PENDAHULUAN
a.Latar Belakang
1
gulma menjadikan pengendalian gulma sebagai tindakan yang sangat penting dilakukan
pada perkebunan kelapa sawit.
Penunasan (pruning) merupakan kegiatan pemeliharaan yang bertujuan untuk
membuang atau memotong pelepah atau bagian tanaman kelapa sawit yang sudah tidak
produktif lagi atau juga dapat mrugikan tanaman.Kgiatan ini pnting dilakukan karena
penunasan memiliki banyak manfaat, antara lain sanitasi tanaman, memudahkan panen,
menghindari tersangkutnya brondolan di pelepah, memperlancar penyerbukan alami,
memudahkan pengamatan buah, dan efisiensi distribusi fotosintat untuk pembungaan
dan pembuahan.
Pengendalian gulma dilakukan pada areal pasar pikul, gawangan, dan areal
sekitar piringan.
b.Tujuan
c.Metode
1
BAB II
GAMBARAN UMUM
1
BAB III
PELAKSANAAN
1.1.Penunasan
1
telah dipotong dikumpulkan dan disusun di gawangan mati, terutama pada areal
datar atau pelepah daun yang telah ditunas dipotong menjadi tiga bagian dan
diletakkan teratur membentuk gundukan pada gawangan mati.
Umumnya penunasan dilakukan dengan menggunakan njorma “songgo
dua”. Setyamidjaja (1991) menyatakan sanitasi berupa penunasan dilakukan pada
saat tanaman berumur 2 tahun dengan rotasi dua kali dalam setahun.
1.2.Pasar pikul
Pasar pikul dapat dibuat dalam beberapa sistem, salah satunya dengan
sistem 2 : 1. Sastrosayono (2003) menjelaskan bahwa pembuatan pasar pikul
sistem 2 : 1 adalah dari 2 gawangan terdapat 1 pasar pikul dengan uraian 1 sebagai
pasar pikul dan satu lagi sebagai gawangan mati, lebar pasar pikul antara 1 - 1,5
mMendongkel seluruh anak kayu dan keladi – keladi yang tumbuh digawangan,
membabat gulma yang digawangan dan membabat tidak boleh bersamaan waktu
dengan dongkel anak kayu. Kegiatan dongkel anak kayu dilakukan untuk
mencegah persaingan penyerapan unsur hara antara tanaman inti dengan gulma
pengganggu. Dalam kegiatan mendongkel diharuskan akar benar-benar terangkat
agar mati.
1
1.3.Piringan
1
B.Pengendalian Gulma
1
2.2.Pengendalian Gulma Pasar Pikul
Gulma pada areal pasar pikul perlu dikendalikan. Hal itu bermanfaat bagi
transportasi dan pengiriman TBS ke TPH. Menurut H0404055 (2010) tujuan
pembersihan gulma pada areal piringan, pasar pikul, jalan kontrol, dan TPH
adalah untuk mempermudah dalam kegiatan panen dan pengutipan brondolan,
pemupukan, serta memperlancar akses masuk ke dalam blok areal kelapa sawit.
Pembersihan gulma pada areal pasar pikul dapat dilakukan secara manual
maupun kimia. Pengndalian gulma secara manual biasanya menggunaka
peralatan sederhana, seperti cangkul dan sabit. Pengendalian gulma secara kimia
umumnya menggunakan herbisida. Pengendalian gulma pada pasar pikul secara
kimia dilakukan sebanyak tiga rotasi dalam satu tahun. Pengendalian gulma pada
pasar pikul umumnya secara kimia. Hal itu dimaksudkan untuk efisiensi waktu,
biaya, dan tenaga kerja. Pengendalian gulma secara manual umumnya dilakukan
untuk mengendalikan gulma di areal piringan ataupun untuk mendongkel anak
kayu.
Pada praktikum ini dilakukan pengendalian gulma pada pasar pikul,
gawangan, dan areal sekitar piringan secara manual. Pada areal pasar pikul
dilakukan babat merah agar jalan pikul dapat digunakan/dilalui dengan baik. Pada
areal gawangan dilakukan babat dempes, yaitu membabat gulma hingga
ketinggian tertentu. Tujuan dari babat dempes tersebut adalah untuk
memperkecil/menekan penguasaan sarana tumbuh oleh gulma, khususnya gulma
rumput. Pada areal sekitar piringan dilakukan kegiatan pencabutan atau
pendongkelan anak kayu untuk gulma berkayu. Menurut Christian (2008)
kegiatan dongkel anak kayu adalah kegiatan mencabut atau membersihkan gulma
berkayu dan anak sawit dari areal perkebunan kelapa sawit. Gulma berkayu yang
ditemukan adalah gulma paku-pakuan dan Melastoma malabatrichum.
1
2.3.Penunasan (Pruning)
1
Penunasan juga bertujuan membuang pelepah-pelepah negatif yang tidak
lagi produktif. Pelepah yang tidak lagi produktif akan mengurangi fotosintat yang
seharusya dialirkan ke buah (sink), padahal seharusnya pelepah adalah sumber
fotosintat (source). Pemangkasan pelepah membuat proses fotosintesis lebih
maksimum karena ILD yang optimum. Terdapat tiga jenis pemangkasan daun,
yaitu:
a) Pemangkasan pasir, yaitu membuat daun kering, buah pertama atau
buah busuk waktu tanaman berumur 16-20 bulan.
b) Pemangkasan produksi, yaitu memotong daun-daun yang tumbuhnya
saling menumpuk (songgo dua) sebagai persiapan panen pada waktu
tanaman berumur 20-28 bulan.
c) Pemangkasan pemeliharaan, yaitu membuang daun-daun songgo dua
secara rutin sehingga pada pokok tanaman hanya terdapat sejumlah 28-
54 helai. Rotasi penunasan pada TM adalah sembilan bulan sekali.
C.PEMUPUKAN
1. Nitrogen
1
penyakit/hama, kekahatan Boron, White Stripe dan berkurangnya buah
jadi.
Defisiensi N
2.Phosphor
3. Kalium
1
• Kekurangan K menyebabkan bercak kuning/transparan,white stripe,daun
tua kering dan mati.
• Kekurangan K berasosiasi dengan munculnya penyakit seperti
Ganoderma.
• Kelebihan K merangsang gejala kekurangan B sehingga rasio minyak
terhadap tandan menurun
• Penyebab kekurangan K : K didalam tanah rendah, kurangnya pupuk K,
kemasaman tanah tinggi dengan kemampuan tukar kation rendah.
• Upaya : Aplikasi K yang cukup, aplikasi tandan kelapa sawit, perbaiki
kemampuan tukar kation tanah dan aplikasi pupuk K pada pinggir
piringan.
Defisiensi K - Bercak oranye (Confluent Orange Spotting)
4.Magnesium ( Mg )
5.CU
1
• Kekurangan Cu menyebabkan Mid Crown Clorosis (MCC) atau Peat
Yellow.
• Jaringan klorosis hijau pucat - kekuningan muncul ditengah anak daun
muda.
Bercak kuning berkembang diantarajaringan klorosis. Daun pendek,
kuning pucat kemudian mati.
• Penyebab defisiensi Cu : Rendahnya Cu didalam tanah gambut atau
pasir, tingginya aplikasi Mg, aplikasi N dan P tanpa K yang
cukup.
• Upaya : Perbaiki rendahnya K tanah, basahi tajuk dengan 200 ppm Cu
SO4.
6.Boron
1. Sumber Hara
1. Tanah
2. Residu tanaman : Pelepah, Tandan Kelapa Sawit, Abu janjang, Limbah
cair
dan kacangan penutup tanah.
3. Pupuk An-Organik : Tunggal, Campur, Majemuk, Majemuk khusus
1
2. Pupuk An-Organik
1. Pupuk tunggal : Mengandung satu hara utama, tidak terlalu mahal per
kg hara,
mahal dibiaya kerja, mudah diberikan sesuai rekomendasi.
2. Pupuk Campur : Campuran beberapa pupuk tunggal secara manual,
sekali aplikasi,tidak semua pupuk dapat dicampur, keseragaman
campuran beragam,
sulit untuk diterapkan untuk tanaman menghasilkan.
3. Pupuk Majemuk : Satu formulasi mengandung beberapa hara utama,
harga per kg hara mahal, sekali aplikasi, mudah disimpan, biaya
aplikasi murah,
sulit diterapkan untuk tanaman menghasilkan.
4. Pupuk Majemuk Khusus : Pupuk majemuk yang dibuat secara khusus,
seperti dalam bentuk tablet atau pelet.
Harga per satuan hara lebih mahal dibandingkan pupuk lainnya,
efektivitas
masih perlu diuji.
3.Sifat Pupuk
Sifat pupuk sangat beragam sehingga pemilihan pupuk hendaknya
mengacu
pada Standar Nasional Indonesia ( SNI ) yang telah ada.
1
• Setelah itu ZA, Rock Phosphate, MOP dan Kieserit ditaburkan merata
hingga
batas lebar tajuk.
• Boron ditebarkan diketiak pelepah daun
• ZA, MOP, Kieserite dapat diberikan dalam selang waktuyang
berdekatan.
• Rock Phosphate tidak boleh dicampur dengan ZA.
Rock Phosphate dianjurkan diberikan lebih dulu dibanding pupuk lainnya
jika curah hujan > 60 mm.
• Jarak waktu pemberian Rock Phosphate dengan ZA minimal 2 minggu.
• Pupuk MOP tidak dapat diganti dengan Abu Janjang Kelapa Sawit.
1. Waktu Pemupukan:
• Pemupukan dilakukan pada waktu hujan kecil, namun > 60 mm/bulan.
• Pemupukan ditunda jika curah hujan kurang dari 60 mm per bulan.
• Pupuk Dolomit dan Rock Phosphate diusahakan diaplikasikan lebih dulu
untuk memperbaiki kemasaman tanah dan merangsang perakaran,
diikuti oleh
MOP (KCl) dan rea/Z A.
• Jarak waktu penaburan Dolomit/Rock Phosphate dengan Urea/Z A
minimal 2 minggu.
• Seluruh pupuk agar diaplikasikan dalam waktu 2 (dua) bulan.
2. Frekwensi Pemupukan:
• Pemupukan dilakukan 2 - 3 kali tergantung pada kondisi lahan, jumlah
pupuk,
dan umur - kondisi tanaman.
• Pemupukan pada tanah pasir dan gambut perlu dilakukan dengan
frekwensi yang
1
lebih banyak.
• Frekwensi pemupukan yang tinggi mungkin baik bagi tanaman, namun
tidak
ekonomis dan mengganggu kegiatan kebun lainnya.
4.1.Hama
1.Hama Tungau
Penyebab: Tungau merah (Oligonychus), Bagian diserang adalah daun.
Gejala: daun menjadi mengkilap dan berwarna bronz.
Pengendalian: Semprot Pestona atau Natural BVR.
1
2.Ulat Setora
Penyebab: Setora nitens, Bagian yang diserang adalah daun.
Gejala: daun dimakan sehingga tersisa lidinya saja.
Pengendalian: Penyemprotan dengan Pestona.
4.2.Penyakit
1.Root Blast
Penyebab: Rhizoctonia lamellifera dan Phythium Sp,Bagian diserang .
Gejala: bibit di persemaian mati mendadak, tanaman dewasa layu dan mati,
terjadi pembusukan akar.
Pengendalian: pembuatan persemaian yang baik, pemberian air irigasi di
musim kemarau, penggunaan bibit berumur lebih dari 11 bulan. Pencegahan
dengan pengunaan Natural GLIO.
2.Garis Kuning
Penyebab: Fusarium oxysporum. Bagian diserang daun.
Gejala: bulatan oval berwarna kuning pucat mengelilingi warna coklat pada
daun, daun mengering.
Pengendalian: inokulasi penyakit pada bibit dan tanaman muda. Pencegahan
dengan pengunaan Natural GLIO semenjak awal.
1
Penyemprotan herbisida (untuk gulma) agar lebih efektif dan efisien dapat di
campur Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki .
1
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
a.Kesimpulan
b.Saran
1
kepala,masker,sarung tangan, kerja agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di
inginkan.
1
1