Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRATIKUM

DASAR-DASAR PERLINDUNGAN & KESEHATAN HUTAN


ACARA I
PENGENALAN GANGGUAN PENYAKIT BIOTIK DAN
PENYEBABNYA PADA TANAMAN HUTAN

Oleh :

Nama : Galuh Sekar Ardhanariswari

NIM : 19/442295/KT/08993

Shift : Jumat, 13.00 WIB

Co-Ass : Alif Brilianto

LABORATORIUM PERLINDUNGAN DAN KESEHATAN HUTAN


DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
ACARA I
PENGENALAN GANGGUAN PENYAKIT BIOTIK DAN
PENYEBABNYA PADA TANAMAN HUTAN

I. TUJUAN
Pratikum ini dilakukan bertujuan untuk :
1. Mempelajari kerusakan tanaman melalui gejala (sympton) yang timbul pada
inang tanda (sign) yang merupakan kenampakan penyebab
2. Mengetahui kerusakan dan penyebab penyakit biotik pada tanaman hutan yang
menyertai gejala yang nampak.

II. ALAT DAN BAHAN


Alat Bahan yang digunakan dalam acara ini yaitu :
1. Daun Pulai (Alstonia scholaris) yang terserang penyakit Sesidia disebabkan oleh
Fitosesidia (jamur) yaitu Uromyces s.p atau Zoosesidia (serangga), biasanya
kupu kupu.
2. Batang Khaya anthotheca yang terserang penyakit kanker batang, disebabkan
oleh jamur Phytophthora sp.
3. Daun Acacia sp., yang terserang penyakit embun jelaga (black mildew),
disebabkan oleh jamur Capnodium sp.
4. Daun Acacia auriculiformis yang terserang penyakit embun tepung (powdery
mildew), disebabkan oleh jamur Oidium sp.
5. Batang Artocarpus heterophyllus yang terserang penyakit kanker Jamur Upas,
disebabkan oleh jamur Corticium salmonicolor.
6. Batang Falcataria moluccana yang terserang penyakit karat tumor, disebabkan
oleh jamur Uromycladium falcatarium
7. Semai Falcataria moluccana yang teserang penyakit Dumpping off, disebabkan
oleh jamur Fusarium s.p
8. Akar Acacia sp., yang terserang penyakit akar merah disebabkan oleh jamur
Ganoderma pseudoferreum
9. Semai Pinus merkusii yang terserang penyakit bercak daun, disebabkan oleh
jamur Pestalotia sp.
III. CARA KERJA
Cara kerja yang dilakukan dalam pratikum ialah :

