Oleh:
NIM : 19/442259/KT/08957
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
YOGYAKARTA
2020
ACARA I
I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Mempelajari kerusakan tanaman melalui gejala (symptom) yang timbul
pada inang dan tanda (sign) yang merupakan kenampakan penyebab.
2. Mengetahui kerusakan dan penyebab penyakit biotik pada tanaman hutan
yang menyertai gejala yang tampak
II. BAHAN
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah :
1. Alat Tulis
2. Pensil Warna
•Membuat ilustrasi dari bagian yang rusak atau terkena penyakit disertaai
keterangan yang mendukung
3.
Penyakit bercak daun ini disebabkan oleh Pestalotia sp. dengan Pinus
merkusii sebagai inangnya. Gejalanya tampak bercak berwarna hitam pada
folikel, helaian daun menguning dan kemudian menjadi coklat. Tanda yang
ditemukan berupa tanda mikroskopis. Penyakit bercak daun memiliki gejala
luka nekrotik yang umumnya berwarna coklat atau putih, pada pusat dan tepi
bercak berwarna gelap. Jika jumlah bercak banyak, lama kelamaan akan
bertemu menjadi satu dan mengakibatkan kematian pada jaringan
(Sastrahidayat, 2017). Bentuk bercak daun bervariasi dan cenderung tidak
beraturan. Ukuran bercak semakin membesar dari waktu ke waktu dan akan
semakin meluas sehingga menutupi seluruh bagian daun. Pada bercak daun
yang telah meluas batas warna antara bagian tengah dan tepi akan semakin
jelas, pada bagian tengah bercak warnanya agak lebih terang dibandingkan
dengan bagian tepi bercak. pada umumnya gejala dan tanda penyakit bercak
daun adalah terbentuknya daerah yang mati pada daun (nekrosis). Luas
daerah nekrosis bervariasi mulai dari yang kecil sampai yang besar dengan
bentuk dari yang tidak beraturan sampai yang beraturan. Begitu pula dengan
warna bercak atau daerah nekrosis tadi beragam mulai dari kuning, coklat
hingga hitam. karakteristik dari penyakit bercak daun adalah terbentuknya
daerah-daerah mati pada daun, deaerah tersebut bervariasi dalam ukuran dan
bentuk. Jaringan daun yang mengalami nekrosis biasanya tidak menyeluruh
kecuali apabila jumlah bercak saling bersatu dan membentuk bercak yang
luas. Penularan penyakit terjadi dari permukaan daun yang satu ke daun yang
lainnya. Jika bercak telah menyebar keseluruh daun tidak lama kemudian
daun akan kering dan jika tidak ada penanganan serius akan menyebabkan
kematian pada bibit kerusakan pada daun tanaman dapat mengakibatkan
proses fotosintesis terganggu (Irawan dkk, 2015). Jamur ini dapat disebarkan
oleh angin. Selain itu, pangkas daun juga dapat menyebarkan spora jamur ini
menempel di daun-daun lain. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah
penyakit bercak daun adalah melakukan pengecekan semai secara berkala
(monitoring), mencari bibit unggul, mengatur jarak tanam, dan mengatur
suhu dan kelembapan lingkungan agar jamur tidak berkembang. Sedangkan,
pengendalian yang dapat dilakukan apabila terdapat tanaman yang terinfeksi
adalah dengan cara melakukan isolasi atau memisahkan tanaman yang sakit
dengan tanaman yang sehat. Apabila pengendalian dengan cara tersebut tidak
dapat mengatasi gangguan, dapat dilakukan pengunaan fungisida. Akan
tetapi, penggunaan fungisida haruslah menjadi cara terakhir karena memiliki
dampak buruk bagi lingkungan.
Dumping off atau lodoh memiliki ciri yaitu semai rebah, layu, dan
seperti disiram air panas, gejala penyakit ini dapat dibedakan dalam empat fase
yaitu :
Serangan terjadi pada benih yang baru ditanam dan belum berkecambah,
sehingga benih menjadi buruk, fase ini disebut lodoh benih (Germination loss).
Serangan terjadi pada benih yang sudah berkecambah, tetapi belum sempat
muncul di atas tanah, akibatnya kecambah mati dalam tanah. Fase ini disebut
lodoh batang (Pre-emergence damping-off)
Serangan terjadi pada benih yang sudah berkecambah dan telah muncul di atas
tanah. Umumnya fase ini terjadi pada kecambah yang berumur antara 1-4
minggu. Fase ini juga disebut lodoh batang (Post-emergence damping-off)
Serangan pada kotiledon dari kecambah yang telah tumbuh di atas tanah. Bagian
kotiledon yang terserang menjadi hangus, berwarna hitam pada ujung-ujungnya.
Fase ini disebut lodoh tajuk (Top damping-off). Serangan pathogen yang terjadi
pada kecambah yang bagian hipokotilnya telah mulai berkayu biasanya disebut
busuk akar (root-rot) atau lodoh yang terlambat (late damping-off) (Anggraeni,
2014).
