Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH TENTANG BIOEKOLOGI PATOGEN

PENYEBAB PENYAKIT TANAMAN

Dosen Pengampu :
Novita Pramahsari Putri, S.P., M.Sc

Perlindungan Tanaman
AET 1

Disusun oleh :
Akbar Nugraha (220310144)

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
2023
KATA PENGANTAR

Assalam mualaikum wr.wb


Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah yang maha kuasa karena berkat Karunia-Nya saya
dapat menyelesaikan tugas makalah tentang senyawa polar yang di berikan kepada dosen saya
Ibu Novita Pramahsari Putri, S.P., M.Sc selaku pengajar mata kuliah Perlindungan Tanaman.
Saya akan menyajikan makalah saya yang berjudul “Bioekologi Patogen Penyebab Penyakit
Tanaman” secara sederhana agar dapat mudah di pahami. Di karenakan waktu yang sangat
singkat dan pengetahuan saya tentang patogen sangat sedikit sehingga kami tidak dapat
menyajikan makalah ini dengan secara sangat lengkap akan tetapi kami menyajikan makalah ini
dengan maksimal.

Saya menyadari walaupun bagaimana saya berusaha menyajikan makalah ini dengan
maksimal akan tetapi pasti ada kekurangan. Jadi saya harapkan kritik dan saran dari Ibu, teman-
teman, dan siapapun yang membaca makalah ini, sehingga dengan saran dan kritiknya saya dapat
menjadi lebih baik dalam pembuatan makalah selanjutnya dan dalam kehidupan saya agar tetap
terus barusaha untuk lebih baik.

Sekian kata pengantar dari saya apabila ada kata yang salah saya mohon maaf. Sekali lagi
saya mengatakan saya sangat berharap saran dan kritik agar saya dapat menjadi lebih baik lagi.
Wasalam mualaikum wr.wb

Aceh Utara, 22 Juni 2023

Akbar Nugraha
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Patogen adalah organisme yang menyebabkan penyakit pada tanaman. Mereka bisa berupa
bakteri, jamur, virus, atau parasit seperti nematoda. Patogen-patogen ini dapat menyerang
berbagai bagian tanaman, termasuk daun, batang, akar, dan buah.
Bakteri penyebab penyakit tanaman umumnya masuk ke dalam jaringan tanaman melalui
luka atau celah. Mereka dapat menyebabkan layu bakteri, pembusukan akar, busuk basah, dan
penyakit lainnya. Contoh bakteri patogen pada tanaman adalah Xanthomonas spp., dan
Pectobacterium.
Jamur merupakan patogen utama penyebab penyakit pada tanaman. Mereka berkembang
biak melalui spora yang menyebar melalui udara, air, atau melalui kontak langsung dengan
tanaman yang terinfeksi. Beberapa penyakit jamur yang umum meliputi karat, busuk akar, hawar
daun, dan penyakit layu. Contoh jamur patogen pada tanaman adalah Fusarium spp., dan
Ganoderma spp.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah yang saya angkat dalam
makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana biokekologi dari Patogen Xanthomonas spp., Pectobacterium., Fusarium spp.,
dan Ganoderma spp
2. Apa saja tanaman inang yang biasanya diserang patogen-patogen tersebut dan bagaimana
gejalanya?
Bagaimana cara pengendaliannya?

1.3 Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk :


1) Memberikan informasi mengenai patogen jamur
2) dan bakteri

1.4 Manfaat

Dapat bermanfaat sebagai sumber tambahan materi pembelajaran mengenai patogen


penyakit pada tanaman.
BAB II. ISI DAN PEMBAHASAN

2.1 Bioekologi Patogen Penyebab Penyakit Pada Tanaman

2.1.1Jamur Fusarium spp

Jamur Fusarium spp. adalah salah satu jenis patogen tular tanah yang mematikan, karena
patogen ini mempunyai strain yang dapat dorman selama 30 tahun sebelum melanjutkan
virulensi dan menginfeksi tanaman. Layu fusarium disebabkan oleh cendawan jenis Fusarium
spp. Kasus serangan penyakit ini banyak terjadi di dataran rendah. Umumnya, tanaman ini akan
layu dan mati dalam tempo waktu 14-90 hari. Resapan air di lahan yang buruk atau lahan yang
banyak genangan airnya akan meningkatkan risiko serangan penyakit ini (Mukarlina, 2010).

