Anda di halaman 1dari 47

PETUNJUK PRAKTIKUM

BUDIDAYA TANAMAN HIAS

Disusun oleh :

Tim Pengampu Praktikum Budidaya Tanaman Hias

PROGRAM STUDI DIII AGRIBISNIS

SEKOLAH VOKASI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2024
PENDAHULUAN

Tanaman hias memiliki tempat penting dalam industri hortikultura karena


digunakan dalam berkebun, pertamanan dan sebagai bunga potong. Menanam
tanaman hias merupakan sektor produksi tanaman yang berkembang secara dinamis
dan menguntungkan. Pada 2019, nilai pasar bunga di bursa bunga terbesar dunia,
Royal FloraHolland, mencapai 4,8 miliar euro. Pada tahun 2021, terlepas dari
masalah terkait SARS-CoV-2 dan pandemi global, nilai perdagangan bunga tahunan
meningkat menjadi 5,6 miliar euro [1]. Tahun 2022 Menteri Koperasi dan UKM
Indonesia menyampaikan bahwa perkembangan industri tanaman hias cukup
menggairahkan, baik di pasar domestik maupun global. Tanaman hias menjadi
peluang luas bisnis untuk mendorong konsumen dalam negeri maupun luar negeri.
Tanaman hias dibudidayakan di lingkungan dalam dan luar ruangan untuk
berkontribusi pada kesehatan, kesejahteraan, dan kreativitas manusia. Kesejahteraan
manusia didefinisikan sebagai 'kesejahteraan, kualitas hidup, standar hidup, utilitas,
kepuasan hidup, pengembangan manusia, dan perluasan kemampuan'. Manusia
adalah bagian integral dari ekosistem; sehingga tindakan manusia membentuk
ekosistem dan kesejahteraan sangat terkait dengan ekosistem.
Populasi manusia yang berkembang membutuhkan sejumlah besar produk dan
jasa untuk mempertahankan penghidupan di bumi (Shang et al., 2019). Populasi
manusia sedang melalui fase eksponensial, yang disebabkan dengan mengadopsi
pertumbuhan grafis bentuk-j, yang tidak diubah menjadi pembangunan berbentuk-s
dan berkelanjutan (Cazalis et al., 2018). Ancaman terkait pencemaran lingkungan
sudah terlihat, karena pembangunan yang tidak berkelanjutan, pertumbuhan ekonomi
yang rakus, dan kompromi terhadap kelestarian ekologis (Vita et al., 2019). Dalam
dekade terakhir, permasalahan ini diperparah dengan urbanisasi yang cepat karena
peningkatan jumlah penduduk yang tinggi. Di Indonesia, laju pertumbuhan
penduduk tahun 2010-2019 yaitu 1,31% dengan jumlah penduduk yang semakin
meningkat yaitu tercatat sebanyak 269.603,4 juta jiwa. Kebutuhan pangan pun
meningkat, namun peningkatan populasi ini berkorelasi dengan penurunan luasan
lahan hijau atau pertanian. Hal tersebut menyebabkan konsumsi energi dan emisi
karbon yang besar (Brown et al., 2015; Klemm et al., 2017). Oleh karena itu,
diperlukan upaya untuk menetralitas karbon dan mengurangi krisis iklim global salah
satunya dengan penanaman tanaman hias.
Tanaman hias sengaja ditanam untuk dekorasi dan memperindah lingkungan
dalam dan luar ruangan (Hernandez et al., 2013). Bunga tanaman hias dapat menarik
lebah dan burung untuk membantu penyerbukan. Bunga tanaman hias memang selalu
memikat hati manusia. Tanaman hias sejak awal dalam perdagangan sangat
meningkat melalui kolonialisme dan globalisasi yang telah menyebarkan puluhan ribu
spesies tanaman hias ke seluruh dunia (Hyams, 1971). Saat ini, tanaman hias
dibudidayakan di semua benua yang dihuni untuk meningkatkan estetika dan/atau
kualitas visual lingkungan binaan (Kendal et al., 2012), karena bukan hanya
kemewahan, tetapi juga kebutuhan manusia (Gopal dan Nagendra, 2014). Kekuatan
pasar dan sektor florikultura terletak pada ragam yang ditawarkan untuk dijual. Hal
Inilah sangat penting untuk terus-menerus dalam proses produksi yang paling ramah
lingkungan [2,3]. Faktor lain yang penting untuk ekspansi konstan industri florikultur
termasuk menerapkan strategi baru untuk reproduksi tanaman, mengatur
pertumbuhan dan perkembangannya, mengadaptasi teknologi produksi agar sesuai
dengan gagasan pembangunan berkelanjutan, dan mengoptimalkan manajemen rantai
pasokan [4,5].
Produksi tanaman hias membutuhkan solusi yang menggabungkan
peningkatan efisiensi produksi dengan penggunaan sumber daya yang lebih rasional
dan ramah lingkungan. Prinsip pembangunan berkelanjutan adalah jawaban sempurna
untuk tantangan ini, karena memungkinkan penggunaan alat produksi yang lebih
efektif dan perlindungan lingkungan yang lebih baik di mana fasilitas produksi
beroperasi. Salah satu elemen pembangunan berkelanjutan dalam florikultura adalah
kemajuan biologis yang dicapai dengan mengimplementasikan spesies dengan
kebutuhan yang rendah dan ketahanan yang relatif baik terhadap penyakit dan hama.
Tanaman hias dapat ditanam di lapangan dan dijual sebagai tanaman berakar atau pot
dalam wadah yang diisi dengan substrat seperti lumut gambut, sabut kelapa atau
berbagai jenis campuran dengan bahan lain (Reid dan Jiang, 2012). Pemilihan cara
menanam tanaman, baik dalam kondisi lapangan maupun dalam wadah akan
dipengaruhi oleh media tanam dan air yang tersedia. Ada berbagai penyebab salinitas
di tanah dan air.
Produksi tanaman hias sangat didukung oleh konsumsi air tanaman yang
diperkirakan bahwa 100–350kg air diperlukan untuk menghasilkan 1kg bahan kering
tanaman, walaupun hal ini dapat bervariasi tergantung spesies dan varietas, sistem
budidaya dan musim tanam tanaman. (Fornes et al., 2007). Seperti contohnya apabila
air mengandung garam kering akan menyebabkan 2 fase sebagai respons
pertumbuhan tanaman dalam kondisi salin. Pada fase pertama (tekanan osmotik),
terjadi penurunan pertumbuhan yang dimulai segera setelah akar terkena garam. Efek
ini dikaitkan dengan hambatan osmotik untuk penyerapan air dan perubahan akibat
hubungan air pada tingkat sel. Fase kedua (toksisitas ionik) terjadi ketika daun
menjadi tua, tidak mampu lagi mengkotak-kotakkan Na+ dan Cl− yang cukup untuk
mencegah efek pada fotosintesis dan akibatnya daun tua mati (Munns dan Tester,
2008). Namun, tumbuhan sangat berbeda dalam konsentrasi garam yang
menyebabkan perubahan ini dan spesies telah dibagi menjadi halofit dan glikofit.
Beberapa halofit mendapat manfaat dari tumbuh di bawah kondisi salin, sedangkan di
antara glikofit beberapa spesies lebih toleran daripada yang lain (lihat Munns dan
Tester, 2008). Perbedaan utama antara kedua kelompok tanaman tersebut adalah
mekanisme yang digunakan untuk menghadapi cekaman salinitas (lihat Bunga dan
Colmer, 2015). Pada prinsipnya, penyiraman dilakukan secara merata pada media
tanah sampai pada akar tanaman basah. Penyiraman dilakukan secara rutin dari awal
pembibitan sampai tanaman dewasa, namun juga harus tetap memperhatikan
kebutuhan tanaman karena setiap tanaman memiliki kebutuhan air yang berbeda.
Pada masa pembibitan penyiraman harus dilakukan secara terkontrol karena masih
banyak membutuhkan suplai air. Apabila tanaman telah dewasa, frekuensi
penyiraman dapat dikurangi karena tanaman sudah mampu menyerap air ataupun
unsur hara dari media tanamnya.
Selain air, bahan tanam juga menjadi faktor yang mempengaruhi keberhasilan
budidaya tanaman hias. Apabila bahan tanam yang digunakan (normal dan sehat),
maka dengan disertai perawatan yang baik pula dapat diperoleh tanaman yang subur.
Bahan tanam tanaman hias dapat diperoleh melalui dua cara, yaitu secara vegetatif
dan generatif. Secara vegetatif dapat diperoleh dari stek, tunas, dan sebagainya,
kemudian untuk yang geeneratif dapat diperoleh dari biji. Teknik penanaman bahan
tanam juga perlu dilakukan dengan benar agar tidak merusak tanaman atau
menurunkan kualitasnya. Setelah melakukan teknik penanaman yang benar
selanjutnya yaitu pemeliharaan tanaman. Pemeliharaan tanaman hias yaitu
pemupukan, penyiraman, penyulaman, pengendalian OPT, dan penyiangan. Kegiatan
pemeliharaan tersebut harus dilakukan secara tepat dan rutin agar tanaman dapat
tumbuh dengan kualitas yang maksimal. Dalam pemeliharaan tanaman dapat
dilakukan dengan penambahan zat pengatur tumbuh untuk merangsang, menghambat
atau memodifikasi pertumbuhan tanaman. Zat pengatur tumbuh seperti asam absisat,
N-asetil tiazolidin, asam giberelat, asam salisilat, asam indole-3-butirat, dan asam
oksalat berpengaruh pada pembungaan dan potensi antioksidan Tagetes erecta yang
merupakan tanaman hias populer dan berpotensi sebagai tanaman obat.
Budidaya tanaman hias ini merupakan mata kuliah untuk semester 4 di
program studi Diploma 3 Agribisnis, Sekolah Vokasi, Universitas Sebelas Maret
dengan capaikan pembelajaran mata kuliah yaitu CPMK 1: Menjelaskan ruang
lingkup teknologi produksi tanaman hias, CPMK 2: Menguasai teknik produksi
tanaman hias baik tanaman indoor maupun outdoor, CPMK 3: Mengidentifikasi
persyaratan tumbuh dan jenis-jenis tanaman hias, CPMK 4: Mengaplikasikan teknik
produksi tanaman hias di lapangan dan dalam pengembangan usaha tanaman hias.
ACARA I

