Anda di halaman 1dari 16

I.

LATAR BELAKANG

Kelapa Sawit merupakan bahan dasar yang dapat di olah menjadi beberapa sumber kebutuhan
sehari-hari. Mulai dari Minyak Goreng, Kosmetik, Biodisel, Pasta Gigi, Mentega, Pomade, Minyak
Pelumas, Bahan Pembuat Cat, Dempul, Penguat Baja dan Besi. Semuanya terntu berkontribusi
terhadap kemajuan kebutuhan pokok masyarakat.

Buah sawit yang dikenal dengan bermacam jenis, mempunyai pola panen yang kita kenal
sebagai tingkat kematangan. Kematangan buah sangat menentukan hasil rendemen minyak yang
dihasilkan. Berbagai standart baku mutu buah tentunya akan menjadi tolak ukur dalam perancangan
pengolahan Pabrik Minyak Kelapa Sawit. Dengan melihat pola panen yang sesuai akan
mendongkrak tingkat mutu buah. Buah yang telah dipanen selayaknya secepatnya didistribusikan
ke pabrik pengolahan agar tidak teroksidasi oleh enzim dan udara yang meningkatkan nilai
keasaman (salah satu parameter produk). Sistem distribusi, pola panen dan tidak tersedianya
kapasitas pabrik pengolahan yang memadai mengakibatkan terjadinya buah restant (waste fruit) dan
buah gugur (berondolan).

Pabrik Kelapa Sawit yang lebih menekankan dalam hal pemanfaatan buah restan dan buah berondolan
yang kualitasnya tidak memenuhi standar bahan baku CPO standar bahan pangan, mengakibatkan buah
sawit restan dan berondolan memiliki kandungan Asam lemak bebas lebih dari 6%. Hal ini akibat dari
berlangsungnya proses oksidasi secara alami akibat lamanya buah diolah di Pabrik ataupun logistik dan
transportasi yang tidak memadai di lapangan. Sebagaimana standar pengolahan buah adalah 24-48 jam pasca
panen. Dengan kondisi asam lemak bebas yang tinggi ini tentu tidak memenuhi standar kualitas pangan yang
disyaratkan.

Selain faktor asam lemak bebas yang tinggi, secara kualitas kadar minyak yang ada pada buah restan
dan berondolan tidak jauh berbeda dibanding buah segar yang diolah untuk bahan pangan, hal ini berbeda
jika buah restan dan berondolan yang ada merupakan buah mentah atau belum memenuhi syarat fisiologis
untuk panen.

Tandan Buah Segar (TBS) dengan mutu yang baik akan menghasilkan :
1. Minyak sebanyak 20-25%
2. Inti (kernel) sebanyak 4-6%
3. Cangkang 5-9%
4. Tandan kosong (empty fruit bunch) 20-22%
5. Serat (fiber) 12-14%

Sedangkan Buah Berondolan akan menghasilkan:


1. Minyak sebanyak 30-34%
2. Nut (biji) 15-17%
3. Serat (fiber) 14-30%
4. Sampah 2-10%
Adapun kebutuhan buah berondolan dan restan bagi pabrik skala kecil ini dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel1. Kebutuhan Bahan Baku Pabrik
No Kapasitas Pabrik Lama Operasional Bahan Baku
(ton/ jam) (jam/ hari) (ton/ hari)
1 1 20 20
2 3 20 60
3 5 20 100

II. MAKSUD DAN TUJUAN


Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Mini dimaksudkan dapat lebih mensejahterakan Petani Kelapa
Sawit khususnya di Kabupaten Kuantan Singingi dan masyarakat sekitar pada umumnya. Dengan
adanya PKS Mini skala UMKM ini dipercaya mampu mendongkrak mutu buah kelapa sawit petani.
Dengan adanya Kerjasama dengan PT Kinerja Sukses Gemilang sebagai Pihak Pembiayaan
Modal dapat mewujudkan keinginan dan harapan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat
petani sawit yang ada di Kabupaten Kuantan Singingi dan Provinsi Riau umumnya.
Dalam hal ini, kami PT. PANCA MITRA KUANSING berkolaborasi dengan Team
Management Andalan Mediatama yang bergerak dibidang Konsultasi dalam Pembiayaan, Investasi
serta Pemasaran Komoditi, yang diberi kepercayaan untuk melakukan Due Dilligence oleh Pihak
Pembiayaan yang dalam hal ini adalah PT Kinerja Sukses Gemilang yang berusaha untuk
memadukan kemajuan Teknologi yang terkini dengan budget yang ekonomis, system pembiayaan
yang saat ini dikenal dengan istilah Peer to Peer (P2P) Lending dalam kegiatan Industri Pengolahan
Perkebunan Kelapa Sawit dan berbagai produk yang bisa dihasilkan dalam Pengolahan Kelapa
Sawit secara keseluruhan.
Peranan Investor atau Pendana dalam kaitannya dengan Sumber dana dan Teknologi dan
Pihak Pabrik yang menghasilkan Produk yang berbahan baku Minyak Kelapa Sawit Mentah CPO
(Crude Palm Oil) dan produk-produk lain yang dihasilkan dari Kelapa Sawit , serta jaringan yang
menerima pasokan hasil produksi dari Kelapa Sawit , sangatlah besar dalam terjalinnya
Perencanaan Bisnis ini.

