Anda di halaman 1dari 7

3.

7 Mengevaluasi Pengangkutan Hasil Panen

I. Pengangkutan Hasil Panen Sawit Tandan Buah Segar (TBS)

Transport buah merupakan mata rantai dari 3 aktivitas terpenting dan saling mempengaruhi
yaitu  Panen, Angkut dan Olah atau disingkat PAO.

Ada 4 (empat) hal yang menjadi sasaran kelancaran transport tandanbuah segar atau Fruit
Fresh Bunches (FFB) yaitu :

Transportasi Pengangkutan TBS ke Mill

1. Menjaga agar ALB (Asam Lemak Bebas) produksi harian 2-3%


2. Kapasitas atau kelancaran pengolahan di pabrik
3. Keamanan TBS di lapangan
4. Cost (Rp/Kg TBS) transport yang minimal

1. ORGANISASI PANEN

 Rotasi panen dijaga antara 6-7 hari, sehingga persentase brondolan terhadap janjang
maksimum 7-9%..
 Buah harus diletakkan di TPH.  Interval TPH ialah : tiap 3 (tiga) jalan pikul  ada 1
(satu) TPH.
 Panen dalam setiap hari agar diusahakan terkonsentrasi, jangan terpencar pencar dari
satu mandoran dengan mandoran yang lain.
 Diusahakan agar 1 (satu) ancak selesai dipotong dalam 1 (satu) hari.
 Sesudah selesai dipotong satu jalan pikul, karyawan panen harus langsung
mengeluarkannya ke TPH.
 Perhatian : Tidak dibenarkan kendaraan menunggu kerani  panen, tetapi kerani panen
yang harus menunggu kendaraan.
 Realisasi tonase buah yang dipanen setiap hari harus hampir sama dengan
tonase taksasi buah yang dibuat kemarin sorenya.
 Panen hari Minggu sebaiknya dihindari untuk memberi kesempatan waktu untuk
reparasi alat-alat transport dan kesempatan istirahat kepada supir dan kenek.

2. BENTUK/POLA JALAN DI DALAM KEBUN

Kondisi Jalan Yang Tidak Terawat


Menghambat Pengiriman Buah

 Jalan diusahakan lurus dan jarak antara pasar buah  maksimum ± 300 m (33 pokok).
 Jalan-jalan buntu (tidak tembus) diminimalkan tidak ada.
 Di areal berbukit, jalan dibangun di kaki bukit bukan diatas bukit

3. KONDISI/PERAWATAN JALAN

 Penggunaan Road Greader dan Compactor untuk membentuk dan merawat jalan.
 Perawatan jalan dengan batu terutama dengan batu padas sebaiknya diminimalkan,
karena batu padas yang menonjol sering merusakkan ban dan gardan kendaraan (truk
dan jeep).
4. KONDISI/PERAWATAN ALAT-ALAT TRANSPORT

Aspek-aspek yang kurang mendapat perhatian ialah :

 Lemahnya pengetahuan teknis karyawan di bengkel


 Kurang disiplin jadwal doorsmer
 Muatan kendaraan (tonase) yang berlebihan
 Pengetahuan teknis para supir yang minim
 Kondisi pasar yang tidak memadai
 Transport FFB yang sampai larut malam
 Sistim premi transport yang kurang menarik
 Dan lain-lain

5. ORGANISASI PENGOPERASIAN TRANSPORT


Angkutan lain (pupuk, karyawan, bibit dan lain-lain) = 20 – 25 %

Angkutan buah (FFB)         = 75 – 80 %

Efisiensi pengoperasian alat-alat transport akan didapat maksimal apabila :

 Setiap hari Kepala Afdeling merencanakan tonase produksi dan angkutan lain-lain


untuk besok setiap sore hari. Awas realisasi produksi tidak boleh terlampau jauh 
menyimpang dari taksasi, maksimal 2 (dua) %.  Hal ini penting dalam rangka 
penentuan jumlah kendaraan oleh mandor transport atau Kepala Transport.
 Angkutan pupuk dan angkutan lain-lain sudah harus selesai paling lambat jam 08.30
sehingga diatas jam 08.30 kendaraan dikonsentrasikan untuk angkat buah.
 Supir dan kenek harus bawa bekal. Tidak dibenarkan pulang untuk makan dan
minum.
 Jadwal “doorsmer” haus benar-benar dilaksanakan.  Untuk hal ini harus tetap tersedia
1-2 unit kendaraan untuk menggantikan kendaraan yang sedang menjalani
“doorsmer” atau direparasi tersebut.  Sebelumnya supir harus mencatat, melaporkan
bagian-bagian yang perlu diperbaiki.
 Jangan dibiarkan mentolerir adanya buah restan (tinggal) di lapangan (TPH).
 Kapasitas setiap kendaraan harus semaksimal mungkin.  Oleh karena itu apabila TBS
dari satu afdeling sudah habis diangkut maka kendaraan harus pindah ke afdeling lain
yang terkendala transportasinya.
 Jangan ada pergerakan kendaraan yang tidak efisien.
 Pengisian BBM setiap hari harus sudah selesai jam 06.00 atau sore hari pada hari
sebelumnya

6. SISTEM PREMI TRANSPORT


Disusun sedemikian rupa dengan mempertimbangkan :

 Jenis/tipe alat transport


 Jarak dari afdeling/blok ke loading ramp dan pabrik
 Apakah stop over di loading ramp divisi atau tidak.
7. KAPASITAS LOADING RAMP DAN KELANCARAN PENGOLAHAN TBS DI
PABRIK

 Loading ramp dibangun sedemikian rupa sehingga kapasitasnya tidak sampai


menyebabkan alat-alat transport menunggu untuk  menuangkan TBS.
 Ada baiknya disediakan loading ramp dan lori dengan kapasitas total dapat
menampung minimal produksi 1 (satu) hari.
 Hal diatas perlu dikemukakan sehingga tidak ada restan buah  (TBS) di lapangan dan
jangan sampai panen dihentikan sewaktu ada stagnasi pengolahan di pabrik.

Setelah selesai dihitung kerani buah, TBS dapat segera dimuat dan dikirim ke pabrik. Pada
saat muat TBS dan pengiriman perlu memperhatikan hal-hal berikut :

Kapasitas Transport Loading Ram

1. Truk pengangkut buah diwajibkan menggunakan jaring penutup truk untuk


menghindarkan jatuhnya buah apabila kendaraan harus melewati jalan umum.
2. Pengangkut buah wajib mengangkut buah yang dipanen berdasarkan rotasi panen
3. Buah tidak dibenarkan menginap di lapangan. Untuk itu agar disiapkan kebutuhan alat
angkut dengan memperhitungkan jumlah produksi TBS, kapasitas alat angkut dan
jarak lokasi ke pabrik.
4. Semua brondolan harus dimuat dan dikutip bersih di TPH.
5. Pelaksanaan angkutan TBS dari TPH ke pabrik harus dilakukan/dimulai segera
setelah buah dikeluarkan oleh pemanen dan dihitung oleh kerani buah agar mencapai
ratio angkutan yang optimal
6. Truk tidak boleh mengangkut buah melebihi kapasitas yang diizinkan.  Untuk truk
sejenis Mitsubishi PS 100, 120 da 135 kapasitas angkut maksimum yang
diperbolehkan adalah 5,0 – 5,5 ton, sedangkan truk jenis Hino FM (roda enam)
kapasitas angkut maksimum yang diperbolehkan adalah 7,0 ton.
Untuk menghitung jumlah kebutuhan kendaraan truk pengangkut buah harus
mempertimbangkan produksi buah setahun dan faktor lainnya, yaitu :

 Kondisi jalan dan jembatan


 Kapasitas truk,
 Kecepatan kendaraan 
 Jarak lokasi panen
 Lamanya muat buah di lapangan
 Lamanya pembongkaran buah di pabrik

II. Perhitungan Kebutuhan Kenderaan Pengangkut Hasil Panen TBS

Untuk menghitung jumlah kebutuhan kendaraan truk pengangkut tandan buah segar
hasil panen kelapa sawit, harus mempertimbangkan produksi TBS setahun dan faktor lain :
a.    Kondisi jalan dan jembatan
b.    Kapasitas truk,
c.    Kecepatan kendaraan
d.    Jarak lokasi panen
e.    Lamanya muat buah di lapangan
f.     Lamanya pembongkaran buah di pabrik

Pengangkutan buah biasanya ada 4 (empat) jenis kendaraan  yaitu “


a.    Kendaraan Tipping Truck (Dump Truck)
b.    Kendaraan Fixed Body Truck (Light Truck)
c.    Kendaraan Tipping Trailer
d.    Kendaraan Fixed Body Trailer 

Contoh perhitungan :
A.   Menentukan lama perjalanan (trip) kendaraan :
Kapasitas angkut kendaraan truk = 5 ton/unit
Lamanya muat buah ke dalam truk = 40 menit
Lamanya bongkar buah di pabrik = 20 menit
Jarak pabrik ke lokasi panen = 20 km
Kecepatan rata-rata kendaraan truk = 40 km/jam
Maka lama perjalanan kendaraan = (40+20 menit)+{(2×20 km)/40 km/jam}
                                                      = 120 menit atau 2 jam
B.   Menentukan jumlah trip kendaraan :
Hari kerja kendaraan truk per hari = 10 jam
Maka jumlah trip kendaraan truk = 10 jam/2 x 1 trip
                                                    = 5 trip/hari
C.   Menentukan jumlah buah diangkut :
Kapasitas angkut kendaraan truk = 5 ton/unit
Maka jumlah buah diangkut ke pabrik = 5 ton x 5 trip/hari
                                                             = 25 ton/hari/unit
D.   Menentukan jumlah pemanen :
Prestasi pemanen per hari (7 jam) = 700 kg/hari atau
                                                       = 100 kg/jam
Maka jumlah buah dipanen 2 jam = 100 kg/jam x 2 jam
                                                      = 200 kg
Untuk menyediakan 5 ton buah/2 jam = 5.000 kg/200 kg x 1 pemanen
                                                             = 25 pemanen
E.   Menentukan luas areal dipanen :
Produksi buah per ha per tahun = 20 ton/ha/tahun
Pusingan panen = 5/7 hari (52 pusingan/tahun)
Maka jumlah buah per pusingan = 20.000 kg/52
                                                    = 385 kg
Untuk menyediakan 5 ton buah = 5.000 kg/385 kg x 1 ha
                                                   = 12,99 ha atau
Untuk 1 hari kerja truk (10 jam) = 5 x 12,99 ha
                                                   = 64,95 ha
F.    Menentukan jumlah kendaraan truk :
Luas areal panen (TM) = 600 ha
Pusingan panen = 5/7 hari (52 pusingan/tahun)

Maka luas areal panen per hari = 600 ha/5


                                                   = 120 ha
Jumlah truk yang diperlukan = 120 ha/64,95 ha/truk

Pengangkutan Hasil Panen karet

Setelah lateks hasil sadapan terkumpul seluruhnya, selanjutnya lateks dari tangki
penerimaan/pengumpulan yang berada di lokasi tempat pengumpulan hasil di
kebun, kemudian diangkut dengan tangki pengangkut ke pabrik. Tangki pengangkut
ada yang ditarik dengan traktor, dan ada pula yang terpasang pada truk-truk tangki.
Dalam pengangkutan lateks ke pabrik harus dijaga agar lateks tidak terlalu
tergoncang dan terlalu kepanasan karena dapat berakibat terjadinya prakoagulasi di
dalam tangki. Dalam keadaan tertentu, lateks dalam tangki tersebut perlu diberi obat
anti koagulan.

Sarana angkutan. Sarana angkutan yang digunakan untuk pengangkutan lateks dari
kebun ke pabrik adalah truk tangki dengan kapasitas biasanya antara 2.000 sampai
3.000 liter. Tangki dibuat dari bahan alumunium dan dirancang sedemikian rupa
sehingga mudah dipasang dan dilepas dari alat penarik (truk/taktor) dan dengan mudah
dibersihkan. Jumlah truck yang diperlukan tergantung dari tingkat produksi lateks yang dihasilkan
per hari.

Sedapat mungkin harus diusahakan semua lateks dapat diangkut ke pabrik pusat agar dapat
dilakukan pencampuran lateks dari semua bagian kebun dalam satu atau beberapa bak pencampur
di pabrik, sehingga dapat diharapkan hasil yang seragam. Jika keadaan tempat memaksa untuk
dilakukan koagulasi di kebun, jumlah lateks yang dikoagulasi sedapat mungkin harus dibatasi.
Prasarana jalan. Prasarana jalan yang digunakan untuk pengangkutan lateks dari kebun harus cukup
baik. Hal ini untuk menghindari terjadinya goncangan-goncangan selama pengangkutan yang dapat
meningkatkan proses prakoagulasi. Oleh karena itu TPH biasanya diletakkan/berada di pinggir-
pinggir jalan produksi.

Anda mungkin juga menyukai