Sumber: pinterest.com

Cendawan Fusarium spp. membentuk polipeptida yang disebut likomarasmin yaitu suatu
toksin yang mengganggu permeabilitas membran plasma tanaman. Selain itu, Fusarium spp. juga
membentuk senyawa yang lebih sederhana, yaitu asam fusarat dan menghasilkan enzim
pektolitik, terutama pektinmetilesterase (PME) dan depolimerase (DP). PME menghilangkan
metil pada rantai pektin menjadi asam pektat. Depolimerase memecah rantai asam pektat
menjadi poligalakturonida dengan bermacam-macam berat molekul. Enzim-enzim tersebut
memecah bahan pektin yang ada dalam dinding xilem. Fragmen-fragmen asam pektat masuk ke
dalam pembuluh xilem yang kemudian membentuk massa koloidal yang mengandung bahan non
pektin yang dapat menyumbat pembuluh. Berkas pembuluh akan menjadi cokelat disebabkan
karena fenol-fenol yang terlepas masuk ke dalam berkas pembuluh. Fenol-fenol tersebut oleh
enzim fenol 6 oksidase yang dihasilkan tumbuhan inang akan mengalami polimerisasi menjadi
melanin yang berwarna cokelat. Bahan berwarna ini terutama diserap oleh pembuluh xilem yang
berlignin yang menyebabkan warna cokelat yang khas pada penyakit layu Fusarium (Mukarlina,
2010).
Karakter dari jamur ini adalah menyerang tanaman yang kondisi nya sedang lemah (peka)
karena kekeringan, kekurangan unsur hara, terlalu banyak sinar matahari dan tanaman terlalu
banyak buah (Semangun, 2000).
Menurut Roma (2009), klasifikasi Fusarium spp adalah sebagai berikut. Jamur Fusarium
spp. termasuk kingdom fungi, divisi amastigomycota, sub divisi deuteromycota, kelas
deuteromycetes, ordo monilialales, famili tuberculaiaaceae, Genus Fusarium dan Spesies
Fusarium spp.
Fusarium spp. jamur ini mempunyai ukuran tubuh yang sangat kecil dan hidupnya bersifat
parasitoid yaitu organisme yang bergantung pada organism lain serta didukung oleh suhu tanah
yang hangat dan kelembaban tanah yang rendah sekali. Populasi akan meningkat jika di tempat
yang sama ditanam tanaman yang merupakan inangnya serta jamur ini menginfeksi tanaman
melalui jaringan meristem pada ujung akar (Pracaya, 2007)
. Jamur Fusarium spp. memiliki struktur yang terdiri dari mikronidia dan makronidia.
Permukaan koloninya berwarna ungu dan tepinya bergerigi serta memiliki permukaan yang kasar
berserabut dan bergelombang. Di alam, jamur ini membentuk konidium. Konidiofor bercabang-
cabang dan makrokonidium berbentuk sabit, bertangkai kecil dan seringkali berpasangan.
Miselium terutama 7 terdapat di dalam sel khusus di dalam pembuluh, juga membentuk
miselium yang terdapat diantara sel-sel, yaitu di dalam kulit dan di jaringan parenkim didekat
terjadinya infeksi. Fusarium spp. adalah fungi aseksual yang menghasilkan 3 spora yaitu :
a. Makrokonidia Makrokonidia berbentuk panjang melengkung, di kedua ujung sempit
seperti bulan sabit, terdiri dari 3-5 sel dan biasanya di temukan di permukaan.
b. Mikrokonidia Mikrokonidia adalah spora dengan 1 atau 2 sel yang dihasilkan Fusarium
pada semua kondisi dan dapat menginfeksi tanaman. Mikrokonidia memiliki bentuk yang
bulat sampai oval, uniseluler dan tidak berwarna.
c. Klamidiospora Klamidiospora adalah spora dengan sel selain diatas, dan pada waktu
dorman dapat menginfeksi tanaman, sporanya dapat tumbuh di air (Juniawan, 2015).
Fusarium spp. mengalami fase patogenesis dan saprogenesis. Pada fase patogenesis,
cendawan hidup sebagai parasit pada tanaman inang. Apabila tidak ada tanaman inang, patogen
hidup di dalam tanah sebagai saprofit pada sisa tanaman dan masuk fase saprogenesis, yang
dapat menjadi sumber inokulum untuk menimbulkan penyakit pada tanaman lain. Penyebaran
propagul dapat terjadi melalui angin, air tanah, serta tanah terinfeksi dan terbawa oleh alat
pertanian dan manusia (Alfizar, 2011).

