Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ahmad Akbar

Kelas : BDP III F

Nim : 1801208

1) Buah kelapa sawit dikatakan masak apabila terjadi perubahan pada warna

kulit, buah akan berubah menjadi warna merah jingga ketika masak.

Kandungan minyak dalam buah akan mencapai maksimal dalam keadaan

masak, sehingga apabila buah sudah mencapai kandungan minyak

maksimal, maka buah tersebut akan jatuh atau yang biasa disebut

“membrondol”. Pada umumnya, perkebunan kelapa sawit di Indonesia

menggunakan standar matang panen berdasarkan jumlah berondolan.

Tanaman berumur kurang dari 10 tahun bisa mencapai brondolan kurang

lebih 10 butir/pokok dan tanaman yang berumur lebih dari 10 tahun dengan

jumlah brondolan 15-20 butir/pokok. Secara otomatis, terdapat 1 brondolan

setiap 1 kg TBS, Kriteria matang panen sesuai fraksi kematangan buah

berdasarkan brondolan lepas dari tandan buah.

Tingkat kematangan yang baik adalah pada fraksi 2 dan 3 (1 atau 2

brondolan per kg TBS). Komposisi panen yang baik adalah Fraksi (2 + 3 + 4)

80 %, Fraksi (1) 15 %, dan fraksi (5) 5 %

Transport buah / TBS merupakan mata rantai dari tiga proses kegiatan di perkebunan Kelapa
Sawit yaitu perawatan, panen dan pengangkutan. Ada empat hal yang menjadi sasaran
kelancaran transport buah, yaitu :

1.menjaga agar ALB ( asam lemak bebas ) produksi harian 2 – 3 %,

2.kapasitas atau kelancaran pengolahan di pabrik,

3.keamanan TBS di lapangan,

4.biaya (Rp/Kg TBS) transport yang minimum

Faktor yang mempengaruhi kelancaran transport buah meliputi :

1.Organisasi Potong Buah


Pusingan potong buah dijaga antara 6 – 8 hari sehingga persentase brondolan terhadap
janjang maksimum 7 – 9%. Hal ini perlu agar tidak terlalu banyak waktu yang dibutuhkan
untuk mengangkat brondolan dari TPH ke kendaraan. Diusahakan agar satu seksi selesai
dipotong dalam satu hari, artinya sedapat mungkin dihindari pengulangan panen yang.

2.Bentuk / Pola Jalan

Jalan – jalan buntu ( tidak tembus ) diminimumkan dan sebaiknya tidak ada. Pada areal yang
berbukit maka diusahakan jalan dibangun di kaki bukit, bukan di atas bukit.

3.Kondisi / Perawatan Jalan

Faktor utama kelancaran transport yaitu kondisi perawatan jalan itu sendiri, bukan kurangnya
unit transportasi. Merupakan gejala umum di perkebunan selama ini, waktu yang disediakan
perusahaan untuk road grader banyak digunakan untuk menarik kendaraan yang kepater
karena kerusakan jalan. Sebaiknya pemanfaatan road grader seperti ini harus dihindari atau
ditiadakan, road grader hanya untuk membentuk dan merawat jalan.

4.Jenis / Tipe Alat Transport

Pemilihan jenis atau tipe alat transport yang akan dipakai disuatu perkebunan didasari oleh
faktor jarak afdeling/ blok dengan pabrik. Berikut adalah tabel pemilihan transport.

2) Faktor yang perlu diperhatikan dalam pembangunan Pabrik Kelapa Sawit (PKS)

Dalam menentukan rancangan bangun pabrik kelapa sawit ada beberapa yang harus
dipertimbangkan, selain faktor keinginan pemilik modal. Salah satunya faktor material
handling dalam transfer TBS ketika perebusan ada yang menggunakan lorry maka proses
perebusannya menggunakan tipe horizontal sterilizer.

Ada pula yang memakai scrapper chain conveyor dimana proses perebusannya menggunakan
tipe vertical sterilizer atau tipe continous sterilizer. Selain itu, terdapat pula feeding TBS
masuk ke mesin thresher (penebah/perontokan) yang memakai tippler atau hoisting crane

Jam Operasi Pabrik

Pabrik kelapa sawit selalu diupayakan agar dapat beroperasi selama 20 jam per hari, akan
tetapi jam olah pabrik selalu lebih singkat dari jam operasi, hal ini karena jam olah pabrik
dinyatakan berdasarkan jam olah screw-press, yang dihitung sejak screw press bekerja hingga
berhenti, sedangkan jam operasi dihitung sejak fire up Boiler hingga pabrik shut down.
Disamping itu, karena sifatnya yang semi-continuous, dan apabila dalam proses pengolahan
terjadi stagnasi pada satu alat atau instalasi tertentu, maka kejadian ini akan berakibat
mengganggu pengoperasian alat di lini selanjutnya.
Berdasarkan pengalaman, jam operasi pabrik adalah sekitar 550-600 jam/bulan, yang
biasanya akan dapat dicapai pada masa panen puncak ( kira – kira selama dua bulan ).

Berdasarkan jumlah produksi dan jam olah pabrik maka dapatlah ditetapkan kapasitas olah
efektif.

LxP

Kapasitas olah efektif = J x V = ton TBS / Jam

L : Luas areal ( ha )

P : Produksi TBS ( ton / ha )

V : Produksi tertinggi ( distribusi panen, % )

J : Jam olah ( jam / bulan )

Contoh :

Kapasitas olah efektif PKS yang akan dibangun harus mempertimbangkan jumlah maksimum
pasokan bahan baku TBS yang berasal dari kebun. Apabila luas areal kebun adalah 5000 ha
dan dengan produksi TBS ( Yield) sebesar 20 ton / ha/ tahun, dan standar jam olah pabrik
yang direncanakan ialah 550 jam / bulan, dengan distribusi panen puncak (Peak Crop) 12,5 %

Maka perhitungan Kapasitas Olah Efektif Pabrik menjadi :

LxY

Kapasitas olah efektif = SJ x PC

= [5000 ha x 20 ton / ha]

550 jam/bulan x 12,5 %

= 22,72 ton TBS / jam

L = Luas Kebun (ha)

Y = Yield ( ton/ha/tahun)

SJ = Standar Jam Olah ( jam/bulan)


PC = Peak Crop

Kapasitas olah efektif tersebut seharusnya dipenuhi dengan membangun PKS dengan
kapasitas olah 22,72 ton TBS / Jam, akan tetapi sebuah Pabrik tentu akan memerlukan waktu
untuk pemeliharaan mesin, alat dan bangunannya agar performancenya dapat terus baik untuk
jangka waktu yang lama. Oleh sebab itu, perhitungan rencana Jam Operasi Pabrik kelapa
sawit harus juga memperhitungkan waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan pemeliharaan dan
lain-lain secara lebih seksama.

Dengan demikian jam olah perlu di kalkulasi ulang untuk menetapkan Jam Operasi Pabrik
dengan formula sebagai berikut :

5000 ha x 20 ton / ha

20 ton TBS / Jam = JO x 12,5 % / bulan

Jam Operasi = 624 jam

JO = Jam Operasi

Yang sering menjadi masalah dan berdasarkan kenyataan yang ada, ternyata kapasitas olah
terpasang yang dibangun, jarang tercapai. Oleh sebab itu dalam perencanaan pembangunan
Pabrik, perlu diperhitungkan bahwa kapasitas olah efektif hanya dihitung sebesar 85 % dari
kapasitas terpasang, dengan rumus perencanaan PKS sebagai berikut :

Kapasitas olah terpasang = Kapasitas efektif x 100/85

Dengan demikian kapasitas olah pabrik yang akan dibangun disebut dengan kapasitas
terpasang :

Kapasitas terpasang = 22,72 ton TBS / jam x 100/85

LXP

Kapasitas terpasang = SJ x 100/85

= 26,72 ton TBS / jam

Pada praktek, tidak pernah dijumpai kapasitas Pabrik 26,72 ton per jam , yang tersedia di
pasar adalah kapasitas olah pabrik sebesar 20 ton per jam atau 30 ton per jam, hal ini
merupakan sebuah upaya penyelarasan terhadap alat dan instalasi lainnya yang sudah tersedia
secara Assy di pasar.

Anda mungkin juga menyukai