Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR PERLINDUNGAN DAN KESEHATAN HUTAN


ACARA I
PENGENALAN GANGGUAN PENYAKIT BIOTIK DAN
PENYEBABNYA PADA TANAMAN HUTAN

Oleh:

Nama : Alif Abdul Aziz

NIM : 19/442259/KT/08957

Shift : Jumat, 15.30 WIB

Co-Ass : Avritania Sabila Putri

LABORATORIUM PERLINDUNGAN DAN KESEHATAN HUTAN

DEPARTEMEN SILVIKULTUR

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2020
ACARA I

PENGENALAN GANGGUAN PENYAKIT BIOTIK DAN PENYEBABNYA


PADA TANAMAN HUTAN

I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Mempelajari kerusakan tanaman melalui gejala (symptom) yang timbul
pada inang dan tanda (sign) yang merupakan kenampakan penyebab.
2. Mengetahui kerusakan dan penyebab penyakit biotik pada tanaman hutan
yang menyertai gejala yang tampak

II. BAHAN
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah :
1. Alat Tulis
2. Pensil Warna

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Semai Pinus merkusii yang terserang penyakit bercak daun, disebabkan


oleh jamur Pestalotia sp.
2. Akar Acacia sp., yang terserang penyakit akar merah, disebabkan oleh
jamur Ganoderma psudoferreum
3. Semai Albizia chinensis yang terserang penyakit damping-off disebabkan
oleh jamur Fusarium sp.
4. Batang Albizia chinensis yang terserang penyakit karat tumor,
disebabkan oleh jamur Uromycladium falcatarium
5. Batang dari Albizia chinensis dan Tectona Grandis yang terserang
penyakit jamur upas disebabkan oleh jamur Corticium Salmonicdor
6. Daun Acacia auriculiformis yang terserang penyakit embun tepung
(powdery mildew), disebabkan oleh jamur Oidium sp
7. Daun Acacia sp yang terserang penyakit embun jelaga (black mildew),
disebabkan oleh jamur Capnodium sp.dan Meliola sp.
8. Batang Khaya anthotheca yang terserang penyakit kanker batang,
disebabkan oleh jamur Phytophthora sp.
9. Semai Acacia sp. yang terserang penyakit sesidia disebabkan oleh jamur
Uromyces sp dan Serangga

III. CARA KERJA


Praktikum ini dilakukan dengan cara :

•Mengamati preparat yang ada serta mengamati gejala dan tanda


kerusakannya,yaitu pada :
•a. Bagian yang rusak
1. •b. Tipe kerusakan

•Mendeskripsikan tentang organisme penyebab dan bagian yang aktif dan


menjadi penular
2.

•Membuat ilustrasi dari bagian yang rusak atau terkena penyakit disertaai
keterangan yang mendukung
3.