Pengamatan Deksripsi gejala Penggambaran


terhadap gejala dan kerusakan bagian yang
dan kerusakan pada preparat rusak dan tipenya
Dilakukan pengamatan tentang gejala kerusakan pada setiap bahan atau preparat yang
sedang dipakai. Kemudian dibuat dekskripsi yang terdiri dari bagian yang rusak dan tipe
kerusakan. Kemudian dilakukan penggambaran secara jelas tentang bagian yang rusak
serta tipe kerusakanya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penyakit atau kerusakan ialah segala penyimpangan yang terjadi dari keadaan normal
fisiologi ataupun dari bagian tanaman. Sedangkan patogen merupakan setiap agen
biologis yang bisa menyebabkan penyakit dengan proses yang bersifat parasitik.
Kemudian penyakit bisa disebabkan oleh faktor biotik dan faktor abiotik (Sastrahidayat,
2013).
Tumbuhan yang berpenyakit akan timbul gejala. Gejala (symptom) merupakan
perubahan yang terjadi dari keadaan normal yang ditunjukan oleh tumbuhan, akibat
adanya serangga yang menyebabkan penyakit. Sedangkan tanda adalah semua pengenal
dari suatu penyakit yang bisa berupa vegetatif atau reproduksi dari suatu patogen
(Nuraeni, 2020).
Penyakit biotik adalah penyakit yang terjadi pada tumbuhan yang disebabkan oleh
faktor biotik atau komponen biologis. Lalu penyakit ini biasanya menimbulkan infeksi
sehingga beresiko besar dapat menularkan penyakit. Komponen biologis tersebut yaitu
seperti hama, jamur, bakteri, virus dan lainya (Subyanto, 2000 dalam Ramadhan dkk.,
2020).
1) Nama Penyakit : Sesidia
Nama Inang : Pulai (Alstonia scholaris)
Penyebab Penyakit :
a. Fitosesidia (jamur) yaitu Uromyces s.p
b. Zoosesidia (serangga), biasanya kupu kupu.
Penyakit sesidia pada pratikum ini, preparatnya berupa bagian daun yang terkena
penyakit sesidia. Penyakit ini memiliki inang yaitu Pulai (Alstonia scholaris), dengan
penyebab penyakit terdiri dari fitosediea berupa jamur Uromyces s.p, dan penyebab
kedua yaitu dari Zoosesidia berupa serangga yaitu kupu-kupu.
Jamur Uromyces s.p memiliki gejala pada permukaan daun bagian atas dan bawah
yang terdapat bercak yaitu berupa bintik-bintik kecil dengan warna pucat dan agak
menonjol. Kemudian pada umumnya bintik bintik tersebut akan dikelilingi oleh
bagian yang klorosis atau hanya berupa bintik coklat. Lalu infeksi penyakit akan
meningkat seiring dengan bertambahnya umur tanaman sampai mendekati panen (
Husain dkk., 2013).
Tanda yang muncul dari penyakit sesidia yaitu apabila penyebab penyakitnya
berupa jamur Uromyces s.p yaitu adanya bintil berisi yang berisi jamur (mikrokopis).
Lalu tanda yang muncul dengan penyebab penyakit Zoosesidia (serangga) berupa
kupu-kupu yaitu munculnya lubang atau bintil yang berisi serangga di dalamnya.
Selanjutnya gejala dari penyakit sesidia yaitu munculnya bintil yang lama-lama
akan membesar, apabila penyebab penyakit serangga biasanya, ditemukan serangga
dibalik daun yang berlubang. Tipe gejala penyakit berupa hipertropik dengan adanya
pembengkakan pada jaringan tanaman sehingga munculnya bintil-bintil. Vektor
penyakit ini ialah bisa berupa air, angin untuk fitosedia, jika untuk zoosesidia berupa
serangga itu sendiri.
Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan cara melakukan monitoring,
adanya pengaturan jarak tanam, dan pengaturan pola tanam. Selanjutnya
pengendalian dari penyakit sesidia dapat dilakukan dengan cara isolasi, pemangkasan
bagian yang terkena penyakit, dan opsi yang paling terakhir ialah fungisida.
2) Nama Penyakit : Kanker Batang
Nama Inang : Mahoni Afrika (Khaya anthothera)
Penyebab Penyakit : Jamur Phythopthora sp.
Penyakit kanker batang pada pratikum ini diamati pada preparat bentuk batang
pohon. Penyakit kanker batang ini memiliki inang yaitu Mahoni Afrika (Khaya
anthothera),dengan penyebab penyakit berupa jamur dengan jenis Phythopthora sp.
Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit kanker batang ialah kayunya pecah dan
mengeluarkan cairan berupa gom, dengan tipe gejala nekrosis berupa adanya
kerusakan pada sel-sel jaringan tumbuhan. Hal tersebut seuai dengan pendapat
Wahyudi dkk (2008), penyakit kanker batang penyebab terjadinya ialah karena jamur
Phytopthora. Pengenalan gejala terhadap penyakit ini yaitu terlihat pada kulit batang
ataupun cabang. Yaitu pada cabang atau kulit batang akan nampak adanya bercak
dengan warna kehitam-hitaman, lalu di bercak tersebut akan terdapat cairan
kemerahan yang seperti lapisan karat. Kemudian jika pada kulit batang dikelupas
akan terlihat adanya pembusukan.
Menurut Adikadarsih dkk (2015), patogen akan mulai menyerang pada bagian
akar lalu bergerak naik ke pangkal batang. Lalu patogen akan mulai menginfeksi pada
pangkal batang dan menyebabkan proses metabolisme tumbuhan terganggu
dikarenakan batang tidak mampu untuk mentraslokasikan air, hara ataupun zat
makanan ke seluruh bagian tumbuhan. Sifat patogenisitas jamur Phythopthora sp
termasuk dalam golongan tinggi dikarenakan bagian tumbuhan diinokulasikan
menunujukan adanya gejala dalam waktu kurang dari satu minggu.
Lalu tanda adanya penyakit berupa mikroskopis. Vektor penyakit ialah angin,
udara dan angin. Kemudian untuk cara pengendalian penyakit bisa dilakukan
penebangan pada pohon yang sudah terserang oleh patogen. Selanjutnya pencegahan
bisa dilakukan dengan cara monitoring, meminimalisir adanya luka, pengaturan jarak
tanam dan pemilihan bibit unggul.
3) Nama Penyakit : Embun Jelaga
Nama Inang : Acacia sp.
Penyebab Penyakit :
a. Capnodium sp. (Atrofik)
b. Meliola sp. (Nekrosis)
Penyakit embun jelaga biasanya terjadi pada daun. Dengan inangnya berupa
Acacia sp. Lalu penyebab dari embun jelaga dikarenakan dua penyebab yaitu
Capnodium sp. Dengan tipe gejala atrofik yaitu terhambatnya pertumbuhan pada
jaringan tumbuhan, dan juga bisa disebabkan oleh Meliola sp.
Dengan tipe gejala nekrosis yaitu kematian pada jaringan tumbuhan. Kedua tipe
gejala tersebut terlihat dari daun yang menguning, kecoklatan dan layu. Kemudian
tanda dari penyakit embun jelaga dikarenakan patogen Capnodium sp akan ada tanda
serbuk hitam yang akan menghambat fotosintesis. Sedangkan pada penyakit embun
jelaga akibat Meliola sp. tanda yang muncul berupa bercak hitam pada daun, dan
tidak hilang sehingga dapat merusak jaringan tumbuhan.
Kemudian untuk pengendalian penyakit bisa dilakukan apabila pada patogen
Capnodium sp bisa dengan mengelap permukan daun untuk membersihkan dari
adanya serbuk hitam, jika patogen Meliola sp. Bisa dengan cara pemangkasan dan
pemberian fungisida untuk alternatif terakhir dalam pengendalian. Pencegahan yang
bisa dilakukan ialah dengan cara monitoring dan pengaturan jarak tanam.
Penyakit embun jelaga yang disebabkan oleh patogen Capnodium sp yang masuk
dalam kelas Ascomycetes dan termasuk dalam jamur tidak sempurna (imperfecti),
sehingga termasuk jamur non parasit yaitu tidak mengambil makanan dari tanaman
inang, namun menganggu proses fotosintesis dengan warna hitam yang ditimbulkan
oleh embun jelaga yang muncul karena adanya pigmen melanoid pada dingding sel
hifa yang membentuk koloni atau miselium. Kemudian miselium tersebut menutupi
permukaan daun sehingga stomata tertutup dan mulai masuk ke dalam jaringan daun
(Rusbana dkk., 2016).
Kemudian penyakit embun jelaga dapat disebabkan oleh jamur Meliolas sp., . lalu
dalam tindakan pengendalian untuk mengurangi serangan patogen ialah dengan cara
sanitasi dan eradikasi yaitu dengan dilakukanya pembersihan gulma dan membakar
bagian tumbuhan yang rontok berguguran untuk menciptakan kondisi yang cocok
dengan tanaman serta menekan jumlah inokulum, lalu juga bisa dilakukan
pengaturan jarak tanam agar tidak terlalu rapat serta adanya pemangkasan pada
tanaman yang dewasa untuk mengurangi kelembaban (Asmaliyah dkk., 2015).
4) Nama Penyakit : Embun Tepung
Nama Inang : Acacia sp.
Penyebab Penyakit : Jamur Oidium

Penyakit embun tepung ini terjadi pada daun. Lalu penyakit embun tepung
memiliki inang berupa Acacia sp., dengan penyebab penyakitnya yaitu jamur Oidium
sp. Kemudian untuk tipe gejala nekrosis yaitu berupa kematian pada sel jaringan
tumbuhan, gejala yang nampak berupa bercak putih yang terdapat pada daun. Lalu
tanda yang muncul dari penyakit embun tepung ini ialah adanya serbuk putih.
Penyakit embun tepung disebabkan oleh patogen berupa jamur Oidium sp. Dengan
gelaja yang disebabkan oleh patogen ini ialah permukaan bagian atas permukaan
daun yang diselimuti oleh bercak-bercak putih seperti tepung. Kemudian bercak putih
tersebut akan berkembang dengan cepat hingga menutupi seluruh bagian organ
tanaman dan mengakibatkan bagian organ tanaman yang diserang menguning,
mengkeriting hingga mati (Sudarjat dkk., 2017).
Vektor dari penyakit embun tepung ialah air, angin dan serangga. Pengendalian
penyakit embun tepung dengan cara pemangkasan dan pemberian fungsida.
Kemudian untuk pencegahan dapat dilakukan dengan monitoring, pengaturan jarak
tanam dan meminimalkan adanya naungan.
Kemudian fase pertumbuhan tumbuhan yang rawan terserang oleh penyakit
embung tepung yaitu pada pertunasan dan daun muda. Serangan dari patogen bisa
menyebabkan buah muda gugur. Selanjutnya untuk mengatasi adanya gangguan yang
disebabkan oleh penyakit ini ialah dengan cara dilakukan penyemprotan fungisida ke
seluruh bagian tanaman. Serta dapat dengan cara penggunaan varietas tahan dan
aplikasi agen hayati (Sutarman, 2017).
5) Nama Penyakit : Jamur Upas
Nama Inang : Batang Artocarpus heterophyllus
Penyebab Penyakit : Corticium salmonicolor

