha
Volume semprot 200-400 l/ha
Mekanisme kerja Sebelum melalukan aplikasi
jangan makan, minum atau
merokok. Menggunakan sarung
tangan, topeng muka dan
pelindung. Setelah melakukan
aplikasi, cuci tangan yang bersih
dan bersihkan pakaian.
Gejala serangan gulma 4 HSS gulma yang sukulen
pucuknya melengkung, gejala
klorosis. 7 HSS gulma berduan
lebar pucuknya mati, klorosis.

3. Roundup

Bahan aktif 486 g/l ipa glifosat (42% w/w ipa


glifosat, setara dengan glifosat
360g/L)
Jenis formulasi SL
Tranlokasi Sistemik
Selektifitas Non selektif
Waktu aplikasi Purna ( pasca ) tumbuh
Gulma sasaran Gulama teki, gulma rerumputan,
dan gulma berdaun lebar
Dosis 3-6 l/ha
Volume semprot -
Mekanisme kerja Sebelum melalukan aplikasi
jangan makan, minum atau
merokok. Menggunakan sarung
tangan, topeng muka dan
pelindung. Setelah melakukan
aplikasi, cuci tangan yang bersih
dan bersihkan pakaian.
Gejala serangan gulma 7 HSS gulma yang pendek sudah
mengalami klororis, sedangkan
gulma yang tinggi belum, bahkan
gulma sudah ada yang mati.

B. Pembahasan

Herbisida adalah senyawa kimia yang digunakan untuk menekan


pertumbuhan atau mematikan gulma. Herbisida dapat berfungsi dengan
sempurna setelah masuk kedalam tubuh tumbuhan, kecuali bagi herbisida
kontak. Dari pengamatan yang telah dilakukan terhadap berbagai jenis
herbisida yang diamati mempunyai cara kerja, formulasi dan translokasi
yang berbeda-beda, ada yang bersifat purna tumbuh selektif, sistemik pra
tumbuh, dll.
Herbisisda purna-tumbuh yang bersifat selektif dapat digunakan
untuk mengendalikan gulma berdaun lebar, golongan teki, dan beberapa
jenis rumput. Keunggulan herbisida selektif ini adalah tidak
membahayakan beberapa jenis tanaman pokok yang disarankan pada
labelnya. Herbisida purna tumbuh memiliki dua cara kerja yang berbeda.
Pertama, herbisida kontak yang hanya mematikan bagian gulma yang
terkena semprot (efektif untuk mengendalikan gulma berdaun lebar atau
gulma semusim yang tidak memiliki organ perkembangbiakan dibawah
permukaan tanah), kedua adalah herbisida sistemik.
Herbisida ini harus disemprotkan secara merata pada seluruh
bagian gulma, dan hanya membutuhkan waktu yang singkat untuk
mematikan gulma pengaruhnya dapat terlihat dalam waktu satu atau dua
hari saja. Herbisida ini tidak efektif pada musim hujan, karena turunnya
hujan setelah penyemprotan akan mencuci racun yang melekat pada
permukaan daun.
Herbisida sistemik akan masuk kedalam jaringan tanaman melalui
daun gulma dan ditranslokasikan sampai pada akar. Karenanya, herbisida
sistemik sangat efektif untuk mengendalikan gulma yang memiliki
rhizomaatau stolon, seperti alang-alang dan teki. Karena herbisida ini akan
mematikan gulma sampai pada bagian yang terdapat dibawah tanah
herbisida sistemik tersedia dalam formula granule (butiran) yang biasa
dipakai pada tanaman padi.
Translokasi herbisida berarti perpindahan suatu herbisida dari atas
ke bawah atau sebaliknya setelah herbisida masuk ke dalam tubuh
tumbuhan. Translokasi dapat sangat berguna bagi pengendalian gulma
yang bersistem akar luas dan dalam. Dengan memindahkan konsentrasi
herbisida ke bagian yang tak terjangkau tersebut, tidak hanya bagian atas
gulma saja yang mengalami hambatan ataupun kerusakan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Herbisida adalah senyawa atau material yang disebarkan pada lahan


pertanian untuk menekan atau memberantas tumbuhan yang menyebabkan
penurunan hasil (gulma), jenis-jenis herbisida dapat dilihat berdasarkan
sifat herbisida dan cara aplikasinya.
2. Herbisida yang selektif merupakan suatu herbisida yang sangat beracun
untuk suatu jenis tumbuhan tertentu, akan tetapi tidak beracun untuk
tumbuhan lainnya yang berbeda terutama familinya. Sedangkan herbisida
nonselektif merupakan herbisida yang beracun untuk setiap jenis
tumbuhan.
3. Cara aplikasi berdasarkan waktu dibedakan menjadi herbisida pratanam,
pascatanam, herbisida pratumbuh (preemergence herbicide) danherbisida
pascatumbuh (postemergence herbicide).
4. Cara aplikasi menurut konsentrasi, waktu aplikasi dan volume semprot
merupakan penentuan derajat keberhasilan pengendalian gulma

B. Saran
Semoga dalam praktikkum selanjutnya dapat dilakukan secara lansung di
laboratorium dan melibatkan semua mahasiswa yang mengambil mata kuliah
ini.
DAFTAR PUSTAKA

Djojosumarto, Panut. 2008. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Yogyakarta :


Penerbit Kanisius.

Hance, Raymond J. 1987. An Introduction to Weed Control. Basle : Ciba-Geigy


Agro Division.

Novizan. 2007. Petunjuk Pemakaian Pestisida. Jakarta : PT Agromedia Pustaka.

Wudianto, Rini. 1990. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Jakarta : Penebar


Swadaya

Anda mungkin juga menyukai