IDENTIFIKASI TANAMAN HIAS

Sub Capaian Pembelajaran Mata Kuliah pada Bab I adalah mahasiswa dapat
mengetahui ruang lingkup mata kuliah Teknologi dan Budidaya Tanaman Hias,
mahasiswa dapat menjelaskan pengertian, sejarah, dan prospek tanaman hias Indoor,
mahasiswa dapat menjelaskan persyaratan tumbuh tanaman hias Indoor dan
mahasiswa mampu menjelaskan teknik dan budidaya tanaman Indoor. Identifikasi
merupakan suatu proses yang dapat kita lakukan untuk menentukan atau mengetahui
identitas dari suatu jenis organisme. Proses mengidentifikasi tumbuhan bertujuan
untuk mengetahui identitas dari tanaman yang belum diketahui. Identifikasi dapat
dilakukan dengan beberapa tahapan yakni mendeskripsikan tanaman dan
menggunakan daftar kemungkinan. Tanaman yang akan diidentifikasi harus
dideskripsikan semua bagian morfologinya. Penggunaan referensi harus mencakup
semua kemungkinan yang akan terjadi dalam proses identifikasi. Tanaman asli
ataupun tanaman naturalisasi dan flora daerah dapat pula digunakan dalam proses
identifikasi tumbuhan yang belum diketahui (Simpson, 2006).
Identifikasi dilakukan dengan mengacu pada metode yang jelas dan harus
sesuai dengan kajian ilmiah. Identifikasi biasanya dilakukan dengan mengamati ciri
morfologi dengan mendeskripsikan secara detail. Menurut Simpson (2006)
Identifikasi tanaman dapat dilakukan dalam 4 metode, diantaranya kunci taksonomi,
menulis deskripsi tanaman, membandingkan spesimen, membandingkan gambar, dan
pendapat lembaga atau ahli.
1. Kunci Taksonomi: dapat diartikan sebagai perangkat identifikasi yang terdiri dari
daftar kemungkinan yang mampu menyempit pada suatu keputusan akhir. Kunci
taksonomi biasanya membagi kelompok yang lebih besar menjadi lebih kecil,
natural (monofiletik) sub kelompok. Kunci taksonomi terlihat sebagai metode
identifikasi yang paling praktis 9 digunakan, namun cara ini harus dianggap
sebagai panduan bukan sebagai metode yang mudah (Mulyatin, 2015).
2. Membandingkan Spesimen Tumbuhan yang didapatkan akan dibandingkan dengan
awetan kering (herbarium). Metode ini dinilai efektif dalam mengetahui jenis
tumbuhan karena objek dapat dibandingkan secara nyata.
3. Menulis Deskripsi Tanaman: Tumbuhan akan lebih mudah dikenali dengan
mengetahui secara detail ciri. Salah satu cara yakni dengan mendeskripsikan ciri-
ciri dari tumbuhan secara detail. Deskripsi akan mempermudah dalam
membedakan antara tumbuhan yang sudah diketahui dengan yang belum diketahui.
4. Membandingkan Gambar: Mengidentifikasi tumbuhan dengan cara
membandingkan objek dengan gambar atau ilustrasi. Metode ini memiliki
kelemahan pada sumber gambar yang digunakan sebagai pembanding.
5. Pendapat Lembaga atau Ahli Apabila dari beberapa metode belum dapat
teridentifikasi, maka metode lain yakni dengan meminta pendapat orang yang
dianggap berkompeten. Metode ini memerlukan waktu yang lama dan biaya dalam
jasa identifikasi tumbuhan tersebut. Lembaga atau ahli yang menguasai semua
literatur akan lebih akurat dalam mengidentifikasi tumbuhan.
Pengelompokan makhluk hidup dapat dilakukan dengan berbagai sistem.
Sistem pengelompokkan tersebut yaitu artifisial, natural, dan filogeni.
1. Sistem Klasifikasi Buatan (Artifisial): merupakan suatu cara pengelompokan
berdasarkan pada karakter-karakter yang dihubungkan dengan kepentingan
manusia. Misalnya pada tumbuhan terdapat beberapa cara penggolongan,
diantaranya berdasarkan: 1) Umur: Kita mengenal ada tumbuhan
semusim/setahun (annual). 2) Kegunaannya: Pengelompokan berdasarkan
kegunaan misalnya Tanaman hias seperti anggrek, mawar, melati dll. Tanaman
pangan seperti Padi, Singkong, dan Kentang. Tanaman obat misalnya Binahong,
Mahkota Dewa, dan Sirih. Tanaman perkebunan, seperti Jati, Mahoni, Gaharu,
dan lain-lain. 3) Habitatnya: Berdasarkan habitatnya dikenal tumbuhan xerofit
(tumbuhan yang dapat bertahan di daerah kering, seperti Kaktus, ada juga
tumbuhan hidrofit (tumbuhan air seperti Kangkung, Genjer, Teratai, dan lain-
lain). 4) Kandungan gizi atau zat utamanya: Dalam pengelompokkan ini dikenal
diantaranya tumbuhan sumber karbohidrat seperti Padi, Singkong, Sagu, dan lain-
lain. Tumbuhan sumber protein seperti Kacang Kedelai, Kacang Tanah, dan
Kacang Hijau. Tumbuhan sumber lemak seperti Kelapa Sawit, Kemiri, dan Wijen.
Melalui pengelompokan secara artifisial ini akan memudahkan kita untuk
mengenal sehingga akhirnya dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia.
2. Sistem Klasifikasi Alami (Natural): Pengelompokkan pada sistem ini dilakukan
berdasarkan pada karakter-karakter alamiah yang mudah untuk diamati, pada
umumnya berasarkan karakter morfologi. Pelopor dari sistem klasifikasi alami ini
adalah Carolus Linnaeus. Ia adalah yang pertama kali meletakkan dasar-dasar
klasifikasi termasuk sistem tata nama binomial nomenclature. Sistem klasifikasi
makhluk hidup ini terus berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan.
Pada mulanya Carolus Linnaeus mengajukan sistem klasifikasi 2 Kingdom, yaitu
Plantae dan Animalia. Namun selanjutnya Whittaker menyempurnakannya
menjadi sistem klasifikasi 5 Kingdom. Kingdom Fungi dikeluarkan dari Plantae,
kemudian membentuk kingdom baru yaitu Monera dan Protista. Monera yaitu
golongan organisme yang merupakan prokariotik, sedangkan Protista yaitu
golongan organisme mikroskopis yang merupakan organisme eukariotik. Setelah
Whittaker, ilmuwan asal Amerika Carl Woese menyempurnakannya menjadi
sistem klasifikasi 6 kingdom, yaitu Eubacteria, Archaebacteria, Protista, Fungi,
Plantae, dan Animalia. Namun selanjutnya Kingdom Protista sudah tidak berlaku
karena anggotanya polyphyletic, yaitu ada yang mendekati karakter tumbuhan,
hewan, bahkan fungi. Sama halnya dengan Kingdom Monera yang sudah tidak
valid lagi sebagai suatu takson karena anggotanya terdiri dari dua golongan yang
sangat berbeda karakternya (Bacteria dan Archaebacteria). Oleh karena itu
dibentuklah sistem klasifikasi 3 domain yang dinilai dapat mewadahi kingdom-
kingdom sebelumnya yang bermasalah (Protista dan Monera). Ketiga domain
tersebut yaitu Bacteria, Archaea, dan Eucarya.
3. Sistem Klasifikasi Filogeni: Sistem klasifikasi filogeni merupakan suatu cara
pengelompokkan organisme berdasarkan garis evolusinya atau sifat
perkembangan genetik organisme sejak sel pertama hingga menjadi bentuk
organisme dewasa. Sistem klasifikasi ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan
teori evolusi. Pada sistem klasifikasi ini terkadang ada organisme yang secara
morfologisnya berbeda, namun ternyata memiliki karakter genetik yang dekat.
Sistem klasifikasi filogeni ini merupakan sistem klasifikasi yang mendasari sistem
klasifikasi modern, yang dipelopori oleh Hudchinson, Cronquist, dan lainnya.
Biasanya klasifikasi modern ini dilakukan dengan memperhatikan kecenderungan
evolusi organisme itu lebih maju atau masih primitif adalah dengan melihat
pelestarian atau penyusutan dari struktur sel atau tubuhnya akibat pengaruh
seleksi alam. Sebagai contoh, dalam klasifikasi modern tumbuhan, Hutchinson
mengemukakan pendapat diantaranya: 1) Tumbuhan berdaun tunggal lebih
primitif daripada berdaun majemuk 2) Tumbuhan dikotil lebih primitif daripada
tumbuhan monokotil 3) Tumbuhan berbiji terbuka lebih primitif dari pada
tumbuhan berbiji tertutup 4) Tumbuhan berbunga dengan benang sari dan putik
yang banyak lebih primitif dari pada tumbuhan berbunga dengan benang sari dan
putik sedikit. 5) Tumbuhan berbunga mahkota lepas-lepas lebih primitif daripada
tumbuhan berbunga mahkota bersatu.
Identifikasi merupakan suatu proses yang dapat kita lakukan untuk
menentukan atau mengetahui identitas dari suatu jenis organisme. Banyak metode
yang dapat kita gunakan untuk mengetahui identitas suatu jenis organisme,
diantaranya dengan konfirmasi langsung kepada ahlinya, mencocokkan dengan
spesimen, atau dengan menggunakan suatu instrumen yaitu kunci identifikasi atau
kunci determinasi. Kunci determinasi tersebut merupakan serangkaian pertanyaan
yang dapat menggiring kita sehingga dapat mengetahui nama dari jenis organisme
yang ingin kita ketahui identitasnya. Dalam skala kecil misalnya, Anda dapat
merancang suatu kunci determinasi untuk jenis-jenis tumbuhan yang ada di sekitar
sekolah. Kunci determinasi tersebut dibuat dengan menyusun serentetan pertanyaan-
pertanyaan yang berkaitan dengan karakter dari berbagai jenis tumbuhan tersebut.
Untuk menguji kunci determinasi yang sudah Anda rancang, Anda dapat
melakukannya dengan cara meminta kawan lain untuk mengidentifikasi jenis-jenis
tumbuhan yang tercantum. Jika ia dapat mengidentifikasi suatu jenis tumbuhan
dengan tepat, maka kunci determinasi tersebut sudah baik.
Model dari kunci determinasi bermacam-macam, namun yang paling sering
digunakan adalah model dikotomi. Kunci dikotomi ini disusun atas dasar
pengelompokkan ciri-ciri makhluk hidup menjadi dua kelompok yang berbeda.
Dengan menggunakan dasar persamaan dan perbedaan sifat ciri (character state)
makhluk hidup tersebut, selanjutnya dilakukan pengelompokkan lagi menjadi dua
kelompok kembali hingga akhirnya diperoleh sifat ciri yang spesifik yang langsung
merujuk pada identitas jenis suatu organisme. Oleh karena itu dalam ilmu klasifikasi,
tidak terlepas dari pengetahuan kita terhadap karakter-karakter yang dijadikan acuan
untuk pengelompokan. Misalnya jika kita akan mengelompokan berbagai jenis
tumbuhan di lingkungan sekolah berdasarkan morfologi bunga, buah, daun, batang,
dan akar, maka kita harus memahami berbagai tipe morfologi dari organ-organ
tumbuhan tersebut. Agar dapat digunakan oleh orang lain, maka istilah yang
digunakan harus istilah ilmiah yang umum. Dalam perancangan kunci determinasi
model dikotomi, pada setiap nomor selalu disusun dua pernyataan yang saling
berkebalikan. Pada setiap pernyataan akan diteruskan menuju nomor baru yang akan
mengarahkan pada dua pernyataan berikutnya, hingga pada akhirnya akan berhenti
pada nama/identitas dari organisme tersebut. Kunci determinasi tersebut merupakan
kunci dikotomi karena selalu bercabang dua, jika dibuat bagannya. Model kunci
determinasi dikotom Biasanya untuk memudahkan dalam pembuatan kunci
determinasi, pernyataan yang dibuat pertama kali adalah pernyataan mengenai sifat
ciri morfologi yang paling umum terlebih dahulu, kemudian selanjutnya diikuti
dengan sifat ciri yang semakin spesifik.
Tumbuhan mempunyai keistimewaan karena mampu menghasilkan senyawa
organik yang akan digunakan sebagai sumber energi dari senyawa-senyawa
anorganik, yaitu karbondioksida, air, dan mineral dari dalam tanah. Oleh karena itu
tumbuhan termasuk ke dalam organisme autotrof. Dalam prosesnya, tumbuhan
memerlukan cahaya matahari untuk mengkonversi nutrisi terebut menjadi senyawa
organik, oleh karena itu tumbuhan disebut juga organisme fotoautotrof. Organisme
fotoautotrof sebenarnya tidak hanya tumbuhan, namun termasuk di antaranya
beberapa anggota kelompok protista, misalnya alga dan juga beberapa organisme
prokariot. Salah satu karakter pembeda dalam keanekaragaman tumbuhan adalah
jaringan pembuluhnya. Tumbuhan dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu
tumbuhan yang tidak berpembuluh (nonvascular plant) dan tumbuhan yang
berpembuluh (vascular plant). Tumbuhan tidak berpembuluh lebih dikenal dengan
lumut, yang terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu lumut daun, lumut hati, dan lumut
tanduk. Sedangkan tumbuhan berpembuluh yang mencakup 93% dari
keanekaragaman tumbuhan terbagi menjadi dua kelompok besar berdasarkan ada atau
tidaknya biji sebagai alat perkembangbiakan. Tumbuhan Tak Berpembuluh
(nonvascular plants) merupakan tumbuhan lumut terdiri dari tiga divisi, yaitu
Hepatophyta (lumut hati), Bryophyta (lumut daun), dan Anthocerophyta (lumut
tanduk). Berbeda dengan tumbuhan berpembuluh, semua jenis lumut memiliki fase
gametofit yang dominan dan berumur lebih panjang dibandingkan fase sporofit dalam
siklus hidupnya. Fase gametofit tersebut merupakan fase yang sering kita lihat dan
kita kenal sebagai lumut itu sendiri. Gametofit akan menghasilkan gamet jantan dan
betina. Gamet jantan akan memproduksi banyak sperma, sedangkan gamet betina
menghasilkan satu telur. Biasanya sperma akan membutuhkan air untuk berenang
menuju telur sehingga akan terjadi fertilisasi. Oleh karena itu lumut biasanya tumbuh
di tempat-tempat yang lembab. Pada umumnya lumut merupakan tumbuhan yang
kecil, dan tumbuh menutupi permukaan substrat. Lumut tidak memungkinkan untuk
tumbuh tinggi karena tubuhnya yang tipis, dan juga tidak mempunyai jaringan
pembuluh sehingga tidak akan mampu untuk mentransportasikan air dan nutrisi untuk
jarak yang cukup jauh.
Tumbuhan berpembuluh dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan ada atau
tidaknya biji sebagai alat perkembangbiakannya. Dua kelompok tersebut yaitu
tumbuhan tidak berbiji dan tumbuhan berbiji. 1) Tumbuhan Tidak Berbiji: Kelompok
tumbuhan yang sudah mempunyai jaringan pembuluh namun tidak memiliki biji
merupakan kelompok tumbuhan paku-pakuan yang terdiri dari divisi yaitu Lycophyta
dan Pterophyta. Pada golongan tumbuhan ini fungsi biji digantikan dengan adanya
spora. Siklus hidup dari kelompok tumbuhan ini berbeda dengan siklus hidup pada
lumut. Fase gametofit menjadi fase yang tidak dominan, ukurannya relatif lebih kecil,
dan umurnya lebih pendek. Sedangkan fase sorofit menjadi fase yang dominan.
Tumbuhan paku-pakuan yang biasa kita lihat merupakan fase sporofitnya. 2)
Tumbuhan Berbiji (Spermatophyta): Tumbuhan berbiji dikelompokan menjadi dua
yaitu tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae) dan tumbuhan berbiji tertutup
(Angiospermae). Jika kita perhatikan, pada tumbuhan lumut, fase gametofit
merupakan fase yang dominan, tumbuh pada substrat, ukuran lebih besar daripada
sporofitnya. Kemudian pada tumbuhan paku fase gametofit menjadi fase yang tidak
dominan, berukuran kecil dibandingkan dengan sporofitnya, tumbuh tersendiri pada
substrat. Pada kelompok tumbuhan berbiji fase gametofit semakin tereduksi bahkan
menjadi mikroskopis, dan tumbuh pada individu sporofit. Sehingga gametofit
menjadi lebih terlindungi dari stres lingkungan, dan dijamin nutrisinya oleh sporofit.
a) Gymnospermae (Tumbuhan Berbiji Terbuka) Kelompok tumbuhan ini disebut
berbiji terbuka karena mempunyai biji yang tidak terlindung dalam ovarium. Biji
tersebut terdedah keluar pada lembaran sporofil yang termodifikasi membentuk
strobilus. Gymnospermae terbagi ke dalam empat divisi yaitu Cycadophyta,
Ginkgophyta, Gnetophyta, dan Coniferophyta. b) Angiospermae (Tumbuhan Berbiji
Tertutup) Angiospermae berbeda dengan kelompok Gymnospermae karena biji yang
dihasilkan terlindungi oleh buah (ovarium). Karakteristik khas angiospermae yaitu
memiliki bunga dan buah. Bunga merupakan modifikasi dari daun yang biasanya
menjadi empat struktur yang terspesialiasi, yaitu kelopak, mahkota, stamen, dan
karpel. Karena memiliki struktur bunga, maka kelompok tumbuhan ini yang hanya
terdiri dari satu divisi saja diberi nama Anthophyta (tumbuhan berbunga). Buah
merupakan hasil perkembangan lanjutan dari ovarium dan atau bagian bunga yang
lain setelah terjadi fertilisasi. Biji selanjutnya berkembang dari ovule yang berada di
dalam ovarium. Oleh karena itu pada angiospermae biji terlindung di dalam buah.
Buah dari berbagai jenis tumbuhan sangat bervariasi dan biasanya strukturnya
termodifikasi untuk proses penyebaran biji tersebut. Misalnya buah dari Mahoni
(Swietenia mahagoni) memiliki struktur sayap sehingga dapat terbang seperti baling-
baling dan tersebar terbawa angin. Buah dari Pacar Air (Impatiens balsamina)
memiliki buah yang dapat meledak karena faktor tekanan turgor, sehingga biji di
dalamnya dapat terlempar jauh. Contoh lain adalah biji dari Dandelion (Taraxacum
officinale) yang dapat melayang jauh terbawa angin karena memiliki struktur pappus
yang berbentuk rambut-rambut halus.
Tanaman hias terbagi menjadi dua kategori yaitu tanaman hias indoor dan
tanaman hias outdoor yang masing – masing memiliki karakternya sendiri.[10]
Seiring dengan perkembangan zaman keterbatasan lahan menjadi faktor tanaman hias
indoor kini banyak diminati. Namun keterbatasan pengetahuan menjadikan
masyarakat sembarangan menaruh tanaman hias didalam rumah. Sehingga timbulah
ketidak selarasan pertumbuhan tanaman yang diakibatkan oleh kurang tepatnya
penempatan tanaman. Oleh karena itu perlu sekali dilakukan pengklasifikasian
tanaman indoor atau outdoor agar pertumbuhan tanaman terjaga sesuai dengan
penempatannya. Tanaman hias indoor dapat ditanam di rumah atau lingkungan teduh
lainnya seperti teras, bawah pohon, bawah naungan, dan lain-lain yang tidak secara
langsung terkena sorotan matahari, atau seandainya kena secara langsung hanya
beberapa jam saja pada pagi dan sore haro. Cara untuk menentukan ketahanan
tanaman indoor adalah dengan memperhatikan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Daun tebal, liat dan kaku
2. Permukaan daun mengkilap karena banyak diselimuti zat lilin, dan berwarna hijau
tua
3. Tanaman berasal dari daerah hutan tropis yang gelap dan lembab.
Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tebal, semakin hijau, dan
semakin mengkilap daun berarti tanaman semakin tahan dalam ruangan, atau semakin
lama bisa berada dalam ruangan sehingga dapat ditanam secara permanen. Selain
ditanam dalam ruangan, tanaman hanya dapat ditanam secara outdoor atau di luar
ruangan seperti halaman atau taman. Seringkali tanaman yang ditanam secara outdoor
juga dapat ditanam secara indoor, tetapi kebalikannya umumnya tidak berlaku.
Tanaman yang biasa hidup secara indoor sulit ditanam secara outdoor. Tanaman
outdoor adalah tanaman yang untuk hidupnya menghendaki sinar matahari penuh
sepanjang hari, ventilasi udara atau angin yang berlalu lalang dengan baik, air cukup,
serta suhu lingkungan tinggi. ciri-ciri tanaman untuk outdoor antara lain:
1. Mempunyai warna mencolok atau beraneka ragam
2. Daunnya tipis dan tampak lemas bila kekurangan air
3. Berbatang lemah atau mudah patah
Upaya identifikasi tumbuhan yang tidak kinal kenal, tetapi telah dikenal oleh
dunia ilmu pengetahuan, pada waktu ini tersedia beberapa sarana, antara lain:
1. Menanyakan identitas tumbuhan yang tidak kita kenal kepada seseorang yang kita
anggap ahli dan kita diperlukan mampu memberikan jawaban atas partanyaan
kita.
2. Mencocokan dengan spesimen laboratorium yang telah diidentifikasi. Cara ini
merupakan cara yang terjadi dimana-mana di seluruh dunia, yang berupa
pengiriman spesimen tumbuhan ke herbarium atau lembaga-lembaga penelitian
biologi yang benar untuk diidentifikasikan.
3. Mencocokkan dengan candra dan gambar-gambar yang ada dalam buku-buku
flora atau monografi. Cara ini tidak mungkin dilakukan oleh setiapmorang, selain
penguasaan ilmu hayat, pelaku identifikasi dengan cara ini harus pula menguasai
peristilahan yang lazim digunakan dalam mencandra tumbuhan. Dalam rangka
pencocokan ciri-ciri itu mungkin diperlukan pula peralatan tertentu seperti
misalnya alat pengurai, kaca pembesar, dan mikroskop.
4. Penggunaan kunci identifikasi dalam identifikasi tumbuhan. Kunci identifikasi
merupakan serentetan pertanyaan-pertanyaan yang hawabannya harus
dipertemukan pada spesimen yang akan diidentifikasikan. Bila sesuai pertanyaan
berturut-turut dalam kunci identifikasi itu ditemukan jawabannya, berarti
tumbuhan yang akan diidentifikasikan sama dengan salah satu yang telah dibuat
kuncinya, dan nama serta tempatnya dalam sistem klasifikasi akan diketahui
setelah semua pertanyaan dalam kunci dapat dijawab.
5. Penggunaan lembar identifikasi jenis, yang dimaksud adalah sebuah gambar suatu
jenis tumbuhan yang disertasi dengan nama dan klasifikasi jenis yang
bersangkutan. Identifikasi dnegan cara ini pada dasarnya adalah mencocokan
spesimen tumbuhan yang akan diidentifikasikan dengan lembar identifikasi yang
telah disiapkan sebelumnya.

