Oleh :
Nama : Ruth Elizabeth
145040201111295
NIM :
Kelas :B
Kelompok : B2 (Rabu, 10.30-12.10)
Asisten : Rahmania Wahida
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
MALANG
2018
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lahan pertanian biasanya ditanami sejenis atau dua jenis tanaman pertanian.
Namun demikian tumbuhan lain juga dapat tumbuh di lahan tersebut. Di tingkat
petani, kehilangan hasil padi karena persaingan dengan gulma mencapai 10-15%.
Karena terbatasnya tenaga kerja untuk menyiang, dalam mengendalikan gulma
petani mulai beralih dari penyiangan secara manual ke pemakaian herbisida (Pane
et al. 1999). Selain itu, penggunaan herbisida lebih ekonomis dan efektif
mengendalikan gulma dibanding cara lain, terutama pada hamparan yang luas.
Pengendalian gulma dimaksudkan untuk menekan atau mengurangi populasi gulma
sehingga penurunan hasil secara ekonomis menjadi tidak berarti (Soerjandono,
2005). Pada pengendalian gulma, mengendalikan gulma secara khemis merupakan
salah satu cara pengendalian disamping pengendalian secara manual/mekanis.
Dalam mengendalikan gulma secara khemis digunakan herbisida. Herbisida adalah
bahan kimia yang digunakan untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan
gulma. Secara kasat mata tanaman dan gulma memiliki morfologi yang hampir
sama namun berbeda peran dalam pertanian. Penyemprot harus memastikan bahwa
herbisida yang diberikan terarah pada gulma dan meniadakan persentuhan
semprotan herbisida terhadap tanaman. Herbisida merupakan bagian atau anggota
dari pestisida. Praktek penggunaan herbisida di lokasi pertanian terjadi karena
kemampuan herbisida pada umumnya untuk mematikan beberapa jenis tumbuhan
(gulma) tanpa menggangu jenis lain atau tanaman lain (tanaman pokok). Jika
dibandingkan dengan pengendalian secara manual, biaya pengendalian akan
semakin tinggi. Apalagi ketika kemampuan selektivitas herbisida dapat
ditingkatkan, maka akan mempermudah pengendalian gulma dilapangan
(Muliyadi, 2005).
Saat ini kehadiran herbisida bukanlah menjadi barang baru bagi petani. Banyaknya
jenis gulma menuntut petani untuk menggunakan herbisida yang tepat untuk gulma
sasaran. Dalam menentukan herbisida yang akan digunakan tersebut maka salah
satu hal terpenting yang harus diperhatikan adalah bahan aktif yang terkandung di
dalamnya. Berkaitan dengan itu, banyaknya jenis gulma ternyata berimplikasi pada
berbagai jenis bahan aktif dari herbisida.
Tujuan
Tujuan dari praktikum efektivitas hebisida adalah untuk mengetahui
kemampuan herbisida sebagai pengendalian gulma pada tanaman budidaya.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Efektivitas dan Selektivitas Herbisida
Efektivitas herbisida adalah penggunaan herbisida yang ditentukan oleh
dosis. Dosis herbisida yang tepat akan dapat mematikan gulma sasaran, tetapi jika
dosis herbisida terlalu tinggi maka dapat merusak bahkan mematikan tanaman
yang dibudidayakan. Oleh karena itu perlu sudatu pengujian terhadap kisaran
dosis campuran herbisida yang optimal agar dapat meningkatkan penekanan
gulma pada tanaman budidaya (Nurjannah, 2013). Selain mematikan spesies
tumbuhan tertentu dari suatu populasi campuran namun spesies yang lain tidak
terpengaruhi.
Selektivitas adalah sifat yang ada pada senyawa kimia yang hanya mematikan
gulma yang tidak mampu mendetoksifikasi herbisida (susceptible plants).
Selektivitas adalah aplikasi herbisida pada berbagai tumbuhan tetapi hanya akan
mematikan gulma dan relatif tidak mengganggu tanaman yang dibudidayakan (
Riva, 2009 ).
3. Metil Metsulfuron
Herbisida yang berbahan aktif metil metsulfuron ini merupakan herbisida
sistemik dan bersifat selektif untuk tanaman padi. Herbisida ini dapat digunakan
untuk mengendalikan gulma pra tumbuh dan awal pra tumbuh. Beberapa gulma
yang mampu dikendalikan oleh herbisida ini antara lain: Monocholria vaginalis
(eceng gondok), Cyperus diformis (teki), Echinocloa crusgalli (jajagoan),
semanggi serta gulma lain yang tergolong pakis-pakisan.
