Sejarah pertanian adalah bagian dari sejarah kebudayaan manusia. Pertanian muncul
ketika suatu masyarakat mampu untuk menjaga ketersediaan pangan bagi dirinya sendiri.
Pertanian memaksa suatu kelompok orang untuk menetap dan dengan demikian mendorong
kemunculan peradaban. Terjadi perubahan dalam sistem kepercayaan, pengembangan alat-alat
pendukung kehidupan, dan juga kesenian akibat diadopsinya teknologi pertanian. Kebudayaan
masyarakat yang tergantung pada aspek pertanian diistilahkan sebagai kebudayaan agraris.
Sebagai bagian dari kebudayaan manusia, pertanian telah membawa revolusi yang besar dalam
kehidupan manusia sebelum revolusi industri. Bahkan dapat dikatakan, revolusi pertanian adalah
revolusi kebudayaan pertama yang dialami manusia.
Agak sulit membuat suatu garis sejarah pertanian dunia, karena setiap bagian dunia
memiliki perkembangan penguasaan teknologi pertanian yang berbeda-beda. Di beberapa bagian
Afrika atau Amerika masih dijumpai masyarakat yang semi-nomaden (setengah pengembara),
yang telah mampu melakukan kegiatan peternakan atau bercocok tanam, namun tetap berpindah-
pindah demi menjaga pasokan pangan. Sementara itu, di Amerika Utara dan Eropa traktor-
traktor besar yang ditangani oleh satu orang telah mampu mendukung penyediaan pangan
ratusan orang.
1. Fokus dalam pendapatan para petani; titik berat di padi tidak lagi dapat menjamin segi
pendapatan petani maupun program keamanan pangan;
2. Peningkatan produktifitas adalah kunci dalam peningkatan pendapatan petani, oleh
karena itu pembangunan ulang riset dan sistem tambahan menjadi sangat menentukan;
3. Dana diperlukan, dan dapat diperoleh dari usaha sementara untuk memenuhi kebutuhan
kredit para petani melalui skema kredit yang dibiayai oleh APBN;
4. Pertanian yang telah memiliki sistem irigasi sangat penting, dan harus dipandang sebagai
aktifitas antar sektor. Pemerintah perlu memastikan integritas infrastruktur dengan
keterlibatan pengguna irigasi secara lebih intensif, dan meningkatkan efisiensi
penggunaan air untuk mencapai panen yang lebih optimal hingga setiap tetes air;
5. Fokus dari peran regulasi dari Departemen Pertanian perlu ditata ulang. Kualitas input
yang rendah mempengaruhi produktifitas petani; karantina diperlukan untuk melindungi
kepentingan petani dari penyakit dari luar namun pada saat yang bersamaan juga tidak
membatasi masuknya bahan baku impor; dan standar produk secara terus menerus
ditingkatkan di dalam rantai pembelian oleh sector swasta, bukan oleh pemerintah.
C. Pembangunan Pertanian
Secara lebih rinci, beberapa pertimbangan tentang pentingnya mengakselerasi sektor pertanian di
Indonesia dikemukakan oleh Simatupang (1997) sebagai berikut:
1. Sektor pertanian masih tetap sebagai penyerap tenaga kerja, sehingga akselerasi
pembangunan sektor pertanian akan membantu mengatasi masalah pengangguran.
2. Sektor pertanian merupakan penopang utama perekonomian desa dimana sebagian besar
penduduk berada. Oleh karena itu, akselerasi pembangunan pertanian paling tepat untuk
mendorong perekonomian desa dalam rangka meningkatkan pendapatan sebagian besar
penduduk Indonesia dan sekaligus pengentasan kemiskinan.
3. Sektor pertanian sebagai penghasil makanan pokok penduduk, sehingga dengan
akselerasi pembangunan pertanian maka penyediaan pangan dapat terjamin. Langkah ini
penting untuk mengurangi ketergantungan pangan pada pasar dunia.
4. Harga produk pertanian memiliki bobot yang besar dalam indeks harga konsumen,
sehingga dinamikanya amat berpengaruh terhadap laju inflasi. Oleh karena itu, akselerasi
pembangunan pertanian akan membantu menjaga stabilitas perekonomian Indonesia.
5. Akselerasi pembangunan pertanian sangatlah penting dalam rangka mendorong ekspor
dan mengurangi impor produk pertanian, sehingga dalam hal ini dapat membantu
menjaga keseimbangan neraca pembayaran.
6. Akselerasi pembangunan pertanian mampu meningkatkan kinerja sector industri. Hal ini
karena terdapat keterkaitan yang erat antara sektor pertanian dengan sektor industri yang
meliputi keterkaitan produk, konsumsi dan investasi.