Anda di halaman 1dari 9

Budidaya Peremajaan Tebang Bertahap pada Usahatani

Polikultur Kelapa
MALIANGKAY RONNY BENHDARD
Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain
Indonesian Coconut and Palmae Research Institute
Kotak Pos 1004 Manado

ABSTRAK method through annual cutting of 20% of old coconut


palms, polyculture farming system, and planting space
Luas pertanaman dan produksi kelapa Indonesia 6 x 16 m was technically the best choice.
tercatat 3,7 juta ha dengan produktivitas yang masih
Key word : Coconut, Cocos nucifera, polyculture,
rendah yaitu 1,1 ton kopra/ha/tahun. Tingkat
gradual cutting, intercrops, plant
produktivitas kelapa yang rendah tersebut merupakan
spacing.
akibat dari 50% tanaman kelapa telah berumur diatas
50 tahun. Selain itu, sebagian besar tanaman kelapa
diusahakan dengan pola monokultur dan bersifat
subsisten. Berdasarkan kondisi tersebut, telah PENDAHULUAN
dilaksanakan penelitian metode peremajaan kelapa
secara terencana di Kebun Percobaan Balai Penelitian Ditinjau dari segi luasan dan produksi, kela-
Tanaman Kelapa dan Palma Lain, Sulawesi Utara. pa Indonesia selama kurun waktu 30 tahun
Pada tahun 1978 dilakukan penelitian metode
terakhir mengalami peningkatan. Pada tahun
peremajaan kelapa tebang bertahap (pola monokultur).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peremajaan
2004 tercatat bahwa areal perkebunan kelapa
dengan penebangan kelapa tua sebesar 20% tiap tahun Indonesia seluas 3,7 juta dengan produktivitas 1,1
adalah cara yang terbaik. Kemudian mulai tahun 1985, ton/ha/tahun (Kasryno et al., 1998). Produktivitas
1988 dan 1995 dilakukan berbagai penelitian perema- tersebut tergolong rendah dibandingkan produk-
jaan dengan pola campuran dan merubah jarak dan tivitas kelapa Dalam Unggul yang mencapai 1,5-
sistem tanam kelapa yang biasa digunakan. Dari hasil- 2,0 ton kopra/ha/tahun. Salah satu faktor
hasil yang diperoleh ternyata pilihan yang paling baik
adalah peremajaan tebang bertahap 20% tiap tahun
penyebab rendahnya produktivitas pertanaman
dengan pola usahatani campuran dan jarak tanam kelapa selama ini adalah komposisi tanaman tua
kelapa pengganti menjadi 6 x 16 m. yang makin meningkat (Allorerung, 1999).
Tanaman kelapa yang semakin tua, pohon-
Kata kunci : Kelapa, Cocos nucifera, polikultur, pene- nya akan bertambah tinggi dan buahnya makin
bangan bertahap, tanaman sela, jarak berkurang. Allorerung (1990) mengemukakan
tanam.
bahwa produktivitas tanaman kelapa setelah
ABSTRACT umur 50 tahun akan menurun sejalan dengan
bertambahnya umur tanaman. Disamping itu
Gradual cutting technigue on polyculture biaya panen meningkat dengan bertambahnya
coconut farming system tinggi pohon sehingga tidak ekonomis lagi. Oleh
The coconut area in Indonesia is around 3,7 million ha,
sebab itu kelapa yang telah tua terutama pada
but the productivity is low 1,1 tons of copra equivalent Kelapa Dalam, perlu diremajakan. Sebaiknya
per ha per year. The low productivity is caused by the peremajaan dilakukan pada kelapa berumur lebih
coconut palm age, more than 50% of coconut palms are dari 50 tahun, karena pendapatan yang diperoleh
above 50 years old and the planting system is still tidak efisien lagi (Lumentut et al. 2004).
monoculture. To solve this problem a good planning of Meskipun produktivatas saat ini dapat di-
coconut replanting method was implemented in
tingkatkan dua kali dengan menggunakan bibit
ICOPRI experimental garden. Coconut replanting
method through gradual cutting of old coconut palms unggul dalam usaha peremajaan kelapa, penda-
in monoculture planting system was done in 1978. The patan dari usahatani kelapa monokultur tetap
result showed that coconut replanting through annual tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup yang
cutting of 20% of old coconut palms was the best. The layak bagi petani. Hal ini disebabkan antara lain
improvement of coconut replanting method with other oleh (a) nilai tukar kelapa butiran atau kopra
planting system by considering the planting space and
relatif rendah, (b) semakin menyempitnya area
polyculture system were conducted in 1985, 1988 and
1995. Research results indicated that coconut replanting pemilikan petani, dan (c) terbatasnya kemampuan

Budidaya Peremajaan Tebang Bertahap pada Usahatani Polikultur Kelapa (Maliangkay Ronny Benhdard) 11
petani memelihara tanaman kelapanya (Mahmud usahatani polikultur, serta ketersediaan tekno-
dan Allorerung, 1997). Seiring dengan itu, ragam logi usahatani yang berkaitan dengan program
komoditas pertanian yang laku dipasaran se- peremajaan kelapa.
makin meningkat dan munculnya alternatif
sumber minyak nabati seperti kelapa sawit. PEREMAJAAN KELAPA DAN
Situasi tersebut telah mendorong petani untuk MASALAHNYA
menanam berbagai komoditi lain di antara
tanaman kelapa yang sudah ada dan melakukan Masalah pokok yang dihadapi petani ketika
deversifikasi produk. Dengan demikian, tercipta dihadapkan pada pilihan pengambilan keputusan
sistem usahatani campuran. Akan tetapi, karena untuk tidak atau melakukan peremajaan adalah :
sejak semula tidak direncanakan demikian, maka (1) Pendapatan dari menjual buah kelapa atau
umumnya usahatani campuran yang sudah kopra yang sudah dinikmati bertahun-tahun
terbentuk tidak teratur dan tidak mem- sampai tanaman pengganti berproduksi baik, (2)
pertimbangkan faktor-faktor teknis dan ekono- Bagaimana memperoleh pendapatan pengganti
mis, sehingga hasilnya belum optimal. Meskipun atas kehilangan pendapatan akibat peremajaan,
belum optimal, pengusahaan tanaman sela (3) Bagaimana membiayai pelaksanaan perema-
diantara kelapa telah mampu meningkatkan jaan tersebut berupa pengadaan bibit, pene-
pendapatan petani secara nyata (Pajouw et al., bangan tanaman tua, pembersihan kebun dan
1991a). penanaman, dan (4) Bagaimana membiayai peme-
Salah satu masalah yang harus diper- liharaan tanaman baru yang justru diperlukan
timbangkan dalam pengembangan usahatani pada saat pendapatan dari kelapa sudah tidak
campuran adalah kenyataan bahwa harga komo- ada.
ditas pertanian sangat flaktuatif dan rentan Menurut Davis dan Sudarsip (1978) secara
terhadap perubahan pasar. Oleh karena itu pola teknis ada tiga cara peremajaan kelapa, yaitu : (a)
usahatani yang diperlukan dalam kaitan program Peremajaan Tebang Habis (penanaman baru
peremajaan kelapa adalah yang memiliki fleksi- sesudah semua pohon tua ditebang), (b) Perema-
bilitas paling besar. Fleksibilitas diartikan kele- jaan Tebang Bertahap (penanaman dan penebang-
luasaan secara ekologik dan agronomik meng- an kelapa tua bertahap), dan (c) Peremajaan
usahakan berbagai tanaman sela di antara kelapa Sisipan (penebangan kelapa tua dilakukan sesu-
sesuai dengan kebutuhan pasar (Allorerung dan dah kelapa muda berbuah).
Mahmud, 1993). Ketiga cara tersebut masing-masing mem-
Sistem peremajaan kelapa yang disertai de- punyai keuntungan dan kerugian bila dilak-
ngan penyesuaian jarak dan sistem tanam me- sanakan : (a) peremajaan tebang habis, mempu-
mungkinkan pengusahaan tanaman sela secara nyai keuntungan yaitu tanaman muda/pengganti
optimal dapat mendorong petani melakukan tidak akan mengalami resiko kerusakan dan
peremajaan kelapanya. persaingan unsur hara dan cahaya matahari,
Namun demikian pelaksanaan peremajaan kerugiannya petani kehilangan hasil dari tanam-
kepala sampai saat ini tidak berjalan lancar an tua, karena itu petani sukar melaksanakan
karena petani enggan melakukan dengan peremajaan dengan cara tersebut. (b) peremajaan
berbagai alasan Alasan yang mendasar yaitu tebang bertahap, mempunyai keuntungan yaitu
terputusnya pendapatan petani dari kelapa tua pertumbuhan kelapa muda masih baik, juga
selama 5-8 tahun selama tanaman pengganti kelapa tua lainnya masih memberikan hasil
kepada petani dan kerugian dari cara ini yaitu
belum berproduksi baik. Untuk itu perlu dicari
pada waktu penebangan kelapa tua, akan ada
suatu metode atau teknik peremajaan yang
kemungkinan merusak sebagian tanaman muda.
memungkinkan tanaman pengganti dapat
Namun hal ini dapat diatasi dengan memangkas
tumbuh baik dan pendapatan petani dari kelapa
lebih dulu daun dan tangkai buah yang ada baru
tua tidak terputus selama tanaman pengganti
diikuti dengan penebangan kelapa tua. (c)
belum menghasilkan serta memperoleh nilai
peremajaan sisipan, keuntungannya petani masih
tambah dari usaha pemanfaatan lahan diantara memperoleh hasil dari tanaman tua dan tanaman
kelapa. muda setelah menghasilkan. Kerugiannya ke-
Tulisan ini membahas mengenai peremajaan mungkinan tanaman muda akan tumbuh ber-
kelapa dan masalahnya, usahatani polikultur saing dengan tanaman tua sehingga pertumbuhan
kelapa, peremajaan kelapa yang disertai dengan tanaman muda terganggu.

12 – Volume 4 Nomor 1, Juni 2005 : 11 - 19


Sejak tahun 1978-1989 ada dua sistim pere- batang, jumlah bunga betina dan jumlah buah
majaan kelapa yang berkembang di tingkat petani yang lebih besar berturut-turut 125,2 cm, 291,6
dan perusahaan perkebunan kelapa yaitu bunga betina/pohon/tahun dan 48,2 butir/
peremajaan secara tebang habis dan peremajaan pohon/thn, pada tanaman pengganti berumur 8
tradisional sisipan yang biasa dilakukan petani tahun, dibandingkan dengan metoda tebang
(Mahmud et al., 1990). Dalam peremajaan tradi- habis (100% tahun I).
sional kelapa tua tidak ditebang, tetapi hanya Oleh karena itu perlu dilakukan program
disisipkan tanaman baru di antara kelapa tua peremajaan kelapa dengan cara tebang bertahap
(Mahmud et al, 1990). Di Sulawesi Tengah 77,70% yang lebih menguntungkan petani dibanding
pelaksanaan peremajaan kelapa dilakukan secara dengan cara yang lain. Di samping itu, usaha
sisipan (Torar et al, 1996). Dengan demikian, penanaman tanaman sela berupa tanaman
pertumbuhan kelapa menjadi tumpang tindih pangan dan tanaman industri perlu dilakukan.
antara kelapa tua dengan kelapa pengganti.
Jadwal penebangan kelapa tua tidak teratur. USAHATANI POLIKULTUR KELAPA
Peremajaan kelapa melalui sistim tebang
Meskipun teknologi tebang bertahap tidak
habis dapat menyebabkan terputusnya sumber
menyebabkan kehilangan pendapatan sekaligus
pendapatan petani selama kelapa yang baru
pada saat dimulai peremajaan, tetapi tetap
belum berproduksi. Hal ini berlangsung seku-
menyebabkan penurunan pendapatan yang baru
rang-kurangnya selama empat tahun jika kelapa
akan pulih setelah 6-10 tahun. Artinya, tebang
pengganti yang digunakan adalah jenis hibrida
bertahap tidak dapat memecahkan secara tuntas
dan tujuh tahun untuk jenis kelapa Dalam. Sekitar
masalah pendapatan petani dari kelapa. Berdasar-
50% jumlah tanaman kelapa yang ada sudah
kan kenyataan tersebut, maka teknologi peman-
berumur di atas 50 tahun dan tidak produktif lagi.
faatan lahan dengan mengintroduksi tanaman
Atas dasar itu, mulai Pelita I dan II pemerintah
sela di antara kelapa secara teknis-ekonomis
mencanangkan program peremajaan kelapa
dapat mengatasi persoalan kehilangan penda-
seluas 251.595 ha dan pada Pelita III ditargetkan
patan petani, bahkan berpeluang untuk mening-
seluas 173.715 ha yang terdiri dari 107.400 ha
kat dibandingkan pendapatan dari kelapa sebe-
dengan bibit kelapa Dalam dan 66.315 ha dengan
lumnya.
kelapa Hibrida. Sistem peremajaan yang
Penanaman tanaman sela di antara tanaman
diprogramkan adalah tebang habis. Dalam
kelapa berarti di dalam satu areal lahan usahatani
pelaksanaan peremajaan, evaluasi yang dipakai
diusahakan dua tanaman atau lebih sehingga
adalah dengan menghitung jumlah bibit atau
produk yang dihasilkan berasal dari beberapa
cikal yang tersalurkan kepada petani dengan
tanaman yang masing-masing produknya mem-
harga Rp. 55/ cikal. Pada pelaksanaannya upaya
punyai kontribusi terhadap pendapatan usahatani
peremajaan tidak berjalan dengan lancar. Jumlah
(Pajouw dan Maliangkay, 1991b). Apabila harga
tanaman kelapa tua dan rusak terus bertambah
salah satu produk tanaman mengalami penurun-
karena pelaksanaan peremajaan tebang habis
an maka pendapatan usahatani dapat dikompen-
tidak mampu mengimbangi laju pertambahan
sasi oleh produk lainnya dan sebaliknya, sehing-
tanaman kelapa yang menjadi tua dan rusak.
ga terciptanya pendapatan petani yang lebih
Berdasarkan kelemahan-kelemahan kedua
stabil. Disamping itu resiko usahatani menjadi
sistim tersebut, Balitka telah mencoba mengkaji
lebih kecil (Magat, 1999a).
sistim alternatif yang diharapkan dapat meng-
Tarigans (2000) menemukan dari hasil pene-
atasi atau sekurang-kurangnya meminimalkan
litiannya bahwa dengan adanya tanaman sela
kelemahan-kelemahan kedua sistim tersebut.
pada usahatani berdasarkan kelapa tidak saja
Penelitian dimulai tahun 1978 dan hasilnya
menaikkan produksi tanaman pokok tetapi juga
dilaporkan oleh Mahmud, et al. (1987) bahwa
meningkatkan efisiensi pemakaian tenaga kerja
penebangan kelapa tua secara bertahap masing-
dan input usahatani. Secara keseluruhan produk-
masing 50% tahun pertama dan tahun ketiga
tivitas usahatani polikultur lebih tinggi karena
ternyata tidak berbeda dengan tebang bertahap
pengusahaan tanaman sela diantara tanaman
sebesar 20%/tahun mulai tahun pertama. Hasil
kelapa yang mengikuti teknologi anjuran akan
percobaan dari lima perlakuan tersebut di atas
memberikan efek sinergisme terhadap tanaman
ternyata penebangan kelapa tua 50% pada tahun
sehingga pertumbuhan dan produksi menjadi
pertama dan tahun ketiga menghasilkan lilit
lebih tinggi. Studi lainnya yang dilakukan pada

Budidaya Peremajaan Tebang Bertahap pada Usahatani Polikultur Kelapa (Maliangkay Ronny Benhdard) 13
usahatani kelapa polikultur menunjukkan bahwa keterkaitannya dengan sub sistem lain dalam
dengan hadirnya tanaman kopi sebagai tanaman sistem agribisnis (Mahmud dan Allorerung, 1997).
sela diantara kelapa meningkatkan buah kelapa Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlu-
yang jadi (fruits set) sehingga produktivitas kan teknik atau sistem peremajaan kelapa yang
kelapa meningkat dan pemupukan tanaman memungkinkan tanaman pengganti dapat tum-
pokok akan berdampak positif terhadap pertum- buh baik dan pendapatan petani dari kelapa tua
buhan dan produksi tanaman sela. tidak terputus selama tanaman pengganti meng-
Hasil-hasil studi yang dilaksanakan di India hasilkan serta memperoleh nilai tambah dari
dan Philipina menyimpulkan bahwa cara yang usaha pemanfaatan lahan (tanaman sela) di antara
paling tepat untuk meningkatkan pendapatan tanaman kelapa.
petani kelapa salah satunya melalui penerapan Beberapa hasil penelitian yang telah
sistem usahatani kelapa polikultur (Thampan, dilakukan, menggunakan kelapa Hibrida Khina
1996); Rethinam, 2001; Magat, 1999b). Di Indone- sebagai tanaman pengganti sedangkan tanaman
sia penanaman kelapa secara campuran dengan pangan dan tanaman industri sebagai tanaman
kakao memberikan keuntungan tertinggi diban- sela. Peremajaan kelapa dengan metode tebang
dingkan dengan penanaman monokultur (Dar- bertahap disertai introduksi tanaman sela
maskoro et al., 1993). Pengalaman PT. Sambu diharapkan dapat meningkatkan produktivitas
Group yang melaksanakan program PIR-TRANS lahan dan pendapatan petani serta membuka
dilaporkan Fachry (1997) bahwa pendapatan kesempatan kerja.
petani plasma dengan penanaman nanas secara
Peremajaan dengan Kelapa Hibrida Khina-1 dan
tumpangsari dengan tanaman kelapa dapat
Tanaman Pangan
meningkatkan pendapatan petani dua hingga tiga
kali lipat dibandingkan dengan pendapatan peta- Hasil penelitian menunjukkan bahwa pere-
ni yang menanam tanaman kelapa secara mono- majaan kelapa dengan sistim tebang bertahap
kultur. Penanaman lada perdu diantara tanaman 20% tiap tahun dan diikuti dengan penanaman
kelapa produktif dengan jumlah populasi 3.500 tanaman sela pangan di antara kelapa sampai
tanaman per hektar merupakan salah satu alter- tahun ke 4 tidak berpengaruh buruk terhadap
natif tanaman sela di antara kelapa yang dapat pertumbuhan kelapa Hibrida Khina-1, sebagai
memberikan kontribusi pendapatan rata-rata tanaman pengganti (Taulu et al., 1993). Tanaman
sebanyak Rp. 1.594.897/ha/tahun (Wahid et al., sela yang diusahakan adalah jagung, kacang
1998). tanah dan kacang hijau. Kelapa Hibrida Khina-1
Pemakaian tenaga kerja dan sarana produksi (silangan kelapa Genjah Kuning Nias x kelapa
akan lebih efisien pada usahatani kelapa campur- Dalam Tenga) ditanam dengan jarak tanam 9 x 9
an, karena pemeliharaan dan pemupukan tanam- m bujur sangkar. Penebangan kelapa tua yang
an pokok secara tidak langsung akan berpenga- digunakan adalah : (1) Kelapa tua ditebang 100%
ruh positif terhadap tanaman sela maupun sebelum tanaman pengganti ditanam, (2) Kelapa
sebaliknya (Sulistyo, 1998). Dengan demikian, tua ditebang 50% sebelum kelapa pengganti di
pemakaian input menjadi lebih efisien serta tanam dan 50% tahun ketiga, dan (3) Kelapa tua
pemakaian tenaga kerja menjadi lebih produktif. tebang 20% tiap tahun. Pertumbuhan vegetatif
dan generatif kelapa pengganti Khina-1 pada
umur 4 tahun dapat dilihat pada Tabel 1.
PEREMAJAAN KELAPA TEBANG
Tabel 1. Pengaruh sistim penebangan kelapa tua
BERTAHAP PADA USAHATANI terhadap ukuran lilit batang dan jumlah
POLIKULTUR daun kelapa Khina-1 umur 4 tahun
Masalah teknis dalam pelaksanaan peremaja- pada sistem peremajaan dengan Kelapa
an kelapa mencakup, sistem peremajaan, kultivar Khina-1 dan tanaman pangan.
kelapa pengganti, pola tanam, pemanfaatan kayu No. Sistim Penebangan Lilit Batang Jumlah
kelapa, dan teknik budidaya kelapa dan tanaman (%) (cm) Pelepah Daun
sela. Sedangkan masalah non teknis mencakup
1. 100 130,9 a 26,45 a
persepsi dan tingkat pengetahuan petani, tingkat 2. 50 120,9 b 22,71 b
ketergantungan petani terhadap kelapa, status 3. 20 124,3 ab 23,96 ab
kepemilikan lahan dan tanaman kelapanya, adat KK (%) 6,45 12,68
atau budaya setempat, biaya investasi dan Sumber : Taulu et al. (1993).

14 – Volume 4 Nomor 1, Juni 2005 : 11 - 19


Dengan sistim peremajaan tebang bertahap, digunakan adalah kakao Hibrid dan kopi
setelah kelapa pengganti di tanam, kelapa tua Robusta, ditanam pada jarak 2 m dari tanaman
yang belum di tebang masih dapat di panen kelapa pengganti dengan jarak tanam 2 x 3 m.
hasilnya. Menurut Allorerung (1997) bahwa Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengurangan populasi kelapa tua secara bertahap tanaman kelapa pengganti mulai berbunga pada
sebesar 20% diperkirakan dapat diterima petani umur 55 bulan dan tanaman sela kakao atau kopi
mengingat pengurangan produksi tanaman tua mulai menghasilkan pada umur 3 tahun setelah
berlangsung secara perlahan. Selain itu, pene- tanam. Produksi per pohon kelapa pengganti
bangan bertahap sebanyak 20% per tahun penda- pada berumur 6 tahun tidak berbeda antara yang
patan petani dari kelapa tua tidak terputus dan ditebang setelah 3, 4 dan 5 tahun penanaman
lebih besar daripada sistim penebangan 50% kelapa penggganti masing-masing 26,09; 29,64
sebelum penanaman tanaman pengganti dan 50% dan 29,67 butir/pohon/tahun. (Maliangkay et al.
ditahun ketiga. Dari ketiga jenis tanaman sela 1996). Produksi awal tanaman sela kakao dan
yang diusahakan, jagung menunjukkan hasil kopi dalam 1 ha masing-masing 415 kg dan 270
yang lebih tinggi sampai tahun ketiga. Rata-rata kg per ha (biji kering). Hasil ini hampir sama
produksi jagung, kacang tanah dan kacang hijau dengan yang diperoleh di beberapa tempat, baik
yang diperoleh pada tahun pertama masing- sebagai tanaman sela maupun monokultur. Di
masing 1641,7; 1184,0 dan 850,2 kg/ha untuk Kerala India, tanaman sela, kakao yang ditanam
sekali tanam. Dengan demikian agar tidak kehi- satu dan dua baris di antara kelapa dengan hasil
langan produksi dari kelapa tua sebagai sumber masing-masing 652 dan 801 kg biji basah/ha/
pendapatan, petani dapat memilih cara yang tahun. Tanaman kopi yang diusahakan secara
ketiga yaitu peremajaan kelapa dengan tebang monokultur dengan budidaya sederhana di Prafi
bertahap 20% tiap tahun. Pada tahun ke empat Manokwari, Irian Jaya, diperoleh hasil 441-572 kg
kelapa hibrida Khina-1 mulai di panen. Rata-rata biji/ha/tahun (Susilo, et al. 1995).
produksi kelapa tua 76 butir/pohon/ thn. Karena produksi tanaman pengganti sampai
pada umur 6 tahun tidak berbeda antara waktu
Peremajaan dengan Kelapa Hibrida dan penebangan maka petani dapat memilih waktu
Tanaman Industri penebangan kelapa tua pada 5 tahun setelah pe-
Sistem ini dilakukan untuk memecahkan nanaman kelapa pengganti. Hal ini menguntung-
permasalahan petani yang enggan menebang ke- kan petani karena selama kurun waktu pelak-
sanaan peremajaan 5 tahun tidak kehilangan hasil
lapa tuanya sebelum tanaman pengganti meng-
hasilkan, dengan tujuan untuk memperoleh suatu dari tanaman tua, sementara itu kelapa pengganti
metode peremajaan sisipan, yang tetap menjamin dan tanaman sela kopi dan kakao mulai
menghasilkan. Petani dapat memilih salah satu
pertumbuhan dan produksi yang baik dari kelapa
jenis tanaman industri (kopi atau kakao) yang
pengganti, pendapatan petani dari kelapa tua
relatif tidak berkurang selama kurun waktu dapat digunakan sebagai tanaman sela pada
sistem peremajaan ini dengan menebang kelapa
tertentu, serta mendapat nilai tambah dari
tanaman sela industri (Maliangkay et al., 1996). tua setelah tanaman pengganti berumur 5 tahun.
Ada 3 cara waktu penebangan kelapa tua Masalah yang dihadapi bila kelapa tua ditebang
setelah kelapa pengganti berumur 5 tahun yaitu
yang dilakukan setelah tanaman pengganti dan
tanaman sela industri ditanam yaitu : Tanaman terjadi kerusakan atau kematian bagi tanaman
kelapa tua ditebang 100% setelah tanaman pengganti dan tanaman sela kakao atau kopi.
Dengan demikian perlu hati-hati dalam pelak-
pengganti berumur 3, 4 , dan 5 tahun.
Ketiga cara ini dilakukan dengan pertim- sanaan penebangan kelapa tua. Sebelum kelapa
bangan bahwa jumlah kelapa tua dalam 1 ha ditebang, daun dipangkas maka resiko kerusakan
kelapa pengganti dan tanaman industri hanya
tidak kompak lagi atau tinggal 70-80% atau
berkisar 90-100 tanaman. sedikit.
Kelapa pengganti yang digunakan adalah
Peremajaan dengan Sistim Tanam Pagar
kelapa Hibrida Khina-1 (Genjah Kuning Nias x
Dalam Tenga), jarak tanam 6 x 10 m dengan Konsep sistim pagar dalam budidaya
sistim empat persegi panjang, jarak dalam baris 6 kelapa yang dimaksudkan adalah suatu sistim
m dan antara baris 10 m. Bibit yang digunakan tanam dengan jarak tanam dalam barisan lebih
berumur 6 bulan. Tanaman sela industri yang rapat dibandingkan antara barisan sedemikian