Penyakit Jamur upas ini memiliki inang berupa Artocarpus heterophyllus .


Kemudian penyebab penyakit jamur upas yaitu Corticium salmonicolor. Gejala yang
muncul dari adanya penyakit jamur upas ialah daun menjadi kering, layu kemudian
mati, lalu pada kulitnya akan mengelupas. Penyakit jamur upas ini memiliki tipe
gejala yang nekrosis yaitu berupa adanya kematian sel jaringan pada tumbuhan. Lalu
tanda dari penyakit jamur upas ini ialah berupa adanya hifa atau jaring-jaring muda
berwarna putih dan tua berwarna pink.
Penyakit jamur upas banyak ditemukan pada kondisi tempat yang lembab. Maka
dari itu sering terdapat pada lokasi dengan curah hujan yang tinggi. Kondisi lembab
tersebut diakibatkan dari kurangnya pemangkasan yang dilakukan sehingga pohon
pelindungnya terlalu berat. Jamur upas disebabkan oleh jamur Corticium
salmonicolor, yang bersifat polifag (parasit) terhadap tumbuhan inang. Tumbuhan
inang pada jamur upas bisa pada jeruk, mangga, nangka, jati, apel kelengkeng
ataupun melinjo (Widyawati, 2018).
Vektor dari penyakit jamur upas ialah air, angin dan udara. Pencegahan dapat
dilakukan dengan cara monitoring dan dilakukan pengaturan dalam jarak tanam.
Selanjutnya untuk pengendalian pada jamur upas dilakukan sesuai dengan tingkatan
stadium jamur. Jamur upas memiliki empat stadium yaitu untuk stadium I berupa
jaring laba-laba, stadium II berubah warna, stadium III mulai adanya penetrasi
sehingga berubah warna menjadi pink kemerahan, stadium IV akan berwana merah.
Pengendalian untuk jamur upas pada stadium I dan II berupa fungisida yaitu dibubur
bordoux, lalu stadium III dan IV berupa pruning batang.
Pengendalian penyakit jamur upas bisa dilakukan dengan cara kultur teknis yaitu
pemotongan cabang ataupun batang yang ukuranya masih kecil. Lalu potongan
tersebut dikumpulkan kemudian dibakar. Sedangkan secara kimiawi dengan cara
mengolesi pada batang atau cabang yang sakit dengan fungisida, apabila serangan
semakin parah maka batang tersebut dipotong lalu sisa potongan cabang atau batang
tersebut diloesi oleh fungisida (Rahardjo, 2017).
6) Nama Penyakit : Karat tumor
Nama Inang : Sengon (falcataria molucana)
Penyebab Penyakit : Uromycladium falcatarium

