Anda di halaman 1dari 19

PENGENALAN HERBISIDA

(Laporan Ilmu dan Teknik Pengendalian Gulma)

Oleh :
Ra’uf Aprilian
2114161035
Kelompok 7

JURUSAN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengendalian gulma dapat didefenisikan sebagai proses membatasiinfestasi gulma


sedemikian rupa sehingga tanaman bisa dibudidayakan secara produktif dan
efisien. Dalam pengendalian gulma tidak ada keharusan untuk mengendalikan
seluruh gulma, melainkan cukup menekan pertumbuhan ataumengurangi
populasinya. Dengan kata lain pengendalian hanya bertujuanuntuk menekan
populasi gulma sampai tingkat yang tidak merugikan secaraekonomi. !aat ini,
terdapat berbagai macam metode pengendalian gulma yangdikenal secara luas,
seperti pengendalian mekanis dan kimiawi. Pengendaliankimiawi, dengan
menggunakan herbisida, merupakan metode yang paling banyak digunakan karena
tingkat efisiensi dan efektivitas yang tinggi (Barus, 2017).

Herbisida ini dapat mempengaruhi satu atau lebih proses-proses


seperti pada proses pembelahan sel, perkembangan jaringan, pembentukan
klorofil, fotosintesis, respirasi, metabolisme nitrogen, aktivitas enzim dan
sebagainya&yang sangat diperlukan tumbuhan untuk mempertahankan kelangsun
ganhidupnya. Di samping itu herbisida bersifat racun terhadap gulma atautumbuh
an penganggu juga terhadap tanaman. Herbisida yang diaplikasikan dengan dosis
tinggi akan mematikan seluruh bagian dari jenis tumbuhan. Pada dosis yang lebih
rendah, herbisida akan membunuh tumbuhan dan tidak merusak tumbuhan yang
lainnya (Henry, 2010).

Teknik pengendalian secara kimia dengan menggunakan herbisida cenderung


mengalami peningkatan kualitas dan kuantitas dari tahun ke tahun. Penggunaan
herbisida merupakan salah satu faktor penyumbang dalam meningkatkan hasil
pertanian. meskipun demikian, penggunaan herbisida sejenis secara terus-menerus
dalam waktu yang lama dapat menyebabkan resistensi gulma, kerusakan struktur
tanah, pencemaran lingkungan hidup dan menimbulkan keracunan pada tanaman
pokok. Di dalam tanah, umumnya residu herbisida berinteraksi dengan partikel
tanah dan akar tanaman.Herbisida yang jatuh sampai ke tanah, selain diabsorbsi
oleh partikel tanah juga berada dalam larutan tanah dan bergerak ke segala arah
termasuk diserap akar tanaman. Penggunakan herbisida pada pertanian harus
Memperhatikan keuntungan dan kelebihannya, oleh karena itu penting untuk
petani mengetahui segala sesuatu yang terkait dengan herbisida (Adnan, 2012).

1.2. Tujuan

Tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah, untuk memperkenalkan kepada


praktikan berbagai jenis pestisida dan kegunaannya.
II. METODOLOGI PRAKTIKUM

2.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari kamis, 13 April 2023 pada pukul 15:00-
17:50 WIB di Laboratorium Gulma, Fakultas Pertanian, Universitas Lmpung.

2.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu, alat tulis, kertas, dan
label yang terletak pada herbisida.

2.3. Prosedur Kerja

Berikut merupakan prosedur kerja pada praktikum ini,


1. Dicatat informasi yang tertera pada label herbisida, meliputi merek dagang,
....bahan aktif dan kandungannya, formulasi, selektivitas, dan penggunaanya.
2. Dicari 10 herbisida dan dicatat label informasinya.
3. Hasil.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Hasil dari praktikum yang dilakukan yaitu :

