Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

a.Latar Belakang

Kelapa sawit (Elais guineensis Jacq.) merupakan penyumbang devisa negara


yang cukup penting. Volume ekspor minyak kelapa sawit pada tahun 2007 mengalami
peningkatan, yaitu menjadi 5.701.300 ton dengan nilai ekspor sebesar US$ 1 062 215
(Direktorat Jendral Perkebunan, 2009).Tingginya peranan kelapa sawit dalam
perekonomian Indonesia telah mendorong pemerintah dan pihak swasta berlomba-
lomba untuk berperan dalam pengembangan kelapa sawit. Hal ini ditunjukkan dengan
perkembangan luas areal perkebunan kelapa sawit diindonesia.Data Departemen
Pertanian (2008) menunjukan terjadi peningkatan luas areal penanaman kelapa sawit
selama 28 tahun, yaitu 290 000 ha pada tahun 1980 menjadi 6 611 000 ha pada tahun
2008. Menurut Setyamididjaja (2006) kelapa sawit merupakan komoditas perdagangan
yang sangat menjanjikan karena beberapa tahun yang akan datang, selain digunakan
untuk minyak goreng, mentega, sabun dan kosmetika minyak sawit juga dapat
dijadikan sebgai subtitusi bahan bakar minyak.
Faktor yang menjadi perhatian khusus dalam pengelolaan kebun kelapa sawit
adalah faktor transportasi.Pahan(2008)menjelaskan bahwa keterlambatan pengangkutan
TBS (Tandan Buah Segar) ke TPH (Tempat Pengumpulan Hasil) akan menyebabkan
terjadinya restan dan mempengaruhi proses pengolahan, kapasitas olah, dan mutu
produk akhir. Faktor transportasi meliputi jarak pengangkutan TBS ke TPH, kondisi
jalan, kondis topografi lahan, serta jumlah dan kondisi alat angkut.
Menurut Pahan (2008) kehadiran gulma di perkebunan kelapa sawit dapat
menurunkan produksi akibat bersaing dalam pengambilan air, hara, sinar matahari, dan
ruang hidup. Keberadaan gulma pada aeral piringan dapat menurunkan mutu produksi
akibat terkontaminasi oleh bagian gulma, mengganggu pertumbuhan tanaman, menjadi
inang bagi hama, mengganggu tata guna air, dan meningkatkan biaya pemeliharaan.
Pada areal pasar pikul kehadiran gulma dapat mengganggu kelancaran transportasi TBS
ke TPH dan upaya pemeliharaan lainnya. Banyaknya gangguan yang dapat ditimbulkan

1
gulma menjadikan pengendalian gulma sebagai tindakan yang sangat penting dilakukan
pada perkebunan kelapa sawit.
Penunasan (pruning) merupakan kegiatan pemeliharaan yang bertujuan untuk
membuang atau memotong pelepah atau bagian tanaman kelapa sawit yang sudah tidak
produktif lagi atau juga dapat mrugikan tanaman.Kgiatan ini pnting dilakukan karena
penunasan memiliki banyak manfaat, antara lain sanitasi tanaman, memudahkan panen,
menghindari tersangkutnya brondolan di pelepah, memperlancar penyerbukan alami,
memudahkan pengamatan buah, dan efisiensi distribusi fotosintat untuk pembungaan
dan pembuahan.
Pengendalian gulma dilakukan pada areal pasar pikul, gawangan, dan areal
sekitar piringan.

b.Tujuan

Kegiatan ini bertujuan melatih ketrampilan mahasiswa dalam melakukan


pemeliharaan tanaman kelapa sawit yang meliputi pemeliharaan,pengendalian gulma
secara manual,penunasan,pemupukan dan pengendalian hama penyakit tanaman.

c.Metode

Tempat kegiatan magang ini dilaksanakan di PT.Dutapalma Nusantara,di areal


perkebunan kelapa sawit Sei Kuantan Divisi VII B,dimulai pukul 07.00-14.00 wib pada
tanggal 10 September s/d 10 November 2012.

1
BAB II
GAMBARAN UMUM

a.Gambaran umum Kabupaten/Kota,Kecamatan dan Desa

PT.Dutapalma Nusantara terletak di kabupaten Kuantan Singingi yang


sudah termasuk kawasan Kecamatan Kuantan Tengah,Perusahaan ini sangat dekat
berbatas dengan beberapa desa di kecamatan Kuantan Tengah yaitu desa
Kopah,Sebrang Taluk dan Sei Kuning.

b.Profil Instansi atau Lembaga

PT.Dutapalma Nusantara merupakan perkebunan kelapa sawit.Perusahaan


ini terdiri dari 3 perkebunan yaitu Sei Kuantan,Kukok dan Kecundung.Setiap
perkebunan terdiri dari 1 kantor besar,1 pos satpam,1 gudang,1 bengkel dan
beberapa tangki bahan bakar.
Perkebunan Sei Kuantan terdiri dari 8 Divisi,Kukok 7 Divisi,Kecundung 5
Divisi.1 Divisi dikepalai Jendral Manager,Area Manager,Manager,KTU,Askeb,1
orang Asisten,2 orang staf Administrasi,2 orang mandor panen,2 orang mandor
pupuk,2 orang mandor Tim MHS,2 orang mandor Tim Solo dan 1 orang Krani
Buah/Cek Buah.

1
BAB III
PELAKSANAAN

A.PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT

1.1.Penunasan

Salah satu kegiatan pemeliharaan kelapa sawit adalah penunasan


(pruning). Penunasan merupakan kegiatan pembuangan daun – daun tua yang
tidak produktif pada tanaman kelapa sawit. Penunasan biasa juga disebut dengan
pemangkasan. Pemangkasan bertujuan untuk memperbaiki udara di sekitar
tanaman, mengurangi penghalangan pembesaran buah dan kehilangan brondolan,
dan memudahkan pada saat kegiatan pemanenan dilakukan. Suyatno (1994)
menyatakan bahwa tanaman kelapa sawit yang berumur 3 – 8 tahun memiliki
jumlah pelepah optimal sekitar 48 – 56 pelepah, sedangkan yang berumur lebih
dari 8 tahun jumlah pelepah optimalnya sekitar 40 – 48 pelepah.
Pada tanaman belum menghasilkan juga dilakukan kegiatan penunasan
(pruning). Kegiatan penunasan pada TBM disebut juga dengan penunasan pasir,
yaitu memotong pelepah-pelepah kosong pada tanaman kelapa sawit. Sanitasi ini
bertujuan untuk mempermudah pemeliharaan dan mengefektifkan pemanfaatan
unsur hara. Pada TM penunasan memiliki banyak manfaat, antara lain sanitasi
tanaman, memudahkan panen, menghindari tersangkutnya brondolan di pelepah,
memperlancar penyerbukan alami, memudahkan pengamatan buah, dan efisiensi
distribusi fotosintat untuk pembungaan dan pembuahan.
Kegiatan penunasan membutuhkan alat bantu. Penunasan dapat dilakukan
dengan alat dondos ‘dodos’ (cnisel) pada tanaman yang masih pendek, sedangkan
pada tanaman yang sudah tinggi menggunakan alat yang disebut dengan egrek.
Prinsip kerja penunasan adalah memotong pelepah daun yang terbawah.
Pemotongan pelepah menggunakan alat yang disebut egrek.Cara pemotongannya
adalah memotong pelepah daun terbawah dengan meninggalkan bagian pangkal
pelepah sepanjang 2 – 3 cm atau selebar tandan buah sawit.Pelepah daun juga
dapat dipotong rapat ke batang atau dengan berkas daun potongan berbentuk
tapal kuda yang membentuk sudut 30O terhadap garis horizontal. Pelepah yang

1
telah dipotong dikumpulkan dan disusun di gawangan mati, terutama pada areal
datar atau pelepah daun yang telah ditunas dipotong menjadi tiga bagian dan
diletakkan teratur membentuk gundukan pada gawangan mati.
Umumnya penunasan dilakukan dengan menggunakan njorma “songgo
dua”. Setyamidjaja (1991) menyatakan sanitasi berupa penunasan dilakukan pada
saat tanaman berumur 2 tahun dengan rotasi dua kali dalam setahun.