III. TEKNOLOGI PENGOLAHAN

Selama ini pengolahan CPO kebanyakkan dikuasai oleh para pemodal besar, karena investasi
yang diperlukan untuk membangun satu unit PKS membutuhkan modal yang tidak sedikit.
Akibatnya terkesan bahwa Teknologi pengolahan CPO sangat padat modal, dan susah untuk
membayangkan bahwa pabrik pengolahan kelapa sawit bisa dibuat sekecil dan sesederhana
penggilingan padi.
Pabrik kelapa sawit skala kecil (mikro) ini dimaksudkan untuk mempopulerkan prinsip prinsip
teknologi tepat guna. Prinsip Teknologi Tepat Guna adalah efisiensi modal dan bervisi berkembang
sambil berjalan. Efisiensi modal bisa dilakukan pada beberapa pos, yaitu: infrastruktur dan beberapa
mesin pelengkap seperti pesawat-pesawat angkat-angkut lori. Tata letak pabrik dibuat sedemikian
rupa, sehingga bisa meminimalisasi pekerjaan- pekerjaan memindahkan bahan produksi dari sutu
mesin ke mesin lainnya.
Penyederhanaan bahkan bisa dilakukan terhadap peralatan utama seperti bejana rebusan
beserta pembangkit steamnya. Dalam pabrik besar, bejana rebusan dengan pembangkit steam
(boiler) ditempatkan terpisah, dan terhubung melalui sistem pemipaan yang rumit. Disana,selain
berfungsi sebagai pembangkit panas, boiler juga difungsikan untuk menggerakkan turbin
pembangkit listrik. Boiler berikut turbin seperti ini bisa berharga sangat mahal. Pabrik dirancang
untuk memenuhi kapasitas 5 ton/jam Fresh Fruit Bunch (Tandan Buah segar – TBS). Dari umpan 5
ton/jam didapatkan :
1. CPO sebanyak 1 ton/jam
2. Klatak (inti buah sawit dan terlindung batok/cangkang) sebanyak 500 kg/jam
3. Lain-lainnya adalah tandan kosong, dan sabut

Desain yang paling lazim untuk pabrik dengan teknologi tepat guna umumnya menggunakan
sistem pengolahan per-gelombang (batch) dan bukan terus-menerus. Banyak komponen desain
yang dipasang tersebut yang mirip dengan pabrik besar. Penjelasan teknis yang lebih terinci tentang
ujung bawah dan atas pabrik dapat dilihat pada gambar 1.

Fasilitas-fasilitas ini dapat dirancang dan dibangun agar beroperasi dengan limbah nol dan
sampai sedapat mungkin dijalankan dengan sumber energi terbarukan. Sebagai contoh, pabrik dapat
menggunakan limbah industri kelapa sawit yang tersedia secara lokal seperti cangkang sawit dan
serat lepas sebagai bahan bakar untuk ketel, sterilizer, dan digestor. Untuk mengatasi masalah
limbah lingkungan, pabrik tersebut dapat menggunakan sistem kolam limbah pabrik minyak sawit
(POME) yang baru dan diperluas. Sistem tersebut akan memperoleh kembali semua nutrisi serta
mensirkulasikan ulang semua komponen limbah padat dan cair ke perkebunan-perkebunan di
sekitarnya dan mengirimkan produk limbah sesuai kebutuhan.

Gambar 1. Skematik Pabrik Mikro Minyak Sawit 5 Ton/Jam yang berbahan baku kombinasi
antara TBS dan Buah berondolan
Gambar 2 menunjukkan skema proses pengolahan yang ada pada pabrik berondolan, dimana
prosesnya lebih sederhana dibanding dengan proses yang ada pada pabrik kelapa sawit besar.

Gambar 2. Skema proses pengolahan

Proses perebusan buah dapat dilakukan dengan dua cara, continious process dengan Boiler
pembangkit stem, atau Batch process dengan menggunakan gasifikasi fiber sebagai bahan bakar
(direbus langsung mengguankan rendaman air di vessel rebusan dengan menggunakan api langsung
dari bawah biasanya rebusan ini juga disebut Boiling chamber (Gambar 3). Sedangkan pada proses
pengepressan buah perlakuannya hampir sama dengan yang ada pada pabrik kelapa sawit skala
besar, pada pabrik ini pengepresan hanya sampai pemisahan biji (nut) dengan serat (fiber).
Biji (nut) tidak dipisahkan dari cangkangnya, karena hanya sangat sedikit jumlahnya
apabila dipisahkan dengan inti (karnel). Pada proses pemurnian minyak hanya menggunakan
continius settling tank. Peralatan seperti centrifuge, decanter tidak digunakan, apalagi dengan batch
process.

Gambar 3. Boiling Chamber


Blended (lumpur daging buah) sebelum dilepaskan ke kolam limbah beserta air, maka akan
dipanaskan terlebih dahulu untuk menangkap minyak yang masih tersisa kira-kira 0,5 – 1 %. Juga
akan diendapkan dibak Fat Fit dengan waktu tinggal kira-kira 24 jam, biasanya minyak akan
muncul dipermukaan dan akan diambil secara manual untuk kembali di masukkan ke tangki
purifier (Gambar 4).
Gambar 4. Proses pengepresan hingga blended

Pada Pabrik besar Tandan Buah Segar biasanya menggunakan lory-lori dan horizontal
sterilizer yang sangat tinggi biaya perawatannya. Proses pemurnian minyak juga
menggunakan banya peralatan seperti terlihat pada skema berikut ini (Gambar 5).

Gambar 5. Bagan Proses Pabrik Minyak


IV. SARANA DAN PRASARANA

Energi
Untuk beberapa daerah yang masih tidak tersedia pabrik pengolahan untuk pabrik yang
berbasis tandan buah biasanya mengkonsumsi energi diesel generator set. Harga buah yang masih
kompetitif sangat memungkinkan layaknya mengggunakan generator set sebagai penghasil energi
listrik. Untuk perhitungan setiap ton buah sawit yang diproses, factor sumber energi listrik adalah
selisih biaya produksi. Pabrik besar betul-betul berswasembada listrik dengan memanfaatkan serat
hasil presan buah, sehingga faktor biaya dapat diminimalkan. Di Pabrik kelapa sawit mini atau
mikro ada juga yang telah memanfaatkan teknologi yang sangat murah sebagai alternatif energi
yaitu gassifier untuk gassifikasi. Untuk pabrik kecil, serat dan (mungkin) cangkang dimanfaatkan
sebagai pembangkit panas dan menggantikan 70% penggunaan solar pada generator diesel untuk
menggerakkan motormotor gearbox dan pompa (+ kompresor). Alat ini dikenal dengan Gassifier,
dengan metode gassifikasi
Untuk mengasilkan uap air (steam), pabrik kelapa sawit mini ini juga telah menggunakan
Boiler. Boiler rekondisi dari yang berbahan bakar solar adalah menjadi alternative investasi. Dengan
penambahan pipa api maka uap akan cepat dibangkitkan sehingga fiber dari hasil press-an dapat
digunakan menjadi bahan bakar.
Kebutuhan uap yang diperlukan adalah 75 % berbanding dengan kapasitas produksi. Jadi
untuk pabrik yang berskala 5 ton per jam dibutuhkan boiler yang berkapasitas 3-5ton uap/jam.
Boiling Chamber (rebusan) dikenal pada teknologi proses yang lebih kecil kapasitasnya.
Untuk kapasitas ini biasanya yang menjadi bahan baku pengolahan adalah Waste Fruit atau disebut
juga berondolan, sehingga untuk menghasilkan steam tidak perlu boiler.
Dengan temperature operasi 130°C dan tekanan 3 bar g, buah sawit akan matang dalam
waktu sekitar 45 menit. Dengan asumsi waktu yang dipergunakan untuk bongkar-muat boiling
chamber adalah 45 menit, maka untuk memasak 1 batch buah sawit dibutuhkan waktu total 1.5 jam.
Bahan bakar Kettle direncanakan akan memanfaatkan sabut hasil screw press yang
diumpankan dengan menggunakan blower. Gas buang hasil pembakaran sabut, diisap dengan ex-
house fan yang dilengkapi cyclone untuk menangkap abu sisa pembakaran.

Sumber Air
Pentingnya sumber air sebagai bahan utilitas pada pabrik kelapa sawit mini karena teknologi
pengolahan yang dimaksudkan disini adalah mengekstrak minyak dengan air atau uap air.

Apabila dipandang perlu kita juga harus menangkap logam-logam yang terikat sebagai ion- ion
dalam air seperti Besi dan silica, Mg yang akan menyebabkan pengerakan dan korosif pada pipa boiler.

Pengontrolan kualitas bahan air baku dan ketersediaanya sangat dibutuhkan untuk memperoleh hasil
dan keberlasungan pabrik pengolahan sawit mini ini. Sehingga kita akan memilih lokasi pembangunan juga
harus memperkirakan jumlah pasokan air. Seperti untuk daerah yang sulit untuk mendapatkan air atau dilokasi
air payau tentunya tidak layak untuk didirikan pabrik pengolah kelapa sawit mini.
V. TUJUAN USAHA

Tujuan paling mendasar pendirian Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Mini adalah guna
meningkatkan perekonomian masyarakat Kabupaten Kuantan Singingi yang mata pencaharian
Sebagian besar Petani Kebun Kelapa Sawit. Dengan adanya beberapa PKS Mini di Kabupaten
Kuantan Singingi mampu meningkatkan mutu kelapa sawit petani dengan hasil produksi pabrik
beserta turunannya. Produk-produk yang dihasilkan dari bahan baku Kelapa Sawit diantaranya :

1. Minyak Kelapa Sawit Mentah (Crude Palm Oil/CPO), adalah salah satu jenis minyak
nabati yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat dunia, yakni sekitar 40%
2. RBD (Refined Bleached Deodorized) Palm Olein, adalah produk hasil rafinasi CPO yang
digunakan sebagai minyak goreng
3. Palm Kernel Oil, merupakan minyak inti sawit kasar yang diperoleh dengan cara
ekstraksi inti buah sawit secara mekanis dan biasanya masih mengandung kotoran terlarut
dan tidak terlarut dalam minyak
4. RBD Palm Stearin, yaitu minyak fraksi, padat berwarna putih kekuningan yang diperoleh
dengan cara fraksinasi RBD Palm Oil atau Crude Palm Oil dan telah mengalami proses
pemurnian.
5. RBD Palm Oil, merupakan produk dari pabrik penyulingan minyak sawit yang berasal\
dari minyak sawit yang diputihkan untuk menghilangkan bau khasnya.
6. Bungkil sawit (Palm Kernel Expeller) atau Biji Buah Kelapa Sawit.
7. Cangkang kelapa sawit, adalah sisa pecahan cangkang setelah biji sawit dikeluarkan dan
dihancurkan di palm oil mill.
VI. ASPEK KEUANGAN
Hal penting berjalannya prospek bisnis ini dilihat dari Aspek Keuangannya, yaitu Jaminan,
Pengembalian Investasi dan Komponen Investasi.
Pertama dalam menjalin kemitraan dengan Pihak Mitra Pembiayaan adalah memperhatikan sisi
Jaminan. Dalam hal ini Jaminan yang diberikan kepada PT. Kinerja Sukses Gemilang adalah
Jaminan berupa SHM Kebun Kepala Sawit milik salah seorang pemegang saham PT. PANCA
MITRA KUANSING.
Kedua untuk Skema Pengembalian Investasi perlu diadakan pembicaraan lanjutan antara berbagai
Pihak yang berkolaborasi dalam kegiatan bisnis ini untuk mengetahui detail Investasi yang
dibutuhkan, termasuk juga harga pokok produksi, harga jual, kuantitas produk yang akan dijual dan
margin yang akan dihasilkan, sehingga dapat diketahui berapa lama jangka waktu ideal untuk dapat
mengembalikan Pinjaman atau Investasi yang ditanam dan konsep kerjasama bagaimana yang
diinginkan.
Yang ketiga adalah Investasi yang dibutuhkan berupa :
• Kebutuhan modal kerja
• Modal investasi
• Laporan arus kas
• Penentuan harga pokok penjualan
• Perhitungan kriteria kelayakan investasi (npv, irr dan bep),
• Proyeksi neraca dan proyeksi laporan laba/rugi

Semua biaya yang dikeluarkan akan diperhitungkan, seperti kompensasi karyawan,


walaupun pengusaha bertindak sebagai karyawan. Biaya, berdasarkan aktivitas volume dapat
digolongkan kepada biaya tetap, biaya variabel dan biaya Semi Variabel (biaya campuran).
Walaupun pada akhirnya biaya ini hanya digolongkan menjadi biaya tetap dan biaya
variable saja. Menurut Ilmu Ekonomi, dalam jangka panjang semua biaya adalah bersifat variable,
karena biaya tetap itu akan berubah disebabkan oleh perkembangan teknologi, perubahan kondisi
perusahaan dan perubahan strategi manajemen.
Berikut penjelasan untuk masing-masing biaya :
1. Biaya Tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam jumlah perubahan volume kegiatan
tertentu. Biaya tetap timbul akibat adanya pengambilan keputusan dan kebijakan manajemen
misalnya keputusan dalam kepemilikan pabrik, ekuipmen dan organisasi pokok atau
kepemilikan aktiva tetap.
Yang termasuk dalam komponen biaya tetap:
a. Gaji karyawan utama
b. Biaya asuransi
c. Beban pajak Bumi dan Bangunan
d. Biaya penyusutan mesin pabrik
e. Biaya iklan, dll
2. Biaya Variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubahnya sebanding denggan perubahan
volume kegiatan. Biaya variabel per unit konstan (tetap) dengan adanya perubahan volume
kegiatan. Biaya bahan baku merupakan contoh biaya variabel yang berubah sebanding dengan
perubahan volume produksi.
Yang termasuk dalam komponen biaya variabel :
a. Biaya bahan baku langsung
b. Biaya bahan penolong
c. Biaya tenaga kerja langsung

3. Biaya semi variabel adalah: biaya yang memiliki unsur biaya tetap dan biaya variabel
didalamnya. Unsur biaya yang tetap merupakan jumlah biaya minimum untuk menyediakan
jasa sedangkan unsur variabel merupakan bagian dari biaya semi variabel yang dipengaruhi
oleh perubahan volume kegiatan.
Yang termasuk dalam komponen biaya variabel :
a. Biaya pemakaian listrik
b. Biaya pemakaian air
c. Biaya pemakaian telepon dll

Secara ringkas, dapat diberikan format sederhana perhitungan kelayakan usaha secara finansial
sebagai berikut:
1. Sumber Pendanaan
Uraian Persentase (%) Jumlah
a b c=(a + b)
1. Modal Sendiri
2. Pinjaman
Jumlah (1+2)
2. Kebutuhan Pembiayaan/Modal Investasi
Uraian Banyaknya Harga/Unit Jumlah
Modal
a b c d=(b x c)
Tanah
Bangunan
Mesin/Peralatan
Peralatan Kantor
Alat Angkut
Infrastruktur
Biaya Pra Operasi
Jumlah
3. Kebutuhan Pembiayaan/Modal Kerja
Uraian Banyaknya Harga/Unit Jumlah
Modal
a b c d=(b x c)
Bahan Baku
Persediaan Bahan
Produk Dalam Proses
Piutang
Uang Kas
Jumlah
4. Analisa Biaya Tetap
Uraian Banyaknya Harga/Unit Jumlah
Modal
a b c d=(b x c)
Gaji
Penyusutan
Bunga Pinjaman
Biaya Pemasaran
Biaya Lainnya
Jumlah
5. Analisa Biaya Tidak Tetap
Uraian Banyaknya Harga/Unit Jumlah
Modal
a b c d=(b x c)
Upah
Biaya Bahan
Jumlah
6. Proyeksi Aliran Kas Usaha
Sumber Dana Penggunaan Arus Kas Keadaan Kas Keadaan Kas
(In Flow) Dana Bersih (Net Awal Akhir
(Out Flow) Bersih)
A b c=(a – b) d e=(c + d)

VII. ANALISA KELAYAKAN USAHA


Analisis ini digunakan untuk mengukur nilai uang atau tingkat pengembalian dari investasi
yang ditanamkan dalam suatu usaha pada masa yang akan datang. Hal ini sangat penting dilakukan
sebelum implementasi investasi yang sering mempertaruhkan dana yang sangat besar. Dengan
Analisa ini akan diketahui besarnya faktor-faktor resiko yang akan dihadapi, dan yang
membuktikan bahwa Bisnis ini layak untuk dijalani.
Metode analisa yang dapat dipergunakan adalah:
1. Net Present Value (NPV)
NPV didefinisikan sebagai selisih antara investasi sekarang dengan nilai sekarang (present value)
dari proyeksi hasil-hasil bersih masa datang yang diharapkan.
Dengan demikian, NPV dapat dirumuskan:
NPV = PV of Benefit – PV of Capital Cost atau karena PV = (C / (1+i)n), maka:
- i = bunga tiap periode N = periode (tahun, bulan)
- C = modal (capital) C = hasil bersih (proceed)
Kriteria yang dipergunakan dalam penilaian NPV adalah sbb:
1). Jika NPV = 0 (nol), maka hasil investasi (return) usaha akan sama dengan tingkat bunga yang
dipakai dalam analisis, atau dengan kata lain usaha tidak untung maupun rugi (impas).
2). Jika NPV = – (negatif), maka investasi tersebut rugi atau hasilnya (return) dibawah tingkat
bunga yang dipakai.
3). Jika NPV = + (positif), maka investasi tersebut menguntungkan atau hasilnya (return) melebihi
tingkat bunga yang dipakai. Kelemahan utama dari metode NPV ini
adalah bahwa ia tidak menganalisis pemilihan alternatif usaha-usaha dengan jumlah investasi yang
berbeda.
2. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return didefinisikan sebagai besarnya suku bunga yang menyamakan nilai sekarang
(present value) dari investasi dengan hasil-hasil bersih yang diharapkan selama usaha berjalan.
Patokan yang dipakai sebagai acuan baik tidaknya IRR biasanya adalah suku bunga pinjaman bank
yang sedang berlaku, atau suku bunga deposito jika usaha tersebut dibiayai sendiri.
Perhitungan IRR secara manual cukup kompleks, karena harus menggunakan beberapa kali simulasi
atau melakukan pola try and error. Namun demikian, untuk skenario dua nilai NPV yang telah
diketahui sebelumnya, IRR dapat dirumuskan sebagai:

VIII. ANALISA KEUNTUNGAN


Analisa keuntungan ditujukan terhadap rencana keuntungan (penetapan keuntungan)
dengan menyesuaikan atau set-up harga dan volume penjualan yang dapat diserap oleh pasar dengan
mempertimbangkan kebijaksanaan dari pesaing. Analisa keuntungan ini harus selalu dilakukan
dalam atau dengan acuan periode tertentu.
1. Break Even Point (BEP)
Analisa BEP atau titik impas atau titik pulang pokok adalah suatu metode yang mempelajari
hubungan antara biaya, keuntungan, dan volume penjualan/produksi. Analisa yang juga dikenal
dengan istilah CPV (Cost-ProfitVolume) ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keuntungan
minimal yang harus dicapai, di mana pada tingkat tersebut perusahaan tidak mengalami keuntungan
maupun kerugian. Dalam analisa BEP, faktor-faktor biaya dibedakan menjadi:
a. Biaya semi variabel, yaitu biaya yang akan ikut berubah jumlahnya dengan perubahan
volume penjualan atau produksi, namun tidak secara proporsional. Biaya ini sebagian akan
dibebankan pada pos biaya tetap, dan sebagian lagi akan dibebankan pada pos biaya
variabel.
b. Biaya variabel, adalah biaya yang akan ikut berubah secara pro-porsional dengan
perubahan volume penjualan atau produksi.
c. Biaya tetap, adalah biaya yang tidak akan ikut berubah dengan perubahan volume penjualan
atau produksi.
2. Aspek Produksi dan Pemasaran
Adapun mesin dan teknologi yang digunakan dalam rencana bisnis ini adalah:

Berikut adalah alur mesin yang rencananya akan digunakan untuk pengolahan buah/biji kelapa
sawit menjadi minyak kelapa sawit :
Adapun proses dari Buah Kelapa Sawit menjadi Minyak mentah yang sudah difilter adalah sebagai
berikut :

Untuk kapasitas Produksi tergantung dari Mesin yang digunakan dalam Pengolahan Kelapa Sawit
ini. Berikut adalah mesin dengan kapasitas produksi mulai dari 500kg/jam minyak kelapa sawit
sampai dengan 4000 kg / jam minyak kelapa sawit:
IX. RANCANGAN BIAYA

Material
No Uraian Pekerjaan Vol Satuan
(Rp)
1 Scraper penghantar ke rebusan kurang lebih 17 1 Unit Rp. 156.000.000
meter komplit Plat 6 mm & 4 mm
2 Rebusan Kavasitas kurang lebih 5 ton / oger 1 Unit Rp. 390.000.000
komplit 2 BH pintu 2 unit/145 Plat 10mm
3 Conpeor dari rebusan ke elepator komplit 6 mm 1 Unit Rp. 92.000.000
/ 4mm
4 Elipator p. Kurang lebih 10 meter komplit 6 mm 1 Unit Rp. 165.000.000
/ 4 mm
5 CBC kurang lebih 18 meter 6 mm & 8 mm 1 Unit Rp. 196.000.000
6 Digester Komplit Plat 8 mm & 5 mm 1 Unit Rp. 275.000.000
7 Mesin Screwpress AP.12 komplit / panel 1 Unit Rp. 325.000.000
8 Vibro / saringan minyak komplit Petak 900 x 1 Unit Rp. 21.500.000
1200 mm
9 Viber Cyklon komplit 1 Unit Rp. 295.000.000
10 Tangki COT. 1500 x 1500 x 3000 Petak Plat 6 mm 1 Unit Rp. 56.000.000
11 Tangki CST. 1500 x 4500 2 Buah + Petak Plat 1 Unit Rp. 190.000.000
6 mm
12 Tooil tang 1900 x 3000 Bulat Plat 6 mm 1 Unit Rp. 78.000.000
13 Slat tang 1900 x 3000 BulatPlat 6 mm 1 Unit Rp. 78.000.000
14 Bak Vit 1 unit 1500 x 1500 x 6000 Petak Plat 6 mm 1 Unit Rp. 145.000.000
15 Tangki timbul mobil bekas kavasitas kurang 1 Unit Rp. 180.000.000
lebih 30 ton 4 buah
16 Boiler kavasitas 3 ton komplit 1 Unit Rp. 650.000.000
17 Panel untuk mesin / kabel arus mesin 1 Unit Rp. 175.000.000
18 Tangki air panas 1 unit Bulat 1200 x 1500 Plat 6 mm 1 Unit Rp. 15.500.000
19 Biaya Pemasangan atau Komisioning 1 Pekerjaan Rp. 135.000.000
Total Biaya Rp. 3.618.000.000
Rancangan biaya tersebut diatas adalah biaya pembelian dan pemasangan untuk Pabrik Kelapa
Sawit Mini per Unit, sedangkan dalam proposal permohonan ini kami PT. PANCA MITRA
KUANSING mengajukan permohonan sebanyak 30 Unit untuk wilayah Kabupaten Kuantan
Singingi, Jadi total biaya untuk pendirian 30 Unit Pabrik Kelapa Sawit (PLS) Mini di wilayak
Kabupaten Kuantan Singingi adalah Rp. 3.618.000.000,- x 30 Unit = Rp. 108.540.000.000,-
(Seratus Delapan Miliar Lima Ratus Empat Puluh Juta Rupiah).
X. PENUTUP

Demikian Proposal Permohonan ini kami buat sebagai acuan dan gambaran untuk semua pihak
terkait guna menjalin kolaborasi yang baik dan kerjasama yang dapat saling menguntungkan
sehingga PKS Mini ini cepat terwujud dan berjalan lancar.
Kami ucapkan terimakasih kepada PT Kinerja Sukses Gemilang selaku pihak yang akan
memberikan fasilitas pembiayaan untuk proyek ini melalui platform kfund dan sebagai penyedia
Jaringan Peer To Peer Lending System.
Kemudian kepada Team Management Andalan Mediatama yang bergerak dibidang Konsultasi
dalam Pembiayaan, Investasi serta Pemasaran Komoditi.
Serta kepada Pemerintah Daerah Provinsi Riau maupun seluruh masyarakat dan pihak terkait yang
telah membantu dan berpartisipasi dalam mendorong kami terus berkiprah di masyarakat. Saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan.

Kuantan Singingi, 20 Agustus 2022


Direktur Utama
PT. PANCA MITRA KUANSING

FATKHUL MU’IN

Anda mungkin juga menyukai