Penyakit karat tumor memiliki inang yaitu pada sengon. Penyebab penyait karat
tumor karena patogen Uromycladium falcatarium. Gejala dari penyakit karat tumor
yaitu adanya pembengkakan batang dan ranting. Lalu tipe gejala penyakit karat tumor
dari hipertropi sampai dengan nekrosis. Tanda yang muncul karena adanya serangan
patogen yaitu bersifat mikroskopis yaitu dengan terdapatnya spora dengan warna
orange sampai dengan merah bata.
Penyakit karat tumor yang disebabkan oleh patogen Uromycladium falcatarium
dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan bibit, bahkan sampai kematian pada
bibit ataupun mematikan pohon sengon. Selain menyerang bibit sengon, karat tumor
juga menyerang tananamn muda hingga tegakan di lapangan yang menjadikan batang
cacat sehingga volume dan kualitas kayu yang dihasilkan berkurang, bahkan bisa
mengakibatkan kematian tanaman hingga 90% (Suharti dkk., 2019).
Serangan dari karat tumor ditandai dengan munculnya pembengkakan (gall) yang
terjadi pada ranting/cabang, pucuk-pucuk ranting, tangkai daun bahkan helai daun.
Pembengkakan yang muncul merupakan tubuh buah dari jamur. Penyakit ini menjadi
persolan yang serius dalam pengelolaan tanman sengon dikarenakan penyebaranya
sangat cepat yaitu dengan menyerang pada tingkatan semai sampai semua tingkatan
umur. Cepatnya penyebaran dikarenakan pada setiap gall karat tumor akan
menghasilkan ratusan bahkan sampai ribuan spora yang bisa menularkan ke pohon
sekitarnya dengan cara bantuan angin. Gall biasanya berwarna hijau awalnya
kemudian berubah menjadi coklat, warna coklat berindikasi bahwa spora siap
dilepaskan atau sudah dihasilkan (Supriyatun, 2015).
Vektor penyakit karat tumor ialah air, angin dan serangga. Pengendalian karat
tumor bisa dilakukan dengan cara monitoring, pengaturan jarak tanam, pemilihan
bibit unggul serta pola tanam. Kemudian untuk pengendalian penyakit karat tumor
ialah dilakukan dengan cara pemangkasan, adanya pembuatan aerasi yang baik untuk
menghambat adanya penularan lewat air, lalu pemberian fungisida.
7) Nama Penyakit : Dumpping off
Nama Inang : Sengon
Penyebab Penyakit : Fusarium s.p

