Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Tentang
MEMANEN KELAPA SAWIT

DISUSUN OLEH:
PITTO APRIYAND

kelas :
XII ATP1

SMKN 1 KOTO BARU


TAHUN AJARAN 2022/2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan yang sekarang ini banyak
diusahakan baik oleh petani pekebun maupun perusahan. Pekerjaan pemanenan merupakan
pekerjaan utama di perkebunan kelapa sawit karena langsung menjadi sumber pemasukan
uang bagi perusahaan melalui penjualan minyak kelapa sawit ( MKS ) dan inti kelapa sawit
( IKS ) . Tanaman kelapa sawit mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan setelah
penyerbukan. Tandan buah dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya
60% buah telah matang panen, yang dilapangan diperkirakan dalam 5 pohon terdapat 1
tandan buah matang panen. Hasil panen utama dari tanaman kelapa sawit adalah buah
kelapa sawit yang disebut tandan buah segar (TBS).
Memanen kelapa sawit merupakan salah satu kegiatan yang penting pada
pengelolaan tanaman kelapa sawit, keberhasilan panen akan menunjang pencapaian
produktivitas tanaman, sebaliknya kegagalan panen akan menghambat pencapaian
produktivitas tanaman kelapa sawit. Panen memerlukan teknik tertentu agar mendapatkan
hasil panen yang berkualitas. Cara yang tepat akan mempengaruhi kuantitas produksi,
sedangkan waktu yang tepat akan mempengaruhi kualitas produksi, kegiatan panen kelapa
sawit meliputi persiapan panen , kriteria matang panen , cara pelaksanaan panen , rotasi dan
sistem panen , kerapatan panen , penanganan buah selepas panen , pemeriksaan panen ,
pengangkutan TBS ke pabrik. Maka dari itu kelompok kami ingin membahas tentang proses
pemanenan yang baik dan benar agar diharapkan didapatkan hasil panen buah yang
memiliki kadar minyak yang tinggi dengan kadar ALB (asam lemak bebas) yang rendah .

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan keterangan serta
menjelaskan cara-cara yang baik dan benar di dalam pengelolaan panen , sehingga
didapatkan hasil panen buah yang memiliki kadar minyak yang tinggi dengan kadar ALB
(asam lemak bebas) yang rendah .
BAB II

METODOLOGI

Metodologi penulisan makalah ini dengan metode kepustakaan untuk mendapatkan informasi
dari berbagai sumber bacaan pustaka, jurnal ilmiah dan sumber bacaan terkait dengan materi ,
dan metode internet dengan mendapatkan informasi yang relevan dengan materi . Teknik
pengumpulan informasi di lakukan dengan mengkaji dan mengutip informasi dari sumber
bacaan pustaka , jurnal ilmiah serta penambahannya dari internet lalu dikaitkan .
BAB III

HASIL dan PEMBAHASAN

3.1 Persiapan panen

Persiapan panen merupakan pekerjaan yang mutlak dilakukan sebelum TBM


dimutasikan ke TM .Persiapan panen yang baik akan menjamin tercapainya target produksi
dengan biaya panen seminimal mungkin . Hal-hal yang perlu dilakukan di dalam persiapan
pelaksanaan pemanenan yaitu : (1) persiapan kondisi areal , (2) penyediaan tenaga
pemanen , (3) pembagian seksi potong buah dan (4) penyediaan alat-alat kerja . Persiapan
areal panen berhubungan dengan adanya mutasi dari TBM ke TM . Dalam keadaan
normal , perubahan TBM dan TM terjadi pada tahun ke tiga sesudah tanaman di tanam .
Mutasi TBM ke TM merupakan masa yang perlu mendapat perhatian , baik dari segi
lamanya masa TBM maupun persiapan yang perlu di kerjakan sebelum tanaman di panen .
Pekerjaan awal yang sangat mempengaruhi kuantitas dan kualitas hasil potong buah yaitu
kastrasi / tunas pasir . Disamping itu beberapa hal yang harus dilakukan dalam pekerjaan
awal potong buah sebagai berikut :

 Perbaikan jalan dan jembatan , baik di main maupun collection road .


 Pembersihan piringan tanaman , “ pasar tikus / rintis” dan rintis malang / tengah
 Pemasangan titi pasar tikus / rintis
 Pembuahan tempat pemungutan hasil ( TPH )
 Pembuatan tangga-tangga dan tapak kuda untuk areal berbukit .

Kebutuhan tenaga potong buah harus mengacu pada kebutuhan tenaga pada saat panen
puncak . Jumah tenaga potong buah dapat di peroleh dengan tetap memperhitungkan faktor
umur tanaman dan kerapatan buah . Adapun rumus yang di gunakan sebagai berikut :

Total luas areaTM (ha)


Jumlah tenaga potong buah =
6 x ( 1,5 sampai 4 ) ha

Apabila terjadi musim trek ( buah sedikit di pokok ) maka sebagian karyawan potong
buah dapat di pekerjakan di tunas pokok atau di lakukan pengaturan cuti tukang potong
buah .
Seksi potong buah harus di susun sedemikian rupa sehingga blok yang akan di panen
setiap hari menjadi terkonsentrasi ( tidak terpencar-pencar ) . Selain itu juga harus di
hindari adanya potongan-potongan ancak panen agar satu seksi selesai pada satu hari . Hal
ini bertujuan untuk mempermudah kontrol pekerjaan , meningkatkan output karyawan
potong buah , meningkatkan efisiensi transportasi buah , dan memudahkan pengaturan
keamanan produksi . Jumlah tenaga potong buah per mandoran antara 20-25 orang .
Jumlah mandoran per afdeling 1000 ha maksimum tiga mandoran .

Alat-alat kerja untuk potong buah yang akan digunakan berbeda berdasarkan tinggi
tanaman . Penggolongan alat kerja dibagi menjadi tiga bagian yaitu alat untuk memotong
TBS , alat untuk bongkar muat TBS dan alat untuk membawa TBS ke TPH . Alat untuk
memotong buah / TBS yaitu dodos kecil , dodos besar , pisau egrek , bambu egrek dan batu
asah .

 Dodos kecil berbentuk seperti tembilang dengan lebar mata 8 cm dan panjang mata 8
cm . Alat ini di pasang pada sepotong gagang kayu dengan panjang sekitar 1,5 m .
Dodos kecil digunakan sejak tanaman selesai di tunas pasir ( umur 3 tahun ) sampai
selesai ditunas selektif .
 Dodos besar berbentuk seperti tembilang dengan lebar mata 14 cm dan panjang mata
12 cm . Alat ini di pasang pada sepotong gagang kayu dengan panjang sekitar 1,5 m .
Dodos besar digunakan sejak tanaman selesai di tunas selektif sampai tanaman
mencapai 3 meter ( berumur sekitar 8 tahun ) .
 Pisau egrek berbentuk seperti pisau arit dengan panjang pangkal 20 cm , panjang pisau
45 cm dan sudut lengkung dihitung pada sumbu sebesar 135 0 .
 Bambu egrek merupakan gagang pisau egrek dengan panjang sekitar 10 m , tebal 1-1,5
cm , pangkal 5-7 cm . Setiap kebun dengan luas sekitar 5000 ha , harus menyediakan
lahan areal bambu minimum seluas 1,5 ha atau 160 rumpun bambu . Batu asah
digunakan untuk mengasah dodos dan pisau egrek supaya tetap terjamin ketajamannya
.
Alat untuk bongkar muat TBS yaitu gancu dan tojok/tombak . Gancu terbuat dari
besi beton dengan diameter 3/8 inci dan panjangnya di sesuaikan dengan kebiasaan
setempat . Sementara , tojok / tombak terbuat dari pipa besi dengan ujung besi beton
lancip dan panjangnya sekitar 1-1,5 m . Alat ini digunakan khusus untuk pemuatan
TBS ke dalam truk angkut buah .
Alat untuk membawa / mengangkat buah / TBS ke TPH yaitu angkong , goni eks-
pupuk , keranjang buah , pikulan dan tali nilon . Angkong adalah kereta soring satu
roda yang digunakan sebagai tempat atau wadah buah / TBS yang akan di bawa ke
tempat pengumpulan hasil ( TPH ) . Goni eks-pupuk digunakan sebagai tempat atau
wadah buah/TBS yang akan dibawa ke tempat pengumpulan hasil ( TPH ) atau
memuat brondolan ke alat transport . Keranjang buah digunakan sebagai tempat atau
wadah buah / TBS ( sebagai alternatif ) yang akan di bawa ke tempat pengumpulan
hasil ( TPH ) , Pikulan terbuat daru kayu , bambu atau cabang kelapa sawit yang
panjangnya berkisar 1,5-2 meter sebagai alat untuk memikul keranjang buah / goni
eks-pupuk . Tali nilon digunakan untuk mengikat goni eks-pupuk atau keranjang buah
ke pikulan dan mengikat pisau egrek ke bambu egrek .

Angkong

Dodos besar Dodos kecil


3.2 Kriteria matang panen

Menurut buku pintar mandor budidaya kelapa sawit , suatu areal sudah dapat di
panen apabila tanaman sudah berumur 30 bulan di lapangan , 60 % pohon telah
mempunyai buah yang siap panen , berat TBS > 3 kg . Ciri tandan yang matang yaitu ,
warna buah orange kemerahan , sudah ada buah yang lepas ( membrondol ) .

Gambar 1. Buah kelapa sawit mentah Gambar 2. Buah kelapa sawit matang

Tanaman kelapa sawit berbunga dan membentuk buah pada umur 2 – 3 tahun.
Buah akan menjadi masak sekitar 5 – 6 bulan setelah penyerbukan. Panen
dilakukan
pada saat buah kelapa sawit sudah matang yaitu kandungan minyak dalam tandan
buah segar (TBS) sudah maksimal. Buah yang tepat matang diartikan sebagai
buah
yang memberikan kualitas dan kuantitas minyak maksimal. Karena itu panen buah
sejauh mungkin disinkronkan dengan saat tercapainya kondisi tepat matang
tersebut.
Buah kelapa sawit yang matang ditandai dengan warna buah merah mengkilat dan
buah telah membrodol. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa seminggu sebelum
titik
tepat matang, kandungan minyak dalam mesokarp baru mencapai 73 % dari
potensinya. Artinya, sisa 27 % dari proses konversi terjadi hanya dalam waktu satu
minggu terakhir dari proses pematangan. Dengan demikian , bila dipanen satu
minggu sebelum tepat matang, petani kelapa sawit atau perusahaan akan kehilangan
27 % dari potensi produksinya. Uraian diatas memberikan gambaran kondisi
buah matang bersifat kritis karena menyangkut jangka waktu yang sangat pendek.
Sifat kritis tersebut menjadi sangat nyata lagi karena setelah buah melewati titik
tepat matang kualitas minyak kelapa sawit mulai menurun. Artinya dalam waktu
singkat buah akan menjadi lewat matang dan panen lewat matang akan merugikan
antara lain menyebabkan meningkatnya asam lemak bebas (Mangoensoekarjo S.,
Semangun S. 2003).
Dalam menentukan kematangan kelapa sawit dapat berdasrakan fraksi, dikenal
ada lima fraksi TBS. Berdasarkan fraksi TBS tersebut, derajat kematangan yang baik
adalah jika tandan-tandan yang di panen berada pada fraksi 2, dan 3.

Beberapa tingkat fraksi – fraksi TBS.

Fraksi Jumlah brondolan Tingkat kematangan


00 Tidak ada buah membrondol, buah berwarna Sangat mentah
hitam pekat
0 1 – 12,5 dari buah luar, buah berwarna hitam Mentah
kemerahan
1 12,5 – 25 % buah luar membrondol, buah Kurang matang
berwarna kemerahan
2 25 – 50 % buah luar membrondol, buah Matang I
berwarna merah mengkilat
3 50 – 75 % orangebuah luar membrondol, buah Matang II
berwarna
4 75 – 100 % orange buah luar membrondol, Lewat matang I
buah berwarna dominan
5 Buah bagian dalam ikut membrondol Lewat matang II

Hubungan fraksi panen, rendemen minyak dan asam lemak bebas ( ALB).

Fraksi panen Rendemen minyak (%) Kadar ALB (%)


0 16,0 1,6
1 21,4 1,7
2 22,1 1,8
3 22,2 2,1
4 22,2 2,6
5 22,9 3,8
Sumber : PPKS Medan
3.3 Cara pelaksanaan panen

Proses pemanenan kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tanda buah segar
(TBS), memungut brondolan, dan mengangkut dari pohon ke tempat pengumpulan hasil
(TPH) serta ke pabrik. Pelaksanaan panen dan pengangkutan ke pabrik tidak dilakukan
secara sembarangan, tetapi perlu dilakukan dengan baik sehingga diperoleh buah
dengan rendemen minyak yang tinggi dengan kualitas minyak yang baik. Pelaksanaan
panen adalah sebagai berikut :
- Berdasarkan tinggi tanaman, ada tiga cara panen yang umum dilakukan. Tanaman
yang tingginya 2 – 5 m dilakukan dengan cara jongkok dengan alat dodos, sedangkan
tanaman dengan ketinggian 5 – 10 m dipanen dengan cara berdiri dan menggunakan
alat dodos.Tanaman dengan tinggi lebih dari 10 m dilakukan dengan dengan egrek
dengan menggunakan arit bergagang panjang. Untuk memudahkan panen, sebaiknya
pelepah daun yang menyangga buah dipotong terlebih dahulu dan diatur rapih di
tengah gawangan. Tandan buah yang matang dipotong sedekat mungkin dengan
pangkalnya maksimal 2 cm.
- Tandan yang dipotong adalah tandan buah yang telah memenuhi kriteria matang
panen. Semua brondolan dikutip dan dikumpulkan setelah dibersihkan dari
sampah, brondolan yang bersih ditumpuk di tempat pengumpulan hasil (TPH)
dengan alas karung goni atau keranjang, tangkai TBS dipotong berbentuk V , TBS
diangkut ke TPH dan disusun dengan baik.
Gambar 2 . Seorang pemanen sedang
memanen tandan kelapa sawit yang telah
matang dengan egrek
3.4 Rotasi dan ancak panen

Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai panen
berikutnya pada tempat yang sama. Rotasi panen di afdeling / kebun diatur dan di
sesuaikan dengan hari kerja pabrik yakni sebagai berikut :

 6/7 : 6 hari memanen dengan rotasi 7 hari ( Senin-Sabtu ), biasanya hanya dilakukan
waktu musim panen puncak .
 5/7 : 5 hari memanen dengan rotasi 7 hari ( Senin – Jum’at )

Ancak panen adalah luasan yang menjadi tanggung jawab pemanen , Terdapat dua
sistem ancak panen, yaitu :
a. Sistem giring
Pada sistem ini, apabila suatu ancak telah selesai dipanen pemanen pindah ke
ancak
berikutnya yang telah siap dipanen, dan seterusnya. Sistem ini memudahkan
pengawasan pekerjaan para pemanen dan hasil panen lebih cepat sampai di TPH
dan pabrik. Namun ada kecenderungan pemanen akan memilih buah yang
mudah dipanen sehingga ada tandan buah atau brondolan yang tertinggal karena
pemanenan menggunakan sistem borongan.

b. Sistem tetap.
Sistem ini cocok untuk areal kebun yang sempit, topografi berbukit atau curam.
Pada sistem ini pemanen diberi ancak dengan luasan tertentu dan tidak berpindah-
pindah. Hal tersebut menjamin diperolehnya TBS dengan kematangan yang
optimal, sehingga rendemen minyak yang dihasilkannya tinggi. Namun
kelemahannya adalah buah lambat keluar dan lambat sampai pabrik.
3.5 Kerapatan panen

Kerapatan panen adalah sejumlah angka yang menunjukkan tingkat kerapatan


pohon matang panen di dalam satu ancak. Tujuan penentuan kerapatan panen adalah
untuk mendapatkan minimal satu tandan yang matang panen sehingga bermanfaat di dalam
mengatur kebutuhan tenaga pemanen. Sebagai contoh, kerapatan panen 1 : 5 artinya setiap
5 pohon akan ditemukan minimal satu tandan yang matang panen. Agar lebih akurat,
penetuan kerapatan panen dilakukan sehari sebelum panen buah.
Untuk menghitung kerapatan panen dalam satu ancak, dapat diambil beberapa
pohon sebagai sampel secara sistematis. Misal dalam satu blok atau group diambil 10
barisan tanaman, kemudian di dalam setiap barisan tersebut ditentukan sebanyak 10
pohon untuk contoh perhitungan. Dengan demikian dalam satu blok atau group
terdapat 100 pohon sampel. Selanjutnya pada setiap pohon tersebut dilakukan
perhitungan dan pencatatan tandan buah yang matang panen. Jika ternyata dalam satu
blok tersebut ditemukan 25 tandan yang matang panen, maka kerapatan panennya
adalah 25 : 100 atau 1 : 4. Hal ini berarti dalam 4 pohon terdapat satu tandan yang
matang panen. Pekerjan ini sedikit rumit, tetapi penggunaan tenaga kerja pada saat
pemanenan akan lebih efektif dan efisien.
3.6 Penanganan buah selepas panen

Penanganan buah selepas panen yang perlu mendapat perhatian adalah


pengangkutan buah dari pohon ke TPH , selanjutnya pengangkutan ke pabrik.
Penanganan buah yang baik akan dapat menjaga rendemen minyak tetap tinggi. Pada
waktu buah mencapai titik tepat matang, kandungan asam lemak bebas (ALB)
hanya sekitar 0,1 %, tetapi waktu sampai di lokasi pabrik kandungan ALB tersebut
dapat meningkat melampaui 2% bahkan kadang melampaui 3 %. Meningkatnya
kandungan ALB disebabkan oleh beberapa peristiwa :
 terjadi peningkatan akibat degredasi biologis buah yaitu proses buah menjadi lewat
matang.
 jatuhnya buah tandan ke tanah waktu dipanen sehingga terjadi goresan atau memar .
 sebagai akibat penanganan buah dalam rangka pengangkutan ke TPH dan
kemudian ke pabrik.
3.7 Pemeriksaan panen

Pemeriksaan panen dilakukan di lapangan dan di tempat pengumpulan hasil (TPH).


Pemeriksaaan di lapangan meliputi tandan matang tidak dipanen, tandan dipanen tidak
dikumpul, brondolana tertinggal di piringan pohon/ jalan pikul, buah tertinggal di
pelepah. Sedangkan pemeriksaan di TPH meliputi tanda afkir, tandah mentah,
cangkem kodok (huruf V), susunan tandan, kebersihan tandan dan brondolan.

3.8 Pengangkutan TBS ke pabrik

Tandan buah segar harus segera diangkut ke pabrik untuk diolah . Buah yang tidak
segera diolah akan mengalami kerusakan. Alat angkut yang dapat digunakan dari kebun
kepabrik diantaranya adalah lori, traktor, truk. Setelah TBS sampai di pabrik , segera
dilakukan penimbangan. Penimbangan penting dilakukan terutama untuk
mendapatkan angka – angka yang berkaitan dengan produksi, pembayaran upah
pekerja dan perhitungan rendemen minyak sawit.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dapat di simpulkan bahwa :

1. Memanen kelapa sawit merupakan salah satu kegiatan yang penting pada
pengelolaan tanaman kelapa sawit, keberhasilan panen akan menunjang pencapaian
produktivitas tanaman, sebaliknya kegagalan panen akan menghambat pencapaian
produktivitas tanaman kelapa sawit.

2. Cara panen yang tepat akan mempengaruhi kuantitas produksi ( ekstraksi ) , sedangkan
waktu yang tepat akan mempengaruhi kualitas produksi ( asam lemak bebas atau FFA ) .

3. Kegiatan pemanenan kelapa sawit meliputi : persiapan panen , kriteria matang panen, cara
pelaksanaan panen, rotasi dan ancak panen, kerapatan panen, penanganan buah selepas
panen, pemeriksaan panen, pengangkutan TBS ke pabrik
3.2 Saran

Ada beberapa saran yang ingin kami sampaikan yaitu :

1. mengajak teman-teman untuk praktek langsung memanen kelapa sawit

Anda mungkin juga menyukai