Disusun oleh :
SEKOLAH VOKASI
SURAKARTA
2024
PENDAHULUAN
Sub Capaian Pembelajaran Mata Kuliah pada Bab I adalah mahasiswa dapat
mengetahui ruang lingkup mata kuliah Teknologi dan Budidaya Tanaman Hias,
mahasiswa dapat menjelaskan pengertian, sejarah, dan prospek tanaman hias Indoor,
mahasiswa dapat menjelaskan persyaratan tumbuh tanaman hias Indoor dan
mahasiswa mampu menjelaskan teknik dan budidaya tanaman Indoor. Identifikasi
merupakan suatu proses yang dapat kita lakukan untuk menentukan atau mengetahui
identitas dari suatu jenis organisme. Proses mengidentifikasi tumbuhan bertujuan
untuk mengetahui identitas dari tanaman yang belum diketahui. Identifikasi dapat
dilakukan dengan beberapa tahapan yakni mendeskripsikan tanaman dan
menggunakan daftar kemungkinan. Tanaman yang akan diidentifikasi harus
dideskripsikan semua bagian morfologinya. Penggunaan referensi harus mencakup
semua kemungkinan yang akan terjadi dalam proses identifikasi. Tanaman asli
ataupun tanaman naturalisasi dan flora daerah dapat pula digunakan dalam proses
identifikasi tumbuhan yang belum diketahui (Simpson, 2006).
Identifikasi dilakukan dengan mengacu pada metode yang jelas dan harus
sesuai dengan kajian ilmiah. Identifikasi biasanya dilakukan dengan mengamati ciri
morfologi dengan mendeskripsikan secara detail. Menurut Simpson (2006)
Identifikasi tanaman dapat dilakukan dalam 4 metode, diantaranya kunci taksonomi,
menulis deskripsi tanaman, membandingkan spesimen, membandingkan gambar, dan
pendapat lembaga atau ahli.
1. Kunci Taksonomi: dapat diartikan sebagai perangkat identifikasi yang terdiri dari
daftar kemungkinan yang mampu menyempit pada suatu keputusan akhir. Kunci
taksonomi biasanya membagi kelompok yang lebih besar menjadi lebih kecil,
natural (monofiletik) sub kelompok. Kunci taksonomi terlihat sebagai metode
identifikasi yang paling praktis 9 digunakan, namun cara ini harus dianggap
sebagai panduan bukan sebagai metode yang mudah (Mulyatin, 2015).
2. Membandingkan Spesimen Tumbuhan yang didapatkan akan dibandingkan dengan
awetan kering (herbarium). Metode ini dinilai efektif dalam mengetahui jenis
tumbuhan karena objek dapat dibandingkan secara nyata.
3. Menulis Deskripsi Tanaman: Tumbuhan akan lebih mudah dikenali dengan
mengetahui secara detail ciri. Salah satu cara yakni dengan mendeskripsikan ciri-
ciri dari tumbuhan secara detail. Deskripsi akan mempermudah dalam
membedakan antara tumbuhan yang sudah diketahui dengan yang belum diketahui.
4. Membandingkan Gambar: Mengidentifikasi tumbuhan dengan cara
membandingkan objek dengan gambar atau ilustrasi. Metode ini memiliki
kelemahan pada sumber gambar yang digunakan sebagai pembanding.
5. Pendapat Lembaga atau Ahli Apabila dari beberapa metode belum dapat
teridentifikasi, maka metode lain yakni dengan meminta pendapat orang yang
dianggap berkompeten. Metode ini memerlukan waktu yang lama dan biaya dalam
jasa identifikasi tumbuhan tersebut. Lembaga atau ahli yang menguasai semua
literatur akan lebih akurat dalam mengidentifikasi tumbuhan.
Pengelompokan makhluk hidup dapat dilakukan dengan berbagai sistem.
Sistem pengelompokkan tersebut yaitu artifisial, natural, dan filogeni.
1. Sistem Klasifikasi Buatan (Artifisial): merupakan suatu cara pengelompokan
berdasarkan pada karakter-karakter yang dihubungkan dengan kepentingan
manusia. Misalnya pada tumbuhan terdapat beberapa cara penggolongan,
diantaranya berdasarkan: 1) Umur: Kita mengenal ada tumbuhan
semusim/setahun (annual). 2) Kegunaannya: Pengelompokan berdasarkan
kegunaan misalnya Tanaman hias seperti anggrek, mawar, melati dll. Tanaman
pangan seperti Padi, Singkong, dan Kentang. Tanaman obat misalnya Binahong,
Mahkota Dewa, dan Sirih. Tanaman perkebunan, seperti Jati, Mahoni, Gaharu,
dan lain-lain. 3) Habitatnya: Berdasarkan habitatnya dikenal tumbuhan xerofit
(tumbuhan yang dapat bertahan di daerah kering, seperti Kaktus, ada juga
tumbuhan hidrofit (tumbuhan air seperti Kangkung, Genjer, Teratai, dan lain-
lain). 4) Kandungan gizi atau zat utamanya: Dalam pengelompokkan ini dikenal
diantaranya tumbuhan sumber karbohidrat seperti Padi, Singkong, Sagu, dan lain-
lain. Tumbuhan sumber protein seperti Kacang Kedelai, Kacang Tanah, dan
Kacang Hijau. Tumbuhan sumber lemak seperti Kelapa Sawit, Kemiri, dan Wijen.
Melalui pengelompokan secara artifisial ini akan memudahkan kita untuk
mengenal sehingga akhirnya dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia.
2. Sistem Klasifikasi Alami (Natural): Pengelompokkan pada sistem ini dilakukan
berdasarkan pada karakter-karakter alamiah yang mudah untuk diamati, pada
umumnya berasarkan karakter morfologi. Pelopor dari sistem klasifikasi alami ini
adalah Carolus Linnaeus. Ia adalah yang pertama kali meletakkan dasar-dasar
klasifikasi termasuk sistem tata nama binomial nomenclature. Sistem klasifikasi
makhluk hidup ini terus berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan.
Pada mulanya Carolus Linnaeus mengajukan sistem klasifikasi 2 Kingdom, yaitu
Plantae dan Animalia. Namun selanjutnya Whittaker menyempurnakannya
menjadi sistem klasifikasi 5 Kingdom. Kingdom Fungi dikeluarkan dari Plantae,
kemudian membentuk kingdom baru yaitu Monera dan Protista. Monera yaitu
golongan organisme yang merupakan prokariotik, sedangkan Protista yaitu
golongan organisme mikroskopis yang merupakan organisme eukariotik. Setelah
Whittaker, ilmuwan asal Amerika Carl Woese menyempurnakannya menjadi
sistem klasifikasi 6 kingdom, yaitu Eubacteria, Archaebacteria, Protista, Fungi,
Plantae, dan Animalia. Namun selanjutnya Kingdom Protista sudah tidak berlaku
karena anggotanya polyphyletic, yaitu ada yang mendekati karakter tumbuhan,
hewan, bahkan fungi. Sama halnya dengan Kingdom Monera yang sudah tidak
valid lagi sebagai suatu takson karena anggotanya terdiri dari dua golongan yang
sangat berbeda karakternya (Bacteria dan Archaebacteria). Oleh karena itu
dibentuklah sistem klasifikasi 3 domain yang dinilai dapat mewadahi kingdom-
kingdom sebelumnya yang bermasalah (Protista dan Monera). Ketiga domain
tersebut yaitu Bacteria, Archaea, dan Eucarya.
3. Sistem Klasifikasi Filogeni: Sistem klasifikasi filogeni merupakan suatu cara
pengelompokkan organisme berdasarkan garis evolusinya atau sifat
perkembangan genetik organisme sejak sel pertama hingga menjadi bentuk
organisme dewasa. Sistem klasifikasi ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan
teori evolusi. Pada sistem klasifikasi ini terkadang ada organisme yang secara
morfologisnya berbeda, namun ternyata memiliki karakter genetik yang dekat.
Sistem klasifikasi filogeni ini merupakan sistem klasifikasi yang mendasari sistem
klasifikasi modern, yang dipelopori oleh Hudchinson, Cronquist, dan lainnya.
Biasanya klasifikasi modern ini dilakukan dengan memperhatikan kecenderungan
evolusi organisme itu lebih maju atau masih primitif adalah dengan melihat
pelestarian atau penyusutan dari struktur sel atau tubuhnya akibat pengaruh
seleksi alam. Sebagai contoh, dalam klasifikasi modern tumbuhan, Hutchinson
mengemukakan pendapat diantaranya: 1) Tumbuhan berdaun tunggal lebih
primitif daripada berdaun majemuk 2) Tumbuhan dikotil lebih primitif daripada
tumbuhan monokotil 3) Tumbuhan berbiji terbuka lebih primitif dari pada
tumbuhan berbiji tertutup 4) Tumbuhan berbunga dengan benang sari dan putik
yang banyak lebih primitif dari pada tumbuhan berbunga dengan benang sari dan
putik sedikit. 5) Tumbuhan berbunga mahkota lepas-lepas lebih primitif daripada
tumbuhan berbunga mahkota bersatu.
Identifikasi merupakan suatu proses yang dapat kita lakukan untuk
menentukan atau mengetahui identitas dari suatu jenis organisme. Banyak metode
yang dapat kita gunakan untuk mengetahui identitas suatu jenis organisme,
diantaranya dengan konfirmasi langsung kepada ahlinya, mencocokkan dengan
spesimen, atau dengan menggunakan suatu instrumen yaitu kunci identifikasi atau
kunci determinasi. Kunci determinasi tersebut merupakan serangkaian pertanyaan
yang dapat menggiring kita sehingga dapat mengetahui nama dari jenis organisme
yang ingin kita ketahui identitasnya. Dalam skala kecil misalnya, Anda dapat
merancang suatu kunci determinasi untuk jenis-jenis tumbuhan yang ada di sekitar
sekolah. Kunci determinasi tersebut dibuat dengan menyusun serentetan pertanyaan-
pertanyaan yang berkaitan dengan karakter dari berbagai jenis tumbuhan tersebut.
Untuk menguji kunci determinasi yang sudah Anda rancang, Anda dapat
melakukannya dengan cara meminta kawan lain untuk mengidentifikasi jenis-jenis
tumbuhan yang tercantum. Jika ia dapat mengidentifikasi suatu jenis tumbuhan
dengan tepat, maka kunci determinasi tersebut sudah baik.
Model dari kunci determinasi bermacam-macam, namun yang paling sering
digunakan adalah model dikotomi. Kunci dikotomi ini disusun atas dasar
pengelompokkan ciri-ciri makhluk hidup menjadi dua kelompok yang berbeda.