Penyakit ini memiliki inang berupa sengon, dengan penyebab penyakit berupa
patogen Fusarium s.p. Gejala yang timbul oleh penyakit ini ialah akar akan gosong
seperti terkena air panas. Dengan tipe gejala berupa nikrosis yaitu kematian pada sel
jaringan tumbuhan. Lalu tanda yang muncul karena adanya serangan patogen bersifar
mikroskopis.
Gejala yang telah dijelaskan tersebut sama dengan pertanyaan Istikorini dkk
(2020), bahwa gejala penyakit dumping off ialah ditemukan pada tanaman sengon
saat semai yang berupa adanya bagian batang yang lodoh seperti terkena air panas,
dan terdapat bagian saun yang layu dan ranting pn mengalami lodoh. Kemudian
terdapat benang-benang miselium pada permukaan daun, lalu semai akan rebah dan
mengalami kematian. Selanjutnya rangkaian gejala yang lain yaitu adanya
pembusukan pada pangkal batang dekat dengan permukaan tanah sehingga berakibat
bagian tanaman menjadi berwarna coklat kehitaman, lalu batang membusuk dan
berkerut sehingga tanaman akan mati.
Namun dumpping off memiliki dua fase penyerangan yaitu fase pre-emergence
dumpping off yaitu pembusukan yang terjadi sebelum munculnya semai ke atas
permukaan tanah, lalu ada fase post-emergence dumpping off, apabila pembusukan
terjadi setelah semai muncul ke atas permukaan tanah. Hal tersebut sesuai dengan
Anggraeni (2017), bahwa gejala penyakit dumpiing off tedapat fase (Pre-emergence
damping-off), yiatu fase serangan patogen yang menyerang pada saat sudah
berkecambah namun belum sempat muncul ke permukaan tanah, berakibat kecambah
mati dalam tanah, kemudian terdapat (Post emergence damping-off), yaitu fase
serangan yang terjadi saat berkecambah dan telah muncul di atas tanah. Dengan fase
kecambah dengan umur 1-4 minggu.
Selanjutnya untuk pengendalian penyakit bisa dilakukan dengan adanya isolasi,
penggantian media dan pemberian fungidisa. Sedangkan untuk pencegahan bisa
dilakukan dengan cara monitoring, pengaturan jarak tanam, pengendalian suhu dan
kelembaban dan dilakukan pemilihan bibit unggul.
8) Nama Penyakit : Akar merah
Nama Inang : Akasia sp.
Penyebab Penyakit : Ganoderma pseudoferrum

Penyakit akar merah ini memiliki inang yaitu Akasia sp. Penyebab penyakit akar
merah yaitu adanya patogen Ganoderma pseudoferrum. Penyakit ini memiliki gejala
yaitu akar membusuk dengan tipe gejala nekrosis yaitu adanya kematian pada sel
jaringan tumbuhan. Tanda yang muncul yaitu berupa munculnya tubuh jamur.
Gejala dari penyakit akar merah ini sulit terdeteksi dikarenakan gejala hampir
mirip dengan gejala serangan penyakit akar lainya dan bahkan mirip dengan gejala
kekeringan. Hal tersebut dikarenakan tanaman sudah menunjukan gejala, tetapi tubuh
buah Ganoderma sp. kadang-kadang belum terbentuk. Infeksi dari Ganoderma sp.
yaitu melalui luka dan lentisel yang sering ditemukan pada bagian leher akar pecah.
Lalu patogen akan masuk ke bagian dalam akar (Dendang, 2015).
Vektor penyakit akar merah ini yaitu antara lain ialah media tanam, yaitu adanya
kontak akar dengan air. Menurut Soesanto (2020), penyebaran jamur bisa melalui
kontak akar dengan akar tanaman yang sudah terinfeksi ataupun melalui bahan kayu
yang terinfeksi di atas permukaan tanah. Kemudian jika sporofor sudah terbentuk,
maka penyebaran bisa melalui udara oleh basiodispora. Selanjutnya pengendalian
dapat dilakukan dengan cara eraditasi atau aeraditasi dan pembangunan parit di
sekitar tanaman yang bertujuan untuk memutus adanya persebaran spora.
9) Nama Penyakit : Bercak daun
Nama Inang : Pinus merkusii
Penyebab Penyakit : Pestalotia sp.
Penyakit bercak daun ini memiliki inang yaitu Pinus merkusii. Penyebab dari
bercak daun ini ialah patogen Pestalotia. Gejala yang timbul yaitu adanya bercak
hitam pada daun, dengan tipe gejala berupa nekrosis, yaitu kematian pada sel jaringan
tumbuhan. Vektor penyakit bercak daun ini ialah angin dan adanya kontak antar
daun.
Tanda yang muncul bersifat mikroskopis. Kemudian untuk pengendalian dapat
dilakukan dengan cara isolasi dan pemberian fungsida. Selanjutnya pada tahap
pencegahan dilakukan dengan cara monitoring, adanya pengaturan jarak tanam,
pengaturan suhu serta adanya pemilihan bibit unggul.
Patogen Pestalotia ini memiliki ciri yaitu berbentuk kumparan mempunyai sekat
3-4 dengan salah satu ujung konidia terdapat rambut berjumlah dua pada kedua
ujungnya, berdasarkan pengamatan di bawah mikroskop. Selanjutnya gejala awal dari
serangan patogen yaitu munculnya bercak berwarna kuning yang lama-kelamaan
akan menyatu dan membentuk bercak yang lebih luas, dengan bagian daun yang
terkena patogen menjadi kering. Biasanya bercak-bercak tersebut menyerang pada
daun muda dan tua dengan bentuk yang tidak beraturan (Saragi dkk., 2019).
Menurut Usman (2004), penyebab penyakit bercak daun yaitu salah satunya
dikarenakan patogen Pestalotia sp. Gejala yang timbul dari serangan patogen yaitu
daun terinfeksi dan timbul bercak-bercak cokelat kelabu, dengan di pusat bercak
terdapat bintik-bintik halus berwarna hitam. Kemudian pengendalian dari penyakit ini
ialah dengan menjaga media tanam agar tidak terlalu lembab serta menjaga
kebersihan dalam sanitasi lingkungan tanaman.
III. KESIMPULAN
Dari pratikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Kerusakan tanaman bisa melalui gejala dan tanda. Gejala ialah adanya
perubahan dari keadaan normal yang ditunjukan oleh tumbuhan akibat
adanya serangan patogen. Kemudian tipe gejala terdiri dari tiga macam yaitu
tipe nekrosis yaitu berupa kematian sel-sel jaringan tanaman. Lalu tipe
hipertrofik yaitu pertumbuhan bagian tanaman yang berlebihan menunjukan
adanya ketidaknormalan sedangkan tipe gejala atrofi yaitu terhambatnya
perkembangan dan pertumbuhan tanaman. Sedangkan tanda (sign) ialah
semua pengenal dari suatu penyakit yang bisa berupa vegetatif atau
reproduksi dari suatu patogen.
2. Kemudian dari berbagai penyakit memiliki tipe gejala yang berbeda yang
dipengaruhi oleh patogen. Penyakit embun jelaga dengan tipe gejala atrofi
khusus jamur Capnodium, lalu penyakit sesidia memiliki tipe gejala
hipertropik. Kemudian penyakit embun tepung, jamur upas, kanker batang,
dumpping off, akar merah, bercak daun memiliki tipe nekrosis, tipe gejala
penyakit karat tumor dari hipertropi sampai dengan nekrosis. Sedangkan
tanda pada penyakit sesidia, penyebab jamur bersifat mikrokopis dan
zoosedia terdapat lubang yang didalamnya ada serangga, penyakit kanker
batang tanda bersifat mikroskopis, penyakit embun jelaga dengan penyebab
jamur Capnodium terdapat serbuk hitan sedangan jamur Meliola sp, terdapat
bercak hitam. Lalu penyakit embun tepung tanda ada serbuk putih di
permukaan daun, penyakit jamur upas tanda adanya hifa atau jaring-jaring di
sekitar bagian yang terinfeksi, penyakit karat tumor tanda bersifat
mikroskopis, penyakit dumpping off, akar merah dan bercak daun tandanya
mikroskopis

