HORTIKULTURA
(Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman)
Oleh :
Gilang Kencana
2014161001
Tanaman tidak akan pernah lepas dari pada suatu penyakit, penyakit itu sendiri
mempunyai bermacam-macam sifat dan dampak yang ditimbulkan.Gejala adalah
keadaan penyakit yang merupakan perwujudan dari reaksi fisiologis dari tanaman
terhadap kegiatan yang bersifat merusak yang disebabkan pathogen. Setiap penyakit
pada tanaman tertentu akan memberikan gejala khusus, yang biasanya timbul dalam
suatu rangkaian selama terjadinya penyakit. Gejala yang dapat diamati secara
langsung disebut juga gejala morfologis. Gejala ini dapat dilihat dengan mata tanpa
bantuan alat, atau juga dapat dirasa, dibaui, diraba. Sedangkan gejala yang hanya
diamati dengan bantuan alat seperti mikroskop disebut sebagai gejala histologist
(Sumartini, 2010).
Penyebab penyakit dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu biotik atau parasit dan
abiotik atau non parasit. Biotik yaitu penyebab penyakit yang sifatnya menular atau
infeksius, msalnya jamur, bakteri, nematoda, mycoplasma dan tanaman tinggi
parasitik. Abiotik yaitu penyebab penyakit yang sifatnya tidak menular atau non
infeksius. Penyakit-penyakit karena penyebab abiotik sering disebut penyakit
fisiologis/fisiogenis, sedangkan patogennya disebut fisiopath. Fisiopath tersebut
antara lain kondisi cuaca yang tidak menguntungkan, kondisi tanah yang kurang baik,
dan kerusakan karena mekanik dan zat-zat kimia.
1.2 Tujuan
Gejala adalah perubahan yang ditunjukkan oleh tumbuhan itu sendiri sebagai
akibat adanya serangan suatu penyebab penyakit. Berdasarkan peruubahan yang
terjadi pada sel tumbuhan, gejala penyakit tumbuhan dapat dibagi 3 (tiga) yaitu
nekrotik, hipoplastis, dan hiperplastis. a) Nekrotik merupakan gejala yang terjadi
akibat adanya kerusakan pada sel atau bagian sel bahkan kematian sel.
Nekrotik terbagi atas hidrosis, klorosis, nekrosis, perforasi, busuk, eksudasi, layu,
mati ujung (die back), dan terbakar. b) Hipoplastis merupakan gejala yang
disebabkan karena terhambat atau terhentinya pertumbuhan sel. Hipoplastis
terbagi atas etiolasi, kerdil, klorosis, perubahan simetri, dan roset. c) Hiperplastis
merupakan gejala yang disebabkan karena adanya pertumbuhan sel yang lebih
dari biasanya (overdevelopment). Hiperplastis terbagi atas fasiasi,
intumesensia, erinose, kudis (Scab), menggulung atau mengeriting, prolepsis, sapu,
erinos, dan sesidium (Fahmi, 2012).
Pengenalan jenis - jenis penyakit pada tanaman dapat dilakukan dengan cara
percobaan di lapang pada setiap fase pertumbuhan tanaman. Timbulnya penyakit
dapat bervariasi tergantung dari fase pertumbuhan tanaman, musim, lokasi dan
varietas. Kombinasi dari beberapa penyakit dapat terjadi misalnya kombinasi
beberapa cendawan atau bahkan kombinasi dari cendawan, bakteri, dan virus
(Wigenasanta, 2004).
III.METODOLOGI
Praktikum ini dilakukan pada hari Rabu, 6 Oktober 2021 pukul 07.00-09.50 di
Tanjung Karang Pusat, Bandar Lampung.
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah alat tulis , foto
bagian tanaman yang menunjukkan gejala penyakit.