2.1.2 Ganoderma spp

Ganoderma spp. menginfeksi jaringan akar tanaman inangnya dan berkembang di bawah
permukaan tanah. Gejala ringan yang ditimbulkan dari serangan jamur ini adalah tanaman
menjadi layu, jumlah helai daun berkurang, dan tanaman tidak berkembang (Hidayati dan
Nurrohmah, 2015).

Sumber: cyprusalive.com

Jamur ini menunjukkan tanda penyakit berupa tubuh buah yang menempel pada pangkal
batang tanaman inang. Pada umumnya, permukaan atas tubuh buah Ganoderma spp. berwarna
cokelat kemerahan atau cokelat tua, dan permukaan bawahnya berwarna putih kekuningan.
Serangan jamur ini seringkali baru diketahui saat sudah menunjukkan gejala lanjut sehingga sulit
dikendalikan (Minarsih dkk., 2011).
Tubuh buah jamur ini keras dan berkayu dengan ukuran yang cukup besar. Ukuran tubuh
buah dapat mencapai diameter 15 cm dan ketebalan 5 cm. Warna tubuh buah mulai dari cokelat
muda, cokelat tua, hingga jingga. Bagian atas tubuh buah agak mengkilat. Bagian bawah tubuh
buah berwarna putih kekuningan yang tersusun dari pori-pori tempat tumbuh basidia dan
menghasilkan jutaan spora (Herliyana dkk., 2012).
Struktur seksual dari jamur Ganoderma spp. disebut basidiokarp. Terdapat dua jenis
basidiokarp yaitu yang mengkilap (laccate) dan tidak mengkilap (nonlaccate) (Hapuarachchi et
al., 2017).
Jamur Ganoderma spp. memiliki basidiospora yang berwarna cokelat, berbentuk bulat
telur, dan permukaan spora nya sedikit cekung. Pada umumnya, basidiospora jamur yang
termasuk genus Ganoderma memiliki ciri yang mirip, namun memiliki perbedaan ukuran pada
tiap spesiesnya. Dinding spora bagian luar dan bagian dalam terhubung dengan pilar
penghubung. Dinding spora bagian dalam (endospora) lebih tebal daripada dinding spora bagian
luar (Adaskaveg and Gilbertson, 1988).
Basidiospora jamur Ganoderma spp. kemungkinan berperan dalam menyebabkan infeksi
dan penyebaran penyakit. Basidiospora berkecambah membentuk miselia monokariotik dimana
setiap sel mengandung satu inti haploid (Casselton and Olesnicky, 1998).
Miselia monokariotik terus berkembang hingga menemukan miselia monokariotik lain
yang kompatibel. Fusi terjadi antara dua monokarion yang kompatibel dari jenis kawin yang
berbeda. Setelah fusi, migrasi nukleus terjadi dimana inti berasal dari miselia yang menyatu
dengan jenis kawin yang berbeda. Setelah dua inti yang kompatibel menyatu, pertumbuhan
selanjutnya adalah dalam bentuk miselia dikarion (memiliki dua inti sel) karena dikariotisasi
telah terjadi (Casselton and Olesnicky, 1998).
Miselia monokariotik (memiliki satu inti sel) yang berasal dari basidiospora
kemungkinan tidak langsung bertemu miselia monokariotik yang kompatibel. Miselia
monokariotik mendominasi pada saat tahap awal kolonisasi dan dapat menghabiskan waktu
selama 12 bulan hingga menjadi dikariotik. Oleh karena itu, miselia monokariotik seperti dari
jamur G. boninense pada awalnya dapat hidup saprofit pada sisa tanaman kelapa sawit (Coates
and Rayner, 1985).
8 Serpihan akar tanaman yang terinfeksi jamur Ganoderma spp. kemungkinan memiliki
peran penting sebagai inokulum dan untuk kelangsungan hidup jamur dalam jangka panjang.
Basidiospora yang bersifat airborne juga dapat memulai infeksi yang baru pada tunggul atau
puing-puing penebangan yang selanjutnya dapat menyebar ke tanaman hidup melalui kontak
akar (Chang, 2003).
Jamur dalam kelompok Basidiomycota mempunyai kemampuan mendekomposisi lignin,
selulosa, dan polisakarida (Hidayati dan Nurrohmah, 2015).
Jamur ini menginfeksi dan menyebabkan akar tanaman menjadi busuk basah, lunak, dan
dapat mengeluarkan air jika ditekan. Hal inilah yang menyebabkan terganggunya sistem
penyerapan air dan unsur hara dari dalam tanah (Hidayati dan Nurrohmah, 2015).

2.1.3 Xanthomonas spp


Xanthomonas merupakan bakteri aerob dan dapat menghasilkan ekstraseluler polisakarida
(EPS) yang berperan dalam pembentukan eksudat yang digunakan untuk menginfeksi daun
(Bradbury, 1986; Liu et al., 2006). Menurut Ou (1985) bakteri pada dasarnya tidak
membutuhkan vitamin sebagai faktor yang sangat diperlukan, akan tetapi sejumlah kecil tiamin
(vitamin B), kalsium pantotenat (Calcium pantothenate) lebih dikenal sebagai vitamin B5,
nikotin, atau piridoksin memberikan efek rangsangan untuk pertumbuhan bakteri.

Sumber: http://repository.unej.ac.id

Xanthomonas adalah bakteri yang berbentuk batang dengan kedua ujung membulat,
berukuran pendek, dengan panjang berkisar antara 0,7–2.0 µm dan lebar antara 0,4–0,7 µm,
memiliki satu flagel, tanpa spora, Ciri khas genus Xanthomonas adalah koloninya berlendir, dan
menghasilkan pigmen berwarna kuning yang merupakan pigmen Xanthomonadin (Bradbury,
1986; Liu et al., 2006). Bentuk koloni pada medium biakan adalah bulat, cembung dan
berdiameter 1–3 mm (Ou, 1985).

Sumber: https://bhataramedia.com/
Menurut EPPO (2007) klasifikasi Xanthomonas adalah:
Kingdom : Procaryotae
Divisi : Gracilicutes
Kelas : Proteobacteria
Famili : Pseudomonadaceae
Genus : Xanthomonas

Umumnya genus Xanthomonas merupakan bakteri patogen. Pada awal tahun


1990, Xanthomonas terdiri dari 6 spesies
yaitu: X. fragariae, X. populi, X. oryzae, X. albilineans, X. axonopodis dan X. campestris.
Kemudian setelah setelah diklasifikasi ulang, terdiri dari 20 spesies
yaitu: X. fragariae, X. populi, X. oryzae, X. albilineans, X. sacchari, X. vesicatoria, X. axonopodi
s, X. vasicola, X. codiaei, X. arboricola, X. hortorum, X. translucens, X. bromi, X. campestris, X.
cassavae, X. cucurbitae, X. pisi, X. melonis, X. theicola, X. hyacinthi (Vauterin et al., 1995).
2.1.4 Pectobacterium spp

Pectobacterium spp. adalah kelompok bakteri patogen tumbuhan yang termasuk dalam
keluarga Enterobacteriaceae (Putri, 2015). Sebelumnya, Pectobacterium spp. dikenal sebagai
kelompok bakteri Erwinia spp., tetapi kemudian diklasifikasikan ulang ke dalam genus
Pectobacterium. Beberapa spesies yang termasuk dalam genus ini antara lain Pectobacterium
carotovorum, Pectobacterium atrosepticum, dan Pectobacterium brasiliense.
Pectobacterium spp. menyebabkan penyakit yang dikenal sebagai penyakit busuk lunak
pada berbagai tanaman seperti kentang, tomat, wortel, lobak, dan beberapa tanaman lainnya
(Maghfiroh et al, 2022). Bakteri ini dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan tumbuhan
dengan memproduksi enzim yang merusak pektin, salah satu komponen utama dinding sel
tumbuhan. Penyakit busuk lunak yang disebabkan oleh Pectobacterium spp. ditandai dengan
pembusukan jaringan tumbuhan yang berair, lembek, dan berbau busuk.
Pectobacterium spp. menyebar melalui kontak langsung antara tumbuhan yang terinfeksi
dan tumbuhan sehat, serta melalui air, tanah, atau serangga yang terinfeksi. Mereka dapat masuk
ke dalam jaringan tanaman melalui luka, goresan, atau stomata yang terbuka.

Sumber: alchetron.com

Bakteri Pectobacterium spp. memiliki bentuk batang (bacillus) dengan ukuran sekitar 0,5-
1,0 mikrometer lebar dan 1,0-3,0 mikrometer panjang. Sel-selnya biasanya bergerombol dalam
bentuk rantai atau massa. Sebagian besar spesies Pectobacterium spp. bersifat motil, yang berarti
mereka memiliki flagela yang memungkinkan pergerakan aktif. Namun, beberapa isolat tidak
bersifat motil. Bakteri Pectobacterium spp. adalah bakteri Gram-negatif, artinya mereka dengan
bakteri Gram-positif. Pectobacterium spp. dapat tumbuh baik dengan oksigen (aerob) maupun
tanpa oksigen (anaerob). Mereka memiliki kemampuan untuk menggunakan oksigen jika
tersedia, tetapi juga dapat bertahan dalam kondisi tanpa oksigen. Pectobacterium spp.
menghasilkan enzim katalase, yang memungkinkan mereka untuk menguraikan hidrogen
peroksida menjadi air dan oksigen. Hal ini tercermin dalam hasil uji katalase yang positif.
Pectobacterium spp. umumnya memberikan reaksi negatif pada uji oksidase, yang berarti mereka
tidak memiliki enzim oksidase. Pectobacterium spp. adalah bakteri heterotrofik, yang berarti
mereka memperoleh nutrisi dari sumber organik di lingkungan. Mereka dapat memfermentasi
gula dan menggunakan berbagai substrat karbon, seperti glukosa, sukrosa, dan laktosa, sebagai
sumber energi (Citra, 2020)

Salah satu ciri yang membedakan Pectobacterium spp. adalah kemampuannya untuk
menghasilkan enzim pektinase. Enzim ini membantu dalam degradasi pektin, komponen utama
dinding sel tumbuhan, yang memungkinkan bakteri ini menyebabkan penyakit busuk lunak pada
tumbuhan (Handoko et al, 2020)

2.2 Gejala

2.2.1 Gejala Pada Jamur Fusarium spp

Jamur Fusarium spp. merupakan penyebab penyakit layu dan busuk batang pada tanaman
bawang merah. Fusarium spp. merupakan jamur yang mampu bertahan lama dalam tanah
sebagai klamidospora, yang terdapat banyak dalam akar sakit. Jamur mengadakan infeksi
melalui akar. Adanya luka pada akar akan meningkatkan infeksi. Setelah masuk ke dalam akar,
jamur berkembang sepanjang akar menuju ke batang dan di sini jamur berkembang secara
meluas dalam jaringan pembuluh sebelum masuk ke dalam batang palsu. Pada tingkat infeksi
lanjut, miselium dapat meluas dari jaringan pembuluh ke parenkim. Jamur membentuk banyak
spora dalam jaringan tanaman sehingga tanaman menjadi sakit dan tidak sehat (Semangun,
2000).

Serangan awal layu fusarium ditandai dengan busuk di bagian batang yang dekat dengan
permukaan tanah. Selanjutnya, kebusukan akan menjalar hingga ke akar. Akibatnya, tanaman
akan layu dan kekeringan di bagian ranting dan pada akhirnya menyebabkan tanaman rebah
(Hamid, 2011).

Tanaman yang terserang penyakit ini ditandai dengan menguningnya daundaun tua yang
diikuti dengan daun muda, pucatnya tulang-tulang daun bagian atas, terkualainya tangkai daun,
dan layunya tanaman. Batang pun membusuk dan agak berbau amoniak. Jika pangkalnya
dipotong, akan terdapat warna cokelat berbentuk cincin dari berkas pembuluhnya (Wiryanta,
2002).

Gejala serangan Fusarium spp. yang mana awalnya tulang-tulang daun sebelah atas
menjadi pucat, tangkai daun merunduk dan tanaman menjadi layu. Layu total dapat terjadi antara
2-3 minggu setelah terinfeksi. Tandanya dapat dilihat 9 pada jaringan angkut tanaman yang
berubah warna menjadi kuning atau coklat. Penyakit ini dapat bertahan di tanah untuk jangka
waktu lama dan bisa berpindah dari satu lahan ke lahan lain melalui mesin-mesin pertanian,
seresah daun yang telah terserang, maupun air irigasi. Suhu tanah yang tinggi sangat sesuai
untuk perkembangan penyakit ini (Irzayanti, 2008).

2.2.2. Gejala Pada Bakteri Xanthomonas spp


Gejala mulai tampak pada ujung daun kemudian bertambah lebar, sampai menyebabkan
pinggir daun berombak. Selain itu, ditemukan juga eksudat bakteri berwarna susu atau berupa
tetes embun pada daun muda di pagi hari. Pada stadia perkembangan gejala penyakit lebih lanjut,
luka berubah warna mejadi kuning memutih. Selanjutnya pada daun yang terinfeksi parah, warna
daun cenderung menjadi abu-abu disertai dengan munculnya jamur saprofit (Triny et al., 2011).
Proses penyebaran penyakit ditentukan oleh tiga komponen yang selalu berinteraksi yaitu
patogen, inang dan lingkungan. Masing-masing komponen dapat berubah sifatnya sehingga
dapat mempengaruhi tingkat keparahan penyakit (Agrios, 2004).
Penelitian strain Xoo sudah menggunakan teknologi molekuler melalui pengamatan DNA.
Fragmen DNA dari berbagai ukuran yang berasal dari semua isolat Xoo yang digunakan mampu
berhibridisasi dengan gen avirulensi avrBs3 yang berasal dari Xanthomonas
campestris (Utami et al., 2011).

2.2.3 Gejala Pada Jamur Ganoderma spp

Gejala Ganoderma spp. di lapangan relatif sulit dideteksi karena berada di dalam tanah.
Akar yang baru terinfeksi tertutup rhizomorfa yang berwarna merah dan miselium berwarna
putih. Secara umum gejala yang muncul di atas permukaan tanah yaitu penurunan vigor yang
cepat dan ditandai oleh perubahan warna, pelayuan daun, dan kematian tanaman. Sebelum
tanaman mati, biasanya daun akan menguning dan gugur. Tubuh buah jamur terbentuk di bagian
bawah batang yang berbatasan dengan permukaan tanah (Herliyana dkk., 2012).
Menurut Saleh dkk. (2016), ilmu yang mempelajari interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan hidupnya disebut bioekologi. Makhluk hidup dalam pertanian dapat berupa tanaman,
hama, dan patogen. Lingkungan hidup dapat berupa cahaya, air, suhu, kelembaban, pH tanah,
dan lain-lain. Kejadian penyakit tanaman merupakan interaksi antara patogen yang virulen,
tanaman inang yang rentan, dan faktor lingkungan yang mendukung. Konsep ini disebut dengan
konsep segitiga penyakit. Meskipun terdapat patogen yang virulen dan inang yang rentan, jika
lingkungan tidak mendukung maka tidak akan terjadi penyakit (Saleh dkk., 2016). 9
Pertumbuhan miselia Ganoderma spp. dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti media kultur,
pH, suhu, dan nutrisi. Faktor tersebut berpengaruh pada pertumbuhan jamur di lapangan maupun
laboratorium (Kapoor and Sharma, 2014).
Basidiospora jamur Ganoderma spp. berkecambah setelah lepas dari tubuh buah.
Konsentrasi basidiospora dilaporkan rendah pada siang hari dan tinggi pada saat malam hari.
Suhu yang baik untuk perkecambahan yaitu suhu yang hangat antara 25-31oC (Chan et al.,
2011). Kebanyakan spesies Ganoderma tumbuh pada suhu optimal antara 25-30oC (Loyd et al.,
2019).

