OLEH :
KELOMPOK 2
1. AMBROXIUS XISTU ALU (420210102004)
2. KHOLIZAH RAHMA DIAN (420210102016)
3. MARIA BEATRICE DELVANA M. (420210102017)
4. MUHAMMAD REZA PAHLEVI (420210102018)
5. PUTRYANI Y. M. SABUNA (420210102022)
1. Umur Tanaman
Dalam kondisi pertumbuhan yang optimal, tanaman kelapa
telah dapat dipungut hasilnya :
Varietas genjah setelah berumur 3-4 tahun.
Varietas dalam setelah berumur 6-7 tahun.
Hibrida setelah berumur ± 3 tahun.
Produksi buah akan terus meningkat sampai tanaman
mencapai umur 60- 65 tahun, bahkan lebih bila kondisi
pertumbuhan tanaman tetap baik. Setelah mencapai puncak
produksi kemudian produksi berangsur-angsur akan menurun,
sampai akhirnya mencapai keadaan “senil”, dengan produksi
sangat rendah sampai tidak berproduksi sama sekali.
Lamanya masa produktif dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu:
Sifat genetik dari varietas yang ditanam .
Keadaan iklim dan tanah.
Sistem budidaya, seperti : kontinuitas pemupukan, irigasi,
pengolahan tanah, pemberantasan hama dan penyakit, dan
sebagainya.
2. Saat Panen
Saat panen buah kelapa tergantung pada kegunaan hasil
panen tersebut dan hal ini biasanya berkaitan erat dengan umur
buah kelapa. Bila keperluan untuk kelapa sayur (kelapa segar),
kopra dan untuk benih, maka buah kelapa yang akan dipanen
harus memenuhi syarat :
Umur buah berkisar 11-13 bulan, dimana ⅔ bagian kulit
buah telah kering.
Kulit buah telah berwarna kecoklatan.
Bila buah digoncang mengeluarkan bunyi.
Pada tahap kemasakan demikian, buah memiliki kadar kopra
dan minyak yang masinal. Kualitas kopra yang dihasilkan dari buah
tersebut adalah yang terbaik pula.
Sedangkan panen buah kelapa dengan tujuan untuk
mendapatkan buah kelapa muda (jawa = degan), maka buah harus
memenuhi syarat :
Umur buah berkisar 7 – 9 bulan.
Umumnya buah terdapat pada tandan buah dengan spiral 9
– 10.
Kulit buah halus, licin dan mengkilap.
3. Interval Panen
Interval panen (giliran petikan) dapat diartikan sebagai kurun
waktu yang diperlukan dari pelaksanaan panen pertama ke panen
berikutnya. Interval panen berhubungan dengan jumlah tenaga
kerja yang tersedia dan luas kebun dan biaya yang ada.
Di daerah tertentu dimana tenaga kerja tersedia cukup
banyak, panen dapat dilakukan setiap bulan atau bahkan lebih
cepat tetapi di daerah lain dengan jumlah tenaga kerja terbatas dan
pertanaman kelapa sangat luas biasanya panen dilaksanakan dua
bulan sekali dengan memetik dua tandan buah yang tertua.
Contoh perhitungan interval panen buah kelapa pada areal
pertanaman kelapa yang mempunyai 22.500 pohon produktif dan
direncanakan dapat dipanen setiap bulan. Jika hari efektif dalam
sebulan ada 25 hari serta tenaga kerja tersedia 15 orang, maka :
Pohon yang harus dipetik/hari kerja = 22.500/25 = 900
pohon.
Pohon yang dipetik/HK/pekerja = 900/15 = 60 pohon.
Jika tiap pohon dapat dipetik 5 buah, maka tiap pekerja per
hari kerja harus memetik buah = 60 x 5 = 300 buah kelapa.
Dengan perhitungan di atas, maka dengan menggunakan 15
tenaga kerja seluruh pohon produktif dapat dipanen setiap bulan.
Di pulau Jawa, panen kelapa dilaksanakan sebulan sekali.
Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya pencurian buah.
Perusahaan-perusahaan perkebunan kelapa di luar Jawa
melakukan panen dengan interval dua bulan sekali. Interval panen
ini bersamaan waktunya dengan giliran pangkas pada tanaman
pupuk hijau perdu yang penting untuk mulching. Sedangkan di
Sulawesi biasanya dilakukan interval panen tiga bulan sekali.
4. Cara Panen
Ada beberapa cara memetik buah yang dikenal. Pemetikan
buah yang umum dilakukan adalah :
Pohon dipanjat oleh pekerja yang terlatih. Untuk
memudahkan memanjat, pada batang biasa diadakan
kowakan-kowakan (tataran) pada jarak tiap ½ meter. Pada
142 pohon yang masih muda, seringkali luka-luka kowakan
ini menjadi tempat sarang hama kumbang kelapa.
Dengan menggunakan galah dimana terikat pisau/arit yang
tajam pada ujungnya. Cara ini biasa dilakukan kalau pohon
masih rendah. Pada pohon yang sudah tinggi, diperlukan
galah yang lebih panjang.
Di beberapa daerah di Sumatera dan Kalimantan (juga di
Malaysia dan Thailand) digunakan kera (Macacus
nemestrimus) yang terlatih untuk memetik buah. Dimana
sangat kurang tenaga pemetik yang terlatih, biasanya buah
dibiarkan jatuh sendiri (misalnya di kepulauan Samoa dan
British Guinea)
5. Banyaknya Hasil
Tinggi rendahnya hasil dipengaruhi oleh berbagai faktor,
antara lain :
varietas kelapa, yang masing-masing memiliki sifat genotipis
sendiri-sendiri
keadaan tanah dan iklim
keadaan air tanah
serangan hama dan penyakit, dan pemeliharaan tanaman
dan keadaan sekitarnya.
Pada keadaan kebun normal, tiap-tiap pohon dapat
memberikan hasil rata-rata 1,5-2,0 ton kopra per hektarnya
BAB III
KESIMPULAN