ACARA III
PEMELIHARAAN TANAMAN KARET BELUM
MENGHASILKAN DAN TANAMAN MENGHASILKAN
Oleh:
Kelompok A5
Nurhidayah A1L012011
Laeli Nurrokhmah A1L012012
Miftahul Rofi'ah A1L012013
Asif Abdullah A1L012014
Gilang Vaza Benatar A1L012015
Siti Maesatu Nurkhasanah A1L012016
Nofi Rahayu A1L012017
A. Latar Belakang
perekonomian nasional. Selain sebagai sumber devisa dan sumber bahan baku
Tata cara budidaya tanaman karet menjadi penting karena dapat secara
langsung berdampak pada produktivitas dan hasil karet. Konsep budidaya dari
diterapkan secara baik dan benar. Salah satu cara yang menjadi prioritas untuk
pengendalian hama dan patogen penyebab penyakit serta gulma, melainkan juga
berperan bagi produktivitas dan hasil daripada karet. Berkiut adalah kajian
Banyumas.
B. Tujuan
besar terhadap devisa negara diantara hasil perkebunan lainnya, dan menempati
urutan ketiga setelah migas dan kayu. Selain dapat diambil lateksnya untuk bahan
perkebunan dan memberikan hasil sampingan dari kayu atau batang pohon karet.
gulma merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha perkebunan karet.
unsur hara, air, cahaya matahari, dan ruang tempat tumbuh. Selain itu beberapa
jenis gulma mengeluarkan zat allelopat melalui akar dan daun yang berpengaruh
antara lain menyebabkan usia matang sadap menjadi terhambat dan jumlah pohon
yang dapat disadap berkurang, mutu sadap menurun. Hal ini disebabkan ukuran
lingkar batang yang tidak berkembang normal. Selain itu diketahui pertumbuhan
dan produksi lateks selama enam tahun pertama semenjak penyadapan sangat
Masalah gulma akan berbeda pada setiap umur tanaman, hal ini tergantung
pada lokasi, iklim setempat dan cahaya yang diterima (Lubis 1992). Selain itu,
gulma, pada tanaman dengan persentase penutupan tajuk kecil akan ditemukan
jenis gulma beragam dan sebaliknya pada tanaman dengan persentase penutupan
tajuk lebih besar lebih didominasi gulma yang tahan naungan (Budiarto, 2001).
perbedaan umur tanaman karet. Selain itu dalam budidaya karet, pengendalian
gulma menyerap biaya sebesar 50-70% dari seluruh biaya pemeliharaan selama
tanaman belum menghasilkan (TBM) dan selanjutnya sebesar 20- 30% setelah
(Girsang, 2005).
dapat diketahui dengan melihat gejala yang muncul pada setiap bagian tanaman
karet. Beberapa penyakit utama yang ditemui dalam sistem RAS diantaranya
Jamur Akar Putih (JAP), Jamur Upas, Nekrosis Kulit (Fusarium) dan Kering Alur
Alat yang digunakan yaitu alat tulis, lembar pengamatan, sabit, pisau,
kali ini adalah tanaman karet, pupuk, air, herbisidadan bibit tanaman karet.
B. Prosedur kerja
1. Penyiangan
herbisida.
2. Penyulaman
a) Bibit yang baru ditanam selama tiga bulan pertama setelah tanam diamati
terus menerus.
Tunas palsu dibuang selama 2 bulan pertama dengan rotasi 1 kali 2 minggu,
sedangkan tuas liar dibuang sampai tanaman mencapai ketinggian 1.80 meter.
4. Merangsang Percabangan
Apabila tanaman berusia 23 tahun dengan tinggi 3.5 meter dan belum
c) Penanggalan (tapping)
5. Pemupukan
Pemupukan dilakukan 2 kali setahun menjelang musim hujan dan akhir musim
A. Hasil
didapatkan hasil :
4. Pemupukan setiap 6 (enam) bulan sekali dengan dosis Urea 150 gr, KCL 160
6. Penyakit yang ditemukan biasanya berupa jamur akar putih dan dilakukan
pencegahan rutin
B. Pembahasan
lain, baik dalam pengambilan air, unsur hara, cahaya matahari dan udara, 3)
mencegah terjadinya serangan hama dan penyakit yang biasa merusak atau musuh
2. Pemupukan
Bertujuan untuk memperbaiki kondisi dan daya tahan tanaman terhadap
pemupukan ditentukan oleh umur tanaman, kondisi tanah dan iklim, serta
kondisi tanaman. Pupuk diberikan setahun dua kali, yaitu pada awal dan akhir
musim hujan. Cara pemberian pupuk mengikuti jarak dan tata tanamnya,
tabel berikut:
3. Pengendalian hama
Pada umumnya hama yang menyerang tanaman karet masih muda adalah
hama babi, Tenuk/tapir, kera/moyet dan rayap. Pengendalian hama babi dan
yang sudah mati, serangan pada tanaman karet biasanya setelah tanaman karet
mati akibat serangan jamur akar putih. Secara umum serangan rayap biasa
terjadi pada musim kemarau atau saat kekeringan. Pengendalian hama ini
4. Pengendalian Penyakit
1) Daun terlihat pucat kuning dan tepi atau ujung daun terlipat ke
ranting mati.Terbentuk daun muda atau bunga dan berbuah lebih awal.
2003).
(10%) pada empattahun pertama terjadi pada kebun karet yang dibangun
dari lahan hutan karettua, sedangkan pada kebun karet yang dibangun pada
b. Jamur Upas
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Corticium salmonicolor yang
Budiman,2003).
adalah:
1) Menanam klon karet yang tahan terhadap penyakit jamur upas seperti
PB260, RRIC 100 dan BPM 1 pada sistem RAS (Situmorang dan
Budiman,2003).
klon karet jenisPB 260. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Fusarium sp.
masuk ke bagian kayu tanaman. Gejala ini timbul mulai dari bagian kaki
Antico F-96
2) bagian yang kering akan menjadi coklat dan terbentuk lekukan pada
KAS yaitu :
2) Pengerokan pada bagian kulit yang kering dengan pisau sadap atau alat
2003)
4) Pohon yang mengalami kering alur sadap diberikan pupuk ekstra untuk
e. Pengendalian gulma
maupun tanaman sudah menghasilkan (TM) harus bebas dari gulma seperti
baik. Untuk mencapai hal tersebut, penyiangan pada tahun pertama dilakukan
teknis.
tinggi, tidak menjadi saingan terhadap tanaman utama karet, tidak disukai
karet kering.
A. Kesimpulan
1. Beberapa penyakit utama yang ditemui dalam sistem RAS diantaranya Jamur
Akar Putih (JAP), Jamur Upas, Nekrosis Kulit (Fusarium) dan Kering Alur
Sadap
2. LCC secara garis besar bermanfaat untuk mengurangi aliran permukaan dan
B. Saran
kendaraan, sehingga lebih efektif waktu dan tidak ribet. Serta dalam pembahasan
Meinin, Araz., 2006. Studi Dominansi Dan Teknik Pengendalian Gulma pada
Perkebunan Karet. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi
(BPTP). Jambi
Ilahang, Budi, Wibawa, G. dan Joshi L. 2006. Status dan Pengendalian Jamur
Akar Putih Pada Sistem Wanatani Berbasis Karet Unggul di
Kalimantan Barat. Makalah pada Lokakarya Jamur Akar Putih. Pontianak,
November 2006.
Lubis, A.U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis quineensis Jacq.) Di Indonesia. Pusat
Penelitian Perkebunan Marihat-Bandar Kuala, Pematang Siantar.
Sumatera Utara
Tjitrosoedirdjo, S., Utomo, IH., dan Wiroatmodjo, J. 1984. Pengelolaan Gulma di
Perkebunan. PT. Gramedia. Jakarta
Wibawa, G., Joshi ,L., Van Noordwijk, M., dan Penot ,E. 2005. Sistem Wanatani
Berbasis Karet (RAS): Peluang Untuk Optimasi Hasil Perkebunan Karet
Rakyat. Paper dipresentasikan pada Gelar Teknologi Karet di Sintang
Kalimantan Barat.
Yardha, Syafri Edi, dan Mugiyanto, 2007. Teknik Pembibitan dan Budidaya Karet
Unggul di Provinsi Jambi. Balai pengkajian Teknologi Pertanian, Jambi.