Anda di halaman 1dari 50

MATERI MINGGU KE-2

PANEN DAN PROSES EKSTRAKSI


MINYAK KELAPA SAWIT (CPO)
LA RIANDA BAKA
0813 4176 5565
SUB POKOK BAHASAN
• Persiapan Panen, Cara Panen dan
Pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS)
• Penerimaan (penimbangan dan sortasi) buah
kelapa sawit Perebusan Buah Kelapa Sawit
• Perontokan Buah dari Tandan Sawit
• Proses Pencacahan dan Pemisahan kernel (biji)
Sawit
• Proses Ekstraksi Minyak Sawit (CPO)
KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN
Setelah menyelesaikan kuliah hari ini, mahasiswa akan
memiliki kemampuan untuk:

1. Menjelaskan pendekatan yang dapat digunakan dalam


menentukan saat matang panen yang tepat dalam rangka
mengoptimalkan mutu TBS sekaligus memaksimalkan
produktivitas, dalam hal ini kandungan minyaknya.
2. Menjelaskan berbagai aspek baik prapanen, saat panen,
ataupun pascapanen yang dapat mempengaruhi mutu
TBS.
3. Menjelaskan kriteria-kriteria yang spesifik dari buah yang
siap dipanen.
4. Menjelaskan segala hal yang perlu dipersiapkan dan
metode panen yang tepat sesuai dengan kondisi tanaman
dan kondisi kebun.
Lanjutan …

5. Menjelaskan secara lengkap alur proses produksi minyak


sawit kasar (CPO) mulai dari penerimaan buah sampai
penyimpanan produknya.
6. Menjelaskan secara rinci mekanisme dan fungsi dari tahap
penimbangan dan sortasi tandan buah segar (TBS).
7. Menjelaskan secara detail teknik perebusan TBS dan
tujuannya.
8. Menjelaskan prinsip kerja proses perontokkan buah dari
tandannya dan mesin yang digunakan.
9. Menjelaskan secara lengkap mekanisme proses
pencacahan dan pengepresan buah sawit dalam
menghasilkan minyak sawit kasar.
PERSIAPAN PANEN
Pada umumnya status tanaman kelapa sawit beralih dari
periode tanaman belum menghasilkan (TBM) menjadi
periode tanaman menghasilkan (TM) pada umur 30 bulan.
Paramater lain yang dapat digunakan dalam menentukan
kategori kelapa sawit siap panen adalah dari jumlah pohon
yang sudah berbuah matang panen, yaitu jika sudah berada
pada angka lebih dari 60%. Pada keadaan ini rata-rata berat
tandan telah mencapai 4 kg dan pelepasan brondolan dari
tandan akan lebih mudah.
Proses panen dimulai dari pemotongan tandan buah hingga
pengangkutan ke pabrik. Urutan kegiatan panen meliputi
pemotongan tandan buah matang panen, pengutipan
brondolan, pemotongan pelepah, pengangkutan hasil ke
TPH (tempat penampungan hasil), dan terakhir
pengangkutan hasil menuju pabrik.
• Persiapan panen yang akurat akan
memperlancar pelaksanaan panen. Persiapan
ini meliputi kebutuhan tenaga kerja,
peralatan, pengangkutan, dan sarana panen.
Persiapan tenaga meliputi jumlah tenaga kerja
beserta tingkat pengetahuan dan
ketrampilannya.
• Kebutuhan tenaga kerja bergantung pada keadaan
topografi, kerapatan panen, dan umur tanaman.
• Persiapan sarana panen seperti pengerasan jalan,
pembuatan titik panen, jalan panen (pikul), dan Tempat
Penampungan Hasil (TPH). Jalan pikul dibuat selang
dua barisan tanaman, dengan lebar 1 m, sedangkan
TPH dapat dibuat secara bertahap. Pada tahap awal
dibuat satu TPH untuk 3 jalan pikul (6 baris tanaman),
kemudian 1 TPH untuk setiap 2 jalan pikul (4 baris
tanaman) dan selanjutnya 1 TPH untuk setiap 1 jalan
pikul (2 baris tanaman). TPH pada umumnya memiliki
ukuran 3 m x 2 m.
KRITERIA KEMATANGAN
• Kriteria kematangan dapat dilihat dari perubahan
warna. Proses perubahan warna yang terjadi pada
tandan yaitu dari hijau berubah kehitaman kemudian
berubah menjadi merah mengkilat (jingga).
• Kriteria matang panen juga dapat dilihat dari jumlah
brondolan yang gugur tergantung pada berat tandan,
untuk berat tandan >10 kg sebanyak 2 brondolan per
kg tandan, dan untuk berat tandan <10 kg sebanyak 1
brondolan per kg tandan. Mutu buah panen ditentukan
oleh fraksi matang panen. Fraksi matang panen terdiri
dari 7 kelas.
FRAKSI MATANG PANEN 7 KELAS :
1. Tidak ada, buah masih hitam sangat mentah
2. Membrondol 1–12,5% mentah
3. Membrondol 12,5–25% kurang matang
4. Membrondol 25–50% matang I
5. Membrondol 50–75% matang II
6. Membrondol 75–100% lewat matang I
7. Buah dalam ikut membrondol lewat matang
II
BUAH KELAPA SAWIT
• Fraksi panen ini sangat berpengaruh terhadap
rendemen minyak dan kadar asam lemak
bebas (ALB).
• Semakin tinggi fraksi panen (matang)
rendemen minyak akan meningkat, sedangkan
kadar mutu minyak semakin menurun sebagai
akibat naiknya kadar ALB.
PENGARUH FRAKSI PANEN TERHADAP
RENDEMEN DAN KADAR ALB
Fraksi panen Rendemen minyak (%) Kadar ALB (%)

• 0 16,0 1,6
• 1 21,4 1,7
• 2 22,1 1,8
• 3 22,2 2,1
• 4 22,2 2,6
• 5 22,9 3,8
• Memanen buah yang terlalu mentah juga dapat merusak
rotasi panen dan rendahnya rendemen yang dihasilkan. Hal
ini dikarenakan kandungan minyak pada buah yang belum
optimal
• Buah mentah menghasilkan rendemen sebesar 16%.
Sedangkan memanen buah yang terlalu matang juga
berpengaruh buruk pada kualitas minyak kelapa sawit
karena mengandung minyak dengan kadar ALB yang tinggi,
selain itu memanen buah yang terlalu matang juga sangat
berisiko apabila pada situasi dan kondisi tertentu di
lapangan menyebabkan TBS harus bermalam di lapangan
dan menjadi buah restan. Hal ini meningkatkan peluang
meningkatnya kadar ALB dengan lebih cepat dibandingkan
TBS dengan fraksi matang I dan matang II.
ROTASI PANEN
• Rotasi panen merupakan selang waktu antara panen
yang satu dengan panen berikutnya pada satu ancak
panen. Rotasi panen tergantung pada kerapatan panen
(produksi), kapasitas panen, dan keadaan pabrik. Pada
umumnya panjang rotasi panen sekitar tujuh hari. Jika
rotasi panen semakin panjang, maka kerapatan panen
meningkat tetapi kualitas panen cenderung menurun.
Rotasi panen juga dipengaruhi oleh iklim yang
menimbulkan adanya panen puncak dan panen kecil.
Dengan demikian standar rotasi panen tujuh hari dapat
berubah disesuaikan dengan keadaan produksi.
ANCAK PANEN
• Sistem ancak panen bergantung pada keadaan topografi
lahan dan ketersediaan tenaga kerja. Ancak tetap yaitu
setiap pemanen diberikan ancak panen yang sama dengan
luasan tertentu dan harus selesai pada hari tertentu. Ancak
giring yaitu setiap pemanen diberikan ancak per baris
tanaman dan digiring bersama-sama.
• Kelebihan sistem ancak tetap yaitu setiap pemanen
bertanggung jawab terhadap ancak panen dan mudah
dikontrol kualitasnya. Sementara pada sistem ancak giring
pelaksanaan panen cenderung lebih cepat dan buah cepat
sampai di TPH. Kelemahan sistem ancak tetap yaitu buah
terlambat sampai di TPH, sedangkan kelemahan pada
sistem ancak giring yaitu setiap pemanen selalu mencari
buah yang mudah dipanen dan pengontrolan kualitasnya
lebih sulit.
KERAPATAN PANEN
• Kerapatan panen yaitu jumlah pohon yang dapat
dipanen (jumlah tandan matang panen) dari
suatu luasan tertentu. Angka kerapatan panen
(AKP) digunakan untuk meramalkan produksi,
kebutuhan pemanen, kebutuhan truk, dan
pengolahan TBS pada esok harinya. Kegunaan
perhitungan kerapatan panen adalah untuk
meramalkan produksi tanaman, menetapkan
angka kerapatan panen (AKP), dan jumlah
pemanen.
CARA PANEN
• Panen merupakan pemotongan tandan dari pohon
hingga pengangkutan ke pabrik. Urutan kegiatan panen
adalah pemotongan tandan buah matang panen,
pengutipan brondolan, pemotongan pelepah,
pengangkutan hasil ke TPH, dan pengangkutan hasil ke
pabrik. Sebelum pemotongan tandan, pemanen
terlebih dahulu mengamati buah matang panen di
pohon pada ancaknya masing-masing. Hal ini
dimaksudkan untuk melihat kematangan buah. Tandan
buah dipotong tandas dengan menggunakan dodos
jika umur tanaman berkisar 3–5 tahun dan
menggunakan egrek untuk tanaman dengan umur di
atas 8 tahun.
• Pemotongan pada tangkai tandan sebaiknya
membentuk huruf V. Pelepah yang berada di bawah
tangkai buah biasanya dipotong untuk memudahkan
proses pemotongan tandan buah. Meskipun demikian,
jika jumlah pelepah dari pohon kurang dari standar
pelepah yang harus ada, maka pelepah di sekitar
tandan tidak perlu dipotong. Namun jika jumlah
pelepah lebih dari standar pelepah yang menyangga
buah tersebut, maka diperbolehkan untuk dilakukan
pemotongan. Tandan buah yang telah dipotong
kemudian diangkut ke TPH dan harus disusun secara
rapi. Tandan disusun menurut baris yakni 5–10 tandan
per baris.
• Brondolan yang ada di piringan pohon dan
ketiak pelepah dikutip dan diangkut ke TPH
dengan menggunakan karung bekas pupuk.
Brondolan ditumpuk di sebelah tumpukan
tandan dan diberi alas. Tandan dan brondolan
harus bebas dari pasir, sampah, tangkai
tandan, dan kotoran lainnya. Tandan kosong
harus ditinggalkan di lapangan (gawangan
mati), dan tidak boleh terangkut ke pabrik.
PENGANGUKTAN TBS
• Pada dasarnya proses pengangkutan dilakukan
dengan memindahkan TBS dari lahan ke TPH
untuk diperiksa dan dilakukan pemilahan.
• Selanjutnya TBS kembali diangkut menuju ke
Pabrik Kelapa Sawit (PKS) untuk dilakukan
proses ekstraksi minyak sawit kasar (CPO). Alat
transportasi yang biasa digunakan untuk
mengangkut TBS tersebut berupa truk.
• Pengangkutan buah sawit dari TPH menuju pabrik harus
dilakukan dengan segera untuk mencegah naiknya kadar
asam lemak bebas (ALB).
• Secara umum persentase ALB sesaat setelah tandan buah
dipotong berkisar antara 0,2 - 0,7% dan setelah jatuh ke
tanah dapat meningkat menjadi 0,9– 1,0% untuk setiap 24
jamnya. Tandan buah segar yang dipanen harus diangkut
dan sampai ke pabrik kelapa sawit pada hari itu juga.
• Pengangkutan pada malam hari akan menyulitkan proses
sortasi buah di loading ramp. Buah restan atau buah yang
tertinggal di kebun harus semaksimal mungkin dihilangkan.
Buah restan mengakibatkan kenaikan asam lemak bebas
(ALB) minyak sawit yang dihasilkan. Selain itu, buah restan
juga menimbulkan kerawanan terhadap pencurian TBS.
• Pengangkutan buah dapat dilakukan dengan kendaraan
sendiri atau pemborong. Kebutuhan kendaraan angkut
buah setiap hari dihitung berdasarkan estimasi
produksi yang sudah diketahui pada sore hari (sehari
sebelum panen) dan realisasi pengangkutan pada hari
sebelumnya.
• Fluktuasi produksi harian biasanya tidak jauh berbeda.
Pengangkutan tandan buah menggunakan truk
didahului dengan proses pemuatan (loading) baik
secara manual ataupun secara mekanis menggunakan
truk yang dilengkapi alat pengangkat (crane).
EKSTRAKSI Crude Palm Oil (CPO)
GAMBARAN UMUM PROSES
EKSTRAKSI CPO
• Sebelum penjelasan lebih rinci dari tahapan awal
proses ekstraksi minyak sawit, pada bagian ini
diberikan gambaran umum proses ekstraksi minyak
sawit kasar (CPO).
• Proses ini dimulai dari penerimaan TBS sampai
penyimpanan dan pengiriman CPO. Di antara tahapan
tersebut buah sawit akan mengalami proses perebusan
(sterilisasi), perontokkan, pencacahan, pengepresan,
dan proses klarifikasi. Selain itu juga ada proses
pembersihan dan pengeringan inti sawit (kernel), yang
mana pengolahan kernelnya akan dilakukan pada
pabrik lain.
• Selain CPO sebagai produk utama, proses
ekstraksi minyak sawit juga menghasilkan
beberapa material lain sebagai produk
samping, seperti tankos (tandan kosong),
cangkang atau tempurung, serat, sludge, dan
juga inti sawit (kernel). Hampir seluruh
material tersebut dapat dimanfaatkan untuk
fungsi lainnya seperti sebagai pupuk dan
bahan bakar.
ALUR PROSES PENGOLAHAN TANDAN BUAH
SAWIT MENJADI CPO
PENERIMAAN BUAH SAWIT
• Di pabrik kelapa sawit, buah sawit akan memulai
perlakuan tahap pertama pada stasiun
penerimaan TBS. Setelah proses penerimaan,
selanjutnya buah akan menjalani proses-proses
lanjutan yang pada akhirnya akan dihasilkan
minyak sawit kasar (crude palm oil). Pada stasiun
penerimaan TBS ini, dilakukan proses
penerimaan, penampungan sementara, dan
sortasi. Stasiun penerimaan TBS secara umum
terbagi menjadi dua area utama yaitu area
jembatan timbang dan area sortasi.
PENIMBANGAN
• Buah-buah sawit yang sudah dipanen diangkut menggunakan mobil
truk kemudian dibawa menuju pabrik untuk diterima di stasiun
penerimaan buah yang kemudian ditimbang di jembatan timbang
(weight bridge) dan ditampung di penampungan sementara pada
area loading ramp. Jembatan timbang menjadi alat untuk
mengetahui tonase TBS yang diterima pabrik.
• Tonase atau berat tandan buah harus selalu diketahui dan dicatat
untuk berbagai keperluan baik dari sisi administratif maupun teknis.
Dari sisi teknis, berat buah penting diketahui dalam rangka analisis
rendemen dan aspek produktivitas lainnya. Sementara dari sisi
administratif, tonase diperlukan untuk transaksi pembelian buah
dari petani atau juga evaluasi kinerja di sektor hulu atau kebun.
• Prinsip kerja dari jembatan timbang yaitu mobil angkut truk yang
melewati jembatan timbang berhenti ± 5 menit, kemudian dicatat
berat truk awal sebelum tandan buah segar (TBS) dibongkar dan
disortir.
• Kemudian setelah dibongkar truk kembali ditimbang. Selisih berat
awal dan akhir adalah berat TBS yang diterima di pabrik
WUJUD FISIK JEMBATAN TIMBANG
SORTASI
• Sortasi atau grading adalah suatu kegiatan
yang dilaksanakan untuk mengetahui mutu
dan memilah TBS yang masuk ke pabrik
pengolahan untuk diproses menjadi CPO. Pada
tahap ini buah yang datang dari kebun,
baik itu kebun inti, plasma, maupun kebun
masyarakat dilakukan pemeriksaan untuk
beberapa tujuan, antara lain:
TUJUAN SORTASI
• Mengetahui mutu atau kualitas dari TBS yang
diterima pihak pabrik.
• Sebagai laporan kepada pihak kebun (estate) atas
mutu TBS yang diterima. Ini sekaligus sebagai
bahan evaluasi bagi pihak kebun.
• Sebagai acuan atau dasar dalam perhitungan
pembayaran yang harus ditanggung pabrik
kepada pihak ketiga (penyuplai buah).
• Sebagai parameter dalam menganalisis mutu
hasil produksi oleh pabrik.
Lanjutan…
• Kegiatan sortasi ini dilakukan di area loading
ramp
• Sortasi dapat dilakukan dengan dua metode
yaitu pemeriksaan secara acak atau pemeriksaan
secara total. Pemeriksaan acak dilakukan dengan
pemeriksaan terhadap minimal 5% dari jumlah
truk yang datang dari suatu kebun (afdeling).
Sementara pemeriksaan total dilakukan terhadap
seluruh truk yang masuk.
• Pemeriksaan dilakukan dengan membongkar TBS
dari truk di lantai loading ramp.
PEREBUSAN
• Tahap selanjutnya setelah TBS selesai disortasi adalah proses
perebusan atau sterilisasi (sterilization). Perebusan TBS memiliki
beberapa tujuan yaitu untuk menghentikan aktivitas enzim (lipase),
memudahkan pelepasan buah dari tandan atau janjangan,
melunakkan daging buah, dan untuk mengurangi kadar air dalam
buah.
• Enzim lipase yang secara alamiah terdapat pada buah sawit bekerja
untuk memecah molekul-molekul lipid (trigliserida) menjadi
molekul- molekul yang lebih sederhana yaitu asam lemak bebas
(ALB) atau free fatty acid (FFA) yang akan dioksidasi dalam rangka
menghasilkan energi untuk mempertahankan siklus hidup dari
buah.
• Pada proses produksi CPO, keberadaan enzim ini tentu saja akan
menurunkan kandungan dari trigliserida. Untuk itu aktivitas dari
enzim ini perlu dihentikan dengan cara pemanasan. Enzim pada
umumnya tidak aktif pada suhu di atas 50°C.
• Perebusan TBS sendiri dilakukan pada suhu 120°C. Aktivitas enzim
juga dapat meningkat jika buah terluka. Dengan demikian menjadi
sangat penting untuk menjaga buah tidak terluka atau utuh.
LANJUTAN…
• Perebusan juga bermanfaat untuk
mempermudah proses pelepasan buah atau
brondolan dari tandannya. Pemanasan akan
merusak seluruh selsel dan jaringan-jaringan dari
TBS, termasuk bagian pangkal buah yang
menempel pada tandan. Hal ini menyebabkan
buah akan mudah lepas.
• Selain itu juga akan melunakkan bagian daging
buah sehingga mempermudah proses
pemecahan sel-sel minyak dan mempermudah
mengeluarkannya.
LANJUTAN…
• Tujuan lain perebusan adalah mengurangi kadar air
pada buah. Dengan perebusan, karakter dari bagian
daging buah akan berubah dengan kadar air semakin
menurun. Semakin rendah kadar air pada daging buah
akan memberikan dampak positif dalam
mempermudah proses ekstraksi dan pemisahan
minyak dari komponen-komponen non lemak (non-oil
solid) yang tercampur di dalamnya. Dengan perebusan
kadar air pada inti sawit juga berkurang. Hal ini
menyebabkan daya lekat inti dengan cangkang atau
tempurungnya semakin berkurang, sehingga nantinya
akan mempermudah proses pemisahan cangkang.
LANJUTAN…
• Untuk mencapai tujuan dari perebusan seperti yang
dijelaskan di atas, maka pada dasarnya perebusan
dapat dilakukan pada temperatur dan tekanan yang
tinggi sehingga akan mempercepat waktu proses.
Namun demikian, temperatur dan tekanan yang terlalu
tinggi dapat berakibat buruk pada mutu minyak yang
dihasilkan.
• Dari berbagai pengujian, diperoleh kondisi perebusan
terbaik dan optimal dengan tekanan uap sebesar 2,8
kg/cm2 dalam waktu 80–90 menit. Kondisi ini mampu
menghasilkan minyak dengan mutu yang baik.
Perebusan dilakukan pada unit sterilizer yang berupa
bejana uap bertekanan tinggi.
GAMBAR ALAT PEREBUSAN BUAH
KELAPA SAWIT
• Pola perebusan yang umum dilakukan adalah dengan
metode dua puncak (double peak) dan tiga puncak (triple
peak).
• Perebusan dengan metode ini akan memberikan efek
mekanik pada bahan, sehingga perusakan jaringan pada
bahan lebih maksimal dalam rangka mempermudah proses
ekstraksi minyak. Perbedaan jumlah puncak ini merupakan
hasil dari proses buka tutup dari katup-katup (inlet dan
exhause valves) selama proses perebusan berlangsung.
Proses buka tutup katup ini dilakukan dengan cepat
sehingga akan memberikan efek mekanik yang maksimal.
Pada proses ini dilakukan pengeluaran udara untuk
digantikan dengan uap panas. Udara perlu dikeluarkan
untuk menghindari adanya turbulensi yang mengurangi
mekanisme perambatan panas menuju bahan.
PERONTOKAN BUAH DARI TANDAN
• Perontokkan (threshing) adalah proses pelepasan
buah (berondolan) dari tandan buahnya
menggunakan mesin thresher. Di dalam thresher,
proses perontokkan buah terjadi pada bagian
drum thresher. Perontokkan ini dapat terjadi
sebagai akibat adanya tromol yang berputar pada
sumbu mendatar yang membawa TBS ikut
berputar dengan kecepatan putaran 23–25 rpm
sehingga membanting-banting TBS tersebut dan
menyebabkan brondolan lepas dari tandannya.
MESIN THRESHER PADA STASIUN
PERONTOKKAN
PROSES PENCACAHAN DAN PENGEPRESAN
• Proses pengepresan (pressing) dilakukan untuk memeras
minyak yang terkandung pada daging buah sawit. Sebelum
memasuki proses pengepresan, brondolan buah sawit
harus dicacah dulu pada unit digester.
• Proses pencacahan ditujukan untuk mempermudah proses
pengepresan, sehingga dapat meningkatkan rendemen
minyak yang diekstraksi. Buah yang masuk ke dalam
digester diaduk sedemikian rupa sehingga sebagian besar
daging buah sudah terlepas dari bijinya.
• Digester terdiri dari tabung silinder yang berdiri tegak yang
di dalamnya dipasang pisau-pisau pengaduk sebanyak 6
tingkat yang diikatkan pada poros dan digerakkan oleh
motor listrik. Untuk memudahkan proses pelumatan
diperlukan panas 90–95ᵒC yang diberikan dengan cara
menginjeksikan uap dengan tekanan sekitar 3 bar. Proses
pelumatan ini berlangsung selama 15–20 menit. Setelah
massa buah dari proses pengadukan selesai kemudian
dimasukan ke dalam alat pengepresan.
• Pengepresan atau pengempaan berfungsi untuk
memisahkan minyak kasar (crude oil) dari daging
buah (pericarp). Jenis mesin pengepres yang
digunakan adalah pengepres berputar atau screw
press. Massa yang keluar dari unit digester
langsung diperas dalam screw press pada
tekanan 50–75 bar dengan menggunakan air
pembilas yang bersuhu 80–85°C. Minyak yang
dihasilkan dari proses ini berkisar antara 20–30%
dari berat TBS, dengan hasil berupa minyak kasar
(crude oil) yang viskositasnya masih sangat tinggi.
TANGKI PENAMPUNG MINYAK CPO
SEMENTARA (SAND TRAP TANK)
TANGKI PENAMPUNG MINYAK
SEMENTARA (SAND TRAP TANK)
• Minyak kasar (crude oil) yang dihasilkan dari unit
pengepresan akan dialirkan dan ditampung sementara
pada unit sand trap tank.
• Sand trap tank merupakan alat pemisah fase padatan
kasar seperti pasir atau tanah dari campuran minyak.
Alat ini berupa bejana berbentuk silinder tegak yang
dilengkapi dengan pipa over flow untuk memisahkan
materi berdensitas rendah, yaitu minyak, untuk
dialirkan menuju unit pengolahan selanjutnya yaitu oil
vibrating screen. Sementara itu, fase padatan kasar
yang didominasi oleh tanah dan pasir akan mengendap
pada bagian dasar dari sand trap tank.
SAKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai