Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

MK ILMU TANAMAN TERPADU (AGH 341)


PERSIAPAN PANEN TANAMAN KELAPA
SAWIT

Paralel 8
Kelompok 1

Riska Firotul Hidayah A24180026


Bela Hasna Audia A34180024
Firdatun Nisa G24180015
Amanah H34180016
Cahyani Suarmi Siwi H34180085

Jumat, 12 Maret 2021

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2021
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan yang menghasilkan minyak
kelapa sawit serta menopang perekonomian Indonesia dengan menjadi salah satu
penyumbang penghasil devisa nonmigas Indonesia. Perkebunan kelapa sawit yang
berkembang di Indonesia tidak lepas dari adanya kebijakan pemerintah yang
memberikan berbagai insentif, terutama terkait kemudahan dalam hal perizinan
dan bantuan subsidi investasi untuk pembangunan perkebunan rakyat dengan pola
PIRBun dan pembukaan wilayah baru untuk areal perkebunan besar swasta
(Sihombing 2012).
Budidaya kelapa sawit dilakukan dengan melakukan beberapa teknik
budidaya yang harus dilakukan dengan baik diantaranya kegiatan pembukaan
lahan, penanaman, pemeliharaan tanaman, dan manajemen kelapa sawit.
Keberhasilan dalam pemanenan berpengaruh pada pencapaian produktivitas
tanaman kelapa sawit. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemanenan salah
satunya adalah persiapan panen. Persiapan panen meliputi melakukan kastrasi
pada tanaman kelapa sawit, pengaturan dan pembuatan jalan panen (pasar pikul)
dan Tempat Pengumpulan Hasil (TPH). Ketiga hal ini sangat perlu dilakukan
dalam persiapan pemanenan kelapa sawit.
1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui persiapan panen tanaman
kelapa sawit meliputi prosedur pelaksanaan kastrasi pada tanaman kelapa sawit,
kegiatan pengaturan dan pembuatan jalan panen (pasar pikul) di kebun kelapa
sawit serta kegiatan pengaturan dan pembuatan Tempat Pengumpulan Hasil
(TPH).

II. METODE PELAKSANAAN

2.1 Tempat dan Waktu


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, 12 Maret 2021 secara online
pada pukul 07:00 – 10.00 WIB.
2.2 Alat dan Bahan
Praktikum ini menggunakan software dan device yang membantu dalam
mencari informasi mengenai kelapa sawit baik dari jurnal, buku, dan sumber
pustaka lainnya.
2.3 Langkah kerja
1. Tiap kelompok melakukan studi dari berbagai sumber pustaka termasuk
jurnal ilmiah terbaru.
2. Mencari informasi mengenai :
a. Prosedur kastrasi tanaman kelapa sawit yang meliputi :
waktu pelaksanaan, alat yang digunakan, teknis pelaksanaan (cara
dan stadia bunga yang dibuang), frekuensi kastrasi, kapasitas
tenaga kerja kastrasi dan waktu kastrasi terakhir
b. Pembuatan jalan panen /pasar pikul yang meliputi : jenis
kegiatan yang dilakukan, waktu pelaksanaan, tempat pelaksanaan
kegiatan, dimensi jalan pikul, bahan yang digunakan, dan kapasitas
tenaga kerja
c. Pembuatan Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) yang
meliputi : waktu pembuatan, ukuran, perawatan TPH, kapasitas
tenaga kerja, dan jumlah TPH yang harus dibuat pada blok yang
berukuran 30 ha (1000 m x 300 m).

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Prosedur kastrasi tanaman yang meliputi


Kastrasi merupakan pekerjaan penting sebelum tanaman beralih dari
Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) ke Tanaman Menghasilkan (TM).
Tanaman kelapa sawit mulai mengeluarkan bunga setelah berumur 14 bulan,
tergantung pertumbuhannya. Pada saat tersebut, bunga-bunga itu masih belum
sempurna membentuk buah sampai tanaman berumur sekitar 20 bulan, sehingga
tidak ekonomis untuk diolah. Bunga inilah yang akan dibuang untuk mengurangi
bunga yang sekiranya tidak ekonomis.
Tujuan dilakukannya pekerjaan kastrasi adalah :
 Mengalihkan nutrisi untuk produksi buah yang tidak ekonomis ke
pertumbuhan vegetatif.
 Pokok sawit yang telah dikastrasi cenderung lebih kuat dan seragam dalam
pertumbuhannya.
 Pertumbuhan buah yang lebih besar dan seragam beratnya.
 Menghambat perkembangan hama dan penyakit (Tirathaba, Marasmius,
tikus dan sebagainya).
Kastrasi mulai dilaksanakan jika dalam satu hamparan terdapat lebih dari
50% pokok kelapa sawit yang telah mengeluarkan bunga (jantan dan atau betina).
Pada umumnya kastrasi mulai dilakukan saat tanaman berumur 16 bulan di
lapangan. Alat yang digunakan dalam kegiatan kastrasi adalah chisel atau irho
tools dan dodos kecil.

Gambar 1 Chisel atau irho tools (kiri) dan dodos (kanan)

Teknis Pelaksanaan kastrasi (cara dan stadia bunga yang dibuang) adalah
memotong bunga dengan cara dipotong tanpa melukai batang kelapa sawit dan
pangkal pelepah daun. Dalam melaksanakan kastrasi harus dijaga agar pelepah
daun tidak terluka atau terpotong. Kastrasi dilakukan dengan memperhatikan
bunga jantan abnormal atau bunga jantan dengan jumat spikelet kurang dari 90
tangkai (Efendi S dan Rezki D 2020). Bunga jantan dan bunga betina yang
tumbuh sampai ketinggian 30 cm diatas permukaan tanah dibuang dan pelepah
tidak dipotong. Bunga yang berukuran kecil dipotong dengan pengait, sementara
bunga dengan ukuran besar dipotong menggunakan dodos. Bunga yang telah
dipotong dikumpulkan di pasar pikul, kemudian didiamkan sampai mengering dan
selanjutnya jangan dibakar.
Cabang-cabang kering dipotong hingga ke ujung pangkal menggunakan
dodos. Tandan bunga yang telah dipotong dikumpulkan dalam karung goni,
kemudian dikubur dalam tanah. Tandan bunga yang dikastrasi tidak diletakan
pada piringan melainkan pada gawangan untuk menghindari kerusakan pelepah.
Rotasi terakhir bunga jantan tidak dibuang saat melakukan kastrasi. Bunga jantan
yang dibiarkan tumbuh dimanfaatkan sebagai pengembangan Elaedobius
camerunicus. Proses kastrasi bunga jantan tidak dilakukan pada lahan bukaan baru
perkebunan kelapa sawit yang belum menghasilkan.

Gambar 2 Pelaksanaan kastrasi

Frekuensi atau Rotasi kastrasi adalah 2 (dua) bulan sekali sampai tanaman
berumur 20 bulan. Tenaga kerja yang diperlukan untuk kegiatan kastrasi ini
adalah 6-8 HK/ha. Pelaksanaan kastrasi terakhir dilakukan 6 (enam) bulan
sebelum rencana pokok dipanen.

3.2. Pembuatan jalan panen/pasar pikul yang meliputi

Pasar pikul merupakan jalan atau akses panen yang dibuat diantara dua
jalan jalur tanaman dengan lebar kurang lebih 1,2 m. Menurut Syahadat et al
(2011) pasar pikul merupakan daerah diantara baris kelapa sawit yang digunakan
dalam proses pengangkutan hasil panen ke TPH. Jalan panen atau pasar pikul
secara permanen berfungsi untuk mengangkut buah dari pohon ke TPH.
Sementara, bagi pekerja jalan pikul atau pasar pikul berfungsi untuk merawat
tanaman (Pardamean 2011). Jalan pikul pada lahan berlereng berupa tangga yang
dibuat berkelok kelok agar jalur tidak menanjak dengan tujuan mematahkan aliran
permukaan (run off), dan mempermudah proses pengangkutan TBS.
Gambar 3 Jalan panen
a. Jenis kegiatan yang dilakukan
Pembangunan jalan pada perkebunan kelapa sawit dilakukan pada saat
tanaman berumur 6-12 bulan dan dilakukan secara bertahap sesuai dengan TBM.
Akses jalan yang dibuat pada TBM I dibuat dengan perbandingan 1 : 8 yaitu
untuk 8 baris tanaman dibuat 1 disebut pasar kontrol dan pada TBM II dibuat 1 : 4
pasar pikul. Pasar pikul pada TBM III dibuat pasar kontrol 1 : 2. Ada dua cara
pembuatan pasar pikul yaitu cara manual dan mekanis. Pasar pikul dibuat searah
barisan tanaman dengan lebar 1,0 m – 1,2 m, dan berinterval 2:1 setiap gawangan
(Irwanto 2018). Menurut Sastrosayono (2003) pasar pikul dapat dibuat dengan
system 2:1. Sistem 2:1 yaitu setiap dua gawangan terdiri dari satu pasar pikul
dengan lebar antara 1 m – 1,5 m. Satu lainnya digunakan sebagai pasar pikul dan
satu lagi sebagai gawangan mati.
Pembangunan jalan pikul pada perkebunan kelapa sawit dilakukan secara
manual dan mekanis. Pembangunan secara manual dimulai dengan pembabatan
gulma menggunakan arit, cangkul kemudian dilanjutkan dengan pemerataan tanah
selebar 1 m – 1,2 m. Sementara itu, pembuatan secara mekanis dapat dilakukan
pada dua areal yaitu areal dataran dan lowland. Pada areal dataran pembuatan
pasar pikul dilakukan dengan meratakan areal yang akan diolah menggunakan
bulldozer. Pada areal lowland dilakukan proses pemerataan tanah dan
pembentukan jalan menggunakan excavator dan bulldozer. Jalan pikul pada areal
yang melewati parit maupun saluran air perlu adanya titi panen yang dibuat dari
kayu maupun beton . Titi panen dibuat secara bertahap setelah jalan pikul tersedia
dengan lebar kurang lebih 20 cm dan Panjang tergantung saluran air. Kelapa sawit
pada masa TBM 1 dipasang titi panen pada jalan pikul 1:2, sementara pada areal
replanting titi panen dipasang pada jalan pikul 1:3.
Pengendalian gulma di jalan pikul bertujuan agar mudah dilalui pekerja.
Pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual maupun kimiawi. Prestasi
kerja secara mekanis (mesin pemotong rumput) rata-rata 1.459,61 m2/jam, secara
kimia (sprayer) adalah 697,63 m2/jam. Kapasitas kerja aktual mesin pemotong
rumput adalah 0,003 ha/jam dengan waktu rata-rata 54 menit/pasar pikul.
Kapasitas kerja aktual knapsack sprayer adalah 0,007 jam/ha dengan waktu rata-
rata 26 menit/pasar pikul (Sihotang 2018). Pada TBM I setiap satu jalan pikul
untuk 8 baris tanaman memilii prestasi kerja 400m/HK. TBM 2,satu jalan pikul
untuk 4 baris tanaman memilii prestasi kerja 400m/HK, dan pada TBM 3 setiap
jalan pikul untuk 2 baris tanaman memiliki prestasi kerja 400m/HK. Sementara itu
untuk pemeliharan pasar pikul atau jalan panen pada kebun kelapa sawit TBM 3
diperlukan 6,53 HK (Lubis dan Widanarko 2011).

3.3. Pembuatan TPH yang meliputi


TPH atau tempat pengumpulan hasil panen berupa TBS dan brondolan.
Berupa lapangan yang aaumumnya berukuran 3m x 4m atau 4 m x 7 m (di atas
TM 6). TPH biasanya berada di pinggir jalan koleksi untuk mengumpulkan hasil
panen berupa TBS dan brondolan. Buah disusun di TPH dengan susunan lima
buah perbaris ke belakang dan brondolan diletakkan pada karung alas brondolan.

Gambar 4 Tempat pengumpulan hasil


a. Waktu pembuatan
Pembuatan TPH dalam suatu blok dilakukan ketika tanaman memasuki
masa produksi atau fase menghasilkan (Manurung et al. 2017). Pembuatan TPH
dilakukan dengan cara meratakan tanah yang akan dijadikan TPH.
b. Ukuran
TPH di perkebunan yang telah memasuki fase menghasilkan memiliki
ukuran 3 m x 4 m (Manurung et al. 2017).
c. Perawatan TPH kapasitas tenaga kerja
TPH dibuat sedemikian rupa agar TBS dan brondolan yang terkumpul
bersih dari sampah, tanah atau pasir. untuk menjaga tetap bersihnya brondolan,
maka setiap TPH harus dialasi dengan karung bekas pupuk ataupun brondolan itu
sendiri dimasukkan ke dalam karung. Setelah buah dipanen sampai ke pasar
tengah maka buah tersebut dilangsir ke TPH dengan menggunakan angkong. Buah
disusun di TPH dengan susunan lima buah per baris ke belakang dan brondolan
diletakkan pada karung alas brondolan. Semua buah di TPH harus dicap dengan
menggunakan stempel yang berisi identitas pemanen, divisi, dan kebun (Turman
dan Supijatno 2015). Jumlah tenaga kerja untuk pengangkutan TBS masing-
masing divisi 3-4 orang (Hasibuan dan Junaedi 2009).
d. Jumlah TPH yang harus dibuat pada blok yang berukuran 30 ha (1000 m
x 300 m)
TPH yang dibuat secara bertahap. Pada tahap awal dibuat satu TPH untuk
3 jalan pikul (6 baris tanaman), kemudian 1 TPH untuk setiap 2 jalan pikul (4
baris tanaman), dan selanjutnya 1 TPH untuk setiap 1 jalan pikul (2 baris
tanaman). Jarak tanaman kelapa sawit dalam 1 baris yaitu 7,794 m. Dalam
panjang 1000 m itu ada 128 baris tanaman kelapa sawit (1000 m : 7,794 m),
sehingga jumlah TPH pada lahan 1 ha, yaitu sebanyak 21,33 (128 baris tanaman
kelapa sawit : 6 baris tanaman kelapa sawit).

Gambar 5 Skema lokasi penanaman dan prasarana sawit


IV. KESIMPULAN

Budidaya kelapa sawit memerlukan teknik yang tepat sejak sebelum


penanaman hingga pasca panen. Keberhasilan dalam pemanenan berpengaruh
pada pencapaian produktivitas tanaman kelapa sawit. Perlakuan yang perlu
dilakukan untuk persiapan panen kelapa sawit adalah kastrasi, pembuatan pasar
angkut, dan tempat pengumpulan hasil/TPH. Kastrasi diperlukan untuk
meningkatkan produksi buah yang bernilai ekonomis dengan membuang bunga
jantan serta betina yang tidak berniali ekonomi. Pasar angkut sangat diperlukan
untuk proses pengangkutan hasil panen yang mana memiliki jumlah yang berbeda
per hektarenya bergantung usia tanaman.

DAFTAR PUSTAKA

Efendi S, Rezki D. 2020. Desain penelitian kapasitas petani melalui aplikasi


teknologi hatch adb carry seranga polinator Elaeidobius kameruncius
Faust pada perkebunan kelapa sawit. Jurnal Pengabdian kepada
Masyarakat. 6(1): 29-37

Hasibuan MAM, Junaedi A. 2009. Manajeman tenaga kerja panen kelapa sawit
(Elaeis guineensis Jacq.) di kebun Mentawak, PT. Jambi Agro Wijaya,
Bakrie Sumatera Plantation, Sorolangun, Jambi [makalah seminar].
Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.

Irwanto. 2018. Standar Panen Kelapa Sawit. BUMN.go.id., siap terbit.


http://www.bumn.go.id/halaman/situs.

Lubis RE, Widanarko A. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit. Jakarta (ID):
Agromedia.

Manurung RP, Santosa TNB, Ginting C. 2017. Kajian losses brondolan di


perkebunan kelapa sawit di kebun aek tarum, PT. Gunung Melayu, Asian
Agri Group Desa Batu Anam, Kecamatan Rahuning, Kabupaten Asahan,
Provinsi Sumatera Utara. Jurnal Agromast. 2(2):1-11.
Pardamean M. 2011. Panduan Lengkap Pengelolaan Kebun dan Pabrik Kelapa
Sawit. Jakarta(ID): Agromedia. www.agromedia.net.

Sastrosayono S. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Jakarta: Agromedia.

Sihombing SA. 2012. Manajemen Panen Kelapa Sawit di PT. Socfin Indonesia,
Perkebunan Bangun Bandar, Serdang Bedagai, Sumatera Utara [skripsi].
Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.

Turman, Supijatno. 2015. Pengelolaan panen tanaman kelapa sawit (Elaeis


guineensis Jacq.) di Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah. Bul.
Agrohort. 3(3):340-349. Sihotang JA. 2018. Evaluasi Kesesuaian lahan
Tanaman Kehutanan di Kawasan Embung Kampus Universitas Sumatera
Utara Kuala Bekala. Universitas Sumatera Utara.

Standar Operasional Prosedur Manajemen Kastrasi Dan Penunasan. 2016. diakses


pada:https://spks.or.id/file/publikasi/8__SOP_KASTRASI_Fixed-edit1.pdf
. [diakses pada 2021 mar 12].

Syahadat P, Tarigan SD, Murtilaksono K. 2011. Karakteristik Hantaran Hidrolik


Jenuh Tanah Pada Perkebunan Kelapa Sawit, Ptpn Vii Lampung Selatan. J
Ilmu Tanah dan Lingkung. 13(2):58. doi:10.29244/jitl.13.2.58-62.

Anda mungkin juga menyukai