Anda di halaman 1dari 12

Laporan Praktikum Fisiologi Herbisida

SPESIFIKASI HERBISIDA

Nama : Rizka Inda Meutia

NIM : 1605101050053

Kelompok : 01 (Satu)

Hari/Jam Praktikum : Selasa/14.00-15.40 WIB

Asisten : 1. Muyassir

2. Aris Setiawan

LABORATORIUM ILMU GULMA

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA

DARUSSALAM, BANDA ACEH

2019
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gulma ialah tanaman yang tumbuhnya tidak diinginkan. Gulma di suatu tempat
mungkin berguna sebagai bahan pangan, makanan ternak atau sebagai bahan obat-obatan.
Dengan demikian, suatu spesies tumbuhan tidak dapat diklasifikasikan sebagai gulma pada
semua kondisi. Namun demikian, banyak juga tumbuhan diklasifikasikan sebagai gulma
dimanapun gulma itu berada karena gulma tersebut umum tumbuh secara teratur pada lahan
tanaman budidaya (Sebayang, 2005).

Pengendalian gulma di Indonesia umumnya dilakukan secara manual, namun hal


tersebut tidak didukung oleh tenaga kerja yang siap pada saat pengendalian gulma harus
dilakukan sehingga membuat pengendalian gulma terlambat. Selain itu, permasalahan gulma
menjadi semakin besar karena umumnya petani mempersiapkan lahan dengan cara
mengolah tanah secara intensif. Pengendalian secara manual tersebut akan menjadi tidak
efisien bila lahan pertanaman cukup luas, maka penggunaan herbisida diharapkan dapat
mengurangi tenaga manusia, tepat waktu dan relatif singkat (Listyobudi, 2011).

Herbisida (dari bahasa Inggris herbicide) merupakan senyawa kimia yang digunakan
untuk mengendalikan, mematikan, atau menghambat pertumbuhan gulma tanpa
mengganggu tanaman pokok (Sukman, 2002). Sedangkan menurut Riadi (2011) herbisida
merupakan suatu bahan atau senyawa kimia yang digunakan untuk menghambat
pertumbuhan atau mematikan tumbuhan. Pengendalian dengan menggunakan herbisida
memiliki beberapa keuntungan yaitu penggunaan tenaga kerja yang lebih sedikit dan lebih
mudah dan cepat dalam pelaksanaan pengendaliannya.Herbisida yang banyak digunakan
saat ini sekitar 70% adalah herbisida berbahan aktif glifosat. Herbisida ini merupakan
herbisida pasca tumbuh, sistemik, non selektif yang diaplikasikan melalui daun, mempunyai
spektrum luas, bersifat translokatif kuat, tidak aktif dalam tanah, cepat terdegradasi dan
mempunyai kemampuan mengendalikan gulma tahunan. Gejala kematian gulma terlihat
pada 2–4 minggu setelah aplikasi (Lamid et al., 1998).
Herbisida dapat mempengaruhi satu atau lebih proses-proses (seperti pada proses
pembelahan sel, perkembangan jaringan, pembentukan klorofil, fotosintesis, respirasi,
metabolisme nitrogen, aktivitas enzim dan sebagainya) yang sangat diperlukan tumbuhan
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Di samping itu herbisida bersifat racun
terhadap gulma atau tumbuhan penganggu juga terhadap tanaman. Herbisida yang
diaplikasikan dengan dosis tinggi akan mematikan seluruh bagian dari jenis tumbuhan. Pada
dosis yang lebih rendah, herbisida akan membunuh tumbuhan dan tidak merusak tumbuhan
yang lainnya (Riadi, 2011).

1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui spesifikasi dari jenis
herbisida yang digunakan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Herbisida


Herbisida terbagi menjadi beberapa jenis berdasarkan cara kerja dan waktu
aplikasinya.
2.1.1 Berdasarkan Cara Kerja
Berdasarkan cara kerjanya herbisida dibagi atas 2 klasifikasi herbisida yaitu
herbisida kontak dan herbisida sistemik .

a. Herbisida kontak adalah herbisida yang langsung mematikan jaringan-jaringan atau


bagian gulma yang terkena larutan herbisida, terutama bagian gulma yang berwarna
hijau. (Emanuel, 2003). Herbisida, kontak sangat sesuai untuk mengendalikan gulma
setahun atau semusim,namun kurang efektif pada tanaman yang mampu tumbuh kembali
dari rhizhomes, akar atau umbi. Keistimewaan herbisida kontak yaitu dapat membasmi
gulma secara cepat, 2-3 jam setelah disemprot gulma layu dan 2-3 hari kemudian mati.
Sedangkan kelemahannya yaitu gulma akan tumbuh kembali secara cepat sekitar 2
minggu kemudian. Contoh herbisida kontak adalah paraquat. Parakuat ialah herbisida
non selektif, bekerja secara kontak (nonsistemik) yang menyerang dan membunuh
semua bagian tumbuhan yang hijau yang bersinggungan. Nonsistemik berarti bahwa
tidak menyerang akar atau ditranlokasikan di dalam tubuh tumbuhan (Srinivasan, 2003).

b. Herbisida sistemik, bekerja dengan ditranslokasikan ke seluruh tubuh atau bagian


jaringan gulma, mulai dari daun sampai keperakaran atau sebaliknya. Herbisida sistemik
membutuhkan waktu 1-2 hari untuk membunuh tanaman pengganggu tanaman budidaya
(gulma) karena tidak langsung mematikan jaringan tanaman yang terkena, namun
bekerja dengan cara menganggu proses fisiologi jaringan tersebut lalu dialirkan ke dalam
jaringan tanaman gulma dan mematikan jaringan sasarannya seperti daun, titik tumbuh,
tunas sampai ke perakarannya (Effendi,). Diabsorbsi oleh akar atau daun masuk ke dalam
jaringan pembuluh kemudian ditranslokasikan ke bagian lain, sehingga gulma
mengalami kematian total. Cara aplikasi herbisida dengan penyemprotan melalui daun
atau penyiraman ke akar tanaman. Efektif untuk gulma tahunan (perennial weed), misal
alang-alang, teki dan sembung darat. Sistemik herbisida mampu menghancurkan seluruh
jaringan tumbuhan dengan bahan kimia lainya yang tersedia (Triharso, 1994).
2.1.2 Berdasarkan Waktu Aplikasi
Waktu aplikasi herbisida biasanya ditentukan oleh stadia pertumbuhan dari tanaman
maupun gulma. Berdasarkan hal tersebut, maka waktu aplikasi herbisida terdiri dari pre plant
(sebelum tanam), adalah jenis herbisida yang diaplikasikan pada saat tanaman belum
ditanam, tetapi tanah sudah diolah. Kemudian pre emergence (sebelum tumbuh), yaitu jenis
herbisida yang diaplikasikan sebelum benih tanaman atau biji gulma berkecambah. Pada
perlakuan ini benih dari tanaman sudah ditanam, sedangkan gulma belum tumbuh. Dan post
emergence (setelah tumbuh), yaitu herbisida ini diaplikasikan pada saat gulma dan tanaman
sudah lewat stadia perkecambahan atau telah tumbuh. Aplikasi herbisida bisa dilakukan pada
saat tanaman masih muda maupun sudah tua (Sukman, 1995).
BAB III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Gulma Program Studi


Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala pada hari Selasa, 02 Oktober
2019 pukul 14.00-15.40 WIB.

3.2 Alat dan Bahan

1. Herbisida
2. Alat Tulis

3.3 Cara Kerja

1. Disiapkan sebuah herbisida yang berbeda merk dari setiap kelompok.


2. Dibuat spesifikasi dari herbisida yang telah dibawa. Spesifikasinya meliputi merk
dagang, bahan aktif, formulasi, waktu aplikasi, cara aplikasi, gulma sasaran,
tanaman yang ditanam dan cara kerjanya pada tubuh tanaman.
3. Kemudian dipresentasikan herbisida yang telah dibawa berdasarkan
spesifikasinya.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Berikut ini adalah spesifikasi dari beberapa merk herbisida:

1. SINARTOP
Bahan aktif : paraquat diklorida 280 SL
Formulasi : larutan dalam air berwarna hijau tua
Waktu Aplikasi : purna
Gulma Sasaran : gulma berdaun lebar dan sempit
Tanaman : coklat dan jagung
Cara Kerja : kontak
Cara Aplikasi : disemprot pagi hari
2. RALANG
Bahan aktif : isopropilamina glyposat 480 g/l
Formulasi : larutan dalam air berwarna kuning
Waktu Aplikasi : purna tumbuh
Gulma Sasaran : tidak selektif
Tanaman : kelapa sawit
Cara Kerja : sistemik
Cara Aplikasi : disemprot secara merata
3. Gramoxone
Bahan aktif : paraquat diklorida 276 SL
Formulasi : larutan dalam air berwarna hijau
Waktu Aplikasi : purna tumbuh
Gulma Sasaran : anakan sawit liar, gulma daun lebar, teki
Tanaman : perkebunan
Cara Kerja : kontak
Cara Aplikasi : disemprot
4. Du Pont Ally
Bahan aktif : metil metsulforon 20%
Formulasi : granule
Waktu Aplikasi : pra-tumbuh, purna tumbuh
Gulma Sasaran : gulma berdaun lebar, teki
Tanaman : padi
Cara Kerja : kontak
Cara Aplikasi : disemprot pagi hari

4.2 Pembahasan

Herbisida adalah bahan senyawa beracun yang dapat dimanfaatkan untuk membunuh
tumbuhan pengganggu yang disebut gulma. Kehadiran gulma dalam lahan pertanian sangat
tidak diharapkan karena akan menyaingi tanaman yang ditanam dalam memperolah unsure
hara, air dan matahari. Akibat dari serangan gulma dapat menurunkan hasil panen yang
cukup besar. Berdasarkan bahan asalnya, terdapat jenis herbisida anorganik dan herbisida
organik. Herbisida organik, misalnya amonium sulfat dan natrium arsenit, dapat
menyebabkan daun berguguran dan tanah menjadi steril untuk sementara. Herbisida
organika lebih tahan lama dalam tanah sehingga dapat menimbulkan masalah pencemaran
tanah. Akan tetapi, herbisida organik lebih aman daripada herbisida anorganik karena tingkat
toksitasnya rendah, misalnya senyawa karbamat.

Pada praktikum kali ini, dilakukan kegiatan mendeskripsikan spesifikasi dari 4 jenis
herbisida yang sudah disurvey dan dibeli salah satunya. Keempat dari herbisida tersebut
ialah dengan merk dagang SINARTOP, RALANG, Gramoxone dan Du Pont Ally. Herbisida
yang dibeli ialah Du Pont Ally. 4 jenis herbisida dengan merk dagang yang berbeda ini
memiliki spesifikasi yang berbeda pula.

Herbisida yang dibawa pada praktikum ini adalah herbisida dengan merk dagang Du
Pont Ally. Du Pont Ally memiliki bahan aktif yaitu metil metsulforon 20% dan berbentuk
granule (butiran) yang dilarutkan dalam air jika akan diaplikasikan. Waktu aplikasinya yaitu
pra tumbuh dan purna tumbuh. Herbisida Du Pont Ally merupakan jenis dari herbisida
kontak, yaitu bekerja langsung dan dengan cepat pada bagian atau jaringan dari gulma yang
kontak langsung dengan herbisida ini. Gulma sasarannya yaitu gulma berdaun lebar dan
gulma teki, degan tanaman yang ditanaman adalah padi. Cara aplikasinya adalah disemprot
pagi hari, karena pada pagi hari adalah waktu yang efektif untuk perangsangan pada gulma.
SINARTOP merupakan herbisida jenis kontak yang berarti langsung cepat
mematikan atau membunuh jaringan-jaringan atau bagian gulma yang terkena larutan
herbisida ini, terutama bagian gulma yang berwarna hijau. Herbisida SINARTOP memiliki
bahan aktif yaitu paraquat diklorida 280 SL. Formulasi atau bentuknya merupakan larutan
dalam air dan memiliki warna hijau tua. Waktu pengaplikasian yaitu purna atau . Herbisida
ini membasmi gulma berdaun lebar dan sempit dan digunakan pada tanaman kakao dan
jagung. SINARTOP diaplikasikan dengan cara disemprot di pagi hari.

Selanjutnya adalah herbisida dengan merk dagang RALANG. RALANG memiliki


bahan aktif isopropilamina glyposat 480 g/l yang merupakan herbisida sistemik. Herbisida
sistemik bekerja dengan cara ditranslokasikan ke seluruh tubuh atau bagian jaringan gulma,
mulai dari daun sampai keperakaran atau sebaliknya. Cara kerja herbisida ini membutuhkan
waktu 1-2 hari untuk membunuh gulma karena bekerja dengan cara menganggu proses
fisiologi jaringan tersebut lalu dialirkan ke dalam jaringan tanaman gulma dan mematikan
jaringan sasarannya seperti daun, titik tumbuh, tunas sampai ke perakarannya. Formulasi
herbisida ini berupa larutan dalam air, berwarna kuning.RALANG diaplikasikan ketika
purna tumbuh. Herbisida RALANG tidak selektif terhadap gulma sasaran, yabg berarti dapat
bekerja pada berbagai jenis gulma. Herbisida ini diaplikasikan pada tanamanutama yaitu
kelapa sawit. Cara aplikasi dari herbisida ini masih sama seperti herbisida larutan lainnya
yaitu dengan cara disemprot secara merata pada gulma sasaran.

Yang terakhir adalah herbisida Gramoxone. Gramoxone tersusun dari bahan aktif
paraquat diklorida 276 SL yang berarti herbisida ini merupakan herbisida kontak. Herbisida
kontak yaitu herbisida yang mematikan jaringan atau bagian dari gulma yang kontak
langsung dengan herbisida tersebut. Formulasi Gramoxone yaitu larutan dalam air dan
berwarna hijau. Herbisida ini memiliki waktu aplikasi purna tumbuh. Gramoxone
membasmi gulma anakan sawit liar, gulma daun lebar dan gulma tekidan diaplikasikan pada
tanaman perkebunan. Cara aplikasinya yaitu disemprot langsung ke gulma sasaran karena
Gramoxone memiliki bentuk larutan dalam air.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari praktikum yang telah dilakukan adalah sebagai
berikut:

1. Paraquat diklorida merupakan jenis dari herbisida kontak.


2. Herbisida kontak bekerja dengan cara mematikan langsung pada bagian gulma yang
terkena herbisida saja.
3. Herbisida sistemik bekerja dengan cara mematikan gulma secara kesuluruhan karena
bekerja dengan cara ditranslokasikan ke seluruth tubuh.
4. Herbisida dengan bahan aktif isopropilamina glyposat bekerja secara sistemik.

5.2 Saran

Adapun saran yang diberikan yaitu laboratorium mengambil dan menyimpan herbisida
yang dibawa saat praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Emanuel, B. 2003.Pengendalian Gulma di Perkebunan, Efektivitas dan Efesiensi Aplikasi


Herbisida. Penerbit Kaninus, Yogyakarta.

Lamid, Z., Harnel, Adlis, dan W. Hermawan. 1998. Pengkajian Tot Dengan Herbisida
Glifosat Pada Budidaya Jagung Di Lahan Kering. Pros. Sem.

Listyobudi, Vila Ratnasari. 2011. Perlakuan Herbisida Pada Sistem Tanpa Olah Tanah
Terhadap Pertumbuhan, Hasil Dan Kualitas Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea Mays
Saccharata Sturt.). Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”, Yogyakarta.

Riadi, M. 2011. Herbisida Dan Aplikasinya. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas


Pertanian, Universitas Hasanuddin.

Sebayang, H. 2005. Gulma dan Pengendaliannya Pada Tanaman Padi. Unit Penerbitan
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang

Sukmana, Y. 2002. Gulma Dan Teknik Pengendaliannya. PT Raja Grafindo Persada,


Jakarta.

Sukman, Y dan Yakup. 1995. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.

Triharso. 1994. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University Pres,.


Yogyakarta.

Tritrosoedirdjo, Soekisman. Utomo, Is Hidajat. Wiroatmodjo, Joedojono. 1984. Pengolahan


Gulma Di Perkebunan. Gramedia, Jakarta.
LAMPIRAN

Gambar 1. SINARTOP Gambar 2. Gramoxone

Gambar 3. RALANG Gambar 4. Du Pont Ally

Anda mungkin juga menyukai