IV. DAFTAR PUSTAKA


Anggraeni, I., Darmawan, U. W., & Ismanto, A. 2017. Insiden Penyakit Pada
Kecambah Sengon (Falcataria moluccana (Miq.) Berneby and JW Grimes) Dan
Uji Patogenitas. Sains Natural. Vol 4(2): 165-171.
Asmaliyah, A., Anggraeni, I., & Siahaan, H. 2015. Inventarisasi dan Deskripsi
Penyakit Daun pada Tanaman Tembesu (Fagraea fragrans) di Sumatera
Bagian Selatan. Penelitian Hutan Tanaman. Vol 12(2): 141-153.
Dendang, B. 2015. Uji antagonisme Trichoderma spp. terhadap Ganoderma sp. yang
menyerang tanaman sengon secara in vitro. Penelitian Kehutanan Wallacea.
Vol 4(2): 147-156.
Husain, W., Manengkey, G. S., Makal, H. V., & Paath, J. M. 2013. Insidensi
Penyakit Karat pada Kacang Merah (Vigna Angularis (Willd) Ohwi& H.
Ohashi) di Kabupaten Minahasa. In Cocos. Vol. 3(6):
Ikadarsih, S. dan Hamida, R. 2015. Pemuliaan Ketahanan Tanaman Wijen Terhadap
Penyakit Busuk Pangkal Batang (Phytophthora sp.).Agrosains: Karya Kreatif
dan Inovatif. Vol 2(1): 117-124.
Istikorini, Y., & Sari, O. Y. 2020. Survey dan Identifikasi Penyebab Penyakit
Damping-Off pada Sengon (Paraserianthes falcataria) di Persemaian Permanen
IPB. Sylva Lestari. Vol 8(1): 32-41.
Nuraeni, Sitti. 2020. Perlindungan dan Pengamanan Hutan. Makassar. Fakultas
Kehutanan Universitas Hasanuddin.
Rahardjo, P. 2017. Berkebun Kopi. Jakarta. Penebar Swadaya
Ramadhan, M., Naemah, D., dan Yamani, A. 2020. Analisis Intensitas Kerusakan
Mahoni (Swietenia Mahagoni) Akibat Serangan Hama Dan Penyakit
Tumbuhan. Sylva Scienteae. Vol 3(4) : 667-674.
Rusbana, T. B., Saylendra, A., dan Djumantara, R. 2016. Inventarisasi Hama dan
Penyakit yang Berasosiasi pada Talas Beneng (Xanthosoma Undipes K. Koch)
di Kawasan Gunung Karang Kabupaten Pandeglang Provinsi
Banten. Agroekoteknologi. Vol 8(1) : 1-6.
Saragi, S. M., Firdara, E. K., & Putir, P. E. 2019. Identifikasi, Frekwensi dan
Intensitas Serangan Hama Penyakit pada Shorea balangeran (Korth.) Burck
pada Persemaian BPDASHL Kahayan, Tumbang Nusa, Kalimantan Tengah
(Identification, Frequency and Intensity of Pets Attacks on Shorea balangeran
(Korth.) Bur. Hutan Tropika. Vol 14(1): 51-59.
Sastrahidayat, Rochdjatun. I. 2013. Epidemiologi Kuantitatif Penyakit Tumbuhan.
UB Press.
Soesanto, L. 2020. Kompendium Penyakit-Penyakit Kopi. Yogyakarta. Lily
Publisher.
Sudarjat, S., Supriyadi, Y., dan Ramdhani, R. 2017. Pelepasan Eretmocerus
sp.(Hymenoptera: Aphelinidae) untuk Mengendalikan Bemisia tabaci
Gennadius (Homoptera: Aleyrodidae) pada Tanaman Tomat
Hidroponik. Agrikultura. Vol 28(2): 78-41.
Suharti, T., Putri, K. P., & Bramasto, Y. (2019). The Endurance of Sengon
(Falcataria moluccana (Miq) Barneby & JW Grimes) Seedling against
Uromycladium falcatarium Fungus Based on Seed Source and Controller
Agent. Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan, 7(2), 101-111.
Supriyatin, M. 2015. Buku Pintar Pembibitan Pohon Sengon: Membahas Tentang
Pohon Sengon. Jakarta. Lembar Langit Indonesia
Sutarman. 2017. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Tanaman. Sidoarjo. UMSIDA PRESS.
Usman, Mubin. 2004. Sukses Membuahkan Lengkeng dalam Pot. Jakarta. PT
Agromedia Pustaka.
Wahyudi,T., Pangabean,T.R dan Pujiyanto.2008.Panduan Lengkap Kakao
Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Jakarta Penerbit Swadaya.
Widyawati, A. C. 2018. Diagnosa Penyakit Tanaman Kopi dengan Menggunakan
Backward Chaining pada Kabupaten Tanggamus. Prosiding Seminar Nasional
Darmajaya. Vol. 1(1): 189-197.

IX. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai