Anda di halaman 1dari 18

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016

MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN


AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

BAB XIII
PANEN DAN PASCA PANEN TANAMAN PERKEBUNAN

Made Same

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
2016
BAB XIII. PANEN DAN PASCA PANEN TANAMAN PERKEBUNAN

1.1 Kompetensi Inti: Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan kognitif berdasarkan rasa ingin tahunya ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam bidang kerja agribisnis tanaman perkebunan

1.2 Kompetensi Dasar: 1. Melaksanakan pemanenan tanaman perkebunan


2. Melaksanakan pasca panen tanaman perkebunan

1.3 Uraian Materi

A. Panen dan Pasca Panen Kelapa Sawit


Pelaksanaan panen adalah prioritas yang sangat tinggi pada suatu perkebunan. Hal
ini penting karena kehilangan atau kerusakan buah akan berpengaruh secara langsung
terhadap pendapatan. Pelaksanaan panen yang teratur dan bersih meng-hasilkan
minyak dan kernel dengan fraksi yang besar, serta menjaga mutu dengan tingkat asam
lemak bebas (ALB) yang rendah. Jadi secara umum pengelolaan panen adalah bagaimana
menentukan waktu panen yang tepat untuk mendapatkan kandung-an minyak yang tinggi
dengan kadar ALB yang rendah sesuai dengan standar yaitu < 3,5%.
Panen adalah pemotongan tandan buah dari pohon hingga pengangkutan ke pabrik.
Untuk mengetahui apakah suatu areal tertentu sudah mencapai produksi optimum atau
belum diperlukan data pembanding dari suatu areal/blok yang dipeli-hara secara
opttimal. Sistem ini kenal dengan istilah Praktik manajemen terbaik (PMT) yang akan
memberikan data produksi dari blok tanaman yang dipelihara secara optimal.

1) Kriteria Matang Panen


Kriteria matang panen ditentukan dengan melihat perubahan warna dan buah
yang membrondol dari tandan. Proses perubahan warna pada tandan buah adalah dari
kehitaman/ungu menjadi orange. Krteteria berdasarkan buah yang membrondol adalah 2
brondolan/kg tandan untuk tandan buah yang beratnya > 10 kg, dan 1 brondolan/kg
tandan untuk tandan buah yang beratnya < 10 kg.
Mutu buah panen ditentukan berdasarkan fraksi matang panen yang terdiri atas 7
kelas (Tabel 25). Fraksi panen ini sangat penting untuk menilai rendemen minyak dan
1
kadar asam lemak bebas (ALB). Semakin tinggi fraksi matang panen rendemen minyak
semakin tinggi, tetapi mutu minyak semakin jelek karena naiknya kadar ALB yang tinggi.
Hubungan antara fraksi, rendemen, dan mutu minyak sawit dapat dilihat pada Tabel 26.

Tabel 1. Fraksi matang panen pada tanaman kelapa sawit

Fraksi
Kreteria matang buah Derajat kematangan
panen
00 Tidak ada buah membrondol, buah berwarna Sangat mentah
hitam pekat
0 1—12,5% buah luar membrondol, buah Mentah
berwarna hitam kemerahan
1 12,5—25% buah luar membrondol, buah Kurang matang
berwarna kemerahan
2 25—50% buah luar membrondol, buah Matang
berwarna merah mengkilat
3 50—75% buah luar membrondol, buah Matang
berwarna orange
4 75—100% buah luar membrondol, buah Lewat matang
berwarna dominan orange
5 Buah bagian dalam ikut membrondol Lewat matang

Tabel 2. Hubungan fraksi matang panen, rendemen minyak, dan ALB

Fraksi matang panen Rendemen minyak Kadar ALB


0 16,0 1,6
1 21,4 1,7
2 22,1 1,8
3 22,2 2,1
4 22,2 2,6
5 22,9 3,8

2) Pelaksanaan Panen
Pemotongan buah merupakan kegiatan utama di perkebunan kelapa sawit karena
langsung menjadi sumber pemasukan uang bagi perusahaan melalui penjualan minyak
(Crude palm oil=CPO) dan inti kelapa sawit (kernel) atau minyak kernel (Palm kernel
oil=PKO). Dengan demikian pengelolaan panen meliputi pengambilan buah dari pokok
pada tingkat kematangan yang sesuai dan mengantarkannya ke pabrik sebanyak-

2
banyaknya dengan cara dan waktu yang tepat (rotasi dan transport) tanpa menimbulkan
kerusakan pada tanaman.
Dalam kegiatan panen untuk mencapai hasil yang optimal seperti yang telah
dikemukakan di atas, maka perlu dijelaskan tentang beberapa kegiatan, yaitu persiapan
panen, kreteria matang panen, rotasi panen, sistem panen, dan sarana panen.

a. Persiapan panen
Persiapan panen yang akurat akan memperlancar pelaksanaan panen sehingga
dapat menjamin tercapainya target produksi dengan biaya panen seminimal mungkin.
Persiapan panen meliputi kebutuhan tenaga kerja, peralatan, pengangkutan, dan
kerapatan panen, serta sarana panen. Persiapan tenaga meliputi jumlah tenaga kerja dan
ketrampilannya. Kebutuhan tenaga kerja bergantung pada keadaan topografi, kerapatan
panen dan umur tanaman.
Secara umum tenaga panen berkisar antara 0,08—0,09 HK/ha. Kebutuhan alat
pengangkut disesuaikan dengan produksi dan jarak tempuh dari kebun ke pabrik.
Peralatan panen yang digunakan adalah chisel (dodos), kampak, dan egrek. Sara panen
meliputi jalan panen/jalan pikul, tangga panen, dan TPH.
Sarana panen, seperti jalan pikul dibuat setiap dua barisan tanaman dengan lebar
1 m, sedangkan TPH dibuat secra bertahap. Pada tahap awal dibuat satu TPH untuk 3
jalan pikul (6 baris tanaman), kemudian satu TPH untuk 2 jalan pikul, dan satu TPH untuk
setiap jalan pikul. Ukuran TPH 3 m x 2 m.
Rotasi panen adalah lamanya waktu yang diperlukan antara panen dengan panen
berikutnya pada ancak panen yang sama. Rotasi panen yang sesuai dengan
perkembangan buah adalah 7 hari. Secara umum panen tandan buah kelapa sawit
dilakukan 5 hari seminggu (Senen s/d Jumat) disebut sistim panen 5/7. Rotasi panen
tergantung kerapatan buah dan kapasitas pemanen sehingga apabila produksi tinggi hari
panen ditambah

3
b.Sistem ancak panen
Penentuan sistim ancak panen bergantung pada keadaan topografi lahan dan
ketersedian tenaga kerja. Sistem ancak panen terdiri atas dua sistim yaitu ancak tetap
dan ancak giring.
Sistem ancak tetap adalah setiap pemanen diberi ancak panen yang sama dengan
luasan tertentu dan harus selesai pada hari tertentu. Kelebihan sistim ini buah matang
tidak tertinggal di pohon dan brondolan dikutip kerena pemanen bertanggung jawab
terhadap ancaknya dan mudah dikontrol kualitasnya. Sedangkan kelemahannya adalah
buah terlambat sampai di TPH sehingga akan terlambat juga sampai di pabrik
Sistem ancak giring adalah setiap pemanen diberi ancak per baris tanaman dan
digiring bersama-sama. Kelebihan sistim ini pelaksanaan panen lebih cepat dan buah
cepat sampai di TPH sehingga buah cepat sampai di pabrik. Sedangkan kekurangan sistim
ini adalah pemanen akan memilih buah yang mudah dipanen sehingga ada buah dan
brondolan yang tertingga, pemanen memotong buah tanpa memotong pelepah, dan
pengontrolan kualitas lebih sulit.
Saat pemanenan, nomor ancak (pancang panen) harus selalu terpasang di jalan
pikul (pasar tikus) yang akan diancaknya. Hal ini perlu untuk memudahkan pengontrolan
oleh asisten, mandor-I, maupun mandor panen. Pemotongan buah biasanya diikuti
pemotongan pelepah di bawah tandan buah , yaitu untuk tanaman tua dibolehkan
memotong semua pelepah yang menyangga tandan buah, tetapi pada tanaman muda
pemotongan buah harus dilakukan tanpa pemotongan pelepah.

c. Kerapatan panen
Kerapatan panen adalah jumlah pohon yang dapat dipanen (jumlah tandan
matang panen) dari suatu luasan tertentu. Angka kerapatan panen (AKP) dipakai untuk
memprediksi produksi, kebutuhan tenaga panen, kebutuhan truk, dan pengolahan TBS
pada esok harinya. Kegunaan perhitungan kerapatan panen adalah untuk memprediksi
produksi tanaman, menetapkan angka kerapatan panen (AKP), dan jumlah pemanen.

4
Perhitungan perkiraan produksi (P) adalah hasil perkalian antara jumlah pohon
(JP), AKP (tandan) dan rerata berat tandan (RBT) atau
P = AKP x RBT x JP,

dimana:
AKP = jumlah tandan matang panen : jumlah pohon yang
diamati
Jumlah pemanen = perkiraan produksi : prestasi pemanen.
Sistem perhitungan kerapatan panen terdiri atas 2 yaitu:
 Sistem terpusat yakni pohon contoh ditetapkan pada dua baris tanaman di tengah
blok, baris tanaman di pinggir jalan atau batas blok tidak dipakai.
 Sistem menyebar yakni pohon contoh ditetapkan secara sistematis dengan selang
baris dan pohon contoh tergantung jumlah pohon yang akan diamati.

d. Cara panen
Tugas pemanen adalah mengamati buah matang panen di pohon, memotong
tandan buah matang panen, dan mengutip brondolan serta membawa TBS ke TPH.
Tandan buah dipotong tandas (mepet) dengan menggunakan chisel (untuk umur tanaman
yang akan dipanen 3—5 tahun), kampak (6—8 tahun), atau egrek (>8 tahun). Alat-alat
panen dapat dilihat pada Gambar 48. Tangkai bekas potongan pada TBS dibuang dengan
membentuk potongan seperti huruf V, sehingga tidak ada tangkai tandan yang terbawa
ke pabrik.

Jika jumlah pelepah kurang dari standar pelepah yang harus dipertahankan tidak
dilakukan pemotongan pelepah, tetapi jika jumlah pelepah lebih dari standar (48—56)
pelepah yang menyangga buah tersebut di potong. Pelepah yang ditunas dipoptong
menjadi 2—3 bagian dan diletakkan di gawangan mati. Buah diangkut ke TPH dan
disusun membentuk baris (5—10/baris) dengan tangkai menghadap ke atas, serta diberi
tanda kode pemanen.pada bekas potongan tangkai. Hindari perlukaan pada TBS sehingga
dapat meningkatkan kadar ALB. Secara umum persentase ALB setelah dipotong 0,2—
0,7% dan setelah jatuh ke tanah dapat meningkat menjadi 0,9—1,0% setiap 24 jam.
Berondolan yang ada di piringan pohon dan ketiak pelepah dikutip dan diangkut ke TPH
dengan menggunakan karung. Brondolan ditumpuk di sebelah tumpukan tandan dan
5
diberi alas . Tandan dan brondolan harus bersih dari pasir, sampah, tangkai tandan dan
kotoran lainnya. Tandan kosong jangan dibawa ke pabrik, tinggal kan di lapangan
(gawangan mati).

e. Kapasitas panen
Kapasitas panen bergantung pada produksi tanaman per hektar yang dihubung-kan
dengan umur tanaman (tinggi), topografi, kerapatan pohon, dan premi yang dise-diakan
serta musim panen (puncak/kecil). Berdasarkan umur dan produksi tanaman, maka dapat
diberikan standar kapasitas pemanen yang disebut basis borong (BB) atau prestasi normal
(PN). Secara umum basis borong dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kapasitas dan basis borong pemanen

Produksi TBS (ton/ha/thn) Kapasitas kerja/hari (kg/HK) BB /PN (kg)


<2,5 400 -
3,0-6,0 500 250
6,0-12,0 600 300
12,0-18,0 700 350
18,0-22,0 800 400
22,0-25,0 900 400
>25,0 900 450

f. Premi panen
Pembuatan dan penetapan sistem premi panen harus didasarkan pada biaya panen
per kg TBS sesuai anggaran tahun berjalan dan sistem premi sebelumnya. Besaran premi
panen diusahakan tetap sesuai dengan anggaran, tetapi tetap menarik bagi pemanen.
Memberikan penghargaan berupa uang atas kelebihan prestasi kerjanya, dalam
bentuk harga TBS per kg dari TBS kelebihan BB yang disebut nilai prestasi mutu (NPM)
dan nilai premi kerajinan (NPK). Bagi pemanen yang prestasi kerjanya tidak memenuhi
standar diberi sangsi.
Pemeriksaaan hasil panen di lakukan di lapangan dan di TPH. Pemeriksaan di
lapangan meliputi : tandan matang tidak dipanen, tandan dipanen tidak dikumpul,
brondolan tertinggal di piringan pohon/jalan pikul, buah tertinggal di pelepah, tebasan
dan rumpukan pelepah. Pemeriksaan di TPH meliputi: tandan afkir, tandan mentah,
huruf V, susunan tandan, kebersihan tandan dan brondolan. Pemeriksaan mengguna-kan
6
sampel yang diambil pada setiap 2 jalan pikul per ancak panen, sedangkan pada TPH
diambil sampel sebanyak 10-20 tandan/pemanen. Pemeriksaan dilakukan oleh mandor
panen, mandor I, kerani, dan asisten.
Pencatatan jumlah tandan buah di TPH dilakukan bersama-sama dengan krani
panen dan mandor panen, kemudian dilaporkan kepada mandor I, selanjutnya kepada
asisten untuk permintaan pengangkutan kepada seksi transport. Pencatatan dan
pelaporan meliputi jumlah tandan/TPH, TPH (jumlah dan nomor), dan nomor blok,
sehingga dapat diketahui kebutuhan truk.
Buah diangkut ke pabrik ,diperiksa dan ditimbang. Hasilnya dilaporkan ke afdeling
bersangkutan. Buah yang telah dipanen harus terangkut ke pabrik pada hari itu juga
(jangan meninggalkan buah di kebun).

B. Panen dan Pasca Panen Karet


Penyadapan merupakan salah satu kegiatan pokok dari pengusahaan tanaman
karet. Tujuannya adalah membuka pembuluh lateks pada kulit pohon agar lateks
cepat mengalir. Kecepatan aliran lateks akan berkurang bila takaran cairan lateks pada
kulit berkurang.
Kulit karet dengan tinggi 260 cm dari permukaan tanah merupakan modal
petani karet untuk memperoleh pendapatan selama kurun waktu sekitar 30 tahun.
Oleh sebab itu, penyadapan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak kulit
tersebut. Jika terjadi kesalahan dalam penyadapan maka produksi lateks akan berkurang.
Untuk memperoleh hasil sadap yang baik, penyadapan harus mengikuti aturan
tertentu agar diperoleh produksi yang tinggi, menguntungkan, serta berkesinambungan
dengan tetap memperhati-kan faktor kesehatan tanaman. Beberapa aturan yang perlu
diper-hatikan dalam penyadapan adalah sebagai berikut:
1) Penentuan Matang Sadap

Sebelum dilakukan penyadapan harus diketahui kesiapan atau kematangan pohon


karet yang akan disadap. Cara menentukan kesiapan atau kematangannya adalah dengan
melihat umur dan mengukur lilit batangnya.

Kebun karet yang memiliki tingkat pertumbuhan normal siap disadap pada umur
lima tahun dengan masa produksi selama 25 - 35 tahun. Namun, hal ini dianggap tidak

7
tepat karena adanya faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman,
tetapi tidak tampak dan tidak bisa dikontrol oleh manusia. Seandainya memungkinkan,
pohon karet yang masih berumur di bawah lima tahun pun sudah bisa disadap. Akan
tetapi, hampir semua tanaman rata-rata bisa disadap di atas umur lima tahun.

Melihat kekurangan seperti yang diuraikan di atas maka penentuan matang


sadap dengan memperhatikan umur tanaman hanya dijadikan sebagai dasar, bukan
sebagai patokan mutlak. Artinya, umur menjadi dasar untuk melihat kematangan pohon
dengan cara lainnya, yaitu mengukur lilit batang.
Pengukuran lilit batang merupakan cara yang dianggap paling tepat untuk
menentukan matang sadap. Pohon karet siap sadap adalah pohon yang sudah memiliki
tinggi satu meter dari batas pertautan okulasi atau dari permukaan tanah untuk tanaman
asal biji dan memiliki lingkar batang atau lilit batang 45 cm. Kebun karet mulai disadap
bila 55% pohonnya sudah menunjukkan matang sadap. Jika belum mencapai 55% maka
sebaiknya penyadapan ditunda. Penyadapan yang dilakukan sebelum mencapai
persentase tersebut akan mengurangi produksi lateks dan akan mempengaruhi
pertumbuhan pohon karet.
Kebun yang dipelihara dengan baik biasanya memiliki 60 - 70% jumlah tanaman
berumur 5 - 6 tahun yang berlilit batang 45 cm.

2) Pelaksanaan Penyadapan
Kulit karet yang akan disadap harus dibersihkan terlebih dahulu agar
pengotoran pada lateks dapat dicegah sedini mungkin. Dalam pelaksanaan penyadapan
ada hal- hal yang harus diperhatikan, yaitu ketebalan irisan, kedalaman irisan, waktu
pelaksanaan, dan pemulihan kulit bidang sadap.
a. Ketebalan irisan sadap
Lateks akan mengalir keluar jika kulit batang diiris. Aliran lateks ini semula cepat,
tetapi lambat laun akan menjadi lambat dan akhirnya berhenti sama sekali. Lateks
berhenti mengalir karena pembuluhnya tersumbat oleh lateks yang mengering. Jenis klon
berpengaruh pada cepat lambatnya penyumbatan pada pembuluh lateks. Untuk
mengalirkan lateks kembali, pembuluh lateks harus dibuka dengan cara mengiris kulit
pohon karet.

8
Pengirisan kulit tidak perlu tebal. Pemborosan dalam pengirisan kulit berarti akan
mempercepat habisnya kulit batang karet yang produktif sehingga masa produksinya
menjadi singkat.
Tebal irisan yang dianjurkan adalah 1,5 - 2 mm. Konsumsi kulit per bulan atau
pertahun ditentukan oleh rumus sadap yang digunakan. Contoh rumus sadap: S/2, d/2,
100%; S/l, d/4, 100%; atau S/2, d/3, 67%. Arti dari rumus tersebut adalah S/2 berarti
penyadapan setengah lingkaran batang pohon, d/2 artinya pohon disadap 2 hari sekaii,
dan 100% artinya intensitas sadapan. Bila disadap setiap 2 hari sekali maka kulit karet
yang terpakai 2,5 cm/bulan atau 10 cm/kuartal atau 30 cm/tahun. Jika disadap 3 hari
sekali maka kulit karet yang terpakai adalah 2 cm/bulan atau 8 cm/kuartal atau
24 cm/tahun.
Agar lebih mudah dikontrol maka pada bidang sadap atau kulit pohon karet
biasanya diberi tanda-tanda pembatas untuk melakukan pengirisan. Tanda-tanda ini
biasanya dibuat untuk konsumsi per kuartal atau per 2 bulan dengan jumlah tanda 2 -
3 buah.
b. Kedalaman irisan sadap
Jika tebal irisan berpengaruh pada banyaknya kulit yang dikonsumsi pada saat
penyadapan maka tebalnya irisan sangat berpengaruh pada jumlah berkas pembuluh
lateks yang terpotong. Semakin dalam irisannya, semakin banyak berkas pembuluh lateks
yang terpotong. Ketebalan kulit hingga 7 mm dari lapisan kambium memiliki pembuluh
lateks terbanyak. Oleh sebab itu, sebaiknya penyadapan dilakukan sedalam mungkin,
tetapi jangan sampai menyentuh lapisan kambiumnya.
Kedalaman irisan yang dianjurkan adalah 1 - 1,5 mm dari lapisan kambium. Bagian ini
harus disisakan untuk menutupi lapisan kambium. Jika dalam penyadapan lapisan
kambium tersentuh maka kulit pulihan akan rusak dan nantinya berpengaruh pada
produksi lateks.
Pada sadapan berat atau sadapan mati, kedalaman sadapan harus kurang dari 1
mm sisa kulit. Penyadapan yang terlalu dangkal menyebabkan berkurangnya berkas
pembuluh lateks yang terpotong, terutama bagian dalam yang merupakan bagian yang
paling banyak mengandung pembuluh lateks. Dengan berkurangnya pembuluh lateks
yang teriris maka jumlah lateks yang keluar semakin sedikit.
9
Untuk mengetahui apakah lapisan kambium sudah terlalu dekat, biasanya penyadap
menggunakan quadri atau sigmat. Ujung yang tajam dari alat ini ditusukkan pada sisa kulit
batang. Bila jarum quadri atau sigmat telah masuk semuanya ke dalam sisa kulit batang
dan masih terasa lunak maka kulit sisa yang menutupi kambium masih lebih dari 1,5 mm.
Bila terasa keras maka kulit sisanya sekitar 1,5 mm. Pengukuran kedalaman irisan sadap
sangat besar pengaruhnya terhadap kelanjutan produksi dari pohon karet yang
bersangkutan.
c. Waktu penyadapan
Lateks bisa mengalir keluar dari pembuluh lateks akibat adanya turgor. Turgor
adalah tekanan pada dinding sel oleh isi sel. Banyak sedikitnya isi sel berpengaruh pada
besar kecilnya tekanan pada dinding sel. Semakin banyak isi sel, semakin besar pula
tekanan pada dinding sel. Tekanan yang besar akan memperbanyak lateks yang keluar
dari pembuluh lateks. Oleh sebab itu, penyadapan dianjurkan dimulai saat turgor
masih tinggi, yaitu saat belum terjadi pengurangan isi sel melalui penguapan oleh daun
atau pada saat matahari belum tinggi.
Penyadapan hendaknya dilakukan pada pagi hari antara pukul 5.00 - 6.00 pagi.
Sedangkan pengumpulan lateksnya dilakukan antara pukul 8.00 - 10.00.
d. Pemulihan kulit bidang sadap
Pemulihan kulit pada bidang sadap perlu diperhatikan. Salah dalam penentuan
rumus sadap dan penyadapan yang terlalu tebal atau dalam akan menyebabkan
pemulihan kulit bidang sadap tidak normal. Hal ini akan berpengaruh pada produksi
ataupun kesehatan tanaman. Bila semua kegiatan pendahuluan dilakukan dengan baik
dan memenuhi syarat maka kulit akan pulih setelah enam tahun. Dalam praktik, kulit
pulihan bisa disadap kembali setelah sembilan tahun untuk kulit pulihan pertama dan
setelah delapan tahun untuk kulit pulihan kedua. Penentuan layak tidaknya kulit pulihan
untuk disadap kembali ditentukan oleh tebal kulit pulihan, minimum sudah mencapai 7
mm.

3) Frekuensi dan Intensitas Sadapan


Frekuensi sadapan merupakan selang waktu penyadapan dengan satuan waktu
dalam hari (d), minggu (w), bulan (m), dan tahun (y). Satuan ini tergantung pada sistem
10
penyadapannya. Bila penyadapan dilakukan terus- menerus setiap hari maka penyadapan
tersebut ditandai dengan d/1. Sedangkan bila dilakukan dengan selang dua hari maka
waktunya ditandai dengan d/2, demikian seterusnya.
Pada sadapan berkala atau secara periodik, lamanya penyadapan ditandai dengan
bilangan yang dibagi, sedangkan lamanya putaran atau rotasi sampai kulit disadap
kembali ditandai dengan bilangan pembagi. Sebagai contoh : 3 w/9 berarti
disadap selama 3 minggu dalam waktu 9 minggu atau masa istirahatnya 6 minggu.
Pada sadapan yang berpindah tempat, kulit batang disadap pada dua bidang sadap
yang berbeda dengan cara bergantian menurut selang waktu tertentu.Tanda dari
sistem ini adalah perkalian dua faktor yang ditulis di antara tanda kurung. Kedua faktor
itu adalah jumlah bidang sadap yang terpakai dan nilai bagi dari lamanya penyadapan.
Sedangkan angka pembaginya adalah lamanya rotasi sadapan.
Perlu diperhatikan bahwa intensitas sadap 400%, disebut intensitas penyadapan
berat atau sadapan mati. Pohon yang baru saja disadap biasanya intensitas sadapnya
sebesar 67% dan baru bisa mencapai 100% pada tahun ketiga.

4) Sistem Eksploitasi
Sistem eksploitasi tanaman karet adalah sistem pengambilan lateks yang mengikuti
aturan-aturan tertentu dengan tujuan memperoleh produksi tinggi, secara ekonomis
menguntungkan, dan berkesinambungan dengan memperhati-kan kesehatan tanaman.
Saat ini dikenal dua sistem eksploitasi, yaitu konven- sional dan stimulasi. Sistem
eksploitasi konvensional merupa-kan sistem sadap biasa tanpa perangsang (stimulan),
sedangkan sistem eksploitasi stimulasi merupakan sistem sadap kombinasi dengan
menggunakan perangsang.
Selain kedua sistem sadap tersebut, ada pula sistem sadap lain yang disebut
sistem sadap tusuk atau sistem sadap mikro. Sistem ini merupakan sistem tusukan
pada jalur kulit yang telah diberi perangsang.
a. Sistem eksploitasi konvensional
Sistem ini paling luas penggunaannya, baik oleh perkebunan besar maupun
perkebunan rakyat. Sistem ini memiliki kelebihan, antara lain tidak tergantung pada
perangsang dan sesuai dengan keadaan tanaman walaupun kurang baik

11
pertumbuhannya. Sedangkan kelemahannya adalah kulit bidang sadap akan cepat
habis, kemungkinan kerusakan kulit bidang sadap lebih besar, tenaga kerja yang
dibutuhkan lebih banyak, dan sangat sulit meningkatkan produksi jika diinginkan.
Jangka waktu yang digunakan untuk sistem eksploitasi konvensional adalah 30 tahun.
b. Sistem eksploitasi stimulasi
Pelaksanaan sistem ini lebih berat dibanding sistem konvensional. Tidak semua
klon karet bisa disebut baik jika disadap dengan sistem stimulan. Di antara banyak
klon karet yang ada, masih ada yang tidak dapat memberi respons yang baik
terhadap rangsangan. Sebagai patokan, jika kadar karet kering lateks lebih kecil dari
30% maka responsnya terhadap rangsangan tidak baik.
Pemberian rangsangan dengan maksud meningkatkan produksi dapat dilakukan
pada pohon karet yang telah berumur lebih dari 15 tahun. Jika menggunakan sistem
sadap intensitas rendah (S/2, d/4, 50% atau S/2, d/3, 67%) penggunaan rangsangan bisa
dimulai pada tanaman yang berumur 10 tahun.
Pemberian rangsangan tanpa menurunkan intensitas sadapan akan
mempengaruhi pertumbuhan tanaman, terutama tanaman muda. Oleh karena itu,
pemberian rangsangan pada tanaman muda tidak dianjurkan. Bahan perangsang lateks
yang biasa dipakai adalah yang berbahan aktif ethephon dengan merek dagang
Ethrel, ELS, dan Cepha.
Pemberian rangsangan pada pohon karet ada tiga cara. Masing-masing
sebagai berikut:

a) Untuk sadap bawah, bahan perangsang dioleskan tepat di bawah irisan sadapan.
Sedangkan untuk sadap atas, bahan perangsang dioleskan tepat di atas irisan
sadapan. Sebelum dioles dengan perangsang, kulit pohon perlu dikerok terlebih
dahulu.
b) Bahan perangsang dioleskan pada alur sadapan.
c) Bahan perangsang dioleskan pada bidang sadap, yaitu pada lapisan kulit yang tersisa
di atas kambium. Cara ini biasanya dilakukan pada tanaman yang akan diremajakan
sekitar 5 tahun kemudian.
Dari ketiga cara di atas, yang umum dilakukan oleh para penyadap adalah cara

12
pertama. Jangka waktu pemberian rangsangan pada alur sadapan adalah dua minggu
sekali atau sebulan sekali. Sedangkan pada kulit atau bidang sadap, rangsangan
diberikan setiap bulan atau dua bulan sekali. Cara dan frekuensi pemberian rangsangan
dapat mempengaruhi jumlah perangsang yang akan diberikan. Sebagai contoh, pada
pemberian dua bulan sekali, jumlah perangsang yang dibutuhkan adalah 1,5 - 2 g.
Jumlah bahan aktif setiap kali pemberian rangsangan dapat dihitung dengan rumus:
(berat perangsang x % formulasi x 1.000 mg). Misalnya : Dalam 2 g Ethrel dengan
formulasi 5% terdapat: (2 x 5/100 x 1.000) = 1.000 mg bahan aktif.

Bahan perangsang yang diperlukan pada sistem alur sebanyak 0,5-1g setiap kali
pengolesan. Dengan memper- hatikan frekuensi pemberian bahan perangsang dan
rumus sadap maka lebar jalur atau bidang yang bisa diolesi dapat ditentukan. Bila
pemberian setiap bulan sekali dengan rumus sadap S/2, d/2 maka lebar bidang
pengolesan adalah 15 x 1 - 1,5 mm = 15-22,5 mm. Sedangkan bila pemberiannya
setiap dua bulan sekali dengan rumus sadap yang sama maka lebar bidang
pengolesannya adalah 30 x 1 - 1,5 mm = 30 – 45 mm. Yang perlu diperhatikan
adalah setiap batas kulit yang diolesi harus diberi tanda.
Walaupun kelihatannya pemberian rangsangan ini sangat mudah, tetapi hal-hal yang
perlu diperhatikan didalam pemberian rangsangan sebagai berikut.
(1) Jangan menggunakan intensitas sadapan lebih dari 100% pada setiap kali
akan menggunakan bahan perangsang.
(2) Jangan menggunakan bahan perangsang pada saat terjadi gugur daun
dan pembentukan daun baru, atau pada pertengahan musim hujan.
(3) Jangan menggunakan bahan perangsang pada tanaman karet yang kerdil,
tanaman dengan pertumbuhan yang kurang baik, atau pada pemulihan
kulit yang kurang baik.
(4) Pemupukan dilakukan lengkap dengan dosis kalium : (K) yang lebih
banyak dari biasanya (tanpa perangsang) pada waktu 4-6 bulan
sebelum distimulasi. Selama pelaksanaan stimulasi jangka panjang,
pemupukan dilakukan lebih baik agar tanaman mampu mempertahankan
atau meningkat-kan produksinya.
13
(5) Pemberian bahan perangsang hanya dianjurkan pada tanaman
berumur di atas 15 tahun atau pada kulit pulihan.
(6) Jangan melakukan stimulasi terus-menerus selama masa produksi sebab
akan menurunkan produksi dan tanaman menjadi lemah. Stimulasi
dilakukan selama 6 tahun saat produksi karet masih maksimal.

C. Panen dan Pasca Panen Kakao

1) Pemetikan dan Sortasi Buah


a. Buah kakao dipetik apabila sudah cukup masak, yakni ditandai dengan adanya
perubahan warna kulit buah. Buah ketika mentah berwarna hijau akan berubah
menjadi kuning pada waktu masak, sedangkan yang berwarna merah akan
berubah menjadi jingga pada waktu masak.
b. Pada satu tahun terdapat puncak panen satu atau dua kali yang terjadi 5 - 6 bulan
setelah perubahan musim. Pada beberapa negara ada yang panen sepanjang musim.
c. Buah hasil pemetikan dipisahkan antara yang baik dan yang jelek. Buah yang
jelek berupa buah yang kelewat masak, yang terserang hama penyakit, buah
muda atau buah yang lewat masak. Frekuensi pemanenan ditentukan oleh jumlah
buah yang masak pada satu periode pemanenan. Jumlah minimum fermentasi
adalah 100 kg buah segar. Petani biasanya memanen 5 - 6 kali pada musim
puncak panen dengan interval satu minggu.
2) Pemeraman dan Pemecahan Buah

a. Pemeraman dilakukan selama 5 - 12 hari tergantung kondisi setempat dan


pematangan buah, dengan cara (a). Mengatur tempat agar cukup bersih dan
terbuka, (b). Menggunakan wadah pemeraman seperti keranjang atau karung
goni, (c). Memberi alas pada permukaan tanah dan menutup permukaan
tumpukan buah dengan daun-daun kering. Cara ini menurunkan jumlah biji
kakao rusak dari 15% menjadi 5%.
b. Pemecahan buah dapat dilakukan dengan pemukul kayu, pemukul
berpisau atau hanya dengan pisau apabila sudah berpengalaman. Selama
pemecahan dilakukan sortasi buah dan biji basah. Buah yang masih mentah, yang
diserang hama tikus atau yang busuk sebaiknya dipisahkan.

14
c. Penyimpanan buah sebelum fermentasi hal yang baik dilakukan. Di Malaysia
penyimpanan dan penghamparan buah sebelum fermentasi akan menghasilkan
biji kakao yang bercita rasa coklat lebih baik.
d. Kadar kulit buah berkisar 61.0 – 86.4% dengan rata-rata 74.3%. dan kadar biji
segar 39.0%-13.6% dengan rata- rata 25.7%.
e. Setelah pemecahan buah, biji superior dan inferior dimasukkan kedalam
karung plastik dan ditimbang untuk menentukan jumlah hasil pemanenan. Di
pabrik, biji ditimbang ulang untuk melihat bobot penyusutannya. Pemeriksaan
mutu dilakukan sebelum difermentasi.

3) Fermentasi
a. Fermentasi dilakukan untuk memperoleh biji kakao kering yang bermutu baik
dan memiliki aroma serta cita rasa khas coklat. Citra rasa khas coklat ditentukan
oleh fermentasi dan penyangraian. Biji yang kurang fermentasi ditandai
dengan warna ungu, bertekstur pejal, rasanya pahit dan sepat, sedang yang
berlebihan fermentasi akan mudah pecah, berwarna coklat seperti coklat tua, cita
rasa coklat kurang dan berbau apek.

b. Fermentasi dapat dilakukan dalam kotak, dalam tumpukan maupun dalam


keranjang. Kotak dibuat dari kayu dengan lubang didasarnya untuk
membuang cairan fermentasi atau keluar masuknya udara. Biji ditutup dengan
daun pisang atau karung goni untuk mempertahankan panas. Selanjutnya
diaduk setiap hari atau dua hari selama waktu 6-8 hari. Kotak yang kedalamannya
42 cm cukup diaduk sekali saja selama 2 hari. Tingkat keasamannya lebih rendah
dibandingkan lebih dari 42 cm. Fermentasi tidak boleh lebih dari 7 hari.
Setelah difermentasi biji kakao segera dikeringkan.
c. Fermentasi tumpukan dilakukan dengan cara menimbun atau menumpuk biji
kakao segar di atas daun pisang hingga membentuk kerucut. Permukaan atas
ditutup daun pisang atau lainnya yang memungkinkan udara masuk, kemudian
ditindih dengan potongan kayu. Pada metode ini, fermentasi dilakukan selama 6
hari dengan pengadukan dua kali. Fermentasi harus dilakukan ditempat teduh

15
agar terlindung dari hujan dan cahaya matahari langsung.

d. Fermentasi dalam keranjang dilakukan didalam keranjang bambu atau


rotan yang telah dilapisi daun pisang dengan kapasitas lebih dari 20 kg.
Permukaan biji ditutup daun pisang atau karung. Pengadukan dilakukan setelah 2
hari fermentasi. Caranya dipindahkan ke keranjang lain atau ditempat yang sama
kemudian ditutup kembali. Lama fermentasi tidak boleh lebih dari 7 hari.

4) Perendaman dan Pencucian


a. Pencucian dilakukan setelah fermentasi untuk mengurangi pulp yang
melekat pada biji. Biji direndam selama 3 jam untuk meningkatkan jumlah biji
bulat dan penampilan menarik. Kadar kulit biji yang dikehendaki maksimum 12%,
yang melebihi 12 % akan dikenai potongan harga.

b. Saat ini telah dihasilkan mesin cuci kakao berkapasitas 2 ton biji segar/jam.
Pencucian dimulai pukul 03.00 dan diakhiri pukul 10.00 sehingga kapasitas per
hari adalah 14 ton.

5) Pengeringan dan Tempering


a. Tujuan utama pengeringan adalah mengurangi kadar air biji dari 60% menjadi 6-
7% sehingga aman selama pengangkutan dan pengapalan. Pengeringan tidak
boleh terlalu cepat atau terlalu lambat. Pengeringan dilakukan dengan
penjemuran, memakai alat pengering atau keduanya.

b. Penjemuran cara yang paling baik dan murah. Kapasitas per m2 lantai adalah 15
kg. Biji kakao dapat kering setelah 7-10 hari. Selama penjemuran hamparan biji
perlu dibalikkan 1-2 jam sekali. Selama penjemuran biji dirawat dengan
membuang serpihan kulit buah, plasenta, material asing dan biji yang cacat.
c. Pada daerah yang curah hujannya agak tinggi dan produksi biji kakao banyak,
penjemuran saja tidak cukup tapi diperlukan pengering mekanis. Pengolahan
konvensional yang masih ditetapkan adalah penjemuran 1 hari dan pengeringan
mesin selama 24 jam efektif, yaitu flat bed dryer yang dioperasikan suhu

lebih dari 60oC.


d. Tempering adalah proses penyesuaian suhu pada biji dengan suhu udara

16
sekitarnya setelah dikeringkan, agar biji tidak mengalami kerusakan fisik pada
tahap berikutnya. Biasanya ditempat gudang timbun sementara kapasitasnya

330 kg biji kakao kering/m2. Sortasi kemudian dilakukan lagi setelah 5 hari dan
dilakukan pengemasan.

6) Sortasi
Sortasi ditujukan untuk memisahkan biji kakao dari kotoran yang melekat dan
mengelompokkan biji berdasarkan kenampakan fisik dan ukuran biji.
a. Biji kakao yang telah 5 hari kering disortasi
b. Proses sortasi dilakukan secara manual

7) Pengemasan dan Penyimpanan


a. Biji kakao kering dan bersih dikemas dalam karung bersih dan disimpan dalam
gudang.
b. Penyimpanan dan pengelolaan biji kakao kering dilkakukan mengikuti
Standar Prosedur Operasional (SPO) penanganan biji kakao di kesportir, SPO
fumigasi kakao di gudang, dan SPO fumigasi kakao di container.

17

Anda mungkin juga menyukai