Praktikum dasar dan perlindungan hutan ini dilakukan secara daring


dengan menggunakan aplikasi zoom. Praktikum ini berlangsung dengan cara
co-ass dari praktikum memberikan gambaran dan deksripsi tentang penyakit-
penyakit yang terjadi pada beberapa tumbuhan.Para praktikan diminta untuk
mengamati sekaligus dapat memahami penyakit yang ditampilkan dari
presentasi yang dijabarkan oleh co-ass praktikum. Kemudian penyakit tersebut
dideskripsikan oleh mahasiswa dan diilustrasikan dalam bentuk gambar
berwarna.
IV. PEMBAHASAN
Pada praktikum acara pertama ini, membahas tentang penyakit pada
tumbuhan hutan yang disebabkan oleh faktor patogen atau biotik. Suatu tanaman
dikatakan memiliki penyakit apabila tanaman tersebut menunjukkan
penyimpangan dari kondisi normal, baik dalam hal struktur maupun fungsi yang
menyebabkan gangguan pertumbuhan atau bahkan mematikan sebagian atau
seluruh bagian tanaman. Penyakit pada tanaman merupakan penyimpangan dari
sifat normal yang menyebabkan tanaman tidak dapat melakukan kegiatan
fisiologisnya secara normal dengan sebaik-baiknya (Semangun, 2001).
Aktivitas sel yang abnormal tersebut menunjukkan keadaan patologis yang khas
yang disebut gejala (symptoms) dan tanda (sign). Proses terjadinya penyakit
dapat berlangsung apabila ada factor yang mendukung yaitu adanya penyebab
penyakit (pathogen), adanya tanaman inang yang peka/rentan, dan adanya
kondisi lingkungan (suhu, cahaya, kelembaban, air, dan penyebab abiotis
lainnya) yang memungkinkan terjadinya proses penyakit. Ketiga factor tersebut
harus saling berinteraksi, sehingga akan timbul suatu penyakit tanaman (Boyce,
1961). Dalam literasi lain ditemukan bahwa Penyakit pada tanaman ialah
penyimpangan dari sifat normal yang menyebabkan tanaman tidak dapat
melakukan kegiatan fisiologisnya secara normal dengan sebaik-baiknya
(Widyastuti dkk, 2005). Di Indonesia, tenaga yang ahli dalam bidang penyakit
tanaman masih terbatas, baik dari segi jumlah dan waktu kerja. Dalam
menyelesaikan serangan hama dan penyakit yang menyerang tidak sedikit dari
pengelola melakukan kesalahan dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi.
Sehingga dengan pengenalan penyakit tanaman ini diharapkan bisa membantu
mengatasi permasalahan dengan memberikan solusi yang baik. Proses
pengidentifikasi didasarkan dari kondisi awal dimana kondisi awal merupakan
kondisi gejala-gejala yang ada kemudian dibandingkan dengan tumbuhan sehat
dan literasi yang sudah ditentukan lalu diambil nilai kebenaran yang paling besar
untuk menentukan kesimpulan dan solusi dari gejala yang ditimbulkan
(Sihotang,2018). Dengan mengetahui dan mengenali penyakit pada tanaman
diharapkan dapat meminimalisir kerugian akibat penyakit tersebut, karena
penyakit tanaman dapat menyebabkan kerugian berupa kerugian kerusakan
tanaman (penurunan produktivitas), kerugian ekonomi, dan kerugian waktu
(Sulistiani dan Muludi, 2018).

A. Penyakit Bercak Daun

Penyakit bercak daun ini disebabkan oleh Pestalotia sp. dengan Pinus
merkusii sebagai inangnya. Gejalanya tampak bercak berwarna hitam pada
folikel, helaian daun menguning dan kemudian menjadi coklat. Tanda yang
ditemukan berupa tanda mikroskopis. Penyakit bercak daun memiliki gejala
luka nekrotik yang umumnya berwarna coklat atau putih, pada pusat dan tepi
bercak berwarna gelap. Jika jumlah bercak banyak, lama kelamaan akan
bertemu menjadi satu dan mengakibatkan kematian pada jaringan
(Sastrahidayat, 2017). Bentuk bercak daun bervariasi dan cenderung tidak
beraturan. Ukuran bercak semakin membesar dari waktu ke waktu dan akan
semakin meluas sehingga menutupi seluruh bagian daun. Pada bercak daun
yang telah meluas batas warna antara bagian tengah dan tepi akan semakin
jelas, pada bagian tengah bercak warnanya agak lebih terang dibandingkan
dengan bagian tepi bercak. pada umumnya gejala dan tanda penyakit bercak
daun adalah terbentuknya daerah yang mati pada daun (nekrosis). Luas
daerah nekrosis bervariasi mulai dari yang kecil sampai yang besar dengan
bentuk dari yang tidak beraturan sampai yang beraturan. Begitu pula dengan
warna bercak atau daerah nekrosis tadi beragam mulai dari kuning, coklat
hingga hitam. karakteristik dari penyakit bercak daun adalah terbentuknya
daerah-daerah mati pada daun, deaerah tersebut bervariasi dalam ukuran dan
bentuk. Jaringan daun yang mengalami nekrosis biasanya tidak menyeluruh
kecuali apabila jumlah bercak saling bersatu dan membentuk bercak yang
luas. Penularan penyakit terjadi dari permukaan daun yang satu ke daun yang
lainnya. Jika bercak telah menyebar keseluruh daun tidak lama kemudian
daun akan kering dan jika tidak ada penanganan serius akan menyebabkan
kematian pada bibit kerusakan pada daun tanaman dapat mengakibatkan
proses fotosintesis terganggu (Irawan dkk, 2015). Jamur ini dapat disebarkan
oleh angin. Selain itu, pangkas daun juga dapat menyebarkan spora jamur ini
menempel di daun-daun lain. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah
penyakit bercak daun adalah melakukan pengecekan semai secara berkala
(monitoring), mencari bibit unggul, mengatur jarak tanam, dan mengatur
suhu dan kelembapan lingkungan agar jamur tidak berkembang. Sedangkan,
pengendalian yang dapat dilakukan apabila terdapat tanaman yang terinfeksi
adalah dengan cara melakukan isolasi atau memisahkan tanaman yang sakit
dengan tanaman yang sehat. Apabila pengendalian dengan cara tersebut tidak
dapat mengatasi gangguan, dapat dilakukan pengunaan fungisida. Akan
tetapi, penggunaan fungisida haruslah menjadi cara terakhir karena memiliki
dampak buruk bagi lingkungan.

Gambar 1. Pestalotia sp. Gambar 2. Pohon pinus yang terserang penyakit

B. Penyakit Akar Merah

Penyakit jamur akar merah biasanya bekerja dengan membentuk rumpang


rumpang yang luas, dan berkembang dengan waktu yang sangat lama, sehingga
gejala ini baru dapat terlihat setelah bertahun-tahun kemudian. Penyakit ini
sering menyerang tanaman yang sudah berumur tua dan menular melalui
kontak antar akar (Semangun, 1989) menyatakan bahwa penyakit akar merah
(Ganoderma pseudoferrum) mengakibatkan akar yang sakit tertutup oleh
selaput miselium berwarna merah yang dilekati oleh butir-butir tanah, warna
itu semakin jelas terlihat bila akar dicuci. Penyakit akar merah yang disebabkan
oleh gejala yang diakibatkan oleh jamur Ganoderma pseudoferrum tergolong
dalam tipe nekrosis (necrosis symptom) yang mengakibatkan permukaan akar
yang sakit mempunyai kondisi basah dan tertutup oleh lapisan miselium aktif
berwarna kecoklatan (Widyastuti dkk,1998). Ganoderma pseudoferrum ini
menyerang tanaman Acacia sp. Pada tubuh buah jamur terdapat dua warna
yang berbeda. Bagian yang berwarna merah bernama porus, bagian ini
berfungsi untuk menghasilkan spora merah. Sedangkan bagian yang berwarna
putih bernama himenium. Bagian ini berfungsi untuk melindungi porus. Vector
penyebar penyakit ini adalah melalui air, tanah / media, dan juga kontak antar
akar. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya
jamur akar merah adalah dengan adanya pengaturan jarak tanam dan juga
melakukan pengecekan (monitoring) secara berkala. Selanjutnya, upaya
pengendalian tanaman yang sudah terserang penyakit ini adalah dengan
melakukan eradikasi/ pemusnahan objek pohon yang berpenyakit, pembuatan
parit, dan juga dengan memutus penyebaran spora. Gejala yang timbul selain
akar membusuk yaitu daun merontok. Tanda berupa lapisan jamur berwarna
merah merupakan sporus yang akan menghasilkan spora. Terdapat juga tubuh
buah jamur berwarna putih, disebut himenium, yang berguna untuk melindungi
porus.

Gambar 3. Bagian dari Ganoderma Fseudoferrum Gambar 4. Pohon yg terserang


C. Dumping Off

Dumping off atau lodoh memiliki ciri yaitu semai rebah, layu, dan
seperti disiram air panas, gejala penyakit ini dapat dibedakan dalam empat fase
yaitu :
 Serangan terjadi pada benih yang baru ditanam dan belum berkecambah,
sehingga benih menjadi buruk, fase ini disebut lodoh benih (Germination loss).
 Serangan terjadi pada benih yang sudah berkecambah, tetapi belum sempat
muncul di atas tanah, akibatnya kecambah mati dalam tanah. Fase ini disebut
lodoh batang (Pre-emergence damping-off)
 Serangan terjadi pada benih yang sudah berkecambah dan telah muncul di atas
tanah. Umumnya fase ini terjadi pada kecambah yang berumur antara 1-4
minggu. Fase ini juga disebut lodoh batang (Post-emergence damping-off)
 Serangan pada kotiledon dari kecambah yang telah tumbuh di atas tanah. Bagian
kotiledon yang terserang menjadi hangus, berwarna hitam pada ujung-ujungnya.
Fase ini disebut lodoh tajuk (Top damping-off). Serangan pathogen yang terjadi
pada kecambah yang bagian hipokotilnya telah mulai berkayu biasanya disebut
busuk akar (root-rot) atau lodoh yang terlambat (late damping-off) (Anggraeni,
2014).

Penyakit ini umumnya disebabkan oleh berbagai fungi penghuni tanah


(Soil born phatogen), antara lain fungi pathogen Phytium sp., Rhizoctonia sp.,
Fusarium sp., Lasiodiplodia sp., Phytophthora sp. dan Cylindrocladium sp.
Hasil identifikasi secara makroskopis maupun mikroskopis menunjukkan bahwa
fungi penyebab penyakit ini adalah Fusarium sp. (Deuteromycetes). Fungi ini
menghasilkan tiga jenis spora yaitu mikrokonidia, makrokonidia dan
klamidospora. Mikrokonidia berbentuk oval, bersel satu dan hialin. Mikrospora
umumnya terbentuk pada saat patogen berada dalam pembulluh inang,
mikrokonidia merupakan yang paling banyak dibentuk oleh Fusarium dalam
berbagai lingkungan. Makrokonidia mempunyai bentuk yang khas yaitu seperti
bulan sabit, terdiri dari 3-5 septa dan berwarna hialin. Makrokonidia banyak
dihasilkan pada permukaan kecambah sengon yang sakit pada saat pembuatan
preparat secara langsung dari jaringan yang sakit. Klamidospora terbentuk pada
saat keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan (lingkungan ekstrim) terdiri
dari 1-2 sel berdinding tebal dan dihasilkan pada ujung miselium. Miselium
fungi bersepta dan bercabang-cabang dengan warna hialin (Anggraeni, 2014).

Gambar 5.Vegetasi yang terkena damping off

D. Karat Tumor

Karat tumor adalah penyakit yang berbahaya dimana menyerang


tanaman sengon.Penyakit ini disebabkan oleh jamur karat (uromycladium
falcatarium). Gejalanya berupa pembekakan batang/ranting, dimana karat tumor
yang masih muda bewarna hijau kecoklat coklatan serta dilapisi oleh lapisan
seperti tepung bewarna kemerah merahan, merupakan kumpulan dari patogen,
Sedangkan tumor yang sudah tua bewarna coklat kemerah merahan sampai
bewarna hitam dan biasanya tumor sudah keropos berlubang, serta digunakan
sebagai sarang semut atau serangga lain. gejala diawali dengan adanya
pembengkakan lokal di bagian yang terserang di bagian daun, cabang, dan
batang, lama kelamaan pembengkakan berubah menjadi benjolan kemudian
menjadi bintil kecil atau yang disebut dengan tumor (Firdaus dkk, 2019). Tipe
gejalanya adalah hipertrofi yang bisa juga menjadi nekrosis jika didiamkan lama
kelamaan. Penyakit ini dapat disebarkan oleh vektor hewan, angin, dan air.
Tandanya berupa makroskopis yaitu terlihat benjolan pada batang, yang pada
awalnya berwarna hijau dan ketika sporanya matang akan berwarna merah.
Pencegahannya dapat dilakukan mointoring, pengaturan jarak tanam, isolasi
tanaman yang terkena, pemilihan bibit unggul, dan pemilihaan pola tanaman.
Bentuk kerugian yang dapat ditimbulkan oleh penyakit ini antara lain cacat pada
batang, sehingga dapat mengurangi volume dan kualitas kayu, kematian
tanaman, bahkan kesempatan dan harapan yang hilang bagi petani sengon
(Corryanti & Novitasari, 2015).

Gambar 6. Warna Spora ketika masih muda Gambar 7. Warna Spora ketika sudah matang

E. Jamur Upas

Jamur upas menyerang vegtasi sengon dan jati,yang penyebabnya berupa


corticium salmonicdor dimana gejala penyakit jamur Upas yaitu : 1) infeksi
terjadi pada percabagangan atau sisi bawah cabang dan ranting. Mula-mula
jamur membentuk miselium tipis, mengkilat seperti sutera atau perak, disebut
stadium rumah laba-laba, pada stadium tersebut belum masuk kedalam kulit, 2)
Pada bagian ranting yang tidak terlindung, stadium rumah laba-laba berkembang
menjadi stadium bongkol kemudian membentuk banyak sporodakium berwarna
merah, disebut stadium anamorph (Defitri, 2016). Tandanya terdapat hifa-hifa
pada batang yang menjadi penyebab gejala. Tipe gejalanya neurosis dengan
vektor penyebarnya berupa air, angin, dan serangga. Pencegahannya dapat
dilakukan monitoring dan pengaturan jarak tanam, dalam pengendaliannya dapat
dilakukan pruning dan juga dapat dilakukan dengan bubur bordeaux (fungsida).
Terdapat 4 stadium yang dialami tanaman ketika terinfeksi jamur upas. Stadium
1, ditandai dengan adanya benang putih seperti sarang laba-laba. Stadium 2 ,
ditandai dengan perubahan warna benang putih menjadi peach. Selanjutnya,
memasuki stadium 3, jamur penetrasi berubah menjadi pink kemerahan dan
bercak menjadi lebih gelap. Stadium 4. ditandai dengan adanya hifa jamur
berwarna kemerahan. Menurut Soekirman & Budi (2007) dalam Berlian dkk.
(2019) stadium rumah laba-laba adalah fase awal terjadinya serangan yang
ditandai dengan munculnya miselium tipis berwarna putih mengkilat, fase
kedua yaitu stadium bintil dengan ciri-ciri miselium jamur menyerupai bintil
berwarna pink, fase ketiga yaitu stadium kortisium dengan ciri-ciri miselium
jamur berwarna putih, dan fase terakhir adalah stadium nekator dimana yang
ditandai dengan matinya jaringan kayu.
Gambar 8.Vegetasi yang terserang penyakit jamur upas

F. Embun Tepung

Embun tepung merupakan penyakit yang dapat ditemukan pada pohon


akasia sp. dimana penyebabnya oleh Oidum sp. dengan gejala berupa muncul
bercak putih pada daun dengan tipe gejala nekrosis dengan tandanya berupa
adanya serbuk-serbuk bercak putih,bagian tanaman Acacia yang diserang adalah
bagian daun mulai dari pucuk hingga daun dibawahnya, tangkai daun, ranting
dan batang. Berdasarkan pengamatan secara mikroskopis lapisan putih seperti
tepung adalah sekumpulan miselium, konidium dan konidofor dari fungi
patogen (Anggraeni & Wibowo, 2006). Daun muda yang terinfeksi pada
stadium awal pertumbuhannya sangat terganggu dan bentuknya menjadi tidak
normal/malformasi yaitu daun mengkerut, keriting/bergelombang, dan
mengeras, akhirnya daun mongering dan rontok. Pengaruh infeksi jauh lebih
parah pada daun muda dibandingkan dnegan daun tua, bagian pucuk daun
mengalami kematian (die-back). Daun tua yang terinfeksi tidak memperlihatkan
perubahan kecuali makin menebalnya lapisan putih pada permukaan daun.
Penyebab penyakit embun tepung pada Acacia sp. Adalah fungi Oidium sp.
(kelas Deuteromycetes/stadium aseksual) (Hidayati, 2018). Penyakit embun
tepung dapat disebarkan yang diantaranya melalui hembusan angin yang dapat
menerbangkan jamur tersebut, aliran air dan serangga yang hinggap sehingga
tidak disengaja menempel pada bagian tubuh serangga dan akhirnya menempel
pada spesies yang lain serta akibat kontak fisik yang dilakukan manusia. Sebagai
upaya dalam pencegahan penyakit embun tepung dapat dilakukan dengan cara
yang diantaranya melakukan monitoring, menerapkan jarak tanam dan
meminimalisir supaya dapat menjaga suhu dan kelembapan yang optimal bagi
Acacia auriculiformis. Jika suatu spesies yang sudah terserang oleh jamur
Oidium sp. maka dapat dilakukan pengendalian dengan cara yang diantaranya:
melakukan pemangkasan terhadap bagian yang terkena penyakit dan isolasi serta
pemusnahan suatu penyakit secara permanen atau biasa disebut dengan
eradikasi. Jika langkah tersebut belum dapat memberikan hasil yang optimal
maka dapat dilakukan dengan cara mematikan jamur tersebut melalui fungisida.

Gambar 9. Daun yang terserang embun tepung

G. Embun Jelaga

Embun jelaga menyerang vegetasi Akasia sp. Penyebabnya berupa


capnodium sp. dan Meliola sp. Penyakit embun jelaga biasanya memiliki gejala
berupa daun tanaman terdapat embun jelaga yang disebabkan oleh Capnodium
sp. dan Meliola sp. penyakit ini bukan parasit, tetapi cukup mengganggu
tanaman inang dalam hal fotosintesis. Penyakit ini ini hanya memanfaatkan
embun madu yang dihasilkan oleh kutu daun (Tjahjadi, 1989).Jamur
Capnodium sp dan Meliola sp dapat tumbuh dari hasil ekskresi serangga seperti
kutu daun Aphids sp dan Myzus persicae. Hasil eksreksi kutu daun mengandung
glukosa, asam amino, protein dan mineral yang merupakan makanan jamur
penyebab embun jelaga. Lingkungan yang terlalu rapat, udara cukup kering, dan
cenderung hangat merupakan kondisi ideal pertumbuhan jamur ini. Ketika udara
cukup kering, selaput hitam embun jelaga dapat terlepas dan kemudian
menyebar ke tempat lain. Serangan embun jelaga tergolong tidak mematikan,
tetapi pada kasus yang berat dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman karena
menghambat proses fotosintesis (Yuliah, 2018). Dimana gejalanya berupa
Atrofik dan Nekrosis.Pada gejala atrofik berupa serbuk hitam pada daun dan
pada nekrosis berupa bercak hitam pada daun sehingga daunnya menguning
kecoklataan dan mengering.Vektor penyebarnya berupa angin,air,dan
seranga.Pengendalian berupa melakukan penyemprotan fungisida dimana juga
dapat dilakukan pengosokan dan pemangkasan pada serbuk hitam yang
disebabkan oleh capnodium sp. Pencegahannya dapat dilakukan dengan
melakukan monitoring tanaman,kemudian dilakukan pengaturan jarak
tanam,dan isolasi bagi tanamn yang berpenyakit.