Tabel herbisida
No Gambar
1

Nama & bahan aktif Kixor dan saflufenasil 70 % WG


Jenis formulasi WG (bubuk)
Translokasi Sistemik
Selektivitas Selektif
Waktu aplikasi Saat gulms menutupi 80% lahan, dan 7 hari
sebelum penanaman
Tanaman sasaran Sawit dan jagung
Gulma sasaran dna dosis Gulma daun lebar (ageratum
conyzodies,ipomea tribola, syhederella
nodiflora =40-60 l/ha)
Volume semprot 400-500 L/ha
Mekanisme kerja Saflufenacil adalah inhibitor potensial dari
biosintesis klorofil yang cepat menghasilkan
penumpukan oksigen reaktif dan peroksidasi
lipid dari sel membran. Hal ini menyebabkan
cepat hilangnya integritas membran
terkemuka kebocoran seluler, nekrosis
jaringan dan, akhirnya, kematian tanama

Nama & bahan aktif Sunrice 15wg dan etoksisulfuron


Jenis formulasi WG (bubuk)
Translokasi Sistemik
Selektivitas Selektif
Waktu aplikasi Saat penutupan gulma, dengan sasaran
minimum 75%
Tanaman sasaran Hutan tanaman industri, eucaliptus, padi
Gulma sasaran dan dosis Gulma daun lebar (150-200 g/ha)
Gulma daun sempit (eliusine indica)
Gulma Padi sawah (40-100 g/ha)
Volume semprot 400-600 L/ha
Mekanisme kerja Aplikasi herbisida ethoxysulfuron efektif
dalam mengendalikan gulma. Herbisida
ethoxysulfuron ini bersifat sistemik pasca
tumbuh yang mampu menekan pertumbuhan
gulma teki, daun lebar dan juga rumput pada
pertanaman padi
3

Nama & bahan aktif Basta 150 WSC dan amonium glufosinat
Jenis formulasi WSC (cair)
Translokasi Kontak dan sistemik
Selektivitas Non-selektif
Waktu aplikasi Saat cuaca cerah atau panas terik
Tanaman sasaran Aqeratum conyzodies,borrenia sp,
neprodopsis dan sebagainya
Gulma sasaran dna dosis Gulma daun lebar (5-10 l/ha)
Gulma daun sempit (5-10 l/ha)
Gulma alang-alang (15-30 l/ha)
Gulma teki (3 l/ha)
Volume semprot 200-800 L/ha
Mekanisme kerja Menghambat enzim pusat untuk metabolisme
tanaman. Tanaman menyerap zat ini terutama
melalui daun dan bagian hijau lainnya.
Sebagai herbisida kontak, Glufosinate-
amonium hanya efektif jika kontak dengan
tanaman. Hal ini memungkinkan untuk
mengendalikan gulma tanpa mempengaruhi
akar atau membutuhkan persiapan lahan
4

Nama & bahan aktif Calaris dan mesotrion / antrain 500 g/l
Jenis formulasi Pekatan suspense
Translokasi Sistemik
Selektivitas Selektif
Waktu aplikasi Saat tinggi gulma 5-10 cm, atai 7-15 hari
setelah tanam.
Tanaman sasaran Tanaman budidaya pertanian
Gulma sasaran dna dosis Gulma berdaun lebar (ageratum
conyzodies,altenatnera), gulma berdaun
sempit (digitarium ciciorus, etiusine indica)
dan teki (cyperus kylingiya)
Volume semprot 1,5-2 L/ha
Mekanisme kerja Menghambat fungsi enzim HPPD
yang menyebabkan pigmen karotenoid tidak
terbentuk. diaplikasikan pada berbagai
jenis tumbuhan hanya akan mematikan
species tertentu gulma dan relatif
tidak mengganggu tanaman yang
dibudidayakan
5

Nama & bahan aktif Metsun dan metsulfuron methyl 60 g/l


Jenis formulasi WG (bubuk)
Translokasi Sistemik
Selektivitas Selektif
Waktu aplikasi Pra-tumbuh
Tanaman sasaran Karet, sawit dan padi
Gulma sasaran dna dosis Ageratu conyzodiez, mikania sp, poerania
javanica, marsilea crenat (20-30 g/ha)
Volume semprot 400 L/ha
Mekanisme kerja Mekanisme awal herbisida
ini bekerja dengan cara menghambat
perubahan α ketoglutarate menjadi 2-
acetohydroxybutyrate dan
piruvat menjadi 2-acetolactate sehingga
mengakibatkan rantai cabang asam amino
valine, leucine, dan
isoleucine tidak dihasilkan. Tanpa adanya
asam amino yang penting ini, maka protein
tidak dapat terbentuk dan tumbuhan
mengalami kematian
6

Nama & bahan aktif Bigben dan Bentazon 150 g/L + imazapir 20
g/L
Jenis formulasi Cair
Translokasi Sistemik dan kontak
Selektivitas Non selektif
Waktu aplikasi Saat penutupan gulma mencapai 75% dan
kondisi lingkungan mendukung
Tanaman sasaran Jagung
Gulma sasaran dna dosis Agerantum conyzoides 1-2L/ha
Synedrella nodiflora 1-2L/ha
Cleome rutidospermae 1-2L/ha
Elguise inaica 1-2L/ha
Setaria plicatu 1-2L/ha
Volume semprot 1-2 L/Ha
Mekanisme kerja bentazon berperan sebagai herbisida kontak
selektif penghambat fotosintesis dengan
mengikat elektron dari fotosistem II ke
fotosistem I yang menyebabkan tidak
terjadinya proses pengikatan ion H+ pada
fotosistem I oleh NADP- dan pembentukan
ATP pada gulma teki dan daun lebar.
7

Nama & bahan aktif Crash dan Isopropil amina glifosfat 480 g/L
Jenis formulasi Cair
Translokasi Sistemik
Selektivitas Non selektif
Waktu aplikasi Pada ssat gulma tumbuh subur
Tanaman sasaran Karet, Kelapa Sawit, Teh, Acacia mongium
dan Eucalyprus sp.
Gulma sasaran dna dosis Karet : - Calopogonium mucunaides 3-4,5
L/ha
- Orthocloa nodusa 4,5L/ha
Kelapa sawit :
- Mikania micrantha 2,25-3 L/ha
- Elephantophus scaber 2-3 L/ha
- Clidemia hirta 2,25-3 L/ha
- Setaria plicata 1-2 L/ha
Teh :
-Agercitum conytoides 2-4 L/ha
-Drymaria cordaia 2-4 L/ha
-Syndrelia nodiflora 1-2 L/ha
Acacia mangium:
-Digitria sp. 2-3 L/ha
-Borneria alata 2-4L/ha
Eucalyprus sp. :
-Agercitum conrtordes 2-3 L/ha
- Paspalum conjugatum 2-3 L/ha
Volume semprot 400-600 L/ha
Mekanisme kerja Membantu mengatasi kekurangan sumber
daya manusia dan meningkatkan kandungan
jumlah bahan organik serta untuk persiapan
lahan sebelum tergenang.

Nama & bahan aktif Brangas Bahan aktif : Isopropil amina


glifosfat g/l setara dengan glifosfat 363 g/l
Jenis formulasi Cair
Translokasi Sistemik
Selektivitas Non selektif
Waktu aplikasi Pasca panen
Tanaman sasaran Kelapa sawit
Gulma sasaran dna dosis Gulma berdaun lebar Borreria alata, Mikania
mikranta. Golongan rumput Ottochloa
nodosa, Paspalum conjugatum
(Penyemprotan volume tinggi: 2-3 l/ha)
Volume semprot 600 L/ha
Mekanisme kerja Herbisida Brangas adalah Herbisida Sistemik
Purna Tumbuh dengan Bahan Aktif
Isopropilamina Glifosat 490 SL membasmi
Rumput Liar ( Gulma berdaun lebar, gulma
berdaun sempit ) sampai ke
akarnya.Keunggulan Herbisida Brangas
dengan Herbisida lainnya : Kandungan
Isopropilamina Glifosat membasmi rumput
sampai ke akarnya Isopropilamina Glifosat
490SL kandungan lebih tinggi daripada
herbisida standard sehingga rumput lebih
cepat mati dan kering Membasmi rumput
sampai ke akarnya sehingga pertumbuhan
rumput baru akan lebih lama 13isbanding
penggunaan herbisida lainnya.

Nama & bahan aktif Metsulindo Bahan aktif : Metil metsufuron


20%
Jenis formulasi Padat
Translokasi Sistemik
Selektivitas Non selektif
Waktu aplikasi Pakis : Pada saat pertumbuhan vegetatif
gulma.
Padi : Sebelum ditemukan adanya gulma.
Tanaman sasaran Padi dan pakis
Gulma sasaran dna dosis Pakis : Nephprolepis biserrata dan
Heterogium saxicola. (Penyemprotan volume
50-100 g/ha). Padi : Lepthochola chinensis,
Monochoria vaginalis, Marsilea crenata,
Chyperus sp, Fimbristylis miliacea, dan
Scirpus juncoides. (Penyemprotan volume
10-20 g/ha).
Volume semprot Pakis : 500 l/ha
Padi : 250 l/ha
Mekanisme kerja bekerja secara sistemik menyebabkan
kematian pada gulma sasaran dengan cara
menghambat pembelahan sel-sel didalam
jaringan. Dapat mematikan benih gulma
maupun gulma yang baru tumbuh, sehingga
dapat diaplikasikan beberapa saat sebelum
atau sesudah tanam.

10

Nama & bahan aktif Tuntas dan Isoprofil amina glifosfat 300 g/L
(setara dengan glifosfat 222 g/L) dan 2,4-D
dimetil amina 100 g/L (setara dengan 2,4-D
83 g/L
Jenis formulasi Cair
Translokasi Sistemik
Selektivitas Non selektif
Waktu aplikasi Dimulai saat penutupan gulma mencapai 755
dan kondisi lingkungan mendukung
Tanaman sasaran Karet, kelapa sawit, padi sawah
Gulma sasaran dna dosis Karet :
-Agerantum conyzoides 1,5-3 L/ha
-Asonopus comprsius 1.5 -3 L/ha
-Paspalum conjugatum 3-4,5 L/ha
Kelapa sawit:
-Borreria alata 1,5-3 L/ha
-Digitaria adscendens 1,5-3 L/ha
-Paspalum conjugatum 1,5-3 L/ha
Padi sawah :
-Comelina Nodiflora 3-4 L/ha
-Monochoria vagiralis 3-4 L/ha
-Chyxrus iria 4,5-6 L/ha
-Fimbristylis litolaris 4,5-6 L/ha

Volume semprot 400-600 L/ha


Mekanisme kerja Membasmi rumput liar yang tumbuh di
pekarangan yang sangat mengganggu. Obat
ini akan mematikan tumbuhan liar sampai ke
akarnya, sehingga tak dapat tumbuh kembali.
Tanaman liar seperti gulma, rumput, atau
ilalang akan musnah sampai ke akar dalam
waktu 2 minggu.

3.2 Pembahasan

Herbisida merupakan suatu bahan atau senyawa kimia yang digunakan untuk
menghambat pertumbuhan atau mematikan tumbuhan. Herbisida bersifat racun
pada gulma atau tumbuhan pengganggu juga terhadap tanaman. Pemberantas
gulma terjadi karena herbisida mengubah pengaruh bahan kimia di dalam jaringan
gulma, yang dapat mematikan jaringan itu atau merusak suatu sistem fisiologis
yang dibutuhkan untuk hidup atau pertumbuhan. Selektivitas herbisida adalah
mematikan spesies tumbuhan tertentu dari suatu populasi campuran namun
spesies yang lain tidak terpengaruhi (Riadi, 2011).
Herbisida kontak adalah herbisida yang langsung mematikan jaringan-jaringan
atau bagian gulma yang terkena larutan herbisida ini, terutama bagian gulma yang
berwarna hijau. Herbisida jenis ini bereaksi sangat cepat dan efektif jika
digunakan untuk memberantas gulma yang masih hijau, serta gulma yang masih
memiliki sistem perakaran tidak meluas. Herbisida ini hanya mampu membasmi
gulma yang terkena semprotan saja, terutama bagian yang memiliki hijau daun
dan aktif berfotosintesis. Keistimewaannya, dapat membasmi gulma secara cepat,
2-3 jam setelah disemprot gulma sudah layu dan 2-3 hari kemudian mati.
Sehingga bermanfaat jika waktu penanaman harus segera dilakukan.
Kelemahannya, gulma akan tumbuh kembali secara cepat sekitar 2 minggu
kemudian dan bila herbisida ini tidak menyentuh akar maka proses kerjanya tidak
berpengaruh pada gulma (Moenandir, 2005).

Herbisida sistemik adalah herbisida yang cara kerjanya ditranslokasikan ke


seluruh tubuh atau bagian jaringan gulma, mulai dari daun sampai keperakaran
atau sebaliknya. Cara kerja herbisida ini membutuhkan waktu 1-2 hari untuk
membunuh tanaman pengganggu tanaman budidaya (gulma) karena tidak
langsung mematikan jaringan tanaman yang terkena, namun bekerja dengan cara
menganggu proses fisiologi jaringan tersebut lalu dialirkan ke dalam jaringan
tanaman gulma dan mematikan jaringan sasarannya seperti daun, titik tumbuh,
tunas sampai ke perakarannya. Keistimewaannya, dapat mematikan tunas-tunas
yang ada dalam tanah, sehingga menghambat pertumbuhan gulma tersebut. Efek
terjadinya hampir sama merata ke seluruh bagian gulma, mulai dari bagian daun
sampai perakaran. Dengan demikian, proses pertumbuhan kembali juga terjadi
sangat lambat sehingga rotasi pengendalian dapat lebih lama (panjang).
Penggunaan herbisida sistemik ini secara keseluruhan dapat menghemat waktu,
tenaga kerja, dan biaya aplikasi. Herbisida sistemik dapat digunakan pada semua
jenis alat semprot, termasuk sistem ULV (Micron Herbi), karena penyebaran
bahan aktif ke seluruh gulma memerlukan sedikit pelarut (Purba, 2009).
IV. KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini adalah jenis herbisida bermacam-
macam baik dari bahan aktifnya, translokasinya, selektivitasnya, formulasi, dan
mekanisme kerjanya. Herbisida yang berbeda jenisnya maka pengendalian jenis
gulmanya pun berbeda. Teknik pengendalian gulma secara kimiawi ini digunakan
agar pengendalian gulma lebih efektif dan mudah namun harus dengan tepat dosis
supaya mampu mengendalikan gulma dan aman bagi tanaman budidaya.
DAFTAR PUSTAKA

Adnan., Hasanuddin., Manfarizah. 2012. Aplikasi Beberapa Dosis Herbisida


Glifosat Dan Paraquat Pada Sistem Tanpa Olah Tanah (TOT) Serta
Pengaruhnya Terhadap Sifat Kimia Tanah, Karakteristik Gulma, dan Hasil
Kedelai. Jurnal Agrista 16 (3) : 135-145.

Barus E. 2017. Pengendalian Gulma di Perkebunan.: Kanisus. Yogyakarta:

Henry. 2010. Pengendalian Gulma secara Kimiawi. Institut Pertanian Bogor.


.......... .Bogor.

Moenandir J. 2005. Fisiologi Herbisida. Jakarta (ID): Rajawali Pers.

Purba, E. 2009. Keanekaragaman Herbisida dalam Pengendalian Gulma


Mengatasi Populasi Gulma Resisten dan Toleran Herbisida. Universitas
Sumatera Utara. Medan.

Riadi. 2011. Herbisida dan Aplikasinya. Makassar (ID): Universitas Hasanudin.


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai