Nim : 1801208
1) Buah kelapa sawit dikatakan masak apabila terjadi perubahan pada warna
kulit, buah akan berubah menjadi warna merah jingga ketika masak.
maksimal, maka buah tersebut akan jatuh atau yang biasa disebut
lebih 10 butir/pokok dan tanaman yang berumur lebih dari 10 tahun dengan
Transport buah / TBS merupakan mata rantai dari tiga proses kegiatan di perkebunan Kelapa
Sawit yaitu perawatan, panen dan pengangkutan. Ada empat hal yang menjadi sasaran
kelancaran transport buah, yaitu :
Jalan – jalan buntu ( tidak tembus ) diminimumkan dan sebaiknya tidak ada. Pada areal yang
berbukit maka diusahakan jalan dibangun di kaki bukit, bukan di atas bukit.
Faktor utama kelancaran transport yaitu kondisi perawatan jalan itu sendiri, bukan kurangnya
unit transportasi. Merupakan gejala umum di perkebunan selama ini, waktu yang disediakan
perusahaan untuk road grader banyak digunakan untuk menarik kendaraan yang kepater
karena kerusakan jalan. Sebaiknya pemanfaatan road grader seperti ini harus dihindari atau
ditiadakan, road grader hanya untuk membentuk dan merawat jalan.
Pemilihan jenis atau tipe alat transport yang akan dipakai disuatu perkebunan didasari oleh
faktor jarak afdeling/ blok dengan pabrik. Berikut adalah tabel pemilihan transport.
2) Faktor yang perlu diperhatikan dalam pembangunan Pabrik Kelapa Sawit (PKS)
Dalam menentukan rancangan bangun pabrik kelapa sawit ada beberapa yang harus
dipertimbangkan, selain faktor keinginan pemilik modal. Salah satunya faktor material
handling dalam transfer TBS ketika perebusan ada yang menggunakan lorry maka proses
perebusannya menggunakan tipe horizontal sterilizer.
Ada pula yang memakai scrapper chain conveyor dimana proses perebusannya menggunakan
tipe vertical sterilizer atau tipe continous sterilizer. Selain itu, terdapat pula feeding TBS
masuk ke mesin thresher (penebah/perontokan) yang memakai tippler atau hoisting crane
Pabrik kelapa sawit selalu diupayakan agar dapat beroperasi selama 20 jam per hari, akan
tetapi jam olah pabrik selalu lebih singkat dari jam operasi, hal ini karena jam olah pabrik
dinyatakan berdasarkan jam olah screw-press, yang dihitung sejak screw press bekerja hingga
berhenti, sedangkan jam operasi dihitung sejak fire up Boiler hingga pabrik shut down.
Disamping itu, karena sifatnya yang semi-continuous, dan apabila dalam proses pengolahan
terjadi stagnasi pada satu alat atau instalasi tertentu, maka kejadian ini akan berakibat
mengganggu pengoperasian alat di lini selanjutnya.
Berdasarkan pengalaman, jam operasi pabrik adalah sekitar 550-600 jam/bulan, yang
biasanya akan dapat dicapai pada masa panen puncak ( kira – kira selama dua bulan ).
Berdasarkan jumlah produksi dan jam olah pabrik maka dapatlah ditetapkan kapasitas olah
efektif.
LxP
L : Luas areal ( ha )
Contoh :
Kapasitas olah efektif PKS yang akan dibangun harus mempertimbangkan jumlah maksimum
pasokan bahan baku TBS yang berasal dari kebun. Apabila luas areal kebun adalah 5000 ha
dan dengan produksi TBS ( Yield) sebesar 20 ton / ha/ tahun, dan standar jam olah pabrik
yang direncanakan ialah 550 jam / bulan, dengan distribusi panen puncak (Peak Crop) 12,5 %
LxY
Y = Yield ( ton/ha/tahun)
Kapasitas olah efektif tersebut seharusnya dipenuhi dengan membangun PKS dengan
kapasitas olah 22,72 ton TBS / Jam, akan tetapi sebuah Pabrik tentu akan memerlukan waktu
untuk pemeliharaan mesin, alat dan bangunannya agar performancenya dapat terus baik untuk
jangka waktu yang lama. Oleh sebab itu, perhitungan rencana Jam Operasi Pabrik kelapa
sawit harus juga memperhitungkan waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan pemeliharaan dan
lain-lain secara lebih seksama.
Dengan demikian jam olah perlu di kalkulasi ulang untuk menetapkan Jam Operasi Pabrik
dengan formula sebagai berikut :
5000 ha x 20 ton / ha
JO = Jam Operasi
Yang sering menjadi masalah dan berdasarkan kenyataan yang ada, ternyata kapasitas olah
terpasang yang dibangun, jarang tercapai. Oleh sebab itu dalam perencanaan pembangunan
Pabrik, perlu diperhitungkan bahwa kapasitas olah efektif hanya dihitung sebesar 85 % dari
kapasitas terpasang, dengan rumus perencanaan PKS sebagai berikut :
Dengan demikian kapasitas olah pabrik yang akan dibangun disebut dengan kapasitas
terpasang :
LXP
Pada praktek, tidak pernah dijumpai kapasitas Pabrik 26,72 ton per jam , yang tersedia di
pasar adalah kapasitas olah pabrik sebesar 20 ton per jam atau 30 ton per jam, hal ini
merupakan sebuah upaya penyelarasan terhadap alat dan instalasi lainnya yang sudah tersedia
secara Assy di pasar.