1.2.Pasar pikul

Pasar pikul merupakan jalan yang digunakan untuk mengantarkan buah


sawit yang sudah dipanen ke Tempat Pemungutan Hasil (TPH) serta untuk
memudahkan kegiatan pemeliharaaan lainnya.Fungsi pasar pikul tersebut
mendorong untuk dilakukannya kegiatan pemeliharaan agar pasar pikul tetap
berada dalam kondisi baik dan siap pakai.Kegiatan pemeliharaan yang harus
dilakuakan adalah membersihkan vegetasi/gulma yang berada di areal pasar pikul
baik secara manual maupun secara kimia. Pemeliharaan umunya dilakukan dalam
empat rotasi selama satu tahun, tiga rotasi dengan manual yaitu satu kali setiap
tiga bulan dan satu rotasi dengan kimia.

Pasar pikul dapat dibuat dalam beberapa sistem, salah satunya dengan
sistem 2 : 1. Sastrosayono (2003) menjelaskan bahwa pembuatan pasar pikul
sistem 2 : 1 adalah dari 2 gawangan terdapat 1 pasar pikul dengan uraian 1 sebagai
pasar pikul dan satu lagi sebagai gawangan mati, lebar pasar pikul antara 1 - 1,5
mMendongkel seluruh anak kayu dan keladi – keladi yang tumbuh digawangan,
membabat gulma yang digawangan dan membabat tidak boleh bersamaan waktu
dengan dongkel anak kayu. Kegiatan dongkel anak kayu dilakukan untuk
mencegah persaingan penyerapan unsur hara antara tanaman inti dengan gulma
pengganggu. Dalam kegiatan mendongkel diharuskan akar benar-benar terangkat
agar mati.

1
1.3.Piringan

Pemeliharaan berupa pengendalian gulma juga dilakukan di sekitar


piringan/bokoran. Salah satu kegiatan pemeliharaan piringan adalah garuk
piringan. Garuk piringan bertujuan untuk membersihkan daerah sekitar perakaran
tanaman dari gulma serta memudahkan panen dan pengutipan brondol. Menurut
Setyamidjaja (1991) teknis pelaksanaan dari garuk piringan adalah dengan
membersihkan piringan dari sampah dan gulma, dimana lebar piringan antara 1,5
– 3 m. Penggarukan dilakukan dengan menggunakan cangkul dan dimulai dari
arah tanaman menuju ke luar.

1
B.Pengendalian Gulma

2.1.Pengendalian Gulma Gawangan

Keberadaan gulma dalam perkebunan kelapa sawit dapat menurunkan


produktivitas tanaman dan menyulitkan dalam kegiatan pemeliharaan. Hal itu
yang menyebabkan pengendalian gulma di perkebunan kelap sawit menjadi sangat
penting. BPPP (2008) menyatakan bahwa pengendalian gulma bertujuan untuk
menghindari terjadinya persaingan antara tanaman kelapa sawit dengan gulma
dalam pemanfaatan unsur hara, air, dan cahaya.
Pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit dilakukan tidak seintensif
pada perkebunan komoditas hortikultura, namun pengendalian gulma harus tetap
dilakukan.Pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit dilakukan pada
piringan dan gawangan. Gawangan yang dibersihkan adalah gawangan hidup.
Pada gawangan hidup ini terdapat jalan pikul dengan lebar satu meter. Jalan pikul
adalah jalan yang digunakan untuk mengangkut hasil panen kelapa sawit. Oleh
karena itu jalan pikul ini juga harus bersih dari gulma. Gulma-gulma dan pelepah
kelapa sawit yang dibersihkan diletakan di gawangan mati yang nantinya dapat
menjadi pupuk organik bagi tanaman kelapa sawit.
Ada 3 jenis gulma yang perlu dikendalikan, yaitu (1) ilalang di piringan
dan gawangan, (2) rumput-rumputan di piringan, dan (3) tumbuhan pengganggu
atau anak kayu di gawangan. Gulma utama yang tidak boleh ada di perkebunan
kelapa sawit adalah gulma berkayu seperti Melastoma malabatrichum. Gulma
lunak seperti Digitaria sp. dan jenis gulma rumput lainnya tidak perlu
dikendalikan asalkan tingginya tidak melebihi 20 cm.
Ilalang pada perkebunan kelapa sawit sangat perlu dihindari. Ilalang perlu
dikendalikan karena pertumbuhannya yang cepat sehingga penyerapan unsur hara
yang cepat pula oleh ilalang akan mengganggu pertumbuhan kelapa sawit. Alas an
lain adalah kondisi populasi ilalang yang tinggi merupakan potensi terjadinya
kebakaran.

