Paralel 8
Kelompok 1
Teknis Pelaksanaan kastrasi (cara dan stadia bunga yang dibuang) adalah
memotong bunga dengan cara dipotong tanpa melukai batang kelapa sawit dan
pangkal pelepah daun. Dalam melaksanakan kastrasi harus dijaga agar pelepah
daun tidak terluka atau terpotong. Kastrasi dilakukan dengan memperhatikan
bunga jantan abnormal atau bunga jantan dengan jumat spikelet kurang dari 90
tangkai (Efendi S dan Rezki D 2020). Bunga jantan dan bunga betina yang
tumbuh sampai ketinggian 30 cm diatas permukaan tanah dibuang dan pelepah
tidak dipotong. Bunga yang berukuran kecil dipotong dengan pengait, sementara
bunga dengan ukuran besar dipotong menggunakan dodos. Bunga yang telah
dipotong dikumpulkan di pasar pikul, kemudian didiamkan sampai mengering dan
selanjutnya jangan dibakar.
Cabang-cabang kering dipotong hingga ke ujung pangkal menggunakan
dodos. Tandan bunga yang telah dipotong dikumpulkan dalam karung goni,
kemudian dikubur dalam tanah. Tandan bunga yang dikastrasi tidak diletakan
pada piringan melainkan pada gawangan untuk menghindari kerusakan pelepah.
Rotasi terakhir bunga jantan tidak dibuang saat melakukan kastrasi. Bunga jantan
yang dibiarkan tumbuh dimanfaatkan sebagai pengembangan Elaedobius
camerunicus. Proses kastrasi bunga jantan tidak dilakukan pada lahan bukaan baru
perkebunan kelapa sawit yang belum menghasilkan.
Frekuensi atau Rotasi kastrasi adalah 2 (dua) bulan sekali sampai tanaman
berumur 20 bulan. Tenaga kerja yang diperlukan untuk kegiatan kastrasi ini
adalah 6-8 HK/ha. Pelaksanaan kastrasi terakhir dilakukan 6 (enam) bulan
sebelum rencana pokok dipanen.
Pasar pikul merupakan jalan atau akses panen yang dibuat diantara dua
jalan jalur tanaman dengan lebar kurang lebih 1,2 m. Menurut Syahadat et al
(2011) pasar pikul merupakan daerah diantara baris kelapa sawit yang digunakan
dalam proses pengangkutan hasil panen ke TPH. Jalan panen atau pasar pikul
secara permanen berfungsi untuk mengangkut buah dari pohon ke TPH.
Sementara, bagi pekerja jalan pikul atau pasar pikul berfungsi untuk merawat
tanaman (Pardamean 2011). Jalan pikul pada lahan berlereng berupa tangga yang
dibuat berkelok kelok agar jalur tidak menanjak dengan tujuan mematahkan aliran
permukaan (run off), dan mempermudah proses pengangkutan TBS.
Gambar 3 Jalan panen
a. Jenis kegiatan yang dilakukan
Pembangunan jalan pada perkebunan kelapa sawit dilakukan pada saat
tanaman berumur 6-12 bulan dan dilakukan secara bertahap sesuai dengan TBM.
Akses jalan yang dibuat pada TBM I dibuat dengan perbandingan 1 : 8 yaitu
untuk 8 baris tanaman dibuat 1 disebut pasar kontrol dan pada TBM II dibuat 1 : 4
pasar pikul. Pasar pikul pada TBM III dibuat pasar kontrol 1 : 2. Ada dua cara
pembuatan pasar pikul yaitu cara manual dan mekanis. Pasar pikul dibuat searah
barisan tanaman dengan lebar 1,0 m – 1,2 m, dan berinterval 2:1 setiap gawangan
(Irwanto 2018). Menurut Sastrosayono (2003) pasar pikul dapat dibuat dengan
system 2:1. Sistem 2:1 yaitu setiap dua gawangan terdiri dari satu pasar pikul
dengan lebar antara 1 m – 1,5 m. Satu lainnya digunakan sebagai pasar pikul dan
satu lagi sebagai gawangan mati.
Pembangunan jalan pikul pada perkebunan kelapa sawit dilakukan secara
manual dan mekanis. Pembangunan secara manual dimulai dengan pembabatan
gulma menggunakan arit, cangkul kemudian dilanjutkan dengan pemerataan tanah
selebar 1 m – 1,2 m. Sementara itu, pembuatan secara mekanis dapat dilakukan
pada dua areal yaitu areal dataran dan lowland. Pada areal dataran pembuatan
pasar pikul dilakukan dengan meratakan areal yang akan diolah menggunakan
bulldozer. Pada areal lowland dilakukan proses pemerataan tanah dan
pembentukan jalan menggunakan excavator dan bulldozer. Jalan pikul pada areal
yang melewati parit maupun saluran air perlu adanya titi panen yang dibuat dari
kayu maupun beton . Titi panen dibuat secara bertahap setelah jalan pikul tersedia
dengan lebar kurang lebih 20 cm dan Panjang tergantung saluran air. Kelapa sawit
pada masa TBM 1 dipasang titi panen pada jalan pikul 1:2, sementara pada areal
replanting titi panen dipasang pada jalan pikul 1:3.
Pengendalian gulma di jalan pikul bertujuan agar mudah dilalui pekerja.
Pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual maupun kimiawi. Prestasi
kerja secara mekanis (mesin pemotong rumput) rata-rata 1.459,61 m2/jam, secara
kimia (sprayer) adalah 697,63 m2/jam. Kapasitas kerja aktual mesin pemotong
rumput adalah 0,003 ha/jam dengan waktu rata-rata 54 menit/pasar pikul.
Kapasitas kerja aktual knapsack sprayer adalah 0,007 jam/ha dengan waktu rata-
rata 26 menit/pasar pikul (Sihotang 2018). Pada TBM I setiap satu jalan pikul
untuk 8 baris tanaman memilii prestasi kerja 400m/HK. TBM 2,satu jalan pikul
untuk 4 baris tanaman memilii prestasi kerja 400m/HK, dan pada TBM 3 setiap
jalan pikul untuk 2 baris tanaman memiliki prestasi kerja 400m/HK. Sementara itu
untuk pemeliharan pasar pikul atau jalan panen pada kebun kelapa sawit TBM 3
diperlukan 6,53 HK (Lubis dan Widanarko 2011).
DAFTAR PUSTAKA
Hasibuan MAM, Junaedi A. 2009. Manajeman tenaga kerja panen kelapa sawit
(Elaeis guineensis Jacq.) di kebun Mentawak, PT. Jambi Agro Wijaya,
Bakrie Sumatera Plantation, Sorolangun, Jambi [makalah seminar].
Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
Lubis RE, Widanarko A. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit. Jakarta (ID):
Agromedia.
Sihombing SA. 2012. Manajemen Panen Kelapa Sawit di PT. Socfin Indonesia,
Perkebunan Bangun Bandar, Serdang Bedagai, Sumatera Utara [skripsi].
Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.