Budidaya Peremajaan Tebang Bertahap pada Usahatani Polikultur Kelapa (Maliangkay Ronny Benhdard) 15
rupa sehingga tercipta ruang dan iklim mikro Tabel 2. Produksi beberapa jenis tanaman di
diantara barisan kelapa yang memungkinkan antara berbagai jarak dan sistem tanam
disesuaikan dengan pengusahaan komoditi lain kelapa Dalam Mapanget dan Hibrida
(Allorerung dan Mahmud, 1993). Tersedianya Khina umur 54 bulan pada peremajaan
dengan sistem tanam pagar.
ruang yang lebih luas dan iklim mikro yang lebih
mudah disesuaikan, akan membuka peluang No Jenis Jarak dan sistem
Tanaman tanaman Jenis Konversi
fleksibilitas bagi petani dalam memilih komoditas pangan Kelapa (kg/ha)

yang akan diusahakan. Hal ini juga memung- 1. Jagung Segitiga Khina 1.308
Pagar (16 x 5) D.Mapanget 2.921
kinkan pencapaian produksi tanaman sela secara
Segitiga D.Mapanget 1.011
maksimal. Dengan demikian akan tercapai Gergaji (5 x 3)x16 Khina 1.837
optimalisasi pemanfaatan lahan di antara kelapa 2. Padi Segitiga Khina 589
Pagar (16 x 5) D.Mapanget 1.229
baik dalam perspektif ruang maupun waktu.
Segitiga D.Mapanget 684
Jarak tanam kelapa yang digunakan adalah Gergaji (5 x 3)x16 Khina 1.125
6 x 16 m (Barri et al. 2001). Dengan menggunakan 3. Kacang Tanah Segitiga Khina 475
Pagar (16 x 5) D.Mapanget 959
jarak dan sistem tanam pagar 6 x 16 m, areal di
Segitiga D.Mapanget 475
antara barisan tanaman dapat memperoleh Gergaji (5 x 3)x16 Khina 675
cahaya yang cukup sepanjang umur kelapa. Agar Sumber : Barri et al. (2001).
intensitas cahaya maksimal, maka sejauh mung-
kin diusahakan arah barisan Timur-Barat dan Peremajaan kelapa dengan sistem tanam
dilakukan pemangkasan daun yang menjuntai ke pagar telah dilakukan di Minahasa, pada tahun
arah areal antar barisan. Pemangkasan daun 1999/2000 dengan melibatkan 18 petani koope-
dimungkinkan hingga 30% dari total biomassa ratif. Kelapa yang digunakan untuk peremajaan
tajuk (Kaat et al, 1996). Dengan demikian dapat adalah KHINA (Kelapa Hibrida Indonesia), de-
dilakukan penanaman berbagai jenis tanaman ngan sistim tebang 20%/tahun dan tanaman sela
sela yang membutuhkan intensitas cahaya tinggi yang digunakan adalah jagung dengan hasil 1,1
sepanjang waktu, mulai dari tanaman pangan, ton/ha untuk sekali tanam (Allorerung et al.,
hortikultura hingga tanaman perkebunan. Apa- 2000). Dari 18 petani kooperatif tersebut, ternyata
bila tanaman yang akan diusahakan memerlukan ada satu petani yang mengembangkan pola
intensitas cahaya rendah, maka dapat dilakukan usahataninya selain jagung juga dengan meng-
usahakan berbagai tanaman sela seperti pisang,
penanaman tanaman pelindung. Dengan jarak
kacang tanah dan pepaya (Barri et al., 2001). Hal
antar barisan 16 m, maka tersedia ruang kosong
ini disebabkan karena petani tersebut memiliki
selebar 12 m untuk tanaman sela seperti jagung,
modal yang cukup.
padi dan kacang tanah (Tabel 2).
Pilihan atas jarak dan sistem tanam non
konvensional ini menuntut persyaratan peman- KETERSEDIAAN TEKNOLOGI
faatan lahan di antara kelapa secara terus mene- PEREMAJAAN KELAPA TEBANG
rus atau ditanami dengan tanaman berumur BERTAHAP PADA USAHATANI
panjang. Berdasarkan pengamatan pada umur POLIKULTUR
tanaman 4,5 tahun, maka jarak tanam yang layak Secara teknis, sebenarnya teknologi yang
dianjurkan untuk menjawab berbagai tantangan diperlukan untuk melakukan program perema-
di masa datang adalah 5 x 16 m atau 6 x 16 m. jaan kelapa relatif sudah memadai (Mahmud dan
Walaupun tajuk kelapa dalam baris saling Allorerung, 1997). Teknologi-teknologi tersebut
menutupi, kebutuhan cahaya terkonpensasi dari meliputi :
sisi-sisi yang bebas antar baris tanaman. Pada
umur tersebut praktis sudah tidak memung- Teknologi Sistem Peremajaan
kinkan menanam tanaman pangan seperti jagung, Inti teknologi ini adalah metode peremajaan
padi, dan kacang-kacangan diantara kelapa kalau tebang bertahap, yaitu tanaman tua ditebang
ditanam dengan jarak 9 m x 9 m segitiga, tetapi secara bertahap setelah tanaman baru ditanam di
untuk jarak tanam 6 m x 16 m lahan diantara antara tanaman tua. Hasil pengamatan menun-
tanaman terlebar (16 m) dapat ditanami terus jukkan bahwa pertumbuhan tanaman pengganti
menerus. pada penebangan 100% sebelum tanam tidak

16 – Volume 4 Nomor 1, Juni 2005 : 11 - 19


berbeda nyata dengan perlakuan penebangan menyebabkan terjadinya erosi atau kerusakan
secara bertahap 50% tahun I dan II atau 20% tiap tanah (Mahmud, 1998; Rethinam, 2001), dan (6)
tahun (Mahmud et al, 1990). Tanaman sela yang dipilih memiliki pasar dengan
Pengurangan populasi kelapa tua setelah harga yang tidak fluktuatif (Arancon, 2001;
tanaman pengganti menghasilkan atau secara Rethinam, 2001 dan Tarigans, 2000).
bertahap sebesar 20% diperkirakan dapat Agar pemanfaatan lahan lebih optimal pada
diterima petani mengingat pengurangan produksi periode paska peremajaan dan untuk alasan
tanaman tua berlangsung secara perlahan. Jika fleksibilitas menghadapi berbagai perubahan,
hal ini disertai pengusahaan tanaman sela, maka maka telah tersedia teknologi jarak dan sistem
praktis kehilangan pendapatan secara bertahap tanam baru. Jarak dan sistem tanam baru tersebut
dari kelapa tua, menjadi tidak berarti (Allorerung, dikenal dengan sistem pagar, yaitu jarak antar
1999). Beberapa hasil penelitian menggunakan baris diperlebar (12-16 m) dan jarak dalam baris
kelapa Hibrida Khina sebagai tanaman pengganti, dipersempit menjadi (5-6 m). Dengan jarak dan
sedangkan tanaman pangan (jagung, kacang sistem tanam baru tersebut populasi kelapa
tanah dan kacang hijau) dan tanaman industri berkisar antara 119 dan 140 pohon/ha (Allore-
(kakao hibrida dan kopi Robusta) sebagai rung dan Mahmud, 1993).
tanaman sela. Teknologi sistim peremajaan
tersebut adalah: (a) Peremajaan dengan kelapa Teknologi Perbaikan Bahan Tanaman
Hibrida Khina-1 dan tanaman pangan, (b) Telah tersedia kultivar-kultivar unggul, baik
Peremajaan dengan kelapa hibrida dan tanaman untuk kelapa Dalam dan Hibrida maupun kelapa
industri, dan (c) Peremajaan dengan sistem tanam Genjah. Jenis kelapa yang akan digunakan dalam
pagar (Mahmud et al., 1990; Taulu et al., 1993; peremajaan harus memperhatikan ekosistem
Allorerung, 1997; Maliangkay et al., 1996; lokasi, macam produk yang akan dihasilkan dan
Allorerung dan Mahmud, 1993; Barri et al., 2001). kemampuan petani. Kelapa Dalam disarankan
untuk daerah curah hujan terbatas dan atau
Teknologi Pemanfaatan Lahan solum tanah kurang dari 1 m, untuk lahan kering.
Berbagai alternatif teknologi telah tersedia, Sedangkan kelapa Genjah disarankan untuk
meskipun beberapa di antaranya masih memerlu- menghasilkan kelapa muda, selain sebagia tetua
kan penyempurnaan dan penyesuaian dengan dalam pembuatan kelapa Hibrida. Kelapa Dalam
kondisi setempat. Teknologi yang tersedia men- unggul yang sudah dikarakterisasi meliputi
cakup pengusahaan tanaman pangan dan horti- Dalam Tenga (DTA), Dalam Palu (DPU), Dalam
kultura serta tanaman industri lainnya. Jenis Bali (DBI), Dalam Mapanget (DMT), Dalam Riau
tanaman yang diusahakan disesuaikan dengan (DRU), dan Dalam Sawarna (DSA). Kelapa
topografi, iklim, umur tanaman, sosial budaya hibrida yang telah disarankan meliputi Khina-1
petani, dan peluang pasar. Menurut Tarigans (kelapa hibrida Indonesia), Khina-2, dan Khina-3.
(2000) untuk memilih tanaman sela yang sesuai Selain itu kelapa Hibrida Dalam x Dalam seperti
dan prospektif untuk dikembangkan memerlukan kelapa Baru atau KB1 dan KB2 serta KB3.
kriteria umum sebagai berikut : (1) Tanaman sela Sedangkan kelapa Genjah yang sudah dikarak-
tidak lebih tinggi dari tanaman kelapa selama terisasi antara lain Genjah Kuning Nias (GKN)
periode pertumbuhan dan sistem perakaran dan dan Genjah Salak (GSK). Di samping itu, masih
tajuknya menempati horizon tanah dan ruang banyak blok-blok penghasil tinggi yang sudah
yang berbeda (Mahmud, 1998; Rethinam, 2001), diidentifikasi yang dapat digolongkan unggul
(2) Tanaman sela tidak merupakan tanaman inang dan atau unggul lokal yang ada pada kebun
bagi hama dan penyakit kelapa (Mahmud, 1998; petani setelah dievaluasi secara seksama, agar
Rethinam, 2001), (3) Sesuai untuk diusahakan tidak terjadi kehilangan atau erosi genetik dari
pada ketinggian 0-500 m.dpl dengan curah hujan kelapa.
1.500-3.000 mm/tahun dengan bulan kering
maksimal 3 bulan berturut-turut (Mahmud, 1998), Teknologi Pemeliharaan Tanaman
(4) Tanaman sela dipilih berdasarkan toleransi- Pemeliharaan tanaman untuk tanaman
nya terhadap naungan dan jumlah intensitas kelapa peremajaan pada dasarnya sama saja de-
radiasi yang tersedia (Magat, 1999b dan Rethi- ngan tanaman kelapa biasa yang meliputi pemu-
nam, 2001), (5) Pengelolaan tanaman sela tidak pukan, penyiangan, serta pengendalian hama dan
menyebabkan kerusakan tanaman kelapa atau penyakit (Allorerung et al, 2002). Penggunaan

Budidaya Peremajaan Tebang Bertahap pada Usahatani Polikultur Kelapa (Maliangkay Ronny Benhdard) 17
tanaman penutup tanah tidak direkomendasikan Allorerung, D. dan Z. Mahmud, 1993. Budidaya
lagi, kecuali untuk maksud pengendalian erosi kelapa sistem pagar. Buletin Balitka No.
tanah atau pada kebun-kebun yang tidak diren- 20.
canakan menanam tanaman sela, sehingga bertu- Allorerung, D. 1997. Beberapa hasil penelitian
juan pengendalian hama/gulma. Dengan dikem- dan rekomendasi teknologi kelapa. Ma-
bangkannya konsep pengusahaan kelapa secara kalah Seminar Hasil Penelitian, tanggal 16
polikultur, maka beberapa aspek pemeliharaan Agustus 1997 di Hotel Kawanua Sahid,
mungkin perlu penyesuaian. Takaran pupuk Manado.
mungkin dapat diturunkan karena kelapa ikut Allorerung, D. 1999. Pengembangan perkelapaan
memanfaatkan pupuk yang diberikan untuk nasional memasuki era globalisasi. Maka-
tanaman sela. Pengendalian gulma hanya dilaku- lah Seminar dan Pameran Mini Produk-
kan di daerah bobokor. Produk Olahan Kelapa dalam Rangka
Coconut Day, Yogyakarta, 7 September
Teknologi Pemanfaatan Kayu Kelapa 1999. 18 p.
Kayu kelapa telah lama digunakan oleh Allorerung, D., R. Rahman, M. Djafar, A. Ilat dan
N. Barri, 2000. Penerapan metode perema-
petani sebagai bahan bangunan, khususnya untuk
bagian yang tidak terkena hujan. Dewasa ini kayu jaan kelapa di Sulut. Laporan Tahunan
kelapa telah digunakan pula dalam industri Balitka 2000.
Allorerung, D., Amrizal, E.T. Tenda, R.B. Ma-
furniture dan rumah mewah. Minat konsumen
terhadap produk berbahan kayu kelapa, baik liangkay, L.A. Hosang, R.H. Akuba, N.L.
dalam negeri maupun mancanegara terus Barri dan L. Abner, 2002. Petunjuk teknis
budidaya tanaman kelapa Dalam (cocos
meningkat. Pada dasarnya teknologi pengolahan
dan pengawetan kayu kelapa tidak berbeda nusifera). Balai Penelitian Tanaman Kelapa
dan Palma Lain. Cetakan ketiga 2002.
dengan teknologi kayu pada umumnya.
Arancon, R.N., 2001. Research Output and far-
KESIMPULAN mers Adoption of Teknology on Coco-nut
Based Farming Systems : The Philippine
Secara Nasional tanaman kelapa memiliki Experience, Proceeding of the XXXVIII
luas 3,7 juta ha dengan produktivitas yang rendah COCOTECH Meeting 17-21 July 2001, Ho
yaitu, 1,1 ton kopra/ha/tahun, sebagian besar Chi Minh City, Vietnam p.35-50.
diusahakan secara monokultur. Sekitar separuh Barri, N., R.B. Maliangkay dan D. Allorerung,
dari jumlah tanaman kelapa yang ada telah 2001. Teknologi peremajaan kelapa ber-
berumur tua, diatas 50 tahun, sehingga perlu wawasan pertanaman campuran. Maka-
diremajakan. Peremajaan kelapa dengan sistem lah disampaikan pada temu APT di Desa
tebang habis enggan dilakukan oleh petani karena Kinali Kawangkoan-Minahasa, 25-27 Juli
akan kehilangan hasil dari kelapa tua. 2001.
Hasil-hasil penelitian yang telah dihasilkan Darmaskoro, A. Purba, dan L.A. Napitupulu,
menyimpulkan bahwa peremajaan kelapa dengan 1993. Pengaruh Pemupukan dan Ke-
tebang bertahap sebesar 20%/tahun dan diikuti rapatan Kelapa Terhadap Produksi Tum-
dengan teknologi pengusahaan tanaman sela pangsari Kelapa-Kakao. Makalah KNK
diantara kelapa (polikultur) dan menggunakan III, Yogyakarta.
jarak dan sistem tanam kelapa 6 x 16 m adalah Davis, T.A. dan Sudarsip H. 1978. Methods of
cara yang paling baik karena sangat memung- Rejuvenation and replanting of coconut
kinkan fleksibilitas dalam memilih jenis komo- standar in Indonesia.
ditas yang sesuai iklim dan pasar serta memung- Fachry, H., 1997. Pengalaman, Peluang dan Per-
kinkan pertanaman di antara kelapa berlangsung masalahan Agribisnis Kelapa Menghada-
terus menerus. pi Era Globalisasi Perdagangan Dunia.
Prosiding Temu Usaha Perkelapaan Na-
DAFTAR PUSTAKA sional. Manado 6-8 Januari 1997. Buku I
Allorerung, D., 1990. Teknologi peremajaan dan Agribisnis. p:37-44.
pola penerapannya. Buletin Balitka No. Kaat, H., R.B. Maliangkay dan R. Tumewu, 1996.
11 : 112-120. Hubungan pengurangan biomassa pan-

18 – Volume 4 Nomor 1, Juni 2005 : 11 - 19


jang rachis daun dengan produksi kelapa. kelapa (Studi kasus di Kecamatan
Laporan Penelitian (belum dipublikasi). Tombatu. Buletin Balitka No. 14 : 33-37).
Kasryno, F., Z. Mahmud dan P. Wahid, 1998. ................... 1991b. Pengaruh tanaman sela jagung
Sistem usahatani berbasis kelapa dalam terhadap produksi kelapa dan pen-
Modernisasi Usaha Pertanian Berbasis dapatan petani. Buletin Balitka No. 14 :
Kelapa. Prosiding Konfrensi Nasional 27-32.
Kelapa III, Bandar Lampung 21-23 April Rethinam, P., 2001. Research Output and Farmers
1998 : pp.57-76. Adoption of Technology on Coconut
Lumentut, N., N. Mashud dan Maliangkay, R.B., Based Farming Systems : Indian Experien-
2004. Metode peremajaan kelapa. Mono- ce. Proceeding of the XXXVIII COCO-
graf. Agronomi Kelapa, Balai Penelitian TECH Meeting, 17-21 July 2001, Ho Chi
Tanaman Kelapa dan Palma LainManado. Minh City, Vietnam.
2004. Sulistyo, R., 1998. Pemberdayaan petani dalam
Magat, S.S., 1999a. Production Management of usahatani kelapa. Prosiding KNK IV,
coconut. Agricultural Research and Bandar Lampung 21-23 Agustus 1998.
Development Branch. Philippine Coconut Susilo, W.R., Maspanger, D.R., Dereinda, B.D.R.,
Authority 67 p. dan Muhamainto, 1995. Dampak Penerap-
Magat, S.S., 1999b. Coconut Based Farming an Unit Pengolahan dan Pemasaran Kopi
Systems. Technology Notes far Practilio- di Prafi, Manokwari. Jurnal Pengkajian
ners. PCA. Agricultural Research and Agribisnis Perkebunan 1 (1) : 1-11.
Development Branch. P:1-18. Tarigans, D.D., 2000. Introduksi pola tanam
Mahmud, Z., Z. Untu dan Y. Sophian, 1987. campuran dalam pengusaan tanaman
Peremajaan tebang bertahap. J. Pen. kelapa. Warta Penelitian dan Pengem-
Kelapa Vol. 2 No. 1 : 38-42. bangan Tanaman Industri 5(4): 12-17.
Mahmud, Z., Maliangkay, R.B. dan Z. Untu, 1990. Taulu, D.B., H. Basalamah dan Z. Mahmud, 1993.
Peremajaan kelapa tebang bertahap. Peremajaan kelapa (Hibrida) dan tanam-
Proc. Symp. I. Hasil Penelitian dan an sela Palawija. J. Pen. Kelapa 6 (2) : 40-
Pengembangan Tanaman Industri, Buku 45.
II. pp.114-120. Thampan, P..K., 1996. Profitability of Coconut
Maliangkay, R.B., R. Rahman, R. Kaunang dan D. Based Farming Systems. Case Studies :
Allorerung, 1996. Metode peremajaan Coconut for Prosperity. Peeky Tree Crops
dengan kelapa Hibrida dan tanaman Development Foundation, Kochi, Kerala.
Industri. Proc. Seminar Regional Hasil- Torar, D.J., M. Djafar dan Amrizal, 1996. Profil
Hasil Penelitian Tanaman Kelapa dan Usahatani Kelapa : Implikasinya terhadap
Palma Lain, Buku I. pp.87-96. peremajaan kelapa di Sulawesi Tengah.
Mahmud, Z., D. Allorerung, 1997. Teknologi Prosiding Seminar Regional Hasil-Hasil
Peremajaan dan Perluasan Tanaman Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma
Kelapa. Peremajaan Rehabilitasi dan Per- Lain Manado 19-20 Maret 1996. Buku II
luasan Tanaman Perkebunan. Prosiding Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan
Pertemuan Komisi Penelitian Pertanian Palma Lain.
Bidang Perkebunan, Medan 20-21 Wahid, P., M.H. Bintoro., M. Syakir., E. Surmaini,
Nopember 1997. Pusat Penelitian dan P. Rosmelisa., J. Pitono, dan Hermanto,
Pengembangan Tanaman Industri. 1998. Manipulasi agronomic dalam upaya
Mahmud, Z., 1998. Tanaman Sela di bawah meningkatkan daya saing dan keung-
kelapa. Journal Penelitian dan Pengem- gulan komparatif lada perdu. Laporan
bangan Pertanian 17 (2) : 61-67. Research Unggulan Terpadu IV. Pene-
Pajouw, S.K., dan R.B. Maliangkay, 1991a. Nilai litian dan Pengembangan Departemen
tambah tanaman sela panili di antara Pertanian, Balittro, 93pp.

Budidaya Peremajaan Tebang Bertahap pada Usahatani Polikultur Kelapa (Maliangkay Ronny Benhdard) 19

Anda mungkin juga menyukai