1
2.2.Pengendalian Gulma Pasar Pikul

Gulma pada areal pasar pikul perlu dikendalikan. Hal itu bermanfaat bagi
transportasi dan pengiriman TBS ke TPH. Menurut H0404055 (2010) tujuan
pembersihan gulma pada areal piringan, pasar pikul, jalan kontrol, dan TPH
adalah untuk mempermudah dalam kegiatan panen dan pengutipan brondolan,
pemupukan, serta memperlancar akses masuk ke dalam blok areal kelapa sawit.
Pembersihan gulma pada areal pasar pikul dapat dilakukan secara manual
maupun kimia. Pengndalian gulma secara manual biasanya menggunaka
peralatan sederhana, seperti cangkul dan sabit. Pengendalian gulma secara kimia
umumnya menggunakan herbisida. Pengendalian gulma pada pasar pikul secara
kimia dilakukan sebanyak tiga rotasi dalam satu tahun. Pengendalian gulma pada
pasar pikul umumnya secara kimia. Hal itu dimaksudkan untuk efisiensi waktu,
biaya, dan tenaga kerja. Pengendalian gulma secara manual umumnya dilakukan
untuk mengendalikan gulma di areal piringan ataupun untuk mendongkel anak
kayu.
Pada praktikum ini dilakukan pengendalian gulma pada pasar pikul,
gawangan, dan areal sekitar piringan secara manual. Pada areal pasar pikul
dilakukan babat merah agar jalan pikul dapat digunakan/dilalui dengan baik. Pada
areal gawangan dilakukan babat dempes, yaitu membabat gulma hingga
ketinggian tertentu. Tujuan dari babat dempes tersebut adalah untuk
memperkecil/menekan penguasaan sarana tumbuh oleh gulma, khususnya gulma
rumput. Pada areal sekitar piringan dilakukan kegiatan pencabutan atau
pendongkelan anak kayu untuk gulma berkayu. Menurut Christian (2008)
kegiatan dongkel anak kayu adalah kegiatan mencabut atau membersihkan gulma
berkayu dan anak sawit dari areal perkebunan kelapa sawit. Gulma berkayu yang
ditemukan adalah gulma paku-pakuan dan Melastoma malabatrichum.

1
2.3.Penunasan (Pruning)

Kegiatan pemeliharaan pada tanaman kelapa sawit menghasilkan juga


dilakukan penunasan (pruning). Penunasan adalah kegiatan pemotongan pelepah
daun tua atau tidak produktif. Penunasan bertujuan untuk mempermudah kegiatan
panen, pengamatan buah matang, penyerbukan alami, pemasukan cahaya dan
perbaikan aerasi, mencegah brondolan buah tersangkut di pelepah, sanitasi,
mengurangi kelembaban, dan menyalurkan zat hara ke bagian lain yang lebih
produktif. Kondisi yang terlalu lembab akan lebih berpotensi menimbulkan
penyakit busuk buah (marasnius). Pohon kelapa sawit yang berumur kurang dari 8
tahun akan memiliki ILD (Indeks Luas Daun) optimum dengan 48 – 56 pelepah,
sedangkan pohon kelapa sawit yang berumur lebih dari 8 tahun optimum dengan
jumlah 40 – 48 pelepah.
Kegiatan penunasan pada praktikum kali ini hanya menggunakan egrek
(gambar terlampir). Egrek adalah alat yang terbuat dari bambu panjang yang
diujungnya ada besi atau baja yang sedikit melengkung dan tajam untuk
memotong pelepah atau mengambil brondolan buah yang tersangkut. Egrek biasa
digunakan untuk tanaman yang tinggi. Selain egrek ada alat yang bernama dodos,
dodos biasa digunakan pada tanaman kelapa sawit yang tidak terlalu tinggi.
Pada kegiatan penunasan terdapat teknik yang bernama songgo satu dan
songgo dua. Teknik yang paling sering digunakan adalah songgo dua, dimana
jumlah pelepah daun yang disisakan hanya dua pelepah dari tandan buah yang
paling bawah. Songgo satu tidak terlalu berbeda dengan songgo dua,
perbedaannya pada songgo satu hanya satu pelepah yang disisakan dari tandan
buah paling bawah.
Teknik songgo dua sering dilakukan pada tanaman kelapa sawit untuk
mendapatkan ILD yang optimum. ILD adalah rasio luas daun terhadap luas lahan.
ILD yang optimum pada tanaman kelapa sawit yaitu 5-7. Nilai ILD dipengaruhi
oleh waktu penyinaran, temperature udara, kelembaban tanah, dan karakteristik
genetik tanah ( Iyung 2008). ILD akan optimum jika pentupan tajuk optimum.
Penutupan tajuk dianggap optimum jika lebih dari 80 % radiasi matahari yang
dating dapat diserap oleh tanaman atau saat pelepah dari tiga pokok saling
menutupi.

1
Penunasan juga bertujuan membuang pelepah-pelepah negatif yang tidak
lagi produktif. Pelepah yang tidak lagi produktif akan mengurangi fotosintat yang
seharusya dialirkan ke buah (sink), padahal seharusnya pelepah adalah sumber
fotosintat (source). Pemangkasan pelepah membuat proses fotosintesis lebih
maksimum karena ILD yang optimum. Terdapat tiga jenis pemangkasan daun,
yaitu:
a) Pemangkasan pasir, yaitu membuat daun kering, buah pertama atau
buah busuk waktu tanaman berumur 16-20 bulan.
b) Pemangkasan produksi, yaitu memotong daun-daun yang tumbuhnya
saling menumpuk (songgo dua) sebagai persiapan panen pada waktu
tanaman berumur 20-28 bulan.
c) Pemangkasan pemeliharaan, yaitu membuang daun-daun songgo dua
secara rutin sehingga pada pokok tanaman hanya terdapat sejumlah 28-
54 helai. Rotasi penunasan pada TM adalah sembilan bulan sekali.

C.PEMUPUKAN

Tujuan dari pemupukan pada tanaman belum menghasilkan (TBM) adalah


untuk meningkatkan pertumbuhan vegetatif.
Sedangkan pemupukan pada tanaman menghasilkan (TM) diarahkan untuk
produksi buah.Pemberian pupuk dilakukan dua kali setahun,yaitu pada awal
musim hujan dan akhir musim hujan. Pemupukan dilakukan dengan menyebarkan
pupuk secara merata di dalam piringan.

3.1. PERANAN UNSUR HARA

1. Nitrogen

• Penyusunan protein, klorofil dan berperanan terhadap fotosintesa.


• Kekurangan Nitrogen menyebabkan daun berwarna kuning pucat dan
menghambat pertumbuhan.
• Kelebihan Nitrogen menyebabkan daun lemah dan rentan terhadap

1
penyakit/hama, kekahatan Boron, White Stripe dan berkurangnya buah
jadi.

Defisiensi N

• Defisiensi N - drainase buruk.


• Defisiensi Cu - ujung daun kering.
• Penyebab defisiensi Nitrogen : Terhambatnya mineralisasi Nitrogen,
aplikasi bahan organik dengan C/N tinggi, gulma, akar tidak berkembang,
pemupukan Nitrogen tidak efektif.
• Upaya :Aplikasi secara merata di piringan,Tambah Urea pada tanaman
kelapa sawit, aplikasi Nitrogen pada kondisi tanah lembab, kendalikan
gulma.

2.Phosphor

• Penyusun ADP/ATP, memperkuat batang dan merangsang


perkembangan akar serta memperbaiki mutu buah.
• Kekurangan P sulit dikenali, menyebabkan tanaman tumbuh kerdil,
pelepah memendek dan batang meruncing.
• Indikasi kekurangan P : Daun alang-alang berwarna ungu, LCC sulit
tumbuh dengan bintil akar yang sedikit.
• Penyebab defisiensi P : P tanah rendah ( < 15 ppm ), Top Soil tererosi,
kurangnya pupuk P dan kemasaman tanah tinggi.
• Upaya : Aplikasi P dipinggir piringan/gawangan, kurangi erosi,
tingkatkan status P tanah, dan perbaiki kemasaman tanah.

3. Kalium

• Aktifitas stomata, aktifitas enzim dan sintesa minyak.Meningkatkan


ketahanan terhadap penyakit serta jumlah dan ukuran tandan.

1
• Kekurangan K menyebabkan bercak kuning/transparan,white stripe,daun
tua kering dan mati.
• Kekurangan K berasosiasi dengan munculnya penyakit seperti
Ganoderma.
• Kelebihan K merangsang gejala kekurangan B sehingga rasio minyak
terhadap tandan menurun
• Penyebab kekurangan K : K didalam tanah rendah, kurangnya pupuk K,
kemasaman tanah tinggi dengan kemampuan tukar kation rendah.
• Upaya : Aplikasi K yang cukup, aplikasi tandan kelapa sawit, perbaiki
kemampuan tukar kation tanah dan aplikasi pupuk K pada pinggir
piringan.
Defisiensi K - Bercak oranye (Confluent Orange Spotting)

4.Magnesium ( Mg )

• Penyusun klorofil, dan berperanan dalam respirasi tanaman, maupun


pengaktifan enzim.
• Kekurangan Mg menyebabkan daun tua berwarna hijau kekuningan pada
sisi yang terkena sinar matahari, kuning kecoklatan lalu kering.
• Penyebab defisiensi Mg : Rendahnya Mg didalam tanah, kurangnya
aplikasi Mg, ketidak seimbangan Mg dengan kation lain, curah hujan
tinggi ( > 3.500 mm/tahun ), tekstur pasir dengan top soil tipis.
• Upaya : Rasio Ca/Mg dan Mg/K tanah agar tidak melebihi 5 dan 1,2,
aplikasi tandan kelapa sawit, gunakan Dolomit jika kemasaman tinggi,
pupuk ditabur pada pinggir piringan.
Defisiensi Mg - Sisi daun yang terkena sinar matahari menguning.

5.CU

• Defisiensi Cu - Ujung anak daun nekrosis.


• Tumbuh kerdilTembaga ( Cu ).
• Pembentukan klorofil dan katalisator proses fisiologi tanaman.

1
• Kekurangan Cu menyebabkan Mid Crown Clorosis (MCC) atau Peat
Yellow.
• Jaringan klorosis hijau pucat - kekuningan muncul ditengah anak daun
muda.
Bercak kuning berkembang diantarajaringan klorosis. Daun pendek,
kuning pucat kemudian mati.
• Penyebab defisiensi Cu : Rendahnya Cu didalam tanah gambut atau
pasir, tingginya aplikasi Mg, aplikasi N dan P tanpa K yang
cukup.
• Upaya : Perbaiki rendahnya K tanah, basahi tajuk dengan 200 ppm Cu
SO4.

6.Boron

• Meristimatik tanaman, sintesa gula dan karbohidrat, metabolisme asam


nukleat dan protein.
• Kekurangan Boron menyebabkan ujung daun tidak normal, rapuh dan
berwarna hijau gelap, daun yang baru tumbuh memendek sehingga bagian
atas tanaman terlihat merata.
• Penyebab defisiensi Boron : Rendahnya B tanah, tingginya aplikasi N, K
dan Ca.
• Upaya : Aplikasi 0,1 - 0,2 kg/pohon/tahun pada pangkal batang.
Pelepah memendek, Malformasi anak daun, Daun mengkerut.

3.2.JENIS DAN SIFAT PUPUK

1. Sumber Hara
1. Tanah
2. Residu tanaman : Pelepah, Tandan Kelapa Sawit, Abu janjang, Limbah
cair
dan kacangan penutup tanah.
3. Pupuk An-Organik : Tunggal, Campur, Majemuk, Majemuk khusus

1
2. Pupuk An-Organik
1. Pupuk tunggal : Mengandung satu hara utama, tidak terlalu mahal per
kg hara,
mahal dibiaya kerja, mudah diberikan sesuai rekomendasi.
2. Pupuk Campur : Campuran beberapa pupuk tunggal secara manual,
sekali aplikasi,tidak semua pupuk dapat dicampur, keseragaman
campuran beragam,
sulit untuk diterapkan untuk tanaman menghasilkan.
3. Pupuk Majemuk : Satu formulasi mengandung beberapa hara utama,
harga per kg hara mahal, sekali aplikasi, mudah disimpan, biaya
aplikasi murah,
sulit diterapkan untuk tanaman menghasilkan.
4. Pupuk Majemuk Khusus : Pupuk majemuk yang dibuat secara khusus,
seperti dalam bentuk tablet atau pelet.
Harga per satuan hara lebih mahal dibandingkan pupuk lainnya,
efektivitas
masih perlu diuji.

3.Sifat Pupuk
Sifat pupuk sangat beragam sehingga pemilihan pupuk hendaknya
mengacu
pada Standar Nasional Indonesia ( SNI ) yang telah ada.

3.3. Pemupukan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

• Dosis pupuk ditentukan berdasarkan umur tanaman, jenis tanah, kondisi


penutup tanah, kondisi visual tanaman.
• Waktu pemupukan ditentukan berdasarkan jadual, umur tanaman.
• Pada waktu satu bulan, ZA ditebar dari pangkal batang hingga 30 – 40
Cm.

1
• Setelah itu ZA, Rock Phosphate, MOP dan Kieserit ditaburkan merata
hingga
batas lebar tajuk.
• Boron ditebarkan diketiak pelepah daun
• ZA, MOP, Kieserite dapat diberikan dalam selang waktuyang
berdekatan.
• Rock Phosphate tidak boleh dicampur dengan ZA.
Rock Phosphate dianjurkan diberikan lebih dulu dibanding pupuk lainnya
jika curah hujan > 60 mm.
• Jarak waktu pemberian Rock Phosphate dengan ZA minimal 2 minggu.
• Pupuk MOP tidak dapat diganti dengan Abu Janjang Kelapa Sawit.

3.4. Waktu Dan Frekwensi Pemupukan

1. Waktu Pemupukan:
• Pemupukan dilakukan pada waktu hujan kecil, namun > 60 mm/bulan.
• Pemupukan ditunda jika curah hujan kurang dari 60 mm per bulan.
• Pupuk Dolomit dan Rock Phosphate diusahakan diaplikasikan lebih dulu
untuk memperbaiki kemasaman tanah dan merangsang perakaran,
diikuti oleh
MOP (KCl) dan rea/Z A.
• Jarak waktu penaburan Dolomit/Rock Phosphate dengan Urea/Z A
minimal 2 minggu.
• Seluruh pupuk agar diaplikasikan dalam waktu 2 (dua) bulan.

2. Frekwensi Pemupukan:
• Pemupukan dilakukan 2 - 3 kali tergantung pada kondisi lahan, jumlah
pupuk,
dan umur - kondisi tanaman.
• Pemupukan pada tanah pasir dan gambut perlu dilakukan dengan
frekwensi yang

1
lebih banyak.
• Frekwensi pemupukan yang tinggi mungkin baik bagi tanaman, namun
tidak
ekonomis dan mengganggu kegiatan kebun lainnya.

D. Hama dan Penyakit Tanaman Kelapa Sawit

4.1.Hama

Gambar Hama Tungau

1.Hama Tungau
Penyebab: Tungau merah (Oligonychus), Bagian diserang adalah daun.
Gejala: daun menjadi mengkilap dan berwarna bronz.
Pengendalian: Semprot Pestona atau Natural BVR.

Gambar Ulat Setora

1
2.Ulat Setora
Penyebab: Setora nitens, Bagian yang diserang adalah daun.
Gejala: daun dimakan sehingga tersisa lidinya saja.
Pengendalian: Penyemprotan dengan Pestona.

4.2.Penyakit

1.Root Blast
Penyebab: Rhizoctonia lamellifera dan Phythium Sp,Bagian diserang .
Gejala: bibit di persemaian mati mendadak, tanaman dewasa layu dan mati,
terjadi pembusukan akar.
Pengendalian: pembuatan persemaian yang baik, pemberian air irigasi di
musim kemarau, penggunaan bibit berumur lebih dari 11 bulan. Pencegahan
dengan pengunaan Natural GLIO.

2.Garis Kuning
Penyebab: Fusarium oxysporum. Bagian diserang daun.
Gejala: bulatan oval berwarna kuning pucat mengelilingi warna coklat pada
daun, daun mengering.
Pengendalian: inokulasi penyakit pada bibit dan tanaman muda. Pencegahan
dengan pengunaan Natural GLIO semenjak awal.

3.Dry Basal Rot

Penyebab: Ceratocyctis paradoxa. Bagian diserang batang.


Gejala: pelepah mudah patah, daun membusuk dan kering, daun muda mati
dan kering.
Pengendalian: adalah dengan menanam bibit yang telah diinokulasi penyakit.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami
belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar
penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan
tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

1
Penyemprotan herbisida (untuk gulma) agar lebih efektif dan efisien dapat di
campur Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki .

1
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

a.Kesimpulan

Penunasan (pruning) merupakan salah satu kegiatan dalam pemeliharaan


kelapa sawit. Penunasan merupakan kegiatan pemotongan pelepah kelapa sawit
yang sudah tua, tidak produktif lagi, ataupun berpotensi sebagai pemicu timbulnya
hama dan penyakit pada tanaman kelapa sawit. Kegiatan ini bertujuan untuk
mempermudah kegiatan panen, pengamatan buah matang, penyerbukan alami,
pemasukan cahaya dan perbaikan aerasi, mencegah brondolan buah tersangkut di
pelepah, sanitasi, mengurangi kelembaban, dan menyalurkan zat hara ke bagian
lain yang lebih produktif. Teknik penunasan songgo dua merupakan teknik yang
paling sering digunakan.
Pengendalian gulma tidak hanya penting dilakukan pada piringan kelapa
sawit, tetapi juga pada pasar pikul dan gawangan. Tujuan dari pembersihan
gulma areal pasar pikul adalah untuk memperlancar transportasi, memperlancar
penyaluran TBS ke TPH, dan mempermudah kegiatan pemeliharaan lainnya.
Begitu juga dengan pembersihan gulma pada areal gawangan. Tujuannya adalah
untuk menekan penguasaan tumbuh oleh gulma lunak dan mempermudah
kegiatan pemeliharaan. Biasanya teknik pembabatan yang dilakukan pada pasar
pikul adalah babat merah, sedangkan pada gawangan babat dempes. untuk semua
kegiatan di atas, prestasi kerja yang diperoleh mahasiswa kelompok 2B sudah
cukup baik.

b.Saran

Hendaknya alat penunasan (egrek) yang digunakan dalam kondisi yang


baik.Kondisi alat yang agak tumpul akan memperlambat kegiatan penunasan
maupun panen.Sehingga pekerjaan lambat terselesaikan dan memberikan hasil
yang kurang baik pula.
Hendaknya semua karyawan baik itu karyawan panen,karyawan
pupuk,Tim MHS dan Tim SOLO diberikan peralatan pelindung seperti pelindung

1
kepala,masker,sarung tangan, kerja agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di
inginkan.

1
1

Anda mungkin juga menyukai