2.2.4. Gejala Pada Bakteri Pectobacterium spp

Patogen ini ditularkan melalui air, pupuk kandang, dan tanah. Gejala serangan penyakit
ini ditandai adanya bercak busuk basah (Gambar 20) berwarna coklat kehitaman pada daun,
batang dan krop kubis. Bercak selanjutnya membesar dan melekuk dan bentuknya tidak
beraturan. Pada tanaman tomat, kentang, dan wortel ditandai oleh tanaman layu. Pada ubi
kentang dan wortel ditandai dengan ubi yang membusuk. Tanaman inangnya antara lain ialah
kubis, kubis bunga, kailan, caisim, kentang, tomat, wortel dan tanaman sayuran lainnya (Putri,
2015).
2.3 Cara Pengendalian

2.3.1. Cara Pengendalian Fusarium spp

Menurut Walters (2009) dan Hasan (2010), pengelolaan air yang tepat, irigasi yang baik,
dan pemupukan berimbang diperlukan oleh tanaman jagung untuk berkembang dan ketahanan
terhadap patogen. Pergiliran tanaman yang bukan inang merupakan salah satu cara pencegahan
yang dapat meminimalisasi penyebaran patogen cendawan Fusarium. Menurut Shurtleff (1980),
pemupukan berimbang dengan pemberian N dosis rendah dan K tinggi serta populasi tanaman
yang tidak rapat, dapat menekan kontaminasi dan perkembangan cendawan Fusarium di
lapangan.
Pengendalian penyakit cendawan Fusarium yang dikendalikan secara kimiawi umumnya
menggunakan organomerquri dan nonmerquri, seperti Arasan dan Dithane. Menurut Nel et al.
(2003), fungisida lain yang dapat digunakan untuk mengendalikan penyakit cendawan Fusarium
adalah Thiram, Captab, dan Fludioxonil/Mefenoxam. Pengendalian penyakit cendawan Fusarium
secara kimiawi seringkali tidak efektif karena kemampuannya yang kuat dalam mempertahankan
diri sangat kuat. Selain itu, bahan kimia yang digunakan dalam pengendalian tidak efektif.
Penggunaan fungisida dengan dosis yang tidak terkontrol berpengaruh negatif terhadap
perkembangan mikroorganisme tanah yang bersifat antagonis.

2.3.2. Cara Pengendalian Ganoderma spp

Pengendalian hayati adalah penggunaan musuh alami untuk mengurangi kerusakan yang
ditimbulkan oleh organisme yang berbahaya atau pengaturan populasi penyakit oleh musuh
alaminya. Salah satu upaya pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengatasi keberadaan
patogen adalah menggunakan bakteri antagonis. Bakteri antagonis adalah bakteri yang memiliki
sifat berlawanan dengan mikroorganisme patogen. Bakteri antagonis sering disebut sebagai
bakteri menguntungkan, karena dapat digunakan untuk menghambat atau menghentikan aktivitas
patogen yang merugikan (Djaenuddin & Muis, 2015).
Menurut Nurhayati (2011) Pengendalian penyakit secara hayati mempunyai tujuan yaitu
mengurangi laju perkembangan penyakit melalui penurunan daya hidup patogen pada tanaman,
menurunkan jumlah propagul yang diproduksi serta mengurangi penyebaran inokulum,
mengurangi infeksi patogen pada tanaman serta mengurangi serangan yang berat oleh patogen.
Pengendalian secara biologi terhadap patogen tular tanah dilakukan untuk menurunkan
aktivitas penyakit oleh patogen melalui satu atau lebih mekanisme. Pengendalian secara biologi
terhadap patogen tanaman meningkat, karena dapat memberikan manfaat pengendaian terhadap
penyakit (Djaenuddin, 2016).
Penggunaan agens antagonis digunakan untuk melindungi tanaman dari serangan
organisme pengganggu tanaman dan meningkatkan hasil panen yang merupakan pendekatan
menjanjikan dalam sistem pertanian (Kuswinanti et al., 2014).

