Anda di halaman 1dari 10

Rehabilitasi Kakao Rakyat dengan Sambung Samping (Bambang Eka Tjahjana dan Iing Sobari)

REHABILITASI KAKAO RAKYAT DENGAN SAMBUNG SAMPING

REHABILITATION OF THE COCOA BY SIDE GRAFTING

Bambang Eka Tjahjana dan Iing Sobari

Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar


JL. Raya Pakuwon- Parungkuda km. 2 Sukabumi, 43357
Telp.(0266) 7070941, Faks. (0266) 6542087
iingsobari@gmail.com

ABSTRAK
Biaya yang cukup besar dan waktu yang lebih lama akibat rehabilitasi tanaman lama dengan mengganti tanaman baru sangat
sulit dilakukan petani. Salah satu solusinya adalah rehabilitasi melalui teknik sambung samping dengan menggunakan klon-
klon produktivitas tinggi sebagai batang atas atau entres. Beberapa kunci untuk keberhasilannya adalah entres dari klon
unggul yang jelas identitasnya, batang bawah masih sehat, perawatan khususnya pemotongan batang bawah, pemupukan dan
pengendalian hama/penyakit dilakukan sesuai standar teknis. Untuk menerapkan teknologi sambung samping harus
memperhatikan beberapa faktor yaitu: kompatibilitas batang atas dengan batang bawah, faktor lingkungan dan nutrisi pada
tanaman.

Kata kunci: kakao, rehabilitasi, sambung samping,

ABSTRACT
Considerable cost and longer time due to the rehabilitation of old cocoa plants with new plants is very difficult to be done by
farmers. One of the solution is rehabilitation through side-grafting technique by using high productivity clones as scions or
buds. Some of the keys to success are using entres from superior clones which is clearly identified, health, rootstock cutting,
fertilizing and standardize pest/disease control. To implement side grafting technology must be consider several factors, i.e.:
compatibility with rootstock scions, environmental factors and nutrients in plants.

Keywords: Theobroma cacao, rehabilitation, side grafting,

PENDAHULUAN cukup tua (lebih dari 10 tahun) dan kurang


produktif.
Salah satu faktor penyebab rendahnya Tanaman kakao berumur 25 tahun
produktivitas kakao adalah umur tanaman yang produktivitasnya akan menurun 50% dari
sudah cukup tua sehingga kurang produktif lagi. potensi produksinya. Dengan teknik sambung
Hasil penelitian menunjukkan tanaman kakao samping, petani masih dapat memanen buah
produktivitasnya mulai menurun setelah umur kakao dari batang bawah selama batang atasnya
15 -20 tahun, dimana umumnya memiliki belum berbuah (Suhendi, 2008). Tanaman hasil
produktivitas yang hanya tinggal setengah dari sambung samping mulai dapat dipetik buahnya
potensi produktivitasnya. Kondisi ini berarti pada umur 18 bulan setelah disambung, dan
bahwa tanaman kakao yang sudah tua potensi pada umur 3 tahun mampu menghasilkan
produktivitasnya rendah sehingga perlu 15−22 buah/pohon. Biaya sambung samping
dilakukan rehabilitasi (Zaenudin dan Baon, cukup murah. Syahruddin, salah seorang petani
2004). Teknik sambung samping lebih dipilih kakao di Sulawesi Tenggara yang telah
petani daripada mengganti tanamannya dengan merehabilitasi 400 tanaman kakaonya hanya
bibit baru karena mereka menganggap tanaman memerlukan biaya penyambungan
kakaonya masih dapat menghasilkan buah Rp1.500/entres (Salim dan Drajat 2008).
walaupun jumlahnya sedikit. Sasaran Upaya rehabilitasi tanaman kakao
rehabilitasi adalah tanaman kakao yang telah untuk memperbaiki atau meningkatkan potensi
produktivitas dan salah satunya dilakukan

SIRINOV, Vol 2, No 1, April 2014 (Hal : 25 –34 ) 25


Rehabilitasi Kakao Rakyat dengan Sambung Samping (Bambang Eka Tjahjana dan Iing Sobari)

dengan teknologi sambung samping (side 2.500 kg/ha/tahun atau meningkat 381%
grafting). Menurut Prastowo et al., (2006) (Agussalim, 2009).
sambung samping merupakan teknik perbaikan
tanaman yang dilakukan dengan cara TINGKAT KEBERHASILAN
menyisipkan batang atas (entres) dengan klon- SAMBUNG SAMPING
klon yang dikehendaki sifat unggulnya pada sisi
batang bawah. Tujuan sambung samping adalah Tingkat keberhasilan sambungan dapat
memperbaiki tanaman yang rusak secara fisik, diketahui 5 hari setelah penyambungan.
menambah jumlah klon dalam populasi Tandanya, mata tunas pada entres tetap segar
tanaman sehingga produktivitas dan mutu biji dan mengeluarkan tunas. Beberapa hal yang
dapat ditingkatkan dapat juga digunakan untuk, biasanya mempengaruhi keberhasilan
dan pemendekan tajuk tanaman sambungan adalah keterampilan orang yang
Perbanyakan dengan teknik sambung menyambung, umur entres setelah dipotong dari
samping memiliki kelebihan antara lain hasil pohonnya (Rahardjo, 2007), jenis klon sumber
cepat diperoleh, pertumbuhan bibit memiliki entres, dan kondisi cuaca pada saat pelaksanaan
vigor yang baik, dan serangan hama dan penyambungan. Curah hujan yang tinggi
penyakit relatif rendah. Disamping itu menyebabkan air hujan masuk melalui celah
penggunaan bahan tanam vegetatif yang berasal sambungan sehingga sambungan menjadi gagal.
dari klon-klon kakao yang sudah teruji Hasil penelitian Limbongan et al., (2010) di
keunggulannya akan lebih menjamin Sulawesi Selatan menunjukkan persentase
produktivitas dan kualitas biji kakao yang sambungan jadi pada klon TSH 858 berbeda
dihasilkan (Prawoto et al., 2004). Metode nyata dengan klon Sulawesi 1, Sulawesi 2, M
perbanyakan tanaman kakao dengan metode 01, dan 45. Hasil ini mengindikasikan bahwa
sambung merupakan teknik perbanyakan yang setiap klon memiliki kemampuan yang berbeda
paling sederhana dan prosesnya singkat dalam menghasilkan sambungan jadi.
(Prawoto, 2008). Penyambungan dapat Kesimpulan yang sama diperoleh dari hasil uji
dilakukan pada fase pembibitan maupun adaptasi 33 klon kakao di Kabupaten Luwu
tanaman dewasa di lapangan dengan metode Utara yang dilaksanakan oleh Biri et al., (2004).
sambung samping (Alnopri, 2005). Sepuluh klon memiliki tingkat keberhasilan
Rehabilitasi dengan cara sambung sambungan tertinggi (55−92%), yaitu klon Pa.
samping menggunakan klon-klon produktivitas 301, PNT 6, Darwis, Bal 29, KDT, PNT 10,
tinggi sebagai batang atas atau entres pada NW 62, ICS 13, NIP 7, dan KW 8.
kakao rakyat merupakan alternatif rehabilitasi Persentase sambungan jadi pada
yang cepat dan murah. Sambung samping beberapa lokasi pengembangan kakao juga
dapat juga digunakan untuk memperbaiki dipengaruhi oleh kemampuan petani dalam
tanaman yang rusak secara fisik, menambah melakukan penyambungan. Hasil penelitian
jumlah klon dalam populasi tanaman, Limbongan et al., (2010) di Kabupaten
mengganti klon, dan pemendekan tajuk Soppeng, Sulawesi Selatan menyimpulkan
tanaman. Jika dibandingkan dengan sambung tingkat keberhasilan sambungan yang dicapai
pucuk, maka sambung samping memiliki petani bervariasi, tergantung pada frekwensi
tingkat keberhasilan lebih tinggi karena batang intensitas dan kemampuan petani dalam
bawah masih memiliki tajuk yang lengkap, melakukan penyambungan. Namun, ada petani
sehingga proses fotosintesis untuk yang baru belajar menyambung dapat mencapai
menghasilkan zat-zat makanan dapat angka persentase sambungan jadi 72,8%.
berlangsung dengan baik. Sambung samping Menurut Suhendi (2008), masalah yang
dengan menggunakan klon unggul di Kolaka, berkaitan dengan kemampuan petani melakukan
Sulawesi Tenggara dapat meningkatkan penyambungan adalah cara pengambilan entres,
produksi kakao dari 520 kg/ha/tahun menjadi pemilihan batang pokok yang akan disambung,
dan teknik penyambungan itu sendiri. Untuk
26 SIRINOV, Vol 2, No 1, April 2014 (Hal : 25 –34)
Rehabilitasi Kakao Rakyat dengan Sambung Samping (Bambang Eka Tjahjana dan Iing Sobari)