Gambar 10. Daun yang terserang penyakit Embun Jelaga

H. Kanker Batang

Kanker batang menyerang batang pada pohon khaya Anthotea atau


mahoni afrika penyebabnya adalah phythopthoras sp. dimana gejalanya berupa
kayu gubalnya yang pecah dimana mengeluarkan gum berwarna putih yang lama
lama ketika teroksidasi dengan udara nanti akan menjadi hitam. Menurut
Natawiria dkk. (1991), penyakit kanker batang yang disebabkan oleh jamur
dapat berkembang dengan cepat atau lambat. Kanker yang tumbuh cepat dapat
mencapai ukuran yang maksimal dalam satu musim, sedangkan kanker yang
tumbuh lambat akan berlangsung bertahun-tahun. Jamur penyebab penyakit
kanker batang umumnya berkembang di dalam kulit batang atau dalam batas-
batas tertentu dapat masuk ke bagian kayu. Pada serangan yang berat, terutama
pada tanaman muda dapat menyebabkan kematian, sedangkan pada tanaman
dewasa dapat menurunkan kualitas kayu. Phytophthora sp. merupakan salah satu
cendawan penyebab penyakit kanker batang. Seringkali, kerusakan yang
disebabkan adalah kerusakan langsung dan kerusakan sekunder. Hal ini
dikarenakan kanker menyebabkan tanaman menjadi lemah, lambat dalam
penyembuhan luka secara normal sehingga memicu masuknya organisme lain
seperti kumbang penggerek, pelapuk kayu dan organisme penyebab penyakit
lainnya (Shurtleff, 2017). Tipe gejalanya berupa neklorasis dimana tanda yang
muncul berupa munculnya warna hitam pada bagian dalamnya (mikroskopis).
Vektornya berupa air, angin, dan serangga dimana untuk pencegahannya dapat
dilakukan dengan meminimalisrikan luka,pengaturan jarak tanam,dan pemilihan
bibit unggul. Untuk pengendalian dapat dilakukan dengan eradifikasi secara
selektif.

Gambar 11. Kayu yang terserang kanker batang


I. Sesidia

Sesidia menyerang vegetasi akasia sp. dimana disebabkan oleh jamur


dan serangga, untuk jamurnya disebabkan oleh vromyces sp. ditunjukkan dengan
adanya bercak nekrotik atau klorose berwarna hijau kekuning-kuningan yang
letaknya di pangkal, pinggir, atau tengah daun bahkan pada batang dan tangkai
daun. Bercak tersebut kemudian menebal dan membentuk pustule/bintil/gall.
Apabila pustule terdapat pada permukaan atas daun maka bagian permukaan
bawah daun akan membentuk cekungan atau sebaliknya (hidayati, 2020).
Vektornya berupa melalui angin dan air oleh jamur. Gejalanya berupa bintil
bintil pada daun dan tandanya berupa mikroskopis. Terdapat perbedaan pada
sesidia zoosesidia an fitosedia dimana pada zoosedia bintil yang muncul lebih
besar daripada fitosedia. Pencegahannya dapat dilakukan dengan monitoring,
isolasi pada tanamn yang berpenyakit, polikultur, dan pengautan jarak tanam.
Untuk pengendalian pada daun atau tanaman yang terserang penyakit dapat
dilakukan pemangkasan dan dapat dilakukan penyemprotan fungisida sebagai
jalan terakhir (Sumartini dan Rahayu, 2017).

Gambar 12. Pohon yang Terserang Embun Jelaga


V. KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa :

1. Gejala yang timbul pada tanaman dapat diketahui melalui dua indikasi.
Indikasi yang pertama yaitu gejala atau kelainan dari keadaan normal
yang ditunjukan oleh tanaman itu sendiri. Indikasi yang kedua yaitu tanda
yang merupakan struktur vegetatif dan generatif dari pathogen
2. Kerusakan yang ditimbulkan pada masing-masing tanaman berbeda
tergantung dari penyebabnya. Penyebab dari penyakit biotik yang terdiri
dari bakteri, jamur, virus, dan serangga disebut patogen. Penyebab yang
menimbulkan penyakit pada tanaman-tanaman hutan dalam praktikum
ini didominasi oleh jamur, kecuali sesidia yang dapat disebabkan oleh
serangga.

Daftar Pustaka

Anggraeni Illa, Darmawan U.W., Ismanto Agus. 2014. Insiden Penyakit pada
Kecambah Sengon (Falcataria moluccana (Miq.) Berneby and J.W Grimes)
dan Uji Patogenesis. Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa. Vol.
4(2).Hal : 166-172.

Anggraeni , I., & Wibowo, A. 2006. Serangan Penyakit Embun Tepung dan Karat
Daun pada Acacia auriculiformis A. Cunn. Ex Benth. di Kediri, Jawa Timur.
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam.Vol 3(1),Hal : 45-53.

Berlian, I., & Putra, R. C. (2019). Penyakit Jamur Upas (Corticium salmonicolor) di
Perkebunan Karet dengan Faktor Pembatas Berupa Genangan. Prosiding
Seminar Nasional Agroteknologui, Hal :293–298.
Boyce, J.S. 1961. Forest Pathology. McGGraw Hill Book Company Inc. New York

Corryanti dan Novitasari, D. 2015. Sengon dan Penyakit Karat Tumor. Cepu :
Puslitbang Perum Perhutani
Defitri Yuza. 2016. Pengamatan beberapa Penyakit yang Menyerang tanaman Kopi
(Coffea sp.) di Desa Mekar Jaya Kecamatan Betara Kabupaten Tanjung
Jabung Barat. Jurnal Media Pertanian.Vol. 1(2). Hal : 78-84.
Firdaus,Tawakal Ridho.,Amir Syarifuddin, dan Erni Mukti Rahayu.2019.Identifikasi
Penyakit Karat Tumor Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sengon.Journal of
Forest Science Avicennia.Vol 2(2).Hal : 31-35.
Hidayati N. dan Hendrati R.L. 2018. Inventarisasi dan Identifikasi Penyebab
Penyakit pada Acacia auriculiformis di Yogyakarta. Jurnal Pemuliaan Tanaman
Hutan Vol. 12 No. 2:105-113
Hidayati N., Nurrohmah S.H., Ardhany F. 2020. Isolasi Identifikasi dan Karakterisasi
Penyebab Penyakit Karat Daun pada Semai Pinus di Perum Perhutani BKPH
Purworej, KPH Kedu Selatan. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan. Vol.
14(1).Hal : 19-28.
Irawan Arif, Anggraeni Illa, Christita Margaretta. 2015. Identifikasi Penyebab
Penyakit Bercak Daun pada Bibit Cempaka (Magnolia elegans (Blume.)
H.Keng) dan Teknik Pengendaliannya. Jurnal Wasian.Vol. 2(2).Hal : 87-94.
Natawiria, J. 1986. Ancaman Hama dan Penyakit terhadap Hutan Tanaman.
Prosiding Seminar Nasional “Ancaman terhadap Hutan Tanaman Industri”.
Kerja sama antara Departemen Kehutanan dan FMIPA UI. PT Inhutani I,
Jakarta.Hal : 69-74.
Sastrahidayat, I. R. (2017). Penyakit Tumbuhan yang Disebabkan oleh Jamur.
Malang: UB Press.
Semangun, H.. 1989. Penyakit - penyakit Tanaman Holtikultura. Yogyakarta : Gajah
Mada University Press
Semangun, H. 2001. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakara : Gadjah Mada
University Press.
Shurtleff M C. 2017. Deter canker and dieback diseases. Enhaced Efficiency
Fertilizer. Penton Media Inc.
Sihotang, Hengki Tamando.2018.Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Penyakit Pada
Tanaman Jagung Dengan Metode Bayes.Journal of Informatic Pelita
Nusantara.Vol 3(1).Hal : 17-23.
Sulistiani,Heni., & Kurnia Muludi.2018.Penerapan Metode Certaintly Factor dalam
Mendeteksi Penyakit Tanaman Karet.Jurnal Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan. Vol 15(1).Hal : 51-59.
Sumartini, S., & Rahayu, M. (2017). Penyakit Embun Tepung dan Cara
Pengendaliannya Pada Tanaman Kedelai dan Kacang Hijau. Jurnal Penelitian
dan Pengembangan Pertanian.Vol. 36(2).Hal : 59-66.

Tjahjadi, Nur. 1989. Hama dan Penyakit Tanaman. Yogyakarta : Kanisius


Widyastuti, SM., Sumardi dan Harjono. 2005. Patologi Hutan. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Widyastuti, S. M., Sumardi, Sulthoni, A., & Harjono. (1998). Pengendalian Hayati
Penyakit Akar Merah pada Akasia dengan Trichoderma. Jurnal Perlindungan
Tanaman Indonesia.Vol. 4(2).Hal : 65-72.
Yuliah, Fiani Ari, haryjanto Liliek. 2018. Status Kesehatan Tegakan Konservasi Ex-
situ Cendana (Santalum album Linn.) Umur 11 Tahundi KHDTK Watusipat,
Gunung Kidul. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek III.

Anda mungkin juga menyukai