D. Karat Tumor
Gambar 6. Warna Spora ketika masih muda Gambar 7. Warna Spora ketika sudah matang
E. Jamur Upas
F. Embun Tepung
G. Embun Jelaga
H. Kanker Batang
1. Gejala yang timbul pada tanaman dapat diketahui melalui dua indikasi.
Indikasi yang pertama yaitu gejala atau kelainan dari keadaan normal
yang ditunjukan oleh tanaman itu sendiri. Indikasi yang kedua yaitu tanda
yang merupakan struktur vegetatif dan generatif dari pathogen
2. Kerusakan yang ditimbulkan pada masing-masing tanaman berbeda
tergantung dari penyebabnya. Penyebab dari penyakit biotik yang terdiri
dari bakteri, jamur, virus, dan serangga disebut patogen. Penyebab yang
menimbulkan penyakit pada tanaman-tanaman hutan dalam praktikum
ini didominasi oleh jamur, kecuali sesidia yang dapat disebabkan oleh
serangga.
Daftar Pustaka
Anggraeni Illa, Darmawan U.W., Ismanto Agus. 2014. Insiden Penyakit pada
Kecambah Sengon (Falcataria moluccana (Miq.) Berneby and J.W Grimes)
dan Uji Patogenesis. Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa. Vol.
4(2).Hal : 166-172.
Anggraeni , I., & Wibowo, A. 2006. Serangan Penyakit Embun Tepung dan Karat
Daun pada Acacia auriculiformis A. Cunn. Ex Benth. di Kediri, Jawa Timur.
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam.Vol 3(1),Hal : 45-53.
Berlian, I., & Putra, R. C. (2019). Penyakit Jamur Upas (Corticium salmonicolor) di
Perkebunan Karet dengan Faktor Pembatas Berupa Genangan. Prosiding
Seminar Nasional Agroteknologui, Hal :293–298.
Boyce, J.S. 1961. Forest Pathology. McGGraw Hill Book Company Inc. New York
Corryanti dan Novitasari, D. 2015. Sengon dan Penyakit Karat Tumor. Cepu :
Puslitbang Perum Perhutani
Defitri Yuza. 2016. Pengamatan beberapa Penyakit yang Menyerang tanaman Kopi
(Coffea sp.) di Desa Mekar Jaya Kecamatan Betara Kabupaten Tanjung
Jabung Barat. Jurnal Media Pertanian.Vol. 1(2). Hal : 78-84.
Firdaus,Tawakal Ridho.,Amir Syarifuddin, dan Erni Mukti Rahayu.2019.Identifikasi
Penyakit Karat Tumor Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sengon.Journal of
Forest Science Avicennia.Vol 2(2).Hal : 31-35.
Hidayati N. dan Hendrati R.L. 2018. Inventarisasi dan Identifikasi Penyebab
Penyakit pada Acacia auriculiformis di Yogyakarta. Jurnal Pemuliaan Tanaman
Hutan Vol. 12 No. 2:105-113
Hidayati N., Nurrohmah S.H., Ardhany F. 2020. Isolasi Identifikasi dan Karakterisasi
Penyebab Penyakit Karat Daun pada Semai Pinus di Perum Perhutani BKPH
Purworej, KPH Kedu Selatan. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan. Vol.
14(1).Hal : 19-28.
Irawan Arif, Anggraeni Illa, Christita Margaretta. 2015. Identifikasi Penyebab
Penyakit Bercak Daun pada Bibit Cempaka (Magnolia elegans (Blume.)
H.Keng) dan Teknik Pengendaliannya. Jurnal Wasian.Vol. 2(2).Hal : 87-94.
Natawiria, J. 1986. Ancaman Hama dan Penyakit terhadap Hutan Tanaman.
Prosiding Seminar Nasional “Ancaman terhadap Hutan Tanaman Industri”.
Kerja sama antara Departemen Kehutanan dan FMIPA UI. PT Inhutani I,
Jakarta.Hal : 69-74.
Sastrahidayat, I. R. (2017). Penyakit Tumbuhan yang Disebabkan oleh Jamur.
Malang: UB Press.
Semangun, H.. 1989. Penyakit - penyakit Tanaman Holtikultura. Yogyakarta : Gajah
Mada University Press
Semangun, H. 2001. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakara : Gadjah Mada
University Press.
Shurtleff M C. 2017. Deter canker and dieback diseases. Enhaced Efficiency
Fertilizer. Penton Media Inc.
Sihotang, Hengki Tamando.2018.Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Penyakit Pada
Tanaman Jagung Dengan Metode Bayes.Journal of Informatic Pelita
Nusantara.Vol 3(1).Hal : 17-23.
Sulistiani,Heni., & Kurnia Muludi.2018.Penerapan Metode Certaintly Factor dalam
Mendeteksi Penyakit Tanaman Karet.Jurnal Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan. Vol 15(1).Hal : 51-59.
Sumartini, S., & Rahayu, M. (2017). Penyakit Embun Tepung dan Cara
Pengendaliannya Pada Tanaman Kedelai dan Kacang Hijau. Jurnal Penelitian
dan Pengembangan Pertanian.Vol. 36(2).Hal : 59-66.