mengatasi masalah tersebut, lembaga swadaya seluler terbentuknya pertautan. Oleh sebab itu
masyarakat dan penyuluh swakarsa dari apabila kulit batang bawah lengket dan tidak
perusahaan sarana produksi aktif terjun ke dapat dibuka, disarankan untuk menyehatkan
lapangan untuk melakukan sekolah lapang bagi tanaman terlebih dahulu. Penyehatan tersebut
petani. dapat ditempuh dengan melakukan pengolahan
tanah dan aplikasi pupuk, jika perlu melakukan
KUALITAS ENTRES DAN BATANG pengairan, pemangkasan tanaman, dan
BAWAH UNTUK REHABILITASI pengendalian hama serta penyakit (Prawoto,
KAKAO 2013).
Batang bawah mampu melakukan
Persiapan sambung samping dimulai perannya sebagai pengabsorbsi unsur hara dan
dengan penyediaan entres dan batang bawah mengakumulasikannya dengan batang atas
yang berkualitas. Entres harus diambil dari sehingga hubungan yang kompatibel ini
tanaman yang jelas identitasnya, klon-klon memacu untuk menstimulasi pertumbuhan
unggul yang memiliki produksi tinggi, mutu biji tunas hal ini sesuai dengan pernyataan
dan tahan terhadap hama/penyakit. Untuk Boerhendhy (1992), Toruan et al. (1999) dalam
memenuhi kebutuhan entres yang banyak pada Lizawati (2002) bahwa tingkat kompatibilitas
program rehabilitasi kakao, beberapa klon pada okulasi tanaman karet sangat penting
unggul kakao mulia telah dilepas oleh Menteri dalam proses translokasi senyawa anorganik
Pertanian, salah satunya adalah klon DRC 16. dari batang bawah melalui jaringan ikat
Klon ini memiliki produktivitas 1.735 kg/ha, pembuluh kayu dan translokasi senyawa
lebih tinggi dari klon DR 1, DR 2, dan DR 38, organik dari batang atas melalui jaringan ikat
tahan terhadap penyakit busuk buah dan sudah pembuluh kulit kayu. Proses biosintesis
ditanam cukup luas di beberapa perkebunan senyawa organik dan pengangkutan unsur hara
negara dan swasta nasional, terutama di Jawa pada okulasi karet yang kompatibel akan
Timur (Riset Perkebunan Nusantara, 2008). berjalan lancar. Pembentukan kalus sangat
Kualitas entres menjadi faktor penentu dipengaruhi oleh umur tanaman. Batang bawah
capaian dari rehabilitasi. Entres yang baik yang lebih muda akan menghasilkan persentase
digunakan untuk sambung samping biasanya sambungan yang tumbuh lebih besar
diperoleh dari cabang plagiotrop yang berwarna dibandingkan dengan tanaman yang lebih tua
hijau kecoklatan hingga coklat, berdiameter (Samekto et al.,1995).
0,75-1,50 cm dan memiliki 3-5 mata tunas
(Wahyudi et al., 2008). Pertumbuhan awal
sambung samping memerlukan cadangan nutrisi TEKNIK PENYAMBUNGAN
dan hormon yang cukup sehingga ukuran entres
yang digunakan cukup besar. Pada sisi batang tanaman kakao
Batang bawah (rootstock) yang sehat, setinggi 45−60 cm dari permukaan tanah,
tumbuh aktif sehingga kulit batang tidak dibuat torehan vertikal pada kulitnya setinggi 5
lengket merupakan kunci keberhasilan sambung cm. Jarak antar torehan 1−2 cm atau sama
samping. Kulit batang yang mudah dibuka dengan diameter entres yang akan disisipkan.
merupakan indikator bahwa kambium tumbuh Penyambungan dilakukan dengan menyelipkan
aktif. Kambium merupakan jaringan sentral entres atau ranting muda sebagai batang atas
tempat terbentuknya pertautan (graf union). pada batang lain sebagai batang bawah (Sari et
Sel-sel jaringan kambium membelah al., 2012). Ujung atas torehan dipotong miring
membentuk jaringan meristem atau kalus yang ke bawah hingga mencapai kambium. Tanaman
selanjutnya terdiferensiasi membentuk yang kulitnya mudah dibuka dan kambiumnya
kambium baru dan berkas xilem serta floem. bebas penyakit ditandai dengan warna putih.
Terhubungnya berkas pengangkut pada entres Pangkal entres disayat miring sehingga bentuk
dengan batang bawah merupakan indikator permukaan sayatan runcing seperti baji dengan

SIRINOV, Vol 2, No 1, April 2014 (Hal : 25 –34 ) 27


Rehabilitasi Kakao Rakyat dengan Sambung Samping (Bambang Eka Tjahjana dan Iing Sobari)

panjang sayatan 3−4 cm. Untuk memperoleh Tahapan paling vital adalah pembentukan
tingkat keberhasilan penyambungan yang jembatan kalus, sedangkan lama waktu yang
tinggi, entres yang digunakan harus dalam dibutuhkan sampai penyatuan sempurna
keadaan segar. Entres yang sudah dipersiapkan bervariasi pada setiap tanaman. Proses tersebut
perlahan-lahan disisipkan pada torehan batang membutuhkan asupan nutrisi dan faktor
bawah. Sisi sayatan yang berbentuk baji lingkungan yang optimal, sehingga
diletakkan menghadap ke kambium batang keberhasilan sambungan menjadi tinggi.
bawah kemudian lidah kulit ditutup kembali Tirtawinata (2003) menjelaskan proses
sebelum diikat. Entres lalu dikerodong dengan pertautan pada bagian tanaman yang disambung
kantong plastik dan diikat kuat dengan tali rafia diawali oleh respons sel atau jaringan pada
(Gambar 1). bagian yang terluka (bagian sambungan).
Pelukaan (pengirisan) pada jaringan tanaman
yang disambung menyebabkan sejumlah sel-sel
parenchyma (pada entres dan batang bawah)
rusak dan mati. Sel-sel yang rusak atau mati
tersebut selanjutnya membentuk jaringan
nekrotik. Jaringan nekrotik bertindak sebagai
lapisan isolasi (isolation layer) dan merupakan
reaksi jaringan tanaman untuk menghindari
masuknya sumber kontaminan atau infeksi
mikroorganisme. Sel-sel lain (sel hidup) yang
terletak di bawah sel nekrotik akan mengalami
hypertrophy yaitu pembelahan dan pembesaran
sel hingga melewati ukuran normal dan disusul
dengan hyperplasia atau pembelahan sel dalam
jumlah banyak hingga membentuk kalus.
Pertumbuhan sel-sel membentuk kalus sangat
Gambar 1. Pengikatan entres pada batang bawah
berperan dalam proses pertautan sambungan
Sumber: Tjahjana (2012)
dan penyembuhan luka. Secara singkat tahap
dalam proses pertautan dan penyembuhan luka
PROSES FISIOLOGI YANG
pada bagian sambungan, yaitu (1) pembentukan
MENENTUKAN KEBERHASILAN
lapisan nekrotik pada sel-sel yang terpotong
SAMBUNG SAMPING atau rusak, (2) pembesaran dan pemanjangan
sel-sel hidup pada bagian bawah lapisan
Penyatuan antara batang bawah dengan nekrotik, dan (3) pembelahan sel-sel hidup
batang atas (entres) harus terjadi kompatibilitas menjadi jaringan penutup luka (kalus) pada
antara keduanya. Menurut Hartmann et al., kedua bagian tanaman yang disambung.
(2011) dalam proses penyatuan antara batang Pertautan entres dengan batang bawah
bawah dan batang atas (entres) berlangsung yang tidak berhasil ditandai dengan tidak
dalam lima tahap. Tahap pertama adalah munculnya tunas pada entres yang digunakan,
pengaturan kambium vaskular kedua jaringan dan tunas-tunas baru yang muncul berasal dari
menjadi satu garis lurus, tahap kedua batang bawah. Riodevizo (2010) menyebutkan
merupakan respon terhadap penyembuhan luka, kegagalan ini disebabkan oleh tidak
tahap ketiga pembentukan jembatan kalus terbentuknya saluran pembuluh xylem dan
(callus bridge), tahap keempat perbaikan luka floem untuk mengalirkan air dan hara ke bagian
pada xylem dan phloem di jembatan kalus untuk enters. Tunas yang muncul dari batang bawah
pembentukan awal kambium vaskular telah merupakan mekanisme untuk tetap bertahan
sempurna melewati jembatan kalus disertai hidup tumbuhan guna menggantikan batang
pembentukan xylem dan phloem sekunder. atas yang telah dipotong. Proses pembentukan
28 SIRINOV, Vol 2, No 1, April 2014 (Hal : 25 –34)
Rehabilitasi Kakao Rakyat dengan Sambung Samping (Bambang Eka Tjahjana dan Iing Sobari)

pertautan sambungan dapat disamakan dengan et al., (2002) cit. Yin (2004), pemilihan batang
penyembuhan luka. Bila pangkal tanaman bawah pada metode perbanyakan vegetatif akan
dibelah, maka jaringan yang luka tersebut akan mempengaruhi keragaan batang atas,
sembuh jika luka tersebut diikat dengan kuat. prekositas, dan hasil.
Keberhasilan penyambungan suatu tanaman Pina dan Errea (2005) menyatakan
tergantung pada terbentuknya pertautan tahapan terjadinya kompatibilitas penyambung-
sambungan itu, dimana sebagian besar an diawali dengan terbentuknya sel-sel
disebabkan oleh adanya hubungan kambium parenkim yang akan menghubungkan jaringan
yang rapat dari kedua batang yang batang atas dengan jaringan batang bawah
disambungkan (Ashari, 1995). kemudian kalus terdeferensiasi menjadi
jaringan pengangkut (phloem dan xylem).
FAKTOR-FAKTOR YANG Kompatibilitas penyambungan terjadi apabila
MEMPENGARUHI KOMPATIBILITAS jaringan pengangkut tersebut dapat berfungi
SAMBUNG SAMPING secara baik untuk menghubungkan jaringan
bawah dengan batang atas. Perkembangan hasil
1. Kompatibilitas antara batang bawah sambung samping kakao unggul dengan kakao
dengan batang atas. rakyat disajikan dalam Gambar 2, 3 dan 4.
Kompatibilitas antara batang bawah
dengan batang atas disebabkan oleh faktor
genetis, fisiologis dan teknis. Menurut Prawoto
(1987) pengamatan anatomi pertautan erat
kaitannya dengan keserasian struktural antara
batang atas dengan batang bawah. Peristiwa
pertama terbentuknya kombinasi yang serasi
adalah sel-sel dari kedua bagian tanaman saling
melekat erat dan terbentuk hubungan langsung Gambar 2. Hasil sambung samping yang kompatibel
yang teratur pada jaringan kedua bagian umur 10 bulan
tanaman. Sumber: Tjahjana (2012)
Ketidakcocokan antara batang bawah
dan batang atas menjadi salah satu kendala
dalam sambung samping. Perbedaan jumlah
kromosom antara batang atas dan batang bawah
menjadi kendala secara genetis. Sedangkan
kendala fisiologis disebabkan oleh adanya
perbedaan sifat pertumbuhan antara batang atas
dan batang bawah serta kontak antara xylem
dan floem kedua batang tersebut. Sedangkan Gambar 3. Hasil sambung samping umur 10 bulan
dengan batang bawah berberbuah
teknik penyambungan dan kualitas bahan tanam Sumber: Tjahjana (2012)
merupakan faktor teknis dalam penyambungan
(Sukasmono et al., 1980 cit. Toruan-Mathius et
al., 2007; Roselina et al., 2007). Adanya
interaksi antara kedua batang yang digunakan
dapat menimbulkan keragaman respon antara
individu pada batang atas (Toruan-Mathius et
al., 2007). Interaksi tersebut dapat
dimanfaatkan untuk memperoleh kombinasi
tanaman yang memiliki sifat pertumbuhan bibit Gambar 4. pembungaan kakao hasil sambung
samping
yang gigas (Prawoto, 2008). Menurut Daymond Sumber: Tjahjana (2012)

SIRINOV, Vol 2, No 1, April 2014 (Hal : 25 –34 ) 29


Rehabilitasi Kakao Rakyat dengan Sambung Samping (Bambang Eka Tjahjana dan Iing Sobari)

Berhasilnya pertemuan entres dan Suhu udara berpengaruh terhadap pembentukan


batang bawah bukanlah jaminan adanya sel-sel parenkim penyusun jaringan kalus yang
kompatibilitas pada tanaman hasil sambungan, terbentuk akibat adanya pelukaan (irisan). Suhu
sering terjadi perubahan pada entres maupun optimum 27-29oC. Suhu lebih tinggi dari 29oC
pada tanaman hasil sambungan, misalnya menyebabkan pembentukan sel-sel parenkim
pembengkakan pada sambungan, pertumbuhan berlebihan, tetapi dinding selnya tipis sehingga
entres yang abnormal atau penyimpangan mudah rusak. Pada suhu dibawah 20oC,
pertumbuhan lainnya, dimana keadaan ini pembentukan kalus lambat dan di bawah 15oC
disebut inkompatibel. Kondisi ini dapat kalus sama sekali tidak terbentuk. Tabel 1
disebabkan oleh perbedaan struktur antara menunjukkan tinggi rendahnya suhu udara
batang atas dan batang bawah atau dipengaruhi oleh elevasi sehingga akan
ketidakserasian bentuk potongan pada berpengaruh terhadap hasil okulasi (Rahardjo,
sambungan (Rochiman dan Harjadi, 1973). 2010).

2. Faktor lingkungan
Proses fisiologis pada penyambungan
sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan.

Tabel 1 Pengaruh beberapa unsur iklim terhadap jumlah okulasi jadi.


Tinggi Curah hujan Jumlah okulasi Jumlah Okulasi
Kebun Tipe hujan
tempat (m) (mm/th) (bibit) okulasi jadi jadi (%)
Kawung 23 B 2.851 160 119 74,4
Kotta Blater 25 D 1.900 82 65 79,3
Kaliwining 54 D 1.600 49 49 100
Kaliduren 200 C 2.698 65 62 95,0
Kedaton 250 B 3.840 518 512 98,0
Malangsari 500 B 3.000 80 49 61,3
Sumber: Rahardjo, 2010
Intensitas cahaya matahari berperan Rendahnya tingkat keberhasilan
penting dalam keberhasilan grafting. Intensitas sambung samping diduga karena faktor
cahaya matahari terlalu tinggi akan mengurangi lingkungan, yaitu curah hujan. Tingginya curah
daya tahan batang atas terhadap kekeringan, hujan dan banyaknya frekuensi (hari) hujan
dan dapat merusak kambium pada daerah yang terjadi setelah pelaksanaan penyambungan
sambungan, begitu juga jika intensitas cahaya di lapang menyebabkan kematian entres di
matahari terlalu rendah kalus lambat lapang (25,11-28,12%).
pertumbuhannya (Sundari dan Reddy, 2003). Lukito et al. (2004) menyatakan faktor
Cahaya matahari yang terlalu kuat akan lingkungan, terutama curah hujan, merupakan
berpengaruh terhadap hasil penyambungan, faktor penyebab utama terhadap kematian
oleh karena itu penyambungan dilakukan pada (kegagalan) entres setelah penyambungan.
waktu pagi hari atau sore hari, pada musim Selanjutnya, Limbongan dan Langsa (2006)
kemarau. melaporkan bahwa keberhasilan sambung
Lukito et al. (2004) menegaskan samping pada tanaman kakao sekitar 69,9-
keragaman hasil sambungan lebih banyak 75,4%, dan bahkan turun hingga 2,0-41,8%
disebabkan oleh faktor lingkungan dan teknik akibat tingginya curah hujan setelah
(keterampilan) pelaksanaan dibanding faktor penyambungan. Tingginya resiko kematian
genetik tanaman. Pengaruh faktor lingkungan entres pada sambung samping disebabkan
terlihat dari hasil penelitian Basri (2009), karena adanya penetrasi air hujan pada
bahwa persentase keberhasilan metode sejumlah sambungan (bagian tersungkup).
sambung samping (73,47%) lebih rendah Adanya penetrasi air pada bagian sambungan
dibanding metode sambung pucuk (98,83%). (bagian tersungkup) menyebabkan pembusukan

30 SIRINOV, Vol 2, No 1, April 2014 (Hal : 25 –34)


Rehabilitasi Kakao Rakyat dengan Sambung Samping (Bambang Eka Tjahjana dan Iing Sobari)

(kematian) sel atau jaringan tanaman pada diberikan nutrisi yang cukup. Selain pupuk
bagian sambungan tersebut. Selain itu, kimia, pupuk organik sangat diperlukan untuk
penyungkupan entres meningkatkan kelembab- pertumbuhan batang bawah. Pupuk organik
an pada bagian sambungan sehingga resiko berbentuk padat maupun cair mempunyai
serangan jamur pada sambungan meningkat. fungsi penting yaitu menggemburkan lapisan
Serangan jamur pada entres ditandai dengan permukaan tanah, meningkatkan populasi jasad
gejala kelayuan dan pengeringan (tunas pada) renik, mempertinggi daya serap dan daya
entres. Penyungkupan entres pada batang juga simpan air, yang keseluruhannya dapat
sering menjadi tempat perlindungan serangga meningkatkan kesuburan tanah. Ada beberapa
(semut) pada saat hujan. Kehadiran serangga jenis pupuk organik yang berasal dari alam,
(semut) pada bagian sambungan (bagian yaitu pupuk kandang, pupuk hijau, kompos,
tersungkup) sering mengganggu proses humus, pupuk hayati dan limbah industri
pertautan sehingga meningkatkan resiko pertanian (Anwar dan Suganda, 2006).
kematian entres (Basri, 2009).
BEBERAPA HASIL PENELITIAN
3. Nutrisi pada tanaman SAMBUNG SAMPING
Perbedaan klon batang atas akan
menghasilkan derajat pertumbuhan berbeda Penelitian tentang sambung samping
pada sambungan (Adinugraha et al., 2005). kakao telah banyak dilakukan. Penelitian
Perbedaan pertumbuhan ini menurut Heddy tingkat pertumbuhan tunas hasil sambung
(1986) cit. Gunawan (1993) dipengaruhi oleh samping 10 klon kakao unggul dengan kakao
dua faktor yaitu nutrisi dan hormon. Roselina et rakyat setelah 15 hari penyambungan diperoleh
al. (2007) menyatakan perpanjangan tinggi 3 klon yang sesuai, yaitu TSH 858 dengan
batang dan pertambahan luas daun sebagian tingkat tumbuh 76.36%, TSH 908 tingkat
besar disebabkan oleh aktivitas hormon tumbuh 75% dan Sca 12 tingkat tumbuh 63,
giberelin yang mempercepat aktivitas 89% (Tjahjana et al.,2012).
pembelahan sel. Hasil penelitian ini sejalan Selain itu, penelitian Sari et al. (2012)
dengan hasil sambungan pada tanaman kina menyimpulkan terdapat tiga kelompok batang
yang dilakukan oleh Roselina et al., (2007) atas kakao berdasarkan karakter pertumbuhan
terdapat variasi karakter jumlah tanaman hidup, dan daya hidup yaitu kelompok yang memiliki
tinggi batang atas, tinggi tunas, diameter tunas, kemampuan hidup tinggi dan pertumbuhan baik
dan jumlah daun per tunas. Menurut Hartman et (KW 570), kelompok yang memiliki daya hidup
al. (1990), pertumbuhan tunas dipengaruhi oleh dan pertumbuhan sedang (ICCRI 05, ICCRI 05,
kemampuan sel tanaman untuk melakukan sulawesi 1, sulawesi 2, KW 514, KW 165) serta
elongasi atau perpanjangan. Hormon auksin kelompok yang memiliki daya hidup tinggi dan
berfungsi dalam berbagai aktivitas tanaman pertumbuhan kurang (ICCRI 01, dr 2, KW 516,
meliputi pertumbuhan batang, perkembangan KW 617, KW 604).
akar adventif, pembentukan daun dan buah.
Kandungan auksin rendah dengan sitokinin
tinggi sangat tepat untuk pembentukan tunas. PENUTUP
Menurut Riodevrizo (2010), pertumbuhan tunas
yang baik akan mengakibatkan pertumbuhan Kondisi kebun petani yang rusak dan
daun yang baik karena proses fotosintesis akan tua menjadikan rehabilitasi sebagai solusi yang
berjalan dengan baik dan tanaman dapat layak diterapkan. Sambung samping merupakan
melakukan kegiatan metabolisme untuk teknologi yang murah, mudah diterapkan, dan
perkembangan dan pertumbuhan tanaman dapat meningkatkan pendapatan petani
tersebut. sehingga menjadi salah satu pilihan dalam
Batang bawah sebagai salah satu faktor program rehabilitasi tanaman kakao. Dengan
penentu keberhasilan sambungan harus sambung samping petani masih bisa

SIRINOV, Vol 2, No 1, April 2014 (Hal : 25 –34 ) 31


Rehabilitasi Kakao Rakyat dengan Sambung Samping (Bambang Eka Tjahjana dan Iing Sobari)

mendapatkan hasil dari batang bawah yang Fisiologi Tanaman Karet. Buletin
masih berbuah sebelum entres tumbuh dengan Perkebunan Rakyat. 2: 13-20
baik. Kompatibilitas entres dan batang bawah,
Gunawan, G.G. 1993. Pengaruh berbagai
lingkungan dan nutrisi pada tanaman kakao
macam asal setek batang bawah succi
menjadi penentu keberhasilan sambung (Cinchona uccirubra Pavon) terhadap
samping. pertumbuhan batang atas ledger
(Cinchona ledgeriana Moens) pada
setek sambung kina. Jurusan Budidaya
DAFTAR PUSTAKA Pertanian. Fakultas Per-tanian.
Universitas Islam Nusantara. Bandung.
Adinugraha, H A.; B. Leksono dan F. Halang
2005. Keberhasilan tumbuh beberapa Hartmann, H. T., Kester, D. E., Davis, J.r FT.
klon jenis ekaliptus dengan penerapan 1990. Plant Propagation. Principles
dua teknik sambungan. Jurnal and Practice (Ed) 4.Englewood
Penelitian Hutan tanaman, 2,96-102. (US):Prentice Hall.578 hlm.

Agussalim. 2009. Produksi Sambung Samping Hartmann, H. T., Kester, D. E., Davis, FT and
pada tanaman kakao (Study kasus Geneva R.L. 2011. Plant Propagation.
Prima Tani di Kabupaten Kolaka). Principles and Practices. Chapter 11:
Buletin Teknologi dan Informasi Principles of Grafting and Budding.
Pertanian. BPTP Sulawesi Tenggara. Eight edition. http:/ / anggie-
Hal : 40-46. horticultura.tamu.edu., diunduh 5
januari 2011.
Alnopri 2005. Penampilan dan evaluasi
heterosis sifat-sifat bibit pada Limbongan, J dan Langsa, Y. 2006. Peremajaan
kombinasi sambungan kopi arabika. pertanaman kakao dengan klon unggul
Agrosia, 8, 25-29. melalui teknik sambung samping (side-
cleft grafting) di Sulawesi Tengah.
Anwar, E. K. dan H. Suganda. 2006. Pupuk Prosiding Seminar Nasional
Limbah Industri. Dalam Simanungkalit, Pengembangan Usaha Agribisnis
R. D. M., D. A. Suriadikarta, R. Industri Pedesaan, Palu.
Saraswati, D. Setyorini, dan W.
Hartatik (Eds). Pupuk Organik dan Limbongan, J., S. Kadir, D. Amiruddin, B.
Pupuk Hayati. Badan Litbang Nappu, dan P. Sanggola. 2010.
Pertanian. P. 83-112. Pengkajian penggunaan bahan tanaman
unggul menunjang program rehabilitasi
Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. tanaman kakao di Sulawesi Selatan.
Universitas Indonesia Press. Jakarta. 95 Laporan Hasil Pengkajian. Balai
hal. Pengkajian Teknologi Pertanian
Sulawesi Selatan, Makassar. 23 hlm.
Basri, Z 2009. Kajian Metode perbanyakan
Klonal Pada tanaman Kakao. Media Lukito, A.M., Mulyono, Yulia, T. dan Iswanto,
Litbang Sulteng 2 (1) : 07–14 , Oktober H., 2004. Panduan Lengkap Budidaya
2009 Kakao. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Biri, J., P. Tandisau, dan S. Kadir. 2004. Uji Lizawati. 2002. Analisis Interaksi Batang
adaptasi beberapa klon unggul kakao di Bawah Dan Batang Atas Pada Okulasi
Sulawesi Selatan. hlm. 53–58. Tanaman Karet.Tesis Program
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pascasarjana IPB. Bogor.
Pertanian, Makassar, 22−23 September
2004. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pina, A. P.Errea (2005). A review of new
Pertanian, Bogor Advances in mechanism of graft
compatibility-incompatibility. Scientia
Boerhendhy, I. 1992. Efek Okulasi Tajuk Horticultura, 106, 1-11.
Terhadap Beberapa Sifat Anatomi dan

32 SIRINOV, Vol 2, No 1, April 2014 (Hal : 25 –34)


Rehabilitasi Kakao Rakyat dengan Sambung Samping (Bambang Eka Tjahjana dan Iing Sobari)

Prastowo, N.H., J.M. Roshetko, G.E.S. Roselina, M.D.; B. Sriyadi.; S. Amien & A.
Maurung, E. Nugraha, J.M. Tukan dan Karuniawan 2007. Seleksi batang atas
F. Harun. 2006. Teknik Pembibitan dan kina (Chinchona ledgeriana) klon QRC
Perbanyakan Vegetatif Tanaman Buah. dalam pembibitan stek sambung.
World Agroforestry Centre (ICRAF) & Zuriat, 18, 192-200.
Winrock International. 92 hal.
Salim, A. dan B. Drajat. 2008. Teknologi
Prawoto, AA. 1987. Kajian Okulasi pada sambung samping tanaman kakao,
Tanaman Kakao (Theobroma cocoa kisah sukses Prima Tani Sulawesi
L.). Anatomi Pertautan Batang Bawah Tenggara. Warta Penelitian dan
dan Batang Atas. Pelita Perkebunan Pengembangan Pertanian 30(5): 8−10
3(1) : 23-30.
Samekto, H., A. Supriyanto dan D. Kristianto.
Prawoto, A. A. B. Santoso, A. Wibawa, E. 1995. Pengaruh Umur Bagian Semaian
Sulistyawati, H. Winarno, D. Suhendi, Terhadap Pertumbuhan Stek Satu Ruas
J. B. Baon, Martadinata, P. Rahardjo, Batang Bawah JC. J. Hort. 5(1):25-29
Pujianto, R. Erwiyono, Saidi,
Soedarsono, S. Wiryodiputra, S. Sari I.A dan A.W. Susilo. 2012. Keberhasilan
Abdoellah, S. Sukamto, S. Winarsih, S. sambungan pada beberapa jenis batang
Wardani, Y. D. Yunianto & Zaenuddin atas dan famili batang bawah.kakao
2004. Panduan Lengkap Budidaya (Theobroma cocoa L. Pelita
Kakao. Agromedia Pustaka. Jakarta. perkebunan 28(2) 2012,72-81.

Prawoto, AA. 2008. Perbanyakan Tanaman. Suhendi, D. 2008. Rehabilitasi tanaman kakao:
Kakao:Manajemen Agribisnis dari Tinjauan potensi, permasalahan, dan
Hulu hingga Hilir. Swadaya. Jakarta. rehabilitasi tanaman kakao di desa
Prima Tani Tonggolobibi. hlm.
Prawoto, A.A. 2013. Rehabilitasi Tanaman 335−346. Prosiding Seminar Nasional
Kakao sebagai Solusi Efektif Atasi Pengembangan Inovasi Lahan
Kelesuan Produktivitas (Studi Kasus di Marginal. Pusat Penelitian Kopi dan
Berau, Kaltim). Pusat Penelitian Kopi Kakao, Jember.
dan Kakao. 25(2):11-15
Sundari, N.S.S. and Reddy, M.L.N. 2003.
Rahardjo, P. 2007. Pengaruh lama penyimpanan Influence of shade on success and
entres terhadap penyambungan bibit growth of softwood grafts in cashew.
kakao. Warta Pusat Penelitian Kopi dan The Andhra Agric. J., 50 (1&2): 83-85.
Kakao 23(3): 142−148
Tirtawinata, M.R., 2003. Kajian Anatomi dan
Rahardjo, P. 2010. Perbanyakan Tanaman. Fisiologi Sambungan Bibit Manggis
Agro media Pustaka. Hal: 95-135 dengan Beberapa Anggota Kerabat
Cluciaceae. Program Pascasarjana
Riodevriza. 2010. Pengaruh Umur Pohon Induk Institut Pertanian Bogor, Bogor.
terhadap Keberhasilan Stek dan
Sambungan Shorea selanica BI. Tjahjana, B.E., D. Pranowo, N. Heryana, M.
Departemen Silvikultur. Fakultas Herman, Y. Ferry dan Rusli. 2012.
Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Teknologi Rehabilitasi Ringan dan
Bogor. Sedang pada Perbaikan Kultur Teknis
Perkebunan Kakao Rakyat. Laporan
Riset Perkebunan Nusantara. 2008. Penelitian Penelitian 2012. Balittri. 15 hal.
kakao. ttp://www.ipard.com/penelitian/.
[29 Juni 2009]. Toruan-Mathius N, J. Santoso, K. Dediwan, &
E. Tresnawati, 2007. Pemanfaatan
Rochiman, K. dan S. S. Harjadi. 1973. bioteknologi untuk pengembangan kina
Pembiakan Vegetatif. Departemen di Indonesia. Makalah Lokakarya Kina
Agronomi. IPB. Bogor. 72 hal. Nasional. Bandung. 1-18.

SIRINOV, Vol 2, No 1, April 2014 (Hal : 25 –34 ) 33


Rehabilitasi Kakao Rakyat dengan Sambung Samping (Bambang Eka Tjahjana dan Iing Sobari)

Wahyudi, T., Panggabean, T.R. dan Pujiyanto. Zainudin & J. B. Baon. 2004. Prospek kakao
2008. Panduan Lengkap Kakao: nasional. Satu Dasa Warsa (2005-2014)
Manajemen Agribisnis dari Hulu mendatang antisipasi pengembangan
hingga Hilir. Penebar Swadaya, Jakarta kakao nasional menghadapi regenerasi
pertama kakao di Indonesia. Prosiding
Yin, J.P.T. (2004). Rootstock effects on cocoa Simposium kakao 2014. Pusat
in Sabah, Malaysia. Expl. Agric., 40, Penelitian kopi.dan kakao Indonesia.
445-452. Yogyakarta, 4-5 Oktober 2004. (hal:20-
28).

34 SIRINOV, Vol 2, No 1, April 2014 (Hal : 25 –34)

Anda mungkin juga menyukai