Gambar 3. Rapid
4. Glufosinate-ammonium
Kerja herbisida glufosinate-ammonium sebenarnya berdasar pada
penonaktifan dari sintesa enzim glutamine.Sintesa Glutamine menyebabkan
reaksi dari ammonia dan glutamic acid untuk membentuk glutamine. Ammonia,
sebuah zat yang sangat phytotoxic untuk sel tanaman terbentuk pada waktu proses
biokimia tanaman, tepatnya pada saat pengurangan nitrate, metabolisme amino
acid dan photo-respiration.Pengambilan glufosinate-ammonium oleh tumbuhan,
biasanya dilakukan melalui hijau daun dan tumbuhan yang tumbuh dengan aktif.
Gambar 4. Herbicide
5. 2,4 – D.
2,4 – D termasuk salah satu bahan aktif herbisida yang paling dikenal. Sifat
herbisida ini kurang lebih hampir sama dengan metil metsulfuron yaitu sistemik
dan selektif.Herbisida ini dapat digunakan untuk mengendalikan gulma purna
tumbuh baik yang berdaun lebar maupun teki pada padi sawah. Adapun beberapa
jenis gulma yang dapat dikendalikan dengan herbisida 2,4-D ini antara:
Monochoria vaginalis (eceng), Spenochlea zeylanica, Cyperus iria (teki),
Limnocharis flava (genjer), kangkung, keladi dan lain-lain.
Gambar 5. CMA-6
3.2 Pelaksanaan
Menyiapkan alat dan bahan
90%:10% 40%:60%
2 5
0,2 ml/100 ml 0,2 ml/100 ml
air (6-kali air (6-kali
semprot) 85%:15% semprot) 35%:65%
3 0,3 ml/100 ml 6
0,3 ml/100 ml air
air (9-kali
(9-kali semprot)
semprot)
35%:65% 25%:75%
4.1.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan bahwa dengan
menggunakan herbisida 9-kali penyemprotan menunjukkan respon herbisida
paling cepat membunuh gulma dibandingkan penyemprotan lainnya yang dapat
membunuh gulma 65& untuk herbisida A dan 75% untuk herbisida B. Menurut
Sutanto (2005), aplikasi herbisida dengan dosis dan konsentrasi yang lebih tinggi
memberikan pengaruh lebih baik dalam menekan pertumbuhan gulma.
Herbisida sangat efektif diaplikasikan pada lahan bergulma dan juga yang sangat
efektif dalam membunuh tumbuhan secara kontak dan bersifat non selektif,
sehingga semua jenis gulma akan mati apabila disemprot dengan herbisida.
Keefektivan herbisida dapat dilihat dari bagaimana kondisi gulma setiap
waktunya dilihat dari kenampakan fisik gulma.
4.2 Hasil Praktikum Efektivitas
4.2.1 Tabel Hasil Pengamatan
Herbisida Kontak Herbisida Sistemik
Pengamatan
Dosis Score Dosis Score
2,5 ml/ 2,5 ml/
0 0
250 ml 250 ml
3,75 ml/ 3,75 ml/
1 0 0
250 ml 250 ml
5 ml/ 250 5 ml/ 250
1 0
ml ml
2,5 ml/ 2,5 ml/
0 6
250 ml 250 ml
3,75 ml/ 3,75 ml/
2 1 6
250 ml 250 ml
5 ml/ 250 5 ml/ 250
2 6
ml ml
2,5 ml/ 2,5 ml/
0 7
250 ml 250 ml
3,75 ml/ 3,75 ml/
3 2 7
250 ml 250 ml
5 ml/ 250 5 ml/ 250
2 7
ml ml
2,5 ml/ 2,5 ml/
4 2 7
250 ml 250 ml
3,75 ml/ 3,75 ml/
6 7
250 ml 250 ml
5 ml/ 250 5 ml/ 250
6 7
ml ml
4.2 Pembahasan
Pada pengamatan herbisida kontak ke-1 terlihat sedikit terpengaruh dengan
skor 1 pada dosis 5 ml sedangkan herbisida sistemik tidak terpengaruh dengan skor
0. Pengamatan ke-2 herbisida kontak terlihat sedikit terpengaruh dengan skor 1
pada dosis 3,75 ml, pengamatan selanjutnya yaitu pengamatan ke-3 keadaan lahan
bergulma cukup terpengaruh dengan skor 2 hingga dosis 2,5 ml pada pengamatan
ke 4 keadaan lahan bergulma masih tetap dan pada dosis 5 ml keadaan gulma 50%
sudah terbunuh. Sedangkan untuk herbisida sistemik pada pengamatan ke-2 bahwa
gulma sudah terbunuh 50% dengan skor 6. Pada pengamatan ke-3 hingga ke-4
keadaan gulma 100% yaitu dengan skor 7 sudah terbunuh ditunjukkan pada sebaran
gulma sudah tidak lagi berwarna kuning, tetapi hampir kecoklatan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Sutanto (2005) bahwa, aplikasi herbisida dengan dosis dan
konsentrasi yang lebih tinggi memberikan pengaruh lebih baik dalam menekan
pertumbuhan gulma. Dan karena sifatnya yang sistemik, herbisida ini mampu
mematikan jaringan gulma yang berada di dalam tanah (akar, rimpang, umbi),
namun daya kerjanya lebih lambat terlihat. (Cahndeso-mbangundeso, 2011)
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Herbisida merupakan senyawa kimia yang digunakan untuk
mengendalikan, mematikan, atau menghambat pertumbuhan gulma tanpa
mengganggu tanaman pokok. Klasifikasi Herbisida berdasarkan waktu aplikasi Pre
plant, Pre emergence, Post emergence, berdasarkan cara aplikasi yaitu aplikasi
melalui daun dan aplikasi melalui tanah, berdasarkan bentuk molekul yaitu
herbisida anorganik dan herbisida organik, berdasarkan cara kerja kontak &
ditranslokasikan dan herbisida menurut mekanisme kerja. Keuntungan Penggunaan
Herbisida, dapat menggendalikan gulma sebelum mengganggu, dapat mencegah
kerusakan perakaran tanaman, lebih efektif membunuh gulma tahunan dan semak
belukar, dapat menaikkan hasil panen tanaman dibandingkan dengan perlakuan
penyiangan biasa. Kerugian Penggunaan Herbisida yaitu species gulma yang
resisten, polusi dan residu yang dapat meracuni tanaman (Sukman & Yakup, 2002).
5.2 Saran
Semoga praktikum kedepannya semakin lebih baik lagi.
LAMPIRAN
Pengamatan Selektivitas
Pengamatan Efektivitas
DAFTAR PUSTAKA
Adam C. Hixson, John S. Harden, Leo D. Charvat, Troy D. Klingaman, and Walter
E T. 2008. Herbicide Combinations With Saflufenacil For Preplant
Burndown Weed Management In Soybean. North Central Weed
Science Society Proc. 63:27.
Hasanuddin. 2012. Aplikasi Herbisida Clamazone dan pendimethalin pada
Tanaman Kedelai Kultivar Agromulyo. Jurnal Agrista 16(1) : 1-6
Mustopa, D.N. 2012. Pengaruh Efektifitas Herbisida Diuron 500g/l SC dalam
Pengendalian Gulma pada Tanaman Tebu. Institute Pertanian Bogor :
Bogor
Novizan. 2007. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Nurjannah, U. 2013. Pengaruh Dosis Herbisida Glifosat dan 2,4-D Terhadap
Pergeseran Gulma dan Tanaman Kedelai Tanpa Olah Tanah. Jurnal
Ilmu Ilmu Pertanian Indonesia 5 (1) : 27-33.
Sarbino, Syahputra E. 2012. Keefektifan parakuat diklorida sebagai herbisida untuk
persiapan tanam padi tanpa olah tanah di lahan pasang surut. Jurnal
Perkebunan & Lahan T.
Sastroutomo. 1990. Ekologi Gulma. Jakarta: Gramedia. 217, 173 Hal.
Sembodo, D. R. J. 2010. Gulma dan Pengelolaanya. Graha Ilmu. Yogyakarta. 166
hlm.
Soerjandono, Noeriwan B. 2005. Teknik pengendalian gulma dengan herbisida
persistensi rendah pada tanaman padi. Buletin Teknik Pertanian Vol.
10, Nomor 1
Sriyani, N. 2011. Mekanisme Kerja Herbisida. Bahan Kuliah Herbisida dan
Lingungan. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung (Tidak
Dipublikasikan). 27 hlm. ropika. 2(1):15-22.
Sukman, Y. dan Yakup, M.S., 2008. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. PT.
RajaGrafindo Persada. Jakarta
Sutanto, L. 2005. Pengendalian Gulma. Djaka Pustaka, Jakarta
Purba, M. 2004. Kimia SMA Kelas XI. Erlangga. Jakarta
Pane, H., P. Bangun, dan S.Y. Jatmiko. 1999. Pengelolaan gulma pada pertanaman
padi gogorancah dan walik jerami di lahan sawah tadah hujan. hlm.
321-334. Dalam S. Partohardjono, J. Soejitno, dan Hermanto (Ed.).
Risalah Seminar Hasil Penelitian Emisi Gas Rumah Kaca dan
Peningkatan Produktivitas Padi di Lahan Sawah. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.
Wibawa, W dan D. Sugandi. 2012 Herbisida Efektif, Efisien dan Ramah
Lingkungan Untuk Pengendalian Gulma pada Perkebunan Kelapa
Sawit Rakyat di Provinsi Bengkulu. Balai Pengkaji Teknologi
Pertanian : Bengkulu
Yardha. 2010. Efektivitas Aplikasi Beberapa Herbisida Sistemik Terhadap Gulma
pada Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat. Jurnal Agroekotek 2 (1) : 1-6