Dengan menggunakan dasar persamaan dan perbedaan sifat ciri (character state)
makhluk hidup tersebut, selanjutnya dilakukan pengelompokkan lagi menjadi dua
kelompok kembali hingga akhirnya diperoleh sifat ciri yang spesifik yang langsung
merujuk pada identitas jenis suatu organisme. Oleh karena itu dalam ilmu klasifikasi,
tidak terlepas dari pengetahuan kita terhadap karakter-karakter yang dijadikan acuan
untuk pengelompokan. Misalnya jika kita akan mengelompokan berbagai jenis
tumbuhan di lingkungan sekolah berdasarkan morfologi bunga, buah, daun, batang,
dan akar, maka kita harus memahami berbagai tipe morfologi dari organ-organ
tumbuhan tersebut. Agar dapat digunakan oleh orang lain, maka istilah yang
digunakan harus istilah ilmiah yang umum. Dalam perancangan kunci determinasi
model dikotomi, pada setiap nomor selalu disusun dua pernyataan yang saling
berkebalikan. Pada setiap pernyataan akan diteruskan menuju nomor baru yang akan
mengarahkan pada dua pernyataan berikutnya, hingga pada akhirnya akan berhenti
pada nama/identitas dari organisme tersebut. Kunci determinasi tersebut merupakan
kunci dikotomi karena selalu bercabang dua, jika dibuat bagannya. Model kunci
determinasi dikotom Biasanya untuk memudahkan dalam pembuatan kunci
determinasi, pernyataan yang dibuat pertama kali adalah pernyataan mengenai sifat
ciri morfologi yang paling umum terlebih dahulu, kemudian selanjutnya diikuti
dengan sifat ciri yang semakin spesifik.
Tumbuhan mempunyai keistimewaan karena mampu menghasilkan senyawa
organik yang akan digunakan sebagai sumber energi dari senyawa-senyawa
anorganik, yaitu karbondioksida, air, dan mineral dari dalam tanah. Oleh karena itu
tumbuhan termasuk ke dalam organisme autotrof. Dalam prosesnya, tumbuhan
memerlukan cahaya matahari untuk mengkonversi nutrisi terebut menjadi senyawa
organik, oleh karena itu tumbuhan disebut juga organisme fotoautotrof. Organisme
fotoautotrof sebenarnya tidak hanya tumbuhan, namun termasuk di antaranya
beberapa anggota kelompok protista, misalnya alga dan juga beberapa organisme
prokariot. Salah satu karakter pembeda dalam keanekaragaman tumbuhan adalah
jaringan pembuluhnya. Tumbuhan dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu
tumbuhan yang tidak berpembuluh (nonvascular plant) dan tumbuhan yang
berpembuluh (vascular plant). Tumbuhan tidak berpembuluh lebih dikenal dengan
lumut, yang terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu lumut daun, lumut hati, dan lumut
tanduk. Sedangkan tumbuhan berpembuluh yang mencakup 93% dari
keanekaragaman tumbuhan terbagi menjadi dua kelompok besar berdasarkan ada atau
tidaknya biji sebagai alat perkembangbiakan. Tumbuhan Tak Berpembuluh
(nonvascular plants) merupakan tumbuhan lumut terdiri dari tiga divisi, yaitu
Hepatophyta (lumut hati), Bryophyta (lumut daun), dan Anthocerophyta (lumut
tanduk). Berbeda dengan tumbuhan berpembuluh, semua jenis lumut memiliki fase
gametofit yang dominan dan berumur lebih panjang dibandingkan fase sporofit dalam
siklus hidupnya. Fase gametofit tersebut merupakan fase yang sering kita lihat dan
kita kenal sebagai lumut itu sendiri. Gametofit akan menghasilkan gamet jantan dan
betina. Gamet jantan akan memproduksi banyak sperma, sedangkan gamet betina
menghasilkan satu telur. Biasanya sperma akan membutuhkan air untuk berenang
menuju telur sehingga akan terjadi fertilisasi. Oleh karena itu lumut biasanya tumbuh
di tempat-tempat yang lembab. Pada umumnya lumut merupakan tumbuhan yang
kecil, dan tumbuh menutupi permukaan substrat. Lumut tidak memungkinkan untuk
tumbuh tinggi karena tubuhnya yang tipis, dan juga tidak mempunyai jaringan
pembuluh sehingga tidak akan mampu untuk mentransportasikan air dan nutrisi untuk
jarak yang cukup jauh.
Tumbuhan berpembuluh dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan ada atau
tidaknya biji sebagai alat perkembangbiakannya. Dua kelompok tersebut yaitu
tumbuhan tidak berbiji dan tumbuhan berbiji. 1) Tumbuhan Tidak Berbiji: Kelompok
tumbuhan yang sudah mempunyai jaringan pembuluh namun tidak memiliki biji
merupakan kelompok tumbuhan paku-pakuan yang terdiri dari divisi yaitu Lycophyta
dan Pterophyta. Pada golongan tumbuhan ini fungsi biji digantikan dengan adanya
spora. Siklus hidup dari kelompok tumbuhan ini berbeda dengan siklus hidup pada
lumut. Fase gametofit menjadi fase yang tidak dominan, ukurannya relatif lebih kecil,
dan umurnya lebih pendek. Sedangkan fase sorofit menjadi fase yang dominan.
Tumbuhan paku-pakuan yang biasa kita lihat merupakan fase sporofitnya. 2)
Tumbuhan Berbiji (Spermatophyta): Tumbuhan berbiji dikelompokan menjadi dua
yaitu tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae) dan tumbuhan berbiji tertutup
(Angiospermae). Jika kita perhatikan, pada tumbuhan lumut, fase gametofit
merupakan fase yang dominan, tumbuh pada substrat, ukuran lebih besar daripada
sporofitnya. Kemudian pada tumbuhan paku fase gametofit menjadi fase yang tidak
dominan, berukuran kecil dibandingkan dengan sporofitnya, tumbuh tersendiri pada
substrat. Pada kelompok tumbuhan berbiji fase gametofit semakin tereduksi bahkan
menjadi mikroskopis, dan tumbuh pada individu sporofit. Sehingga gametofit
menjadi lebih terlindungi dari stres lingkungan, dan dijamin nutrisinya oleh sporofit.
a) Gymnospermae (Tumbuhan Berbiji Terbuka) Kelompok tumbuhan ini disebut
berbiji terbuka karena mempunyai biji yang tidak terlindung dalam ovarium. Biji
tersebut terdedah keluar pada lembaran sporofil yang termodifikasi membentuk
strobilus. Gymnospermae terbagi ke dalam empat divisi yaitu Cycadophyta,
Ginkgophyta, Gnetophyta, dan Coniferophyta. b) Angiospermae (Tumbuhan Berbiji
Tertutup) Angiospermae berbeda dengan kelompok Gymnospermae karena biji yang
dihasilkan terlindungi oleh buah (ovarium). Karakteristik khas angiospermae yaitu
memiliki bunga dan buah. Bunga merupakan modifikasi dari daun yang biasanya
menjadi empat struktur yang terspesialiasi, yaitu kelopak, mahkota, stamen, dan
karpel. Karena memiliki struktur bunga, maka kelompok tumbuhan ini yang hanya
terdiri dari satu divisi saja diberi nama Anthophyta (tumbuhan berbunga). Buah
merupakan hasil perkembangan lanjutan dari ovarium dan atau bagian bunga yang
lain setelah terjadi fertilisasi. Biji selanjutnya berkembang dari ovule yang berada di
dalam ovarium. Oleh karena itu pada angiospermae biji terlindung di dalam buah.
Buah dari berbagai jenis tumbuhan sangat bervariasi dan biasanya strukturnya
termodifikasi untuk proses penyebaran biji tersebut. Misalnya buah dari Mahoni
(Swietenia mahagoni) memiliki struktur sayap sehingga dapat terbang seperti baling-
baling dan tersebar terbawa angin. Buah dari Pacar Air (Impatiens balsamina)
memiliki buah yang dapat meledak karena faktor tekanan turgor, sehingga biji di
dalamnya dapat terlempar jauh. Contoh lain adalah biji dari Dandelion (Taraxacum
officinale) yang dapat melayang jauh terbawa angin karena memiliki struktur pappus
yang berbentuk rambut-rambut halus.
Tanaman hias terbagi menjadi dua kategori yaitu tanaman hias indoor dan
tanaman hias outdoor yang masing – masing memiliki karakternya sendiri.[10]
Seiring dengan perkembangan zaman keterbatasan lahan menjadi faktor tanaman hias
indoor kini banyak diminati. Namun keterbatasan pengetahuan menjadikan
masyarakat sembarangan menaruh tanaman hias didalam rumah. Sehingga timbulah
ketidak selarasan pertumbuhan tanaman yang diakibatkan oleh kurang tepatnya
penempatan tanaman. Oleh karena itu perlu sekali dilakukan pengklasifikasian
tanaman indoor atau outdoor agar pertumbuhan tanaman terjaga sesuai dengan
penempatannya. Tanaman hias indoor dapat ditanam di rumah atau lingkungan teduh
lainnya seperti teras, bawah pohon, bawah naungan, dan lain-lain yang tidak secara
langsung terkena sorotan matahari, atau seandainya kena secara langsung hanya
beberapa jam saja pada pagi dan sore haro. Cara untuk menentukan ketahanan
tanaman indoor adalah dengan memperhatikan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Daun tebal, liat dan kaku
2. Permukaan daun mengkilap karena banyak diselimuti zat lilin, dan berwarna hijau
tua
3. Tanaman berasal dari daerah hutan tropis yang gelap dan lembab.
Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tebal, semakin hijau, dan
semakin mengkilap daun berarti tanaman semakin tahan dalam ruangan, atau semakin
lama bisa berada dalam ruangan sehingga dapat ditanam secara permanen. Selain
ditanam dalam ruangan, tanaman hanya dapat ditanam secara outdoor atau di luar
ruangan seperti halaman atau taman. Seringkali tanaman yang ditanam secara outdoor
juga dapat ditanam secara indoor, tetapi kebalikannya umumnya tidak berlaku.
Tanaman yang biasa hidup secara indoor sulit ditanam secara outdoor. Tanaman
outdoor adalah tanaman yang untuk hidupnya menghendaki sinar matahari penuh
sepanjang hari, ventilasi udara atau angin yang berlalu lalang dengan baik, air cukup,
serta suhu lingkungan tinggi. ciri-ciri tanaman untuk outdoor antara lain:
1. Mempunyai warna mencolok atau beraneka ragam
2. Daunnya tipis dan tampak lemas bila kekurangan air
3. Berbatang lemah atau mudah patah
Upaya identifikasi tumbuhan yang tidak kinal kenal, tetapi telah dikenal oleh
dunia ilmu pengetahuan, pada waktu ini tersedia beberapa sarana, antara lain:
1. Menanyakan identitas tumbuhan yang tidak kita kenal kepada seseorang yang kita
anggap ahli dan kita diperlukan mampu memberikan jawaban atas partanyaan
kita.
