Anda di halaman 1dari 22

ACARA 1

PENGENALAN LABORATORIUM DAN ALAT


A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Menurut Emda (2017), laboratorium diartikan sebagai suatu
tempat untuk mengadakan percobaan, penyelidikan, dan sebagainya yang
berhubungan dengan ilmu fisika, kimia, dan biologi atau bidang ilmu lain.
Laboratorium bisa berupa ruangan yang tertutup seperti kamar atau
ruangan terbuka seperti kebun dan lain-lain. Kultur jaringan merupakan
kegiatan yang dilakukan di dalam laboratorium. Kultur jaringan adalah
kegiatan membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil
yang memiliki sifat seperti induknya (Harahap et al., 2019).
Dalam Kultur Jaringan terdapat beberapa tahapan yaitu tahap
persiapan, tahap pembuatan media dan tahap inokulasi. Pengenalan
laboratorium dan alat merupakan tahap utama yang penting untuk
dilakukan yang bertujuan untuk memastikan alat dan bahan telah tersedia.
Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi dalam kultur jaringan adalah
menciptakan kondisi aseptis, sehingga alat dan bahan yang akan
digunakan harus disterlisasi (Kurnianingsih et al., 2020). Aseptis
didefinisikan sebagai prosedur kerja yang meminimalisir kontaminan
mikroorganisme. Laboratorium kultur jaringan sebaiknya memiliki
pembagian ruangan yang berbeda karena dalam setiap tahapannya
memiliki kondisi sterilisasi yang berbeda.
Laboratorium Kultur Jaringan merupakan laboratorium yang
diperuntukkan untuk kegiatan perkuliahan, pengamatan, dan penelitian
dalam bidang Kultur Jaringan yang memerlukan kondisi aseptisitas yang
tinggi. Laboratorium kultur jaringan terdiri dari ruangan-ruangan yang
dipisahkan berdasarkan fungsinya antara lain, (preparation area), (transfer
area), dan (growing area). Ketiga ruang di atas juga harus terpisah dari
kebun bibit dan green house untuk menghindari masuknya kontaminasi ke
dalam ruang kultur.
2. Tujuan
- Mengetahui ruang kerja dan alat-alat dalam laboratorium kultur jaringan.
- Mengetahui prosedur sterilisasi alat-alat penanaman (diseksi) dan alat kaca

B. Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kultur Jaringan merupakan laboratorium yang
diperuntukkan untuk kegiatan perkuliahan, pengamatan, dan penelitian
dalam bidang Kultur Jaringan. Laboratorium hendaknya tidak terletak di
daerah berdebu, seperti dekat jalan raya, tempat parkir, pabrik dan
sebagainya. Selain itu sebaiknya juga tidak terletak di daerah yang
berangin kencang, langka sumber air atau dekat tempat pembuangan
sampah (Habibah et al, 2021). Lokasi yang ideal adalah di daerah yang
lingkungannya bersih, bebas polusi, ketersediaan air bersih memadai.
Laboratorium kultur jaringan terdiri dari ruangan-ruangan yang dipisahkan
berdasarkan fungsinya antara lain, (preparation area), (transfer area), dan
(growing area). Sistem kultur jaringan memasok semua nutrisi, energi,
dan air yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman atau eksplan melalui
media basal. Selain itu, kondisi inkubasi yang terkontrol memberikan
pengaturan cahaya dan suhu yang optimal untuk mendorong pertumbuhan.
Sehingga, pemeliharaan seluruh tanaman, organ, jaringan, atau sel harus
dalam kondisi aseptik yang terkendali di laboratorium (Phillips & Garda,
2019). Karakteristik utama dari laboratorium kultur jaringan yaitu,
Laminar Flow; Autoclave ; Botol Kultur dan Wadah Kultur ; Media
Kultur Jaringan ; Perangkat Pencahayaan dan Kontrol Suhu ; Protokol
Sterilisasi dan Keamanan.
Pengenalan peralatan laboratorium memiliki tujuan untuk
pemeliharaan peralatan laboratorium agar selalu prima, dan siap pakai
secara optimal, memperpanjang umur pemakaian peralatan laboratorium,
menjamin keamanan, keselamatan, dan kenyamanan orang atau mahasiswa
yang menggunakan peralatan tersebut, menjamin kesiapan operasional
peralatan yang diperlukan terutama dalam keadaan darurat (Jufriah et al,
2019). Kemudian pengenalan bahan juga berfungsi untuk menambah
keterampilan yang memainkan peran penting untuk dapat melakukan
berbagai percobaan (Otsetov, 2020). Sehingga pengenalan alat dan bahan
laboratorium memiliki fungsi penting demi kelancaran
praktikum/penelitian yang akan dilakukan.
Aseptis dalam kultur jaringan adalah konsep yang sangat penting
untuk mencegah kontaminasi mikroba dan menjaga lingkungan kultur
jaringan tetap steril. Demikian pula seperti pendapat Irawati (2021), kerja
aseptis merupakan kerja yang bertujuan untuk menciptakan keadaan yang
steril. Teknik aseptik melibatkan serangkaian tindakan pencegahan infeksi
yang bertujuan melindungi pasien dari infeksi yang berhubungan dengan
penularan mikroorganisme patogen (Clare & Rowley, 2018).
Menurut Harahap et al., (2019) Aseptis dalam kultur jaringan
merujuk pada prinsip-prinsip dan teknik yang digunakan untuk menjaga
kondisi lingkungan dan bahan-bahan yang digunakan dalam laboratorium
kultur jaringan tetap steril. Tujuannya adalah untuk mencegah kontaminasi
mikroba yang dapat merusak kultur jaringan. Terdapat beberapa langkah
aseptis dalam kultur jaringan yaitu Persiapan Lingkungan, Penggunaan
Laminar Air Flow (LAF), Persiapan Alat dan Bahan dengan teknik steril,
Menggunakan Sarung Tangan, dan lain sebagainya. Mengikuti langkah-
langkah ini dengan cermat membantu menjaga kondisi aseptis dan
meminimalkan risiko kontaminasi selama kultur jaringan.

C. Metodologi
1. Waktu dan Tempat
Pelaksanaan acara 1 praktik Pengenalan Alat dan Bahan Laboratorium
Kultur Jaringan dilaksanakan pada hari Selasa, 26 September 2023 pukul
10.00 – 12.00 WIB yang bertempat di Lab. Fisiologi dan Bioteknologi
Tumbuhan Fakultas Pertanian UNS.
2. Alat dan Bahan
1. Alat dan Bahan untuk Penanaman:
a. Laminar Air Flow Cabinet (LAFC)
b. Lampu bunsen
c. Petridish
d. Botol kultur
e. Peralatan diseksi, yaitu pinset besar/kecil, pisau scalpel, mata
pisau, gunting eksplan
f. Sprayer
g. Kertas buram
h. Tissue
2. Plastic wrap
2. Alat dan Bahan untuk Pembuatan Media:
a. Timbangan analitik
b. Botol kultur
c. Hot plate stirrer
d. Magnetic stirrer
e. pH meter
f. Erlenmeyer
g. Pipet
h. Kertas label
i. Larutan stok
j. Aquades
k. Gula
l. Agar-agar m. NaOH 1N dan HCL 1N
3. Alat dan Bahan untuk Steriliasasi:
a. Autoklaf: digunakan untuk sterilisasi media
b. Oven: digunakan untuk sterilisasi dan menyimpan alat-alat diseksi,
seperti pinset, pisau scalpel, gunting, petridish, kertas buram, dan
tissue.
c. Alkohol: digunakan untuk sterilisasi diri dan alat.
3. Cara Kerja
Setiap praktikan mencatat dan memperhatikan peralatan serta cara
kerja dan fungsinya masing- masing.

D. Hasil
1. Tabel 1 Pengenalan Alat di Laboratorium Kultur Jaringan
No. Jenis Alat Fungsi Gambar Alat
1 Laminar Air Flow LAF sebagai meja kerja
Cabinet (LAFC) steril untuk kegiatan
inokulasi/ penanaman
eksplan

2 Lampu Bunsen Bunsen berfungsi


memanaskan medium,
mensterilkan jarum
inokulasi

3 Petridish Petridish berfungsi


untuk wadah/tempat
memotong plantlet,
menyimpan eksplan

4 Botol Kultur Botol Kultur berfungsi


sebagai tempat/wadah
media agar dan sebagai
tempat pertumbuhan
tanaman
5 Kertas Buram sebagai membungkus
alat kultur yang akan
disterilisasi

6 Tissue Tissue berfungsi


membersihkan alat

7 Pinset Besar/Kecil Pinset Besar/Kecil


berfungsi untuk
mengambil eksplan

8 Spatula Spatula berfungsi untuk


mengambil bahan kimia
yang diperlukan dalam
pembuatan media kultur

9 Pisau Scalpel Pisau Scalpel berfungsi


mengiris eksplan
10 Mata Pisau Mata Pisauakan
dimasukkan kedalam
gagang pisau sesuai
ukurannya agar dapat
untuk memotong
eksplan
11 Gunting Eksplan Gunting Eksplan
berfungsi memotong
eksplan

12 Sprayer Sprayer berfungsi


menyimpan alkohol
13 Timbangan Analitik Timbangan Analitik
digunakan untuk
menimbang bahan atau
zat yang digunakan
dalam pembuatan media
kultur.
14 Hot Plate Stirrer Hot Plate Stirrer
berfungsi untuk
mencampurkan semua
bahan menjadi homogen
dengan cara pengadukan
dan memanaskan suatu
bahan.
15 Magnetik stirrer Magnetik stirrer
berfungsi untuk
menghomogenkan
larutan dengan cara
pengadukan dengan
bantuan batang
pengaduk/magnetic bar.

16 pH meter pH meter digunakan


untuk mengukur pH
media kultur jaringan
sebelum sterilisasi
dengan autoklaf.

17 Erlenmeyer Erlenmeyer untuk


tempat dan sarana
menuangkan air suling
maupun untuk tempat
media dan penanaman
eksplan.

18 Pipet Pipet digunakan untuk


memindahkan larutan
atau zat cair dalam
ukuran volume tertentu.

19 Kertas label Kertas label berfungsi


untuk penanda sampel
agar tidak tertukar

20 Autoklaf Autoklaf digunakan


untuk mensterilisasi
alat-alat gelas, kayu,
plastik, larutan dan
medium yang tidak
tahan terhadap suhu
tinggi.
21 Oven digunakan sebagai alat
sterilisasi, alat analisa
kadar air, dan digunakan
untuk mengeringkan
bahan sample.

22 Rak Kultur Rak kultur digunakan


untuk meletakkan botol-
botol berisi eksplan hasil
inokulasi.

23 Gelas Beaker Gelas Beaker berfungsi


sebagai wadah
penampung yang
digunakan untuk
mengaduk, mencampur,
dan memanaskan cairan
pada laboratorium.

24 Labu Ukur Labu Ukur digunakan


untuk mengukur volume
larutan atau zat cair
dengan tepat.

2. Pembahasan
a. Jelaskan mengapa pengenalan ruang dan alat ini penting!
Pengenalan ruangan dan alat laboratorium merupakan langkah
awal yang sangat penting dalam kultur jaringan. Pengenalan ruangan
laboratorium sangat penting dalam kultur jaringan karena memiliki
dampak langsung pada keberhasilan eksperimen dan produksi
tanaman yang berkualitas tinggi. Pengenalan ruang laboratorium dapat
menambah keterampilan yang memainkan peran penting untuk dapat
melakukan berbagai percobaan dan menjalankan berbagai tes
(Otsetov, 2020). Kemudian, pengenalan alat-alat laboratorium juga
penting dilakukan untuk keselamatan kerja saat melakukan penelitian
(Lase, 2020).
Pengenalan peralatan laboratorium penting karena bertujuan untuk
pemeliharaan peralatan laboratorium agar selalu prima, dan siap pakai
secara optimal, memperpanjang umur pemakaian peralatan
laboratorium, menjamin keamanan, keselamatan, dan kenyamanan
orang atau mahasiswa yang menggunakan peralatan tersebut,
menjamin kesiapan operasional peralatan yang diperlukan terutama
dalam keadaan darurat (Jufriah et al, 2019). Dengan demikian,
pemahaman yang baik tentang ruangan dan alat laboratorium,
praktikkan atau peneliti dapat bekerja dengan lebih percaya diri dan
efektif dalam lingkungan kultur jaringan. Hal ini juga membantu
mencegah kesalahan, meminimalkan risiko kontaminasi, dan menjaga
keamanan pekerjaan di laboratorium.
b. Perbedaan ruang persiapan, ruang penanaman, dan ruang
penyimpanan/inkubasi!
Pada laboratorium kultur jaringan minimal memiliki tiga ruang
yakni ruang persiapan sebagai tempat untuk mempersiapkan eksplan,
ruang preparasi sebagai tempat pembuatan media, ruang tanam
sebagai ruang untuk menanam kultur dan ruang kultur (ruang
inkubasi) sebagai ruang untuk meletakkan dan menumbuhkan hasil
kultur yang kita tanam. Ketiga ruang di atas juga harus terpisah dari
kebun bibit dan green house untuk menghindari masuknya
kontaminasi ke dalam ruang kultur (Sukweenadhi et al