4.1.Hasil
Hasil yang didapatkan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1 Nama Gejala Nekrosa : Karat daun pada tanaman kamboja
. Foto Bagian Tanaman
Bergejala
Deskripsi Gejala Daun muda lebih tegak, pendek dan sempit. Daun
menguning di sepanjang tepi daun dan mudah patah
Tanda Penyakit Menyebabkan daun mongering, layu dan batang
mudah roboh
Patogen Penyakit Banana Bunchy Top Virus
Tanaman Inang Pisang
6. Nama Gejala Hypoplasia : Patah leher padi
Foto Bagian Tanaman
Bergejala
Deskripsi Gejala Daun terdapat bercak – bercak jorong. Pembusukan
dimulai dari ujung tangkai malai, kemudian patah
Tanda Penyakit Menyebabkan biji padi malai hampa, tangkai malai
busuk dan patah
Patogen Penyakit Pyricularia oryzae
Tanaman Inang Padi
4.2.Pembahasan
Penyakit kerdil pisang disebabkan oleh virus Bunchy top. Gejala bervariasi dan
timbul pada bermacam-macam umur tanaman. Pada pangkal daun kedua atau ketiga,
apabila dilihat permukaan bawahnya dengan cahaya tembus, akan tampak adanya
garis-garis hijau tua sempit yang terputus-putus. Pada punggung tangkai daun sering
terdapat garir-garis hijau tua. Kadang-kadang tulang daun menjadi jernih sebagai
gejala pertama terjadinya infeksi. Selanjutnya daun muda lebih tegak, pendek, sempit
dengan tangkai yang lebih pendek dari biasanya, menguning sepanjang tepinya, dan
mengering. Daun menjadi rapuh dan mudah patah. Tanaman terhambat
pertumbuhannya dan daun-daun membentuk roset pada ujung batang palsu
(Istiningdyah, 2010).
Penyakit patah leher atau potong leher berasal dari jamur Pyricularia oryzae (P.
grisea) yang menyerang dari fase vegetatif hingga generatif. Saat vegetatif gejala
pada daun terlihat bintik kecil menyerupai belah ketupat berwarna kuning dan
keunguan pada bagian tengah bintik. Karena bentuknya tersebut, patah leher juga
sering disebut penyakit belah ketupat. Semakin lama bercak menjadi besar, hingga
pada saat memasuki fase generatif pangkal malai membusuk dan mudah patah.
Karena posisi patahan dipangkal malai sehingga disebutlah patah leher. Gejala pada
penyakit ini bercak berbentuk belah ketupat-lebar di tengah dan meruncing di kedua
ujungnya. Leher malai yang terinfensi berubah menjadi kehitaman dan patah.
(Setiadi, 2005).
Penyakit akar gada adalah penyakit seperti jamur keluarga kubis dan merupakan
penyakit yang umum di Indonesia yang menyebabkan kerugian signifikan terhadap
hasil dan panen kubis pada umumnya. Penyakit ini disebabkan oleh
patogen Plasmodiophora brassicae. Kelayuan bibit atau tanaman adalah gejala bibit
telah terinfeksi. Hal ini menunjukkan bahwa akar telah rusak. Gejala pertama kali
terlihat pada akar adalah pembengkakan yang berkembang menjadi distorsi besar atau
seperti gada. Keseriusan bergantung kepada usia tanaman dan waktu bersentuhan
dengan penyakit tersebut. Awalnya, ladang -ladang tanaman yang sangat kerdil akan
muncul di lading. Pada tanaman di waktu-waktu selanjutnya, ladang –ladang tanaman
akan meluas hingga seluruh ladang terinfeksi. Semakin banyak spora yang ada di
dalam tanah, maka semakin parah gejalanya. Tanaman kubis mungkin tumbuh tanpa
kepala. Pengendalikan penyakit akar gada dengan cara pembibitan yang ketat dan
kebersihan ladang digabungkan dengan membuat ladang anda kurang menarik
bagi Plasmodiophora brassicae (Supriana, 2012).
Gejala serangan penyakit karat daun dapat dilihat pada permukaan atas dan bawah
daun, ditandai dengan bercak kuning jingga seperti serbuk (powder). Jika diamati
pada bagian bawah daun tampak bercak yang awalnya berwarna kuning muda,
selanjutnya akan berubah menjadi kuning tua, pada bagian tersebut akan terlihat jelas
tepung yang berwarna orange atau jingga. Tepung yang berwarna orange atau jingga
tersebut adalah uredospora jamur Hemileia vastatrix. Gejala lanjut, pada daun tampak
bercak cokelat saling bergabung, menjadi lebih besar, kemudian mengering dan
gugur sehingga tanaman menjadi gundul (Semangun 2000 dalam Harni 2015).
Umbi wortel yang terinfeksi oleh nematoda mengalami malformasi bentuk dan
variasi gejala yang lain. Tipe gejala, yaitu variasi malformasi umbi seperti umbi
bercabang, bulat dan bercabang, pendek dan membulat, pecah, serta akar berambut
(hairy root), selain itu juga ditemukan gejala lesio dan puru pada umbi mulai dari
ukuran kecil, sedang, dan besar. tipe gejala malformasi umbi, lesion, dan puru ukuran
kecil .Variasi gejala malformasi dapat disebabkan oleh perbedaan varietas tanaman,
strain nematoda, dan umur tanaman saat terinfeksi. Menurut Kurniawan (2010) umbi
membulat, bercabang, pecah, dan berambut merupakan bentuk malformasi umbi
wortel yang terinfeksi nematoda puru akar. Umbi pecah disebabkan karena hormone
IAA merangsang terjadinya hipertropi dan hiperplasiasehingga permukaan kulit umbi
tidak dapat mengimbangi pertumbuhan dan perkembangan umbi wortel secara
keseluruhan.
Gejala adalah perubahan yang ditunjukkan oleh tumbuhan itu sendiri sebagai
akibat adanya serangan suatu penyebab penyakit. Berdasarkan peruubahan yang
terjadi pada sel tumbuhan, gejala penyakit tumbuhan dapat dibagi 3 (tiga) yaitu
nekrotik, hipoplastis, dan hiperplastis. a) Nekrotik merupakan gejala yang terjadi
akibat adanya kerusakan pada sel atau bagian sel bahkan kematian sel.
Nekrotik terbagi atas hidrosis, klorosis, nekrosis, perforasi, busuk, eksudasi, layu,
mati ujung (die back), dan terbakar. b) Hipoplastis merupakan gejala yang
disebabkan karena terhambat atau terhentinya pertumbuhan sel. Hipoplastis
terbagi atas etiolasi, kerdil, klorosis, perubahan simetri, dan roset. c) Hiperplastis
merupakan gejala yang disebabkan karena adanya pertumbuhan sel yang lebih
dari biasanya (overdevelopment). Hiperplastis terbagi atas fasiasi,
intumesensia, erinose, kudis (Scab), menggulung atau mengeriting, prolepsis, sapu,
erinos, dan sesidium (Fahmi, 2012).
Penyakit tanaman adalah terjadinya perubahan fungsi sel dan jaringan inang
sebagai akibat gangguan yang terus menerus oleh agensi patogen atau faktor
lingkungan dan berkembangnya gejala dan Ketidak mampuan tumbuhan untuk
memberi hasil yang cukup kuantitas maupun kualitasnya. Konsep penyakit
tumbuhan dikenal dengan konsep segitiga penyakit yang merupakan konsep
timbulnya penyakit yang dipengaruhi oleh tanaman inang, patogen, dan faktor
lingkungan. 1) Tanaman inang adalah tanaman yang berpengaruh terhadap
timbulnya suatu penyakit tergantung dari jenis tanaman inang, kerentanan
tanaman, bentuk dan tingkat pertumbuhan, struktur dan kerapatan populasi,
kesehatan tanaman dan ketahanan inang dan tanaman inang terbagi atas tujuh
golongan yaitu tanaman inang rentan, tanaman inang resisten, tanaman inang
toleran, tanaman inang sekunder, tanaman inang primer, tanaman inang
alternative, dan tanaman inang perantara; 2)Pathogen adalah organisme hidup yang
mayoritas bersifat mikro dan mampu untuk dapat menimbulkan penyakit
tumbuhan antara lain yaitu cendawan, virus, bakteri, nematode, spiroplasma dan
riketsia; 3) Faktor lingkungan merupakan faktor yang dapat memberikan
pengaruh terhadap timbulnya suatu penyakit dapat berupa suhu udara, intensitas
dan lama curah hujan, intensitas dan lama embun, suhu tanah, kandungan air
tanah, kesuburan tanah, kandungan bahan organik, angin, api dan pencemaran
air (Adinugroho, 2008).
Virus adalah mahluk yang berukuran paling kecil. Hampir semua virus dapat
menimbulkan penyakit pada organisme lain. Gejala penyakit yang disebabkan oleh
virus sangat bervariasi. Ada virus yang laten tanpa menimbulkan gejala, ada virus
yang dapat menimbulkan gejala ke seluruh tubuh tanaman, mulai dari tidak berat
sampai sangat berat. Virus tumbuhan biasanya disebarkan oleh serangga vektor
golongan Aphid, leaf hoppers, Trips, tungau, lalat putih atau karena pembuatan
okulasi, penyambungan atau oleh adanya kontak antara tanaman sakit dengan
tanaman sehat (Eko, 2013).