Tanaman hias mempunyai morfologi dan bentuk yang berananeka macam, ada
yang berdiri tegak baik berupa semak ataupun pohon serta ada yang
merambat/menjalar. Berdasarkan morfologinya tersebut kemudian akan membedakan
juga dalam pemanfaatannya, misalnya tanaman hias yang merambat biasanya untuk
pergola, tanaman semak atau perdu lebih tepat untuk tanaman penyerap debu di
pinggir jalan. Beberapa tanaman hias yang merayap dan ditempelkan pada dinding
dapat membuat kesejukan ruangan atau mengurangi teriknya matahari yang
menyinari rumah. Sinar matahari langsung akan membuat suhu di dalam rumah
meningkat, oleh karena itu menanam tanaman hias merambat dengan ketebalan
kurang lebih lima centimeter mampu meredam panas yang masuk ke dalam rumah,
sehingga kerja pendingin ruangan tidak terlalu berat dan juga menghemat
penggunaan listrik. Menanam berbagai jenis tanaman bunga di samping dinding
rumah bisa sebagai pendingin suhu di dalam rumah, sedangkan tanaman hias yang
berupa pohon dimanfaatkan sebagai tanaman peneduh. Agar menarik serta memiliki
nilai estetika seni tinggi, beberapa jenis tanaman ada yang sengaja dibentuk dengan
sedikit merubah morfologi alamiahnya untuk menciptakan keindahan, misalnya pada
tanaman hias bambu dan bonsai, yang untuk hal ini tentunya dibutuhkan ketrampilan
dan kreativitas.
Pengelompokan tanaman hias berdasarkan bagian tanaman yang mempunyai
nilai ekonomi: a. Tanaman Hias Bunga: Daya tarik dan keindahan tanaman hias
bunga adalah pada bunganya. Keindahannya dilihat dari beraneka bentuk bunganya,
berbagai macam warnanya yang menarik, juga aroma keharuman bunga, serta
pemanfaatannya. b. Tanaman Hias Daun: Letak keindahan dan daya tarik tanaman
hias ini adalah pada daunnya yang berwarna warni, bentuk daunnya yang indah dan
unik. Beberapa tanaman ada yang terdiri dari banyak spesies dengan bentuk dan
warna daun yang berbeda. c. Tanamaan Hias Buah: Tanaman hias ini menariknya
dilihat dari buahnya yang indah untuk menghias halaman maupun ruangan. Buah dari
tanaman hias ini ada yang bisa dimakan, tetapi beberapa diantaranya hanya bisa
dimanfaatkan sebagai hiasan saja. d. Tanaman Hias Batang: Tanaman hias batang
adalah tanaman hias yang memiliki daya tarik pada bagian batangnya, karena adanya
keunikan dan keindahan pada bagian batang dari tanaman tersebut. Orang membeli
tanaman hias batang mengutamakan keindahan batang yang berbentuk unik dan
menarik. Contoh tanaman hias batang adalah Bambusa vulgaris.
ACARA II

MEDIA TANAM

Media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam.