2. Mencocokan dengan spesimen laboratorium yang telah diidentifikasi. Cara ini
merupakan cara yang terjadi dimana-mana di seluruh dunia, yang berupa
pengiriman spesimen tumbuhan ke herbarium atau lembaga-lembaga penelitian
biologi yang benar untuk diidentifikasikan.
3. Mencocokkan dengan candra dan gambar-gambar yang ada dalam buku-buku
flora atau monografi. Cara ini tidak mungkin dilakukan oleh setiapmorang, selain
penguasaan ilmu hayat, pelaku identifikasi dengan cara ini harus pula menguasai
peristilahan yang lazim digunakan dalam mencandra tumbuhan. Dalam rangka
pencocokan ciri-ciri itu mungkin diperlukan pula peralatan tertentu seperti
misalnya alat pengurai, kaca pembesar, dan mikroskop.
4. Penggunaan kunci identifikasi dalam identifikasi tumbuhan. Kunci identifikasi
merupakan serentetan pertanyaan-pertanyaan yang hawabannya harus
dipertemukan pada spesimen yang akan diidentifikasikan. Bila sesuai pertanyaan
berturut-turut dalam kunci identifikasi itu ditemukan jawabannya, berarti
tumbuhan yang akan diidentifikasikan sama dengan salah satu yang telah dibuat
kuncinya, dan nama serta tempatnya dalam sistem klasifikasi akan diketahui
setelah semua pertanyaan dalam kunci dapat dijawab.
5. Penggunaan lembar identifikasi jenis, yang dimaksud adalah sebuah gambar suatu
jenis tumbuhan yang disertasi dengan nama dan klasifikasi jenis yang
bersangkutan. Identifikasi dnegan cara ini pada dasarnya adalah mencocokan
spesimen tumbuhan yang akan diidentifikasikan dengan lembar identifikasi yang
telah disiapkan sebelumnya.
Tanaman hias mempunyai morfologi dan bentuk yang berananeka macam, ada
yang berdiri tegak baik berupa semak ataupun pohon serta ada yang
merambat/menjalar. Berdasarkan morfologinya tersebut kemudian akan membedakan
juga dalam pemanfaatannya, misalnya tanaman hias yang merambat biasanya untuk
pergola, tanaman semak atau perdu lebih tepat untuk tanaman penyerap debu di
pinggir jalan. Beberapa tanaman hias yang merayap dan ditempelkan pada dinding
dapat membuat kesejukan ruangan atau mengurangi teriknya matahari yang
menyinari rumah. Sinar matahari langsung akan membuat suhu di dalam rumah
meningkat, oleh karena itu menanam tanaman hias merambat dengan ketebalan
kurang lebih lima centimeter mampu meredam panas yang masuk ke dalam rumah,
sehingga kerja pendingin ruangan tidak terlalu berat dan juga menghemat
penggunaan listrik. Menanam berbagai jenis tanaman bunga di samping dinding
rumah bisa sebagai pendingin suhu di dalam rumah, sedangkan tanaman hias yang
berupa pohon dimanfaatkan sebagai tanaman peneduh. Agar menarik serta memiliki
nilai estetika seni tinggi, beberapa jenis tanaman ada yang sengaja dibentuk dengan
sedikit merubah morfologi alamiahnya untuk menciptakan keindahan, misalnya pada
tanaman hias bambu dan bonsai, yang untuk hal ini tentunya dibutuhkan ketrampilan
dan kreativitas.
Pengelompokan tanaman hias berdasarkan bagian tanaman yang mempunyai
nilai ekonomi: a. Tanaman Hias Bunga: Daya tarik dan keindahan tanaman hias
bunga adalah pada bunganya. Keindahannya dilihat dari beraneka bentuk bunganya,
berbagai macam warnanya yang menarik, juga aroma keharuman bunga, serta
pemanfaatannya. b. Tanaman Hias Daun: Letak keindahan dan daya tarik tanaman
hias ini adalah pada daunnya yang berwarna warni, bentuk daunnya yang indah dan
unik. Beberapa tanaman ada yang terdiri dari banyak spesies dengan bentuk dan
warna daun yang berbeda. c. Tanamaan Hias Buah: Tanaman hias ini menariknya
dilihat dari buahnya yang indah untuk menghias halaman maupun ruangan. Buah dari
tanaman hias ini ada yang bisa dimakan, tetapi beberapa diantaranya hanya bisa
dimanfaatkan sebagai hiasan saja. d. Tanaman Hias Batang: Tanaman hias batang
adalah tanaman hias yang memiliki daya tarik pada bagian batangnya, karena adanya
keunikan dan keindahan pada bagian batang dari tanaman tersebut. Orang membeli
tanaman hias batang mengutamakan keindahan batang yang berbentuk unik dan
menarik. Contoh tanaman hias batang adalah Bambusa vulgaris.
ACARA II
MEDIA TANAM
Bibit tanaman hias bisa diperoleh dari perbanyakan secara generatif maupun
vegetatif. Perbanyakan generatif menggunakan biji. Biasanya biji disemai terlebih
dahulu untuk menjadi bibit. Seterusnya bibit yang sudah siap bisa segera ditanam di
lapang. Sedangkan perkembangbiakan secara vegetatif bisa berupa vegetatif buatan,
seperti dari anakan, rimpang, umbi. Atau dengan cara vegetatif buatan, misalnya
setek, cangkok, okulasi, dan sebagainya. Dalam budidaya tanaman, Cara tanam dan
waktu tanam harus diperhatikan. Waktu tanam berkaitan erat dengan iklim. Ada
tanaman yang cocok ditanam di musim penghujan, tetapi ada yang lebih baik bila
ditanam di musim kemarau. Perbedaan ini lebih dikarenakan oleh persyaratan
kebutuhan air dari tanaman. Untuk Indonesia hanya ada dua musim tanam bagi
tanaman, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Untuk tanaman yang
membutuhkan banyak air, lebih cocok apabila ditanam di musim hujan. Sedangkan
bagi tanaman yang menghendaki kering, maka lebih cocok ditanam pada musim
kemarau. Penanaman di luar musim (off season) dapat dilakukan. Apabila suatu jenis
tanaman akan ditanam di luar musim, maka membutuhkan pemeliharaan yang lebih
intensif.
Cara menanam disesuaikan dengan bahan tanam dan jenis tanamannya.
Penanaman tanaman juga perlu memperhatikan jarak tanam. Jarak tanam dipengaruhi
oleh morfologi tanaman secara genetis dan kesuburan tanah. Mengatur jarak tanam
berarti memberi ruang lingkup hidup yang sama atau merata bagi setiap tanaman.
Dengan mengatur jarak tanam ini akan diperoleh barisan-barisan tanaman yang
teratur sehingga mudah dalam melakukan pengelolaan tanaman. Jarak tanam akan
mempengaruhi kerapatan tanaman atau jumlah populasi per unit area. Populasi
tanaman mempengaruhi pertumbuhan relatif dan hasil bersih fotosintesis. Hal ini
berhubungan erat dengan penangkapan energi cahaya, dan ketersediaan hara dan air
dalam tanah. Dengan demikian kerapatan tanaman akan menentukan produksi
tanaman. Pengaturan jarak tanam juga dimaksudkan agar tanaman dapat memperoleh
kebutuhan hidupnya secara merata, khususnya dalam hal kebutuhannya akan air,
unsur hara, dan cahaya matahari. Kecukupan akan ketiga faktor ini merupakan
penentu besarnya hasil panen. Dengan demikian, jarak tanam akan mempengaruhi
hasil tanaman. Masing-masing tanaman mempunyai jarak tanam yang optimum yang
berbeda dengan tanaman lainnya. Penentuan jarak tanam yang tepat terhadap satu
tanaman memerlukan penelitian. Jarak tanam berkaitan dengan kerapatan tanam.
Perkembangbiakan tanaman Krisan dilakukan dengan cara vegetatif yaitu
dengan anakan, setek pucuk, dan kultur jaringan.
1. Dengan anakan
2. Setek pucuk: Tentukan tanaman yang sehat dan cukup umur. Pilih tunas pucuk
yang tumbuh sehat, diameter pangkal 3-5 mm, panjang 5 cm, mempunyai 3 helai
daun dewasa berwarna hijau terang, kemudian pucuk tersebut dipotong, dan
langsung disemaikan atau disimpan dalam ruangan dingin bersuhu udara 4 derajat
C dengan kelembaban 30 % agar tetap tahan segar selama 3-4 minggu. Cara
penyimpanan setek adalah dibungkus dengan beberapa lapis kertas tisu, kemudian
dimasukan ke dalam kantong plastik rata-rata 50 setek per kantong. Selanjutnya
setek bisa ditumbuhkan dalam tempat pembibitan. Sebelum ditanam, setek
terlebih dahulu dicelupkan ke dalam IBA untuk mempercepat perakaran. Tempat
pembibitan dengan media arang sekam yang sterildengan ketebalam sekitar 15
cm. Pemeliharaan tanaman di tempat pembibitan berupa penyiraman yang
dilakukan 2-3 kali seminggu. Pembibitan tanaman Krisan memerlukan
kelembaban yang tinggi 65-90%. Setek siap tanam setelah berumur sekitar 2
minggu.
3. Bibit asal kultur jaringan Penyiapan bibit dengan kultur jaringan: a. Mata tunas
atau eksplan diambil dengan pisau silet. B. Kemudian disterilisasikan mata tunas
tersebut dengan sublimat 0,04 % (HgCL) selama 10 menit d. Setelah iu dibilas
dengan air suling steril. e. Penanaman dalam medium MS berbentuk padat.
Perbanyakan tanaman Dahlia bisa dlakukan dengan cara generatif dengan
menggunakan benih atau perbanyakan vegetatif dengan setek atau umbi.
1. Perbanyakan dengan benih: Penggunaan biji sebagai bibit dengan cara
disemaikan dahulu pada tempat pembibitan. Untuk lahan pesemaian berupa
bedengan lebar 1 m dan tinggi 50 cm panjang sesuai lahan yang ada. Bedengan
berupa campuran humus, tanah, dan pupuk dengan perbandingan 1:1:1. Benih
disebar merata dilahan pembibitan, kemudian ditutup tanah tipis. Lahan
pesemaian sebaiknya diberi naungan. Setelah benih berkecambah dan berdaun
sekitar 2 helai maka bibit bisa dipindahkan ke polybag ukuran 18X15 cm yang
berisi campuran sekam dan pupuk kandang dengan perbandingan sekam : pupuk
kandang = 5 : 1. Setelah berdaun 6, maka bibit siap ditanam.
2. Perbanyakan tanaman menggunakan setek Setek diambil dari tunas ketiak yang
berukuran 7-10 cm. Penumbuhan setek dilakukan pada polybag dengan media
campuran sekam dan pupuk dengan perbandingan 6 : 1. Tempat pembibitan setek
harus dipelihara kelembabannya, sebaiknya diberi sungkup.
3. Perbanyakan tanaman menggunakan umbi Umbi sebagai bibit dipilih dari
tanaman Dahlia yang sudah berumur lebih dari 1 tahun. Lahan pembibitan harus
dilakukan penyiraman rutin dan perawatan lainnya
Rumah merupakan tempat manusia untuk hidup dan selama hidupnya manusia
membutuhkan nilai estetika atau keindahan. Nilai estetika atau keindahan dari suatu
rumah bisa berasal dari bentuk, ornamen, interior atau eksterior bangunan termasuk
tanaman hias yang menghias rumah. Tanaman hias umumnya ditanam dengan cara
konvensional dengan media tanah. Namun, di zaman modern seperti sekarang ini
tanaman hias bisa ditanam dengan teknik hidroponik. Hidroponik biasanya digunakan
untuk membudidayakan tanaman sayuran. Namun, hidroponik tidak hanya bisa
digunakan untuk menanam sayuran, tetapi tanaman hias pun bisa ditanam dengan
cara hidroponik. Hidroponik substrat adalah metode hidroponik yang tidak
menggunakan air sebagai media, tetapi menggunakan media selain tanah yang dapat
menahan nutrisi dan air serta menyediakan oksigen untuk mendukung tanaman
sebagaimana fungsi tanah. Jika umumnya hidroponik erat kaitannya dengan air
namun kali ini tidak. Cara ini menggunakan media selain tanah dan air serta
memberikan oksigen untuk mendukung tanaman seperti fungsi pada tanah. Berikut
beberapa contoh tanaman hias hidroponik yang bisa digunakan untuk mempercantik
rumah Anda:
1. Suplir: Suplir merupakan salah satu contoh tanaman hias hidroponik dari jenis
paku-pakuan. Sebagai salah satu tanaman yang termasuk dalam keluarga paku-
pakuan, suplir merupakan jenis tanaman yang membutuhkan lingkungan yang
lembap untuk tumbuh dan tidak membutuhkan penyinaran matahari penuh. Suplir
biasanya tumbuh di dekat aliran air sehingga teknik hidroponik sangat cocok
untuk menanam tanaman hias yang satu ini. Daya tarik utama dari suplir sebagai
tanaman hias adalah bentuk daun, bentuk tajuk dan kontras antara warna daun
dengan warna batangnya. Tanaman hias yang bernama ilmiah Adiatum sp. ini
merupakan salah satu contoh tanaman hias hidroponik yang cukup mudah untuk
diperlihara sehingga tidak sedikit orang yang memilikinya sebagai penghias
halaman rumah.
Gambar 1. Tanaman Suplir
2. Keladi Red Star: Keladi red star adalah contoh tanaman hias hidroponik yang
berasal dari keluarga keladi-keladian atau Araceae. Nilai estetika dari keladi red
star ini adalah warna dan bentuk daunnya yang sangat menarik dan menccolok
yaitu merah. Keladi red star seperti tanaman hias jenis keladi-keladian yang lain
merupakan tanaman yang mudah dalam perawatannya sehingga sangat mudah
untuk ditanam dengan teknik hidroponik. Namun, hal yang harus diingat adalah
tanaman hias yang satu ini tetap membutuhkan penyinaran matahari penuh agar
bisa tumbuh subur dan tetap terlihat cantik sebagai penghias halaman rumah atau
penghias ruangan di dalam rumah.
Gambar 2. Keladi Red Star
3. Aglaonema: Aglaonema atau sri rejeki adalah contoh tanaman hias hidroponik
yang sudah tidak asing. Pasalnya, tanaman hias aglaonema ini bisa ditemui
dihampir setiap rumah dan sangat mudah untuk dijumpai. Aglaonema termasuk
dalam kelompok tanaman hias daun yang dinikmati keindahan daunnya. Daya
tarik dan nilai estetika dari tanaman hias aglaonema adalah corak dan warna
daunnya yang bermacam-macam mulai dari warna netral seperti putih sampai
warna yang cerah dan mencolok seperti warna merah. Perawatan yang dibutuhkan
oleh tanaman hias aglaonema ini sangat mudah. Aglaonema biasanya
membutuhkan penyinaran matahari penuh, namun tetap bisa tumbuh dengan baik
sebagai tanaman indoor. Selain dapat dinikmati keindahan daunnya, tanaman hias
aglaonema juga dapat dimanfaatkan sebagai tanaman hias pembersih udara atau
antipolutan yang bisa menyerap racun atau zat berbahaya dari udara di sekitar
rumah.
Gambar 3. Aglaonema
4. Dracaena: Dracaena merupakan tanaman hias yang mudah dijumpai dan
bisa dikembangkan dengan mudah. Dracaena bisa dikembangkan dengan
stek mahkota atau stek batang dan dapat tumbuh dengan mudah tanpa
membutuhkan banyak perawatan yang rumit. Sebagai tanaman hias,
dracaena merupakan tanaman hias daun yang dinikmati keindahan
daunnya baik dari segi bentuk maupun warna dan corak daunnya. Sebagai
tanaman hias, dracaena termasuk contoh tanaman hias hidroponik yang
tidak asing. Pasalnya, tidak sedikit orang yang menempatkan tanaman hias
dracaena ini dalam suatu wadah berisi air untuk membuat tanaman hias
yang satu ini tetap hidup. Dengan perawatan yang mudah tersebut,
dracaena cocok digunakan sebagai tanaman indoor maupun outdoor atau
bisa juga dijadikan sebagai tanaman penghias meja di ruang tamu
Gambar 4. Dracaena
5. Anggrek: Anggrek adalah tanaman hias epifit yang banyak digemari karena
keindahan bunganya. Anggrek sebagai tanaman hias memiliki banyak sekali
jenis dengan nilai estetika yang bervariasi. Daya tarik utama dari anggrek
adalah bentuk dan warna bunganya. Anggrek bisa tumbuh menempel pada
suatu media tanam seperti sabut kelapa, pakis atau media lain bahkan bisa
juga menempel pada tanaman lain. Karakteristik anggrek tersebut yang bisa
tumbuh dengan mudah menyebabkan anggrek termasuk dalam contoh
tanaman hias hidroponik. Namun, anggrek cukup peka terhadap hama dan
penyakit sehingga membutuhkan perawatan yang sedikit ekstra. Dengan
menanam anggrek secara hidroponik, anggrek bisa terhindar dari hama atau
penyakit yang berasosiasi dengan tanah sehingga tanaman anggrek bisa lebih
sehat. Dalam menanam anggrek secara hidroponik, dibutuhkan media tanam
sebagai tempat berjangkarnya akar anggrek seperti pakis atau sabut kelapa
serta larutan nutrisi yang diberikan pada tanaman saat tanaman membutuhkan.
Gambar 5. Anggrek
6. Bunga bambu jepang: Bunga bambu jepang merupakan salah satu contoh
tanaman hias hidroponik yang juga tidak asing. Bunga bambu jepang
masih termasuk dalam Marga Dracaena namun bentuk batangnya lebih
kecil dan ramping dengan ukuran daun lebih lebar dan lebih bulat. Bunga
bambu jepang memiliki perawakan yang kecil sehingga cocok untuk
ditanam dengan teknik hidroponik. Perawakannya yang kecil tersebut
menyebakan bunga bambu jepang cocok dijadikan tanaman indoor untuk
menghias ruangan. Sama seperti jenis dracaena yang lain, bunga mambu
jepang tidak membutuhkan perawatan yang rumit dan mudah tumbuh
sehingga bisa ditanam dengan teknik hidroponik.
Gambar 6. Bunga bambu jepang
8. Sirih gading: Sirih gading adalah salah satu tanaman yang termasuk
dalam suku talas-talasan atau Araceae. Sirih gading sangat mudah untuk
dikenali dari corak daunnya yang berwarna belang-belang kuning dan
hijau. Sirih gading merupakan tanaman hias semi epifit yang dinikmati
keindahan corak dan warna daunnya. Sirih gading ini termasuk tanaman
hias yang bandel karena mampu tumbuh dengan subur pada berbagai
media, bahkan hanya air sekalipun. Karena itulah sirih gading termasuk
dalam contoh tanaman hias hidroponik. Sirih gading bisa digunakan untuk
menghiasi halaman rumah sebagai tanaman hias outdoor atau tanaman hias
indoor yang ditempatkan dalam pot berisi air sebagai penghias meja.
Selain bandel dan mampu tumbuh dengan mudah, sirih gading juga
mampu membersihkan udara dari berbagai zat polutan yang berbahaya
bagi kesehatan sehingga sangat direkomendasikan untuk ditanam di
rumah.
2. Arang Sekam
Media tanam arang sekam menjadi media paling populer digunakan
masyarakat Indonesia dalam membudidayakan tanaman dengan metode
hidroponik substrat. Dengan menggunakan arang sekam sebagai media tanam
hidroponik substrat, banyak kelebihan yang akan didapat diantaranya steril,
murah, dan menghemat waktu. Di dalamnya juga terkandung komponen-
komponen kimiawi yang mendukung tumbung kembang tanaman.
3. Ampas Tebu
Media tanam ampas tebu sering juga disebut dengan bagase sebagai media
tanam untuk hidroponik substrat. Bagase dapat ditemukan pada industri-industri
yang memproduksi tebu. Limbah berserat ini merupakan hasil penggilingan tebu
yang teman berkebun dapat manfaatkan sebagai media tanam hidroponik. Bagase
mengandung bahan-bahan yang diperlukan oleh tanaman seperti lignoselulosa,
hemiselulosa, dan lainnya. Kelebihan ampas tebu ialah mengandung bahan
organik serta memiliki kandungan unsur hara yang tinggi sehingga sangat cocok
digunakan sebagai media hidroponik substrat. Sedangkan kekurangannya ialah
mudah ditumbuhi jamur, sebab mengandung gula dan air yang tinggi.
4. Pasir
Media tanam pasir juga cukup banyak digunakan sebagai media tanam
hidroponik substrat, selain karena kandungannya bagu, media tanam ini juga
sangat mudah ditemukan. Bahkan di sepanjang jalan terdapat banyak sekali pasir
berserakan. Bobot pasir yang tergolong berat disinyalir mampu menopang
tegaknya tanaman. Selain itu, dengan adanya pori-pori makro di dalam pasir
berguna untuk memperoleh sirkulasi udara yang baik untuk pertumbuhan
tanaman.
5. Kerikil
Batu berukuran kecil ini hampir mempunyai sifat yang sama dengan pasir,
untuk itu sangat bagus dijadikan media tanam hidroponik. Kerikil mempunyai
kandungan unsur udara dan zat hara yang cukup tinggi berfungsi sebagai ruang
bagi akar untuk tumbuh secara optimal.
6. Cacahan Pakis
Media tanam cacahan pakis atau dapat juga menggunakan batang pakis,
diyakini mampu dengan mudah mengikat air dan juga mempunyai sistem aerasi
serta drainase yang baik. Hal tersebut sangat penting bagi tumbuh kembangnya
suatu tanaman.