Jamur adalah salah satu organisme penyebab penyakit yang menyerang hampir semua
bagian tumbuhan, mulai dari akar, batang, ranting, daun, bunga, hingga buahnya.
Penyebaran jenis penyakit ini dapat disebabkan oleh angin, air, serangga, atau
sentuhan tangan. Patogen ini menyebabkan bagian tumbuhan yang terserang,
misalnya buah, akan menjadi busuk. Jika menyerang bagian ranting dan permukaan
daun, akan menyebabkan bercak – bercak kecokelatan. Dari bercak – bercak tersebut
akan keluar jamur berwarna putih atau oranye yang dapat meluas ke seluruh
permukaan ranting atau daun sehingga pada akhirnya kering dan rontok. Bakteri
dapat membusukkan daun, batang, dan akar tumbuhan. Bagian tumbuh tumbuhan
yang diserang bakteri akan mengeluarkan lendir keruh, baunya sangat menusuk, dan
lengket jika disentuh. Setelah membusuk, lama – kelamaan tumbuhan akan mati
(Zalina, 2012).
Penyakit tumbuhan dapat disebabkan oleh faktor biotik dan faktor abiotik. Penyebab
penyakit yang bersifat biotik umunya bersifat parasitik pada tanaman, dapat
ditularkan, dan disebut penyakit biogenik. Selanjutnya, penyebab penyakit biogenik
disebut patogen. Beberapa patogen penyebab penyakit diantaranya adalah jamur,
bakteri, virus, mikroplasma dan tumbuhan parasite. Bakteri (dari kata Latin
bacterium; jamak: bacteria) adalah kelompok organisme yang tidak memiliki
membran inti sel. Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan berukuran
sangat kecil (mikroskopik), serta memiliki peran besar dalam kehidupan di bumi.
Beberapa kelompok bakteri dikenal sebagai agen penyebab infeksi dan penyakit,
sedangkan kelompok lainnya dapat memberikan manfaat dibidang pangan,
pengobatan, dan industri. Struktur sel bakteri relatif sederhana: tanpa nukleus/inti sel,
kerangka sel, dan organel-organel lain seperti mitokondria dan kloroplas. Hal inilah
yang menjadi dasar perbedaan antara sel prokariot dengan sel eukariot yang lebih
kompleks (Arantha, 2010).
Definisi umum spora adalah unit reproduksi baik seksualmaupun aseksual pada
bakteri, algae, fungi, dan sebagian tumbuhan seperti lumut dan tumbuhan paku.
Menurut Jackson (1928) spora biasanya microscopic dan uniseluler. Namun pada
organisme tertentu spora bukan berfungsi sebagai alat reproduksi. Spora dapat berupa
sel tunggal atau tersusun oleh beberapa sel dan dapat haploid maupun diploid. Sel-sel
ini akan dorman dan hanya tumbuh pada lingkungan yang sesuai. Pada tumbuhan
paku, spora haploid dan uniseluler akan dihasilkan dari proses meiosis di dalam
sporangium oleh generasi sporofit (diploid) yang sudah dewasa. Tubuh buah adalah
kumpulan hifa yg muncul dari dalam tanah atau kayu yg lapuk dan tubuh buah di
temui pada kelompok jamur tertentu.
V.KESIMPULAN
2. Penyebab penyakit dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu biotik atau parasit
dan abiotik atau non parasit.
3. Biotik yaitu penyebab penyakit yang sifatnya menular atau infeksius, msalnya
jamur, bakteri, nematoda, mycoplasma dan tanaman tinggi parasitik. Abiotik yaitu
penyebab penyakit yang sifatnya tidak menular atau non infeksius.
DAFTAR PUSTAKA
Deskripsi Gejala Daun muda lebih tegak, pendek dan sempit. Daun
menguning di sepanjang tepi daun dan mudah patah
Tanda Penyakit Menyebabkan daun mongering, layu dan batang
mudah roboh
Patogen Penyakit Banana Bunchy Top Virus
Tanaman Inang Pisang
6. Nama Gejala Hypoplasia : Patah leher padi
Foto Bagian Tanaman
Bergejala