Secara umum, media tanam harus dapat menjaga kelembapan daerah sekitar akar,
menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur hara. Penggunaan
bahan organik sebagai media tanam jauh lebih unggul dibandingkan dengan bahan
anorganik, hal itu dikarenakan bahan organik sudah mampu menyediakan unsur-
unsur hara bagi tanaman [3]. Selain itu, bahan organik juga memiliki pori-pori makro
dan mikro yang hampir seimbang sehingga sirkulasi udara yang dihasilkan cukup
baik serta memiliki daya serap air yang tinggi. Melihat banyaknya manfaat dan
prospek dari tanaman hias, tentunya pengembangan tanaman hias di Indonesia perlu
dimaksimalkan. Luas areal lahan dapat dilihat semakin berkurang dan penggunaan
media tanam organik menjadi pertimbangan. Langkah awal tentunya dengan
perbanyakan tanaman hias.
Media tanam merupakan komponen mutlak ketika akan melakukan budidaya
tanaman. Media tanam menjadi salah satu faktor penentu baik buruknya pertumbuhan
tanaman yang akhirnya mempengaruhi produksi. Media tanam berfungsi sebagai
tempat tanaman meletakkan akarnya, sumber unsur hara bagi tanaman. Tanaman akan
dapat tumbuh baik apabila diletakkan pada media tanam yang subur. Komponen
media tanam yang baik bagi pertumbuhan tanaman terdiri dari tanah, bahan organik,
air dan udara (Pratiwi et al., 2017). Media tanam berasal dari berbagai campuran
bahan mulai dari sekam, arang sekam, serbuk gergaji, cocopeat, pupuk kandang
maupun pupuk ternak. Sekam merupakan limbah padi yang memiliki keunggulan
ringan, memiliki drainase dan aerasi yang baik, tidak mempengaruhi pH,
mengandung hara atau larutan garam, mempunyai kapasitas menyerap air, serta
harganya murah (Marlina dan Rusnandi, 2007). Sekam padi atau sekam mentah
merupakan lapisan keras yang meliputi kariopsis yang terdiri dari dua belahan yang
disebut lemma dan palea yang saling bertautan. Pada proses penggilingan, Sekam
akan terpisah dari butir beras dan menjadi bahan sisa atau limbah penggilingan.
Komposisi kimiawi yang terdapat pada sekam padi adalah: Kadar air, Protein kasar,
Lemak, Serat kasar, Abu, Karbohidrat dasar, (zat arang), Hidrogen, Oksigen, dan
Silika. Sekam yang dibakar juga dapat dijadikan sebagai media tanam. Arang sekam
merupakan limbah pertanian yang bersifat porous, ringan, tidak kotor, akan tetapi
memiliki kemampuan menyerap air yang rendah dan porositas yang baik. Sifat ini
menguntungkan jika digunakan sebagai media tanam karena mendukung perbaikan
struktur tanah dan juga berfungsi sebagai pengikat hara (ketika kelebihan hara) yang
dapat digunakan tanaman ketika kekurangan hara.
Serbuk gergaji banyak digunakan sebagai bahan media tanam karena memiliki
tekstur yang ringan sehingga akar tanaman akan lebih cepat tumbuh dan berkembang.
Serbuk gergaji juga dapat mengoptimalkan penyerapan air dan unsur hara pada
tanaman. Pupuk kandang memiliki sifat yang alami dan tidak merusak tanah,
menyediakan unsur makro dan mikro. Pupuk kandang berfungsi untuk meningkatkan
daya tahan terhadap air, aktivitas mikrobiologi tanah, nilai kapasitas tukar kation dan
memperbaiki struktur tanah. Pupuk kandang ayam dapat memberikan kontribusi hara
yang mampu mencukupi pertumbuhan bibit tanaman, karena pupuk kandang ayam
mengandung hara yang lebih tinggi dari pupuk kandang lainnya. Cocopeat sering
disebut sebagai Limbah kelapa, karena media tanam ini berasal dari industri yang
kemudian masuk dalam proses pencucian, pemanasan, penyaringan lalu pemeriksaan
secara teliti. Sebelum diproses menjadi media tanam, cocopeat akan dibagi ke dalam
berbagai tingkat butiran dan kepadatan kemudian masuk dalam tahap pengemasan.
Pada umumnya media tanam ini dikemas dalam bentuk kemasan plastik, karung, atau
sudah tercampur dengan media tanam lain. Namun sebagian sering
mengimprovisasinya dengan membuatnya sebagai lempengan papan atau lempengan
cakram. Penggunaan cocopeat sebagai media tanam biasanya harus dicampurkan
dengan beberapa media tanam lain.
Tujuan dari bab II ini adalah : a. Mahasiswa dapat membuat media tanam
dengan berbagai bahan. b. Mahasiswa mengetahui sifat dari masing-masing media
tanam yang digunakan. Alat dan bahan yang digunakan yaitu: Cetok/cangkul,
Polybag/pot, Sekam, Arang sekam, Serbuk gergaji, Pupuk ayam, Pupuk
sapi/kambing. Cara kerja yang dilakukanya yaitu sebagai berikut:
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Campur atau aduk media tanam (sekam, arang sekam, serbuk gergaji, pupuk
ayam, pupuk sapi/kambing) sesuai parameter yang sudah ditentukan dengan
perbandingan 1 : 1 : 1 menggunakan cetok/cangkul.
3. Masukkan media tanam yang sudah siap ke dalam polybag/pot. Macam campuran
media :
a. Sekam - arang sekam - pupuk ayam
b. Sekam - arang sekam - pupuk sapi/kambing
c. Sekam - serbuk gergaji - pupuk ayam
d. Sekam - serbuk gergaji - pupuk sapi/kambing
e. Serbuk gergaji - arang sekam - pupuk ayam
f. Serbuk gergaji - arang sekam - pupuk sapi/kambing
Variabel pengamatan yang diamati pada media tanam antara lain: pH media
tanam, dengan cara pengukuran menggunakan pH meter. Kelembapan media, dengan
cara pengukuran menggunakan Higrometer. Suhu, dengan cara pengukuran
menggunakan termometer suhu. Tanaman yang diletakkan di dalam ruangan harus
tahan terhadap kurangnya udara dan hawa yang sedikit pengap, tahan terhadap
kurangnya cahaya alami dari matahari dibutuhkan dalam proses fotosintesis tanaman,
juga tahan terhadap media tanam yang hanya menampung sedikit asupan air. Di
samping itu, tanaman hias indoor seharusnya bisa bertahan selama kurang lebih 2
minggu pada ruangan ber-AC. Nah, untuk memperoleh tanaman hias Indoor yang
tetap sehat dan dapat tumbuh dengan baik, maka yang harus diperhatikan adalah
tentang bagaimana memilih tanaman yang cocok dijadikan tanaman hias indoor juga
bagaimana perawatannya. Untuk pemilihannya dapat diperhatikan dengan
mempertimbangkan hal-hal berikut:
1. Sesuaikan jenisnya
Tanaman hias terbagi menjadi 2 jenis yaitu yang berbunga dan yang tanpa
bunga. Yang berbunga maksudnya tanamannya menghasilkan bunga-bunga
sedangkan yang tanpa bunga adalah tanaman hias yang tidak memiliki bunga dan
hanya berdaun. Tanaman yang berbunga. Untuk tanaman hias berbunga,
sebaiknya memilih tanaman hias tidak hanya berbunga cantik namun juga
beraroma wangi. Hal ini akan memberikan nilai plus dalam ruangan karena akan
memanjakan pandangan dan udara sedap pun terhirup. Tanaman hias indoor
bunga seperti peace lily dan anthurium bunga. Sementara untuk tanaman hias
tanpa bunga atau tanaman hias daun seperti lidah mertua atau snake plant,
aglonema, anthurium, atau spider plant. Untuk tanaman hias tanpa bunga, pilihlah
daun yang memiliki bentuk dan corak warna daun yang menarik juga unik.
2. Sesuaikan fungsinya
Tanaman hias hakikatnya dijadikan penghias, namun diletakkan di dalam
ruangan, maka fungsinya bisa menjadi ganda yaitu juga sebagai pembersih udara
dalam ruangan tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan tanaman yang berwarna dan
bercorak indah untuk memperindah dekorasi ruangan, juga bentuk dan ukuran
daun yang besar dan lebar untuk menghasilkan pergantian udara yang sehat.
3. Sesuaikan dengan daya tahan tanaman dan cara perawatannya
Tanaman hias yang diletakkan di dalam ruangan tidak akan bertahan terus-
menerus. Anda harus memilih tanaman hias yang cukup tahan terhadap
temperatur udara di dalam ruangan yang kadang dingin juga panas. Tanaman hias
yang tidak gampang mati dan mudah perawatannya. Tanaman hias memiliki
perbedaan dalam perawatannya. Ada yang terbilang mudah namun ada juga yang
membutuhkan perawatan intens.
4. Perhatikan pencahayaannya
Jika Anda meletakkan tanaman hias di dekat jendela, maka usahakan
menaruhnya dengan jarak sekitar 25cm dari sisi jendela. Bagian tanaman yang
menghadap jendela akan mendapatkan sinar matahari, jadi agar semua sisinya
dapat terkena cahaya matahari dengan adil maka sebaiknya tanaman tersebut
diputar-putar sisinya bergantian menghadap jendela. Lampu LED bisa dijadikan
alternatif pengganti asupan cahaya matahari yang diperlukan tanaman untuk
berfotosintesis. Sementara itu, jika tanaman hias diletakkan di sudut ruangan, atau
di dekat furniture-furniture rumah tangga lainnya, maka otomatis tanaman
tersebut tidak mendapat asupan nutrisi dari cahaya matahari, padahal cahaya
matahari merupakan kebutuhan tanaman yang sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhannya. Jadi, agar tanaman hias bisa tumbuh sehat di dalam ruangan,
kita bisa mengakalinya dengan memberikan cahaya lampu buatan khusus tanaman
yaitu LED Plant Growths. Cahaya dari lampu LED ini akan tetap memberikan
kontribusi sama dengan cahaya matahari bagi tanaman, Jika tidak memiliki lampu
LED, maka keluarkan ke ruang terbuka (luar rumah) dalam 3-4 hari sekali,
diangin-anginkan saja tidak perlu dijemur.
5. Perhatikan penyiramannya
Penanaman tanaman hias biasanya ditanam pada media tanam yang hanya
sedikit menyerap air agar media tanam tidak becek dan basah. Supaya tetap
lembab, maka dibutuhkan media tanam yang berkarakter porous yang berisi
cocopeat, sekam bakar, pakis yang dicacah serta ditambah dengan pupuk kandang
dan humus yang telah diolah terlebih dahulu. Agar air yang disiram pada media
tanam tidak tergenang, maka pastikan wadah atau pot yang digunakan untuk
menanam tanaman hias memiliki lubang-lubang kecil di bawahnya. Pada saat
penyiraman, jauhkan dari penyiraman air berlebih. Jangan samakan dengan
tanaman outdoor, tanaman indoor tidak memerlukan tanah yang terlalu basah.
Perlu diperhatikan bahwa ada beberapa tanaman yang mampu bertahan dalam
kondisi tanah yang kering, namun biasanya pada tanaman berbunga, lebih
membutuhkan tanah yang lembab. Jadi memang sangat perlu mengetahui
kebutuhan air masing-masing tanaman Anda. Karena tingkat kebutuhan airnya
yang berbeda-beda.
6. Perhatikan hama tanaman
Hama tanaman seperti jamur, ulat, virus atau binatang dan serangga
penyebab penyakit seringkali menyerang dedaunan tanaman dan membuat
tanaman cepat layu dan mati. Hindari hal seperti itu dengan membersihkan debu-
debu yang melengket di sekitar permukaan atas dan bawah daun. Buat
daunnya yang besar-besar terlihat sehat dan mengkilap dengan mengoleskan
permukaan daunnya cairan susu menggunakan lap kering. Supaya daun tanaman
hias tetap mengkilap, maka gunakan cairan susu untuk melap permukaannya
dengan kapas atau lap kering.
7. Perhatikan pemilihan wadah
Untuk memperoleh tanaman hias yang betul-betul menarik perhatian, tidak
hanya menitikberatkan pada pemilihan tanamannya, namun hal itu di dukung juga
dengan pemilihan wadah atau pot yang menarik. Anda bisa memilih pot-pot kaca
transparan seperti aquarium dengan bentuk-bentuk dekoratif yang unik. Di dalam
wadah atau pot tersebut bisa diisi hidrogel sebagai media tanam (kami sediakan
juga di bibitbunga.com, aneka warna dan bentuk sehingga bisa lebih menarik,
kualitas hidrogelnya juga oke) agar udara dalam media tanam tetap lembab tanpa
merusak akar tanaman.
BAB III. PEMBIBITAN ATAU PENYIAPAN BAHAN TANAM
Pembibitan adalah suatu proses penyediaan bahan tanam yang berasal dari
benih tanaman (biji tanaman berkualitas baik) atau bahan tanam yang berasal dari
organ vegetatif tanaman untuk menghasilkan bibit (bahan tanam yang siap untuk
ditanam di lapang/wadah penanaman). Bahan tanam adalah bagian tumbuhan yang
ditanam, berupa biji, potongan batang (setek), atau belahan rumpun. Bagian tanaman
yang dapat dijadikan bahan tanam tergantung pada jenis tanamannya dapat berupa
daun, ranting, cabang, batang, akar, rhizome, umbi, buah dan biji serta bahan tanam
sangat menentukan produktifitas tanaman (±>50%) baik kuantitas/kualitas, sifat
genetis dan daya tumbuh yang baik.
Pembibitan dilakukan dengan tujuan: Memudahkan dmlam pemeliharaan,
khususnya kegiatan penyiraman, penyiapan media tanam yang digunakan akan
menjadi lebih baik, biaya dan tenaga kerja yang dibutuhkan relatif menjadi lebih
sedikit, memudahkan dalam melakukan seleksi/pemilihan tanaman, pada jenis
tanaman tertentu dengan pindah tanam dapat diperoleh pertumbuhan dan hasil
panen/penampilan yang lebih baik. Untuk mendapatkan hasil yang optimum seperti
yang diharapkan maka pemakaian benih/biji sebagai bahan tanam yang akan
disemaikan sebaiknya menggunakan benih yang bermutu dari varietas unggul. Benih
bermutu adalah benih yang mempunyai daya kecambah tinggi, murni yaitu tidak
tercampur dengan varietas lain, tidak mengandung kotoran, warna dan berat biji
seperti yang dikehendaki, mencapai tingkat kemasakan yang optimal, tingkat
keseragaman tinggi baik warna, ukuran dan bentuk, bebas dari kerusakan biji, dan
bebas dari penyakit benih bawaan. Pemakaian benih bersertifikat sangatlah
dianjurkan untuk mendapatkan hasil bibit/bahan tanam yang berkualitas. Sedangkan
varietas unggul mempunyai sifat produksi tinggi, umurnya pendek, respon terhadap
pemupukan, tahan terhadap hama dan penyakit, mampu beradaptasi dengan baik pada
beragai lingkungan.
Benih yang baik untuk disemai/dibibitkan memenuhi tiga kriteria yaitu
kriteria secara genetis, kriteria secara fisiologis, dan kriteria fisik. Dalam hal ini yang
mudah dilakukan untuk menyiapkan bahan untuk persemaian yaitu dengan
mengamatinya dari segi kriteria fisik yang meliputi:
1. Tingkat kebersihan benih
Tingkat kebersihan benih sesuai ketentuan/standarnya yaitu bersih dari
kotoran baik kotoran dari bagian tanaman maupun kotoran lain seperti biji gulma,
biji tanaman lain, butiran tanah, pasir maupun kerikil dsb.
2. Ukuran dan keseragaman biji/benih
Ukuran benih yang dimaksud adalah besar kecilnya isi/volume setiap butir
benih. Benih yang seragam akan memiliki struktur embrio yang baik dan
cadangan makanan yang cukup.
3. Warna biji/benih
Warna biji adalah sesuai dengan dasar warna asli benih/biji tersebut.
Warna benih yang cerah menunjukkan bahwa benih yang masih mempunyai
kemampuan berkecambah yang tinggi karena masih baru/ belum kotor khususnya
untuk benih yang mempunyai masa dormansi yang agak lama. Semakin cepat
disemai semakin tinggi tingkat perkecambahan benih khususnya benih
rekalsitrans.
4. Bentuk biji/benih
Bentuk adalah seragam sesuai bentuk aslinya, bentuk yang sama akan
memberikan hasil persemaian yang seragam pula. Hal ini berkaitan dengan
jumlah kandungan cadangan makanan yang mendukung proses
perkecambahannya. Untuk dapat tumbuh/berkecambah, benih harus memenuhi 3
syarat yaitu :
 Benih harus dalam keadaan hidup
 Benih tidak dalam keadaan dorman
 Persyaratan lingkungan untuk perkecambahan benih dapat terpenuhi.
Usaha pembenihan melalui budidaya yang baik akan menghasilkan benih dengan
daya tumbuh yang sangat besar sehingga hasil yang diperoleh juga akan memuaskan
baik kualitas maupun kuantitasnya. Hal tersebut dapat terlaksana apabila
memperhatikan beberapa hal seperti suhu, cahaya, dan kelembaban udara pada lokasi
pembibitan.
Menyemaikan adalah menaburkan benih (biji)/menanam dan atau
menumbuhkan bahan vegetatif tanaman di pesemaian untuk menghasilkan bibit/
bahan tanam tanaman yang akan ditanam lagi di lapang/ditempat penanaman. Untuk
membibitkan bahan tanam, ada kalanya benih tidak dapat tumbuh karena masih
dormansi. Untuk menyiapkan bahan tanam bibit dari bahan generatif/benih, dapat
dilakukan dengan menyemai benih terlebih dahulu, baru setelah benih berkecambah
atau sesudah berdaun 2-4, kecambah dapat disapih menjadi bibit/bahan tanam.
pembibitan benih/biji dapat dilakukan pada wadah seperti nampan, kotak kayu, dan
wadah lainnya. Pembibitan dapat dilakukan dengan menebar benih secara merata
pada permukaan media semai dan dapat juga dengan menebar benih/biji pada alur
yang telah dibuat pada media tanamnya dan disiram untuk menjaga kelembabannya.
Selanjutnya ditutup tipis-tipis dengan media tanam ataupun ditutup dengan mulsa,
kemudian diletakkan pada tempat yang teduh/terlindung.
Kelembaban pembibitan harus terjaga terus dan penutup plastik/ sungkup bisa
dibuka setelah benih/biji berkecambah. Biji tanaman hias juga dapat dibibitkan pada
media tanam selain tanah seperti arang sekam, cocopeat maupun rockwool.
Pembibitan dengan cara ini biasanya dilakukan dalam pot kecil-kecil yang tersusun
dalam lembaran tray. Teknik penyamaian ini benih disemai secara individu pada
setiap lubang pot kecil, dan dapat disapih setelah kecambah berdaun 2 – 4, atau sesuai
umur tanaman. Masing-masing jenis tanaman mempunyai ketentuan yang tidak dapat
disamakan, dikarenakan karakteristik tanaman juga berbeda.
Penyapihan merupakan kegiatan untuk memisahkan bibit/tanaman muda dari
komunitas/kelompoknya untuk ditumbuhkan menjadi individu baru. Bibit yang
tumbuh dipembibitan segera disapih/dipindah tanamkan ke wadah baru seperti
babybag, polibag, pot kecil, bekas gelas air mineral dsb, setelah berdaun 2-4 karena
wadah pembibitan sudah tidak mampu untuk menampung perakaran tanaman yang
terus berkembang. Sebelum disapih maka perlu menyeleksi bibit terlebih dahulu
karena hanya bibit yang baik saja yang dapat dijadikan bahan tanam yang baik pula.
Bibit yang baik dengan ciri-ciri yaitu:
 Bibit tumbuh subur dan kokoh
 Perakarannya banyak, kuat/besar dan lurus
 Sehat /tidak terbawa/terserang hama dan penyakit
 Umurnya cukup/berdaun 2-4
Kondisi bibit seperti tersebut di atas yang dapat disapih/dipindah tanamkan
menjadi bahan tanam bibit, sedangkan bibit yang tumbuhnya lambat, kerdil, etiolasi,
tidak sehat, perakarannya bengkok dan lemah sebaiknya tidak dijadikan bibit yang
baik. Penyapihan dilakukan dengan cara: 1) Tangan kiri memegang daun untuk
mengangkat bibit beserta media tanam yang terikut/ di sekitar perakaran dengan hati-
hati, sehingga tidak ada akar yang putus/rusak. 2) Bibit dapat ditanam/dimasukkan ke
dalam lubang tanam di tengah media tanam yang sudah disiapkan terlebih dahulu,
sampai sebatas leher akar. 3) Selanjutnya lubang tanam ditutup kembali dengan
sedikit menekan pada bagian sekitar leher akar tersebut supaya bibit dapat tumbuh
tegak. 4) Dilakukan penyiram media tanam bibit untuk menjaga kelembabannya.
Untuk melakukan penyiraman bibit sebaiknya dimulai dari arah luar/ tepi babybag
/polibag dengan hati-hati diusahakan supaya bibit tetap dalam posisi tegak. 5) Bibit
hasil sapihan diletakkan pada tempat pembibitan yang terlindung/ dinaungi dengan
atap/sungkup. 6) Pemeliharan bibit selanjutnya terus dilakukan seperti penyiraman,
pengendalian hama dan penyakit, penambahan nutrisi/unsur hara, yang semuanya
bertujuan untuk mendapatkan bibit yang baik untuk bahan tanam.
Contoh lain dalam pembibitan ini dipersiapkan sebagai bahan tanam yang
menggunakan bahan vegetatif, seperti cangkok, stek, okulasi, sambung pucuk,
merunduk dsb. Teknik menyiapkan bibit dari hasil bahan tanam vegetati:
1. Menyetek
a. Melakukan penyiapan bibit dari bahan stek adalah sebagai berikut :
Menyiapkan bibit stek menggunakan bahan stek yang sudah terpilih sesuai
dengan kriteria, kemudian dipotong sepanjang + 20 Cm untuk stek batang
seperti mawar, melati, bougenville, dll.,akar seperti cemara dan stek pucuk
seperti puring, euphorbia, dll. dengan ukuran 5-10 cm untuk bahan stek
seperti krisan, pangkas kuning, seribu bintan, zig zak, penitian dll. , dan 1
lembar/ sepotong daun untuk stek daun. .
b. Untuk mempercepat tumbuhnya akar dapat diberi ZPT.
c. Bahan bibit dapat ditanam/dibibitkan pada media tanam bibit yang sudah
disiapkan dengan membuat lubang tanam di bagian tengah untuk media stek
maupun bahan bibit vegetatif alamiah/umbi.
d. Hasil pembibitaan disiram dengan air untuk menjaga kelembaban media dan
diletakkan pada tempat yang teduh/disungkup.
e. Penyungkupan dapat dilakukan bersama/dalam jumlah yang besar yang
disebut dengan sungkup majemuk dan sungkup tunggal jika dilakukan untuk
sungkup satu stek saja. Jika stek sudah terlihat hidup maka sungkupnya segera
dibuka.
f. Selanjutnya bibit dipelihara sampai siap untuk ditanam/ sebagai bibit yang
siap digunakan sebagai bahan tanam
g. Jika bibit telah sesuai dengan kriteria/umur bibit, maka bibit dapat disiapkan
untuk bahan tanam/ditanam.
Cara menyiapkan bibit dari stek umbi :
a. Media tanam yang telah disiapkan dilubangi bagian tengahnya
b. Masukkan bibit/umbi ke dalam lubang tanan hingga umbi tertutup tipis
c. Siram hasil pembibitan untuk menjaga kelembabannya
d. Letakkan hasil pembibitan di tempat yang teduh/tidak terkena sinar matahari
langsung
e. Hasil pembibitan dipelihara hingga bibit siap digunakan sebagai bahan tanam
sesuai kriteria bibit.
2. Mencangkok, okulasi, menyambung dan merunduk
Menyiapkan bibit dari bahan hasil mencangkok, okulsi, menyambung dan
merunduk sesuai kriteria masing masing bahwa bahan tanam tersebut sudah siap
untuk dibibitkan diantaranya yaitu bahan bibit tumbuh segar dan sudah
mengeluarkan akar yang sehat, besar/kuat, berwarna putih kecoklatan. Bibit dapat
dipotong dan dipisahkan dari induknya kemudian ditanam pada media bibit yang
telah disiapkan. Untuk mengurangi penguapan, maka bibit dari bahan bibit
vegetatif buatan disiram air. Bakal bibit yang sudah ditanam diletakkan ditempat
pembibitan yang teduh/ ternaungi dengan perawatan yang baik sehingga akan
diperoleh bibit tanaman yang baik sesuai ketentuan kriteria bibit yang baik. Untuk
menyiapkan bibit tanaman hias yang berkualitas maka dapat dilakukan dengan
teknik pembuatan bibit yang meliputi kegiatan sebagai berikut:
a. Pemilihan jenis dan tanaman induk yang digunakan harus diketahui dengan
jelas, hal ini dikarenakan sifat yang baik dari induknya dapat menurun pada
keturunannya yang disebut dengan bibit.
b. Teknik/cara pembibitan yang diterapkan akan menentukan kualitas hasilnya
yang disebut dengan bibit, karena setiap jenis tanaman tidak selalu
respon/dapat dilakukan dengan teknik pembibitan yang sama.
c. Pemeliharaan yang berkelanjutan dengan tujuan untuk mempertahankan
kualitas bibit yang dihasilkan.
BAB IV. PERBANYAKAN TANAMAN MELALUI GENERATIF DAN
VEGETATIF

Bibit tanaman hias bisa diperoleh dari perbanyakan secara generatif maupun
vegetatif. Perbanyakan generatif menggunakan biji. Biasanya biji disemai terlebih
dahulu untuk menjadi bibit. Seterusnya bibit yang sudah siap bisa segera ditanam di
lapang. Sedangkan perkembangbiakan secara vegetatif bisa berupa vegetatif buatan,
seperti dari anakan, rimpang, umbi. Atau dengan cara vegetatif buatan, misalnya
setek, cangkok, okulasi, dan sebagainya. Dalam budidaya tanaman, Cara tanam dan
waktu tanam harus diperhatikan. Waktu tanam berkaitan erat dengan iklim. Ada
tanaman yang cocok ditanam di musim penghujan, tetapi ada yang lebih baik bila
ditanam di musim kemarau. Perbedaan ini lebih dikarenakan oleh persyaratan
kebutuhan air dari tanaman. Untuk Indonesia hanya ada dua musim tanam bagi
tanaman, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Untuk tanaman yang
membutuhkan banyak air, lebih cocok apabila ditanam di musim hujan. Sedangkan
bagi tanaman yang menghendaki kering, maka lebih cocok ditanam pada musim
kemarau. Penanaman di luar musim (off season) dapat dilakukan. Apabila suatu jenis
tanaman akan ditanam di luar musim, maka membutuhkan pemeliharaan yang lebih
intensif.
Cara menanam disesuaikan dengan bahan tanam dan jenis tanamannya.
Penanaman tanaman juga perlu memperhatikan jarak tanam. Jarak tanam dipengaruhi
oleh morfologi tanaman secara genetis dan kesuburan tanah. Mengatur jarak tanam
berarti memberi ruang lingkup hidup yang sama atau merata bagi setiap tanaman.
Dengan mengatur jarak tanam ini akan diperoleh barisan-barisan tanaman yang
teratur sehingga mudah dalam melakukan pengelolaan tanaman. Jarak tanam akan
mempengaruhi kerapatan tanaman atau jumlah populasi per unit area. Populasi
tanaman mempengaruhi pertumbuhan relatif dan hasil bersih fotosintesis. Hal ini
berhubungan erat dengan penangkapan energi cahaya, dan ketersediaan hara dan air
dalam tanah. Dengan demikian kerapatan tanaman akan menentukan produksi
tanaman. Pengaturan jarak tanam juga dimaksudkan agar tanaman dapat memperoleh
kebutuhan hidupnya secara merata, khususnya dalam hal kebutuhannya akan air,
unsur hara, dan cahaya matahari. Kecukupan akan ketiga faktor ini merupakan
penentu besarnya hasil panen. Dengan demikian, jarak tanam akan mempengaruhi
hasil tanaman. Masing-masing tanaman mempunyai jarak tanam yang optimum yang
berbeda dengan tanaman lainnya. Penentuan jarak tanam yang tepat terhadap satu
tanaman memerlukan penelitian. Jarak tanam berkaitan dengan kerapatan tanam.
Perkembangbiakan tanaman Krisan dilakukan dengan cara vegetatif yaitu
dengan anakan, setek pucuk, dan kultur jaringan.
1. Dengan anakan
2. Setek pucuk: Tentukan tanaman yang sehat dan cukup umur. Pilih tunas pucuk
yang tumbuh sehat, diameter pangkal 3-5 mm, panjang 5 cm, mempunyai 3 helai
daun dewasa berwarna hijau terang, kemudian pucuk tersebut dipotong, dan
langsung disemaikan atau disimpan dalam ruangan dingin bersuhu udara 4 derajat
C dengan kelembaban 30 % agar tetap tahan segar selama 3-4 minggu. Cara
penyimpanan setek adalah dibungkus dengan beberapa lapis kertas tisu, kemudian
dimasukan ke dalam kantong plastik rata-rata 50 setek per kantong. Selanjutnya
setek bisa ditumbuhkan dalam tempat pembibitan. Sebelum ditanam, setek
terlebih dahulu dicelupkan ke dalam IBA untuk mempercepat perakaran. Tempat
pembibitan dengan media arang sekam yang sterildengan ketebalam sekitar 15
cm. Pemeliharaan tanaman di tempat pembibitan berupa penyiraman yang
dilakukan 2-3 kali seminggu. Pembibitan tanaman Krisan memerlukan
kelembaban yang tinggi 65-90%. Setek siap tanam setelah berumur sekitar 2
minggu.
3. Bibit asal kultur jaringan Penyiapan bibit dengan kultur jaringan: a. Mata tunas
atau eksplan diambil dengan pisau silet. B. Kemudian disterilisasikan mata tunas
tersebut dengan sublimat 0,04 % (HgCL) selama 10 menit d. Setelah iu dibilas
dengan air suling steril. e. Penanaman dalam medium MS berbentuk padat.
Perbanyakan tanaman Dahlia bisa dlakukan dengan cara generatif dengan
menggunakan benih atau perbanyakan vegetatif dengan setek atau umbi.
1. Perbanyakan dengan benih: Penggunaan biji sebagai bibit dengan cara
disemaikan dahulu pada tempat pembibitan. Untuk lahan pesemaian berupa
bedengan lebar 1 m dan tinggi 50 cm panjang sesuai lahan yang ada. Bedengan
berupa campuran humus, tanah, dan pupuk dengan perbandingan 1:1:1. Benih
disebar merata dilahan pembibitan, kemudian ditutup tanah tipis. Lahan
pesemaian sebaiknya diberi naungan. Setelah benih berkecambah dan berdaun
sekitar 2 helai maka bibit bisa dipindahkan ke polybag ukuran 18X15 cm yang
berisi campuran sekam dan pupuk kandang dengan perbandingan sekam : pupuk
kandang = 5 : 1. Setelah berdaun 6, maka bibit siap ditanam.
2. Perbanyakan tanaman menggunakan setek Setek diambil dari tunas ketiak yang
berukuran 7-10 cm. Penumbuhan setek dilakukan pada polybag dengan media
campuran sekam dan pupuk dengan perbandingan 6 : 1. Tempat pembibitan setek
harus dipelihara kelembabannya, sebaiknya diberi sungkup.
3. Perbanyakan tanaman menggunakan umbi Umbi sebagai bibit dipilih dari
tanaman Dahlia yang sudah berumur lebih dari 1 tahun. Lahan pembibitan harus
dilakukan penyiraman rutin dan perawatan lainnya

Perbanyakan tanaman hias dapat dilakukan secara vegetatif maupun generatif.


Perbanyakan secara vegetatif lebih sering dilakukan karena relatif lebih mudah dan
memiliki berbagai opsi cara seperti stek, okulasi, sambung pucuk, dan lainnya. Bahan
tanam yang digunakan pada perbanyakan vegetatif ialah tanaman induk yang sudah
memenuhi kriteria untuk diperbanyak. Bagian tanaman induk yang diperbanyak dapat
berupa daun, batang, maupun akar. Perbanyakan tanaman dengan biji merupakan
perbanyakan tanaman secara generatif. Perbanyakan melalui biji didahului dengan
peleburan gamet jantan dan gamet betina tanaman induk. Biasanya perbanyakan
generatif khususnya pada komoditas tanaman hias diperlukan untuk progam
pemuliaan tanaman berupa studi genetik yang dapat menghasilkan varietas baru dan
memiliki sifat unggul melalui penyerbukan silang (Pasaribu et al., 2016). Salah satu
faktor keberhasilan dalam budidaya tanaman hias adalah dari pemilihan bahan
tanamnya. Bahan tanam yang digunakan harus memenuhi kriteria normal dan sehat,
sehingga apabila dilakukan perawatan yang baik maka bahan tanam akan dapat
tumbuh secara optimal. Perawatan atau pemeliharaan tanaman hias juga mengambil
peran besar, kegiatan dalam perawatan tanaman antara lain penyiraman, penyiangan,
pemupukan, dan penyulaman.
Tujuan Bab IV ini adalah mahasiswa mampu menyiapkan bahan tanam
vegetatif maupun generatif dengan standar kualitas yang bermutu. Alat yang
digunakan yaitu: pisau atau alat potong lain, wadah. Bahan yang digunakan meliputi:
bahan tanam vegetatif, bahan tanam generatif, ZPT, Vitamin B1. Cara Kerja yang
dilakukan yaitu: a. Penyiapan bahan tanam vegetatif (cara stek) 1) Siapkan tanaman
induk. 2) Potong bagian pangkal batang yang memiliki minimal 2 ruas akar dengan
panjang sekitar 7 cm. 3) Berikan perlakuan vitamin B1 pada batang yang akan
diperbanyak. 4) Berikan perlakuan zat perangsang perakaran. b. Penyiapan bahan
tanam generatif 1) Siapkan biji dari tongkol tanaman Anthurium atau jenis yang lain.
2) Kupas biji. 3) Rendam biji yang telah dikupas pada larutan ZPT dalam wadah yang
telah disiapkan. 4) Amati perkembangannya saat direndam hingga berkecambah.
BAB V. PENANAMAN DAN PEMELIHARAAN

Penanaman merupakan kegiatan meletakkan atau menaruh bibit tumbuhan ke


lahan atau suatu wadah yang berisi media tanam untuk didapatkan hasil produk yang
dibudidayakan. Penanaman dilakukan dengan menyiapkan alat dan bahan yang
digunakan. Media tanam yang digunakan dalam penanaman biasanya disesuaikan
dengan jenis tanaman. Kegiatan yang dilakukan setelah penanaman adalah
pemeliharaan atau perawatan. Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan merawat
tanaman supaya tetap hidup dan tumbuh. Pemeliharaan tanaman dilakukan secara
intensif untuk menghindari serangan OPT dan mencukupi kebutuhan nutrisi.
Pemeliharaan tanaman mencakup penyiraman, pemupukan, penyulaman,
penyiangan, dan pengendalian hama penyakit. Penyiraman merupakan suatu hal yang
tidak dapat dilepaskan dalam menjaga dan merawat tanaman agar tanaman tetap
tumbuh subur. Kebutuhan air yang cukup sangat mempengaruhi pertumbuhan
tanaman (Yahwe et al., 2016). Tanaman yang telah ditanam disiram setiap harinya
dengan dua kali penyiraman yaitu pagi dan sore hari. Bila turun hujan dan keadaan
tanah cukup basah, maka penyiraman tidak perlu dilakukan. Penyiangan adalah
kegiatan membersihkan atau mencabuti gulma yang berada diantara sela-sela
tanaman. Penyiangan dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang ada di
sekitar tanaman (Khair et al., 2013). Penyiangan dilakukan pada saat tanaman
berumur satu minggu setelah tanam atau tergantung kondisi pertumbuhan gulma di
lapangan. Penyulaman merupakan kegiatan mengganti tanaman yang mati atau tidak
sehat dengan menggunakan bibit baru. Penyulaman dilakukan untuk mempertahankan
jumlah tanaman.
Pemupukan merupakan pemberian unsur hara kedalam tanah sehingga
kebutuhan tanaman akan unsur hara dapat terpenuhi. Umumnya pupuk diberikan
dalam bentuk padat atau cair melalui tanah dan diserap oleh akar tanaman. Pupuk
dapat juga diberikan lewat permukaan tanaman, terutama daun. Pengendalian hama
dan penyakit dilakukan agar budidaya yang dilakukan menghasilkan tanaman dengan
kondisi yang maksimal. Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan secara
manual, kimiawi, dan biologi. Tujuan dari Bab V adalah Mahasiswa mampu
mempraktikkan cara penanaman dan pemeliharaan tanaman hias yang tepat. Alat dan
bahan yang digunakan yaitu cetok, pot/polybag, media tanam, bibit tanaman generatif
atau vegetatif, gembor/sprayer. Cara Kerja:
1. Penanaman
a. Masukkan media tanam ke dalam pot/polybag sebanyak ¾ bagian.
b. Tanam bibit tanaman hias (vegetatif / generatif) hingga menutupi bagian akar.
c. Masukkan kembali media tanam.
d. Siram media tanam dengan air secukupnya.
2. Pemeliharaan
a. Penyiraman: Penyiraman Pada awal pertumbuhan penyiraman sangat penting
diperhatikan. Tanah di sekitar pangkal batang sampai titik terluar tajuk jangan
sampai mengering. Pada saat itu, jika perlu tanaman disiram 2-3 kali sehari
tergantung dari keadaan cuaca. Setelah itu penyiraman dapat dilakukan setiap
5 hari. Penyiraman juga perlu dilakukan setelah pemberian pupuk.
1) Siapkan air yang akan digunakan untuk menyiram. Pastikan bahwa air
yang digunakan untuk menyiram adalah air yang tidak menimbulkan
gangguan pada tanaman.
2) Berikan penyiraman sesuai kebutuhan tanaman dengan melihat kondisi
tanaman.
3) Amati pertumbuhan tanaman.
b. Pemupukan
1) Persipkan pupuk yang akan digunakan. Sesuaikan dosis dan
konsentrasinya dengan kebutuhan dan anjuran pemupukan.
2) Taburkan pupuk pada media tanam seusai dengan dosis yang telah
ditentukan.
3) Siram tanaman dengan air secukupnya.
4) Amati pertumbuhan tanaman.
c. Penyiangan: Penyiangan rutin dilakukan dan atau sesuai dengan pertumbuhan
gulma. Pencegahan tumbuhnya gulma dapat dilakukan dengan pemberian
mulsa organik di antara tanaman
1) Amati gulma yang ada di sekitar tanaman.
2) Cabut gulma menggunakan tangan.
3) Pastikan sudah tidak ada gulma yang tumbuh disekitar tanaman.
d. Penyulaman: Untuk mendapatkan pertumbuhan yang seragam. Penyulaman
dilakukan segera manakala ada tanaman yang rusak atau mati dan dapat
dilakukan sampai tanaman berumur 3 minggu.
1) Siapkan bibit tanaman baru yang digunakan untuk menyulam.
2) Cabut atau buanglah tanaman yang tidak sehat atau mati.
3) Tanamlah bibit tanaman baru ke pot atau polybag.
4) Tutup kembali tanaman dengan media tanam.
e. Pengendalian hama dan penyakit
1) Secara mekanik: pengendalian dengan cara menghilangkan langsung hama
yang menyerang pada tanaman.
2) Secara kimiawi: pengendalian pertumbuhan OPT menggunakan zat kimia.
3) Secara biologis: pengendalian menggunakan predator dan parasit alami
hama tersebut.
Hama yang biasa menyerang tanaman adalah: a) Ulat tanah (Agrotis
ipsilon) Ulat menyerang umbi dan batang, dengan memotong titik tumbuh
atau pada pangkal batang sehingga batang rebah dan layu. Pengendaliannya
dengan mengambil ulat yang menyerang. Bisa juga diberikan insektisida. b)
Nematoda menyerang akar sehingga menyebabkan akar busuk dan tanaman
layu. Pengendaliannya dengan cara sterilisasi. Penyakit yang biasa menyerang
tanaman adalah: a). Embun tepung Penyebabnya adalah jamur Oidium
tingitaniun. Gejalanya adalah daun tertutup lapisan putih seperti tepung,
kemudian daun akan mongering dan gugur. Pengendaliannya menggunakan
fungisida. b). Virus Gejalanya pertumbuhan tidak normal atau kerdil.
Penyebabnya virus CMV atau jenis lainnya. Pengendaliannya dengan cara
penggunaan benih yang sehat. Jika tanaman yang terserang sudah parah maka
harus disingkirkan dan dibakar.
BAB VI. HIDROPONIK MEJA DENGAN SUBSTRAT

Rumah merupakan tempat manusia untuk hidup dan selama hidupnya manusia
membutuhkan nilai estetika atau keindahan. Nilai estetika atau keindahan dari suatu
rumah bisa berasal dari bentuk, ornamen, interior atau eksterior bangunan termasuk
tanaman hias yang menghias rumah. Tanaman hias umumnya ditanam dengan cara
konvensional dengan media tanah. Namun, di zaman modern seperti sekarang ini
tanaman hias bisa ditanam dengan teknik hidroponik. Hidroponik biasanya digunakan
untuk membudidayakan tanaman sayuran. Namun, hidroponik tidak hanya bisa
digunakan untuk menanam sayuran, tetapi tanaman hias pun bisa ditanam dengan
cara hidroponik. Hidroponik substrat adalah metode hidroponik yang tidak
menggunakan air sebagai media, tetapi menggunakan media selain tanah yang dapat
menahan nutrisi dan air serta menyediakan oksigen untuk mendukung tanaman
sebagaimana fungsi tanah. Jika umumnya hidroponik erat kaitannya dengan air
namun kali ini tidak. Cara ini menggunakan media selain tanah dan air serta
memberikan oksigen untuk mendukung tanaman seperti fungsi pada tanah. Berikut
beberapa contoh tanaman hias hidroponik yang bisa digunakan untuk mempercantik
rumah Anda:

1. Suplir: Suplir merupakan salah satu contoh tanaman hias hidroponik dari jenis
paku-pakuan. Sebagai salah satu tanaman yang termasuk dalam keluarga paku-
pakuan, suplir merupakan jenis tanaman yang membutuhkan lingkungan yang
lembap untuk tumbuh dan tidak membutuhkan penyinaran matahari penuh. Suplir
biasanya tumbuh di dekat aliran air sehingga teknik hidroponik sangat cocok
untuk menanam tanaman hias yang satu ini. Daya tarik utama dari suplir sebagai
tanaman hias adalah bentuk daun, bentuk tajuk dan kontras antara warna daun
dengan warna batangnya. Tanaman hias yang bernama ilmiah Adiatum sp. ini
merupakan salah satu contoh tanaman hias hidroponik yang cukup mudah untuk
diperlihara sehingga tidak sedikit orang yang memilikinya sebagai penghias
halaman rumah.
Gambar 1. Tanaman Suplir

2. Keladi Red Star: Keladi red star adalah contoh tanaman hias hidroponik yang
berasal dari keluarga keladi-keladian atau Araceae. Nilai estetika dari keladi red
star ini adalah warna dan bentuk daunnya yang sangat menarik dan menccolok
yaitu merah. Keladi red star seperti tanaman hias jenis keladi-keladian yang lain
merupakan tanaman yang mudah dalam perawatannya sehingga sangat mudah
untuk ditanam dengan teknik hidroponik. Namun, hal yang harus diingat adalah
tanaman hias yang satu ini tetap membutuhkan penyinaran matahari penuh agar
bisa tumbuh subur dan tetap terlihat cantik sebagai penghias halaman rumah atau
penghias ruangan di dalam rumah.
Gambar 2. Keladi Red Star

3. Aglaonema: Aglaonema atau sri rejeki adalah contoh tanaman hias hidroponik
yang sudah tidak asing. Pasalnya, tanaman hias aglaonema ini bisa ditemui
dihampir setiap rumah dan sangat mudah untuk dijumpai. Aglaonema termasuk
dalam kelompok tanaman hias daun yang dinikmati keindahan daunnya. Daya
tarik dan nilai estetika dari tanaman hias aglaonema adalah corak dan warna
daunnya yang bermacam-macam mulai dari warna netral seperti putih sampai
warna yang cerah dan mencolok seperti warna merah. Perawatan yang dibutuhkan
oleh tanaman hias aglaonema ini sangat mudah. Aglaonema biasanya
membutuhkan penyinaran matahari penuh, namun tetap bisa tumbuh dengan baik
sebagai tanaman indoor. Selain dapat dinikmati keindahan daunnya, tanaman hias
aglaonema juga dapat dimanfaatkan sebagai tanaman hias pembersih udara atau
antipolutan yang bisa menyerap racun atau zat berbahaya dari udara di sekitar
rumah.
Gambar 3. Aglaonema
4. Dracaena: Dracaena merupakan tanaman hias yang mudah dijumpai dan
bisa dikembangkan dengan mudah. Dracaena bisa dikembangkan dengan
stek mahkota atau stek batang dan dapat tumbuh dengan mudah tanpa
membutuhkan banyak perawatan yang rumit. Sebagai tanaman hias,
dracaena merupakan tanaman hias daun yang dinikmati keindahan
daunnya baik dari segi bentuk maupun warna dan corak daunnya. Sebagai
tanaman hias, dracaena termasuk contoh tanaman hias hidroponik yang
tidak asing. Pasalnya, tidak sedikit orang yang menempatkan tanaman hias
dracaena ini dalam suatu wadah berisi air untuk membuat tanaman hias
yang satu ini tetap hidup. Dengan perawatan yang mudah tersebut,
dracaena cocok digunakan sebagai tanaman indoor maupun outdoor atau
bisa juga dijadikan sebagai tanaman penghias meja di ruang tamu
Gambar 4. Dracaena

5. Anggrek: Anggrek adalah tanaman hias epifit yang banyak digemari karena
keindahan bunganya. Anggrek sebagai tanaman hias memiliki banyak sekali
jenis dengan nilai estetika yang bervariasi. Daya tarik utama dari anggrek
adalah bentuk dan warna bunganya. Anggrek bisa tumbuh menempel pada
suatu media tanam seperti sabut kelapa, pakis atau media lain bahkan bisa
juga menempel pada tanaman lain. Karakteristik anggrek tersebut yang bisa
tumbuh dengan mudah menyebabkan anggrek termasuk dalam contoh
tanaman hias hidroponik. Namun, anggrek cukup peka terhadap hama dan
penyakit sehingga membutuhkan perawatan yang sedikit ekstra. Dengan
menanam anggrek secara hidroponik, anggrek bisa terhindar dari hama atau
penyakit yang berasosiasi dengan tanah sehingga tanaman anggrek bisa lebih
sehat. Dalam menanam anggrek secara hidroponik, dibutuhkan media tanam
sebagai tempat berjangkarnya akar anggrek seperti pakis atau sabut kelapa
serta larutan nutrisi yang diberikan pada tanaman saat tanaman membutuhkan.
Gambar 5. Anggrek

6. Bunga bambu jepang: Bunga bambu jepang merupakan salah satu contoh
tanaman hias hidroponik yang juga tidak asing. Bunga bambu jepang
masih termasuk dalam Marga Dracaena namun bentuk batangnya lebih
kecil dan ramping dengan ukuran daun lebih lebar dan lebih bulat. Bunga
bambu jepang memiliki perawakan yang kecil sehingga cocok untuk
ditanam dengan teknik hidroponik. Perawakannya yang kecil tersebut
menyebakan bunga bambu jepang cocok dijadikan tanaman indoor untuk
menghias ruangan. Sama seperti jenis dracaena yang lain, bunga mambu
jepang tidak membutuhkan perawatan yang rumit dan mudah tumbuh
sehingga bisa ditanam dengan teknik hidroponik.
Gambar 6. Bunga bambu jepang

7. Palem kuning: merupakan tanaman hias dari keluarga pinang-pinangan


atau Arecaceae yang berasal dari Kepulauan Madagaskar di Afrika. Di
habitat aslinya, palem kuning mampu tumbuh hingga 6 meter, tetapi jika di
tanam di pekarangan rumah biasanya hanya dibiarkan tumbuh hingga
ketinggian 3 meter. Palem kuning termasuk tanaman hias yang mudah
perawatannya sehingga cocok sebagai tanaman indoor yang ditanam
dengan hidroponik. Palem kuning sebagai contoh tanaman hias hidroponik
tidak membutuhkan banyak perawatan yang rumit dan khusus di samping
nilai estetikanya yang unik karena keseluruhan bagian tanamannya bisa
dinikmati mulai dari bentuk hingga warna tanamannya.
Gambar 7. Tanaman Palem Kuning

8. Sirih gading: Sirih gading adalah salah satu tanaman yang termasuk
dalam suku talas-talasan atau Araceae. Sirih gading sangat mudah untuk
dikenali dari corak daunnya yang berwarna belang-belang kuning dan
hijau. Sirih gading merupakan tanaman hias semi epifit yang dinikmati
keindahan corak dan warna daunnya. Sirih gading ini termasuk tanaman
hias yang bandel karena mampu tumbuh dengan subur pada berbagai
media, bahkan hanya air sekalipun. Karena itulah sirih gading termasuk
dalam contoh tanaman hias hidroponik. Sirih gading bisa digunakan untuk
menghiasi halaman rumah sebagai tanaman hias outdoor atau tanaman hias
indoor yang ditempatkan dalam pot berisi air sebagai penghias meja.
Selain bandel dan mampu tumbuh dengan mudah, sirih gading juga
mampu membersihkan udara dari berbagai zat polutan yang berbahaya
bagi kesehatan sehingga sangat direkomendasikan untuk ditanam di
rumah.

Gambar 8. Sirih gading

Media Tanam Hidroponik Substrat


1. Batuan Zeolit
Dalam penggunaannya, hidroponik dengan zeolit memiliki beberapa
keunggulan. Batuan ini dapat menyerap air dengan volume yang lebih banyak
sehingga tanaman tidak perlu disiram setiap hari. Batuan ini juga menyimpan
berbagai unsur kebutuhan tanaman yang dikeluarkan menurut kebutuhan. Warna
putih kehijauan di batuan tersebut dapat digunakan sebagai indikator untuk
mengecek kandungan air yang ada didalamnya. Selain itu tingkat keseimbangan
pH di media bisa diatur sesuai kebutuhan karena batu zeolit bersifat asam. Batu
zeolit yang digunakan dalam tanaman hidroponik biasanya berbentuk butiran kuat
yang tidak mudah menggumpal dan hancur. Kondisi ini sangat membantu proses
pertumbuhan dan perkembangan tanaman terutama pada bagian akarnya. Terakhir
dilihat dari segi estetika, butiran batuan zeolit selalu terlihat bersih dan jika
dipakai dalam pot akan terlihat indah dan sedap dilihat oleh mata. Apalagi untuk
tanaman hidroponik yang berbentuk tanaman hias.
Teknik Pengolahan Batuan Zeolit untuk Tanaman Hidroponik: Secara
garis besar, sistem hidroponik pada tanaman bisa dibagi menjadi 3 golongan.
Pertama adalah kultur air, dimana tanaman dibudidayakan melalui air. Kedua
dinamakan kultur pasir yang merupakan gabungan antara pasir dan kultur air.
Selanjutnya yang ketiga adalah kultur porous yang sistemnya mirip dengan kultur
pasir, namun pasirnya diganti material berporous. Pengganti pasir tersebut ada
beberapa macam dan salah satunya adalah batuan zeolit. Adapun jenis tanaman
yang paling cocok dibudidaya secara hidroponik dengan zeolit adalah tanaman
hias. Tanaman hias yang dikembangkan melalui metode hidroponik ini dapat
diletakan dalam ruang atau indoor dan luar ruang atau outdoor. Indonesia
merupakan negara yang kekayaan alamnya sangat berlimpah. Salah satu kekayaan
alam tersebut adalah berbagai jenis bahan tambang yang salah satunya berupa
batuan zeolit. Batuan yang bentuknya mirip dengan kristal ini bisa dipakai
sebagai media tanam hidroponik seperti sayur, buah dan tanaman hias. Untuk
mendapatkan hasil dan kualitas sempurna, batuan zeolit harus diproses secara
kimiawi. Akan tetapi jika hanya diolah hingga tahapan fisiknya saja, batuan ini
tetap dapat digunakan untuk media budidaya hidroponik. Jika ingin mengolahnya
secara fisik, batu zeolit harus direndam dulu dalam air agar tidak ada sisa tanah
dan kotoran yang menempel. Setelah itu dipecah dan dijemur agar berkurang
kadar airnya. Setelah kering, batu zeolit digerus dan diayak atau disaring melalui
beberapa tahapan, mulai yang ukuran lubang ayakannya besar hingga yang kecil.
Jika digunakan sebagai media tanam hidroponik, ukuran yang dibutuhkan sekitar
1 hingga 5 mm. Sebelum dipakai batu zeolit harus dicuci sekali lagi dan dijemur
dan disterilkan dengan cara dipanaskan dalam suhu 250 hingga 350 derajat
celcius selama 1 sampai 2 jam. Terakhir, batu zeolit didinginkan dan disaring
kembali. Selanjutnya hidroponik dengan zeolit dicampur bersama larutan nutrisi
sesuai jenis tanaman yang dibudidayakan dalam pot atau wadah lainnya.

2. Arang Sekam
Media tanam arang sekam menjadi media paling populer digunakan
masyarakat Indonesia dalam membudidayakan tanaman dengan metode
hidroponik substrat. Dengan menggunakan arang sekam sebagai media tanam
hidroponik substrat, banyak kelebihan yang akan didapat diantaranya steril,
murah, dan menghemat waktu. Di dalamnya juga terkandung komponen-
komponen kimiawi yang mendukung tumbung kembang tanaman.

3. Ampas Tebu
Media tanam ampas tebu sering juga disebut dengan bagase sebagai media
tanam untuk hidroponik substrat. Bagase dapat ditemukan pada industri-industri
yang memproduksi tebu. Limbah berserat ini merupakan hasil penggilingan tebu
yang teman berkebun dapat manfaatkan sebagai media tanam hidroponik. Bagase
mengandung bahan-bahan yang diperlukan oleh tanaman seperti lignoselulosa,
hemiselulosa, dan lainnya. Kelebihan ampas tebu ialah mengandung bahan
organik serta memiliki kandungan unsur hara yang tinggi sehingga sangat cocok
digunakan sebagai media hidroponik substrat. Sedangkan kekurangannya ialah
mudah ditumbuhi jamur, sebab mengandung gula dan air yang tinggi.

4. Pasir
Media tanam pasir juga cukup banyak digunakan sebagai media tanam
hidroponik substrat, selain karena kandungannya bagu, media tanam ini juga
sangat mudah ditemukan. Bahkan di sepanjang jalan terdapat banyak sekali pasir
berserakan. Bobot pasir yang tergolong berat disinyalir mampu menopang
tegaknya tanaman. Selain itu, dengan adanya pori-pori makro di dalam pasir
berguna untuk memperoleh sirkulasi udara yang baik untuk pertumbuhan
tanaman.

5. Kerikil
Batu berukuran kecil ini hampir mempunyai sifat yang sama dengan pasir,
untuk itu sangat bagus dijadikan media tanam hidroponik. Kerikil mempunyai
kandungan unsur udara dan zat hara yang cukup tinggi berfungsi sebagai ruang
bagi akar untuk tumbuh secara optimal.

6. Cacahan Pakis
Media tanam cacahan pakis atau dapat juga menggunakan batang pakis,
diyakini mampu dengan mudah mengikat air dan juga mempunyai sistem aerasi
serta drainase yang baik. Hal tersebut sangat penting bagi tumbuh kembangnya
suatu tanaman.

Anda mungkin juga menyukai