2.3.3. Cara Pengendalian Xanthomonas spp

Penyakit pustul bakteri yang disebabkan oleh Xanthomonas axonopodis pv. glycines
(Xag) merupakan salah satu penyakit penting tanaman kedelai yang dapat mengakibatkan
kerugian hingga 7-11 % (Semangun, 1993), (Chatri, 2016).
Penggunaan bakterisida akan menimbulkan resistensi pada mikroba dan juga berdampak
negatif terhadap lingkungan (Djojosumarto, 2008). Alternatif pengendalian yang ramah
lingkungan yang banyak digunakan yaitu Agen Pengendali Hayati (APH) salah satunya Bacillus
spp. (Khaeruni dan Gusnawaty, 2012)
. Bacillus sp. yang diisolasi dari filosfer berpeluang besar sebagai alternatif pengendalian
patogen pustul kedelai karena bakteri diisolasi dari asal yang sama dengan patogen yaitu filosfer
(Rukayadi et al., 2000). Isolasi Bacillus sp. dari filosfer gulma berkaitan dengan keberadaan
gulma yang ada sepanjang tahun pada pertanaman kedelai (Harsono, 2017). Hasil penelitian
sebelumnya oleh Nurcahyanti dan Ayu, (2018) diperoleh 31 isolat Bacillus spp. dan 5 isolat
diantaranya mempunyai kemampuan yang baik dalam menghambat Xag secara in vitro.
Berdasarkan hal itu, 5 isolat tersebut perlu diuji kemampuannya dalam menghambat Xag secara
in vivo dan pengaruhnya dalam menstimulasi pertumbuhan tanaman kedelai.

2.3.4. Cara Pengendalian Pectobacterium spp

Pengendalian penyakit busuk batang berlubang saat ini banyak dilakukan dengan
percobaan pemanfaatan agen hayati. Berdasarkan pengujian antagonis Actinomycetes terhadap
bakteri busuk batang berlubang secara in vitro yang dilakukan Sallyta dkk (2014), menunjukkan
bahwa semua isolat Actinomycetes memiliki sifat antagonis terhadap E. carotovora. Hal ini
ditunjukkan dengan terbentuknya zona hambatan (zona bening) yang bervariasi berkisar 18,30
mm hingga 49,95 mm. Selain itu, menurut Masnilah dkk (2007), pengendalian penyakit busuk
batang berlubang dapat dilakukan dengan Bacillus sp. Formulasi Bacillus sp. mempunyai
efektivitas yang sama dalam menekan E. carotovora di rumah kaca dan di lapangan dan mampu
meningkatkan pertumbuhan tanaman tembakau.
BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ada banyak patogen yang dapat menyebabkan penyakit pada tanaman. Patogen tersebut
meliputi virus, bakteri, jamur, dan nematoda. Masing-masing patogen memiliki karakteristik dan
metode penyebaran yang berbeda, tetapi semuanya dapat mengganggu kesehatan dan
produktivitas tanaman.
Virus adalah patogen berukuran sangat kecil yang membutuhkan inang hidup untuk
berkembang biak. Mereka dapat menyebar melalui vektor seperti serangga atau melalui kontak
langsung antara tanaman. Beberapa contoh penyakit viral pada tanaman adalah penyakit mozaik
daun, penyakit kerdil kuning, dan penyakit cekung.
Bakteri juga dapat menyebabkan penyakit pada tanaman. Mereka dapat memasuki
tanaman melalui luka atau melalui vektor seperti serangga yang menghisap getah tumbuhan.
Contoh penyakit bakterial pada tanaman meliputi penyakit layu bakteri, penyakit bercak bakteri,
dan penyakit busuk akar bakteri.

3.2 Saran

Jaga kebersihan lingkungan pertanian dengan menghilangkan sisa-sisa tanaman yang


terinfeksi, daun yang gugur, atau sisa-sisa tumbuhan lainnya yang dapat menjadi tempat
persembunyian atau sumber infeksi. Bersihkan dan disinfeksi peralatan pertanian, peralatan
potong, dan alat-alat lainnya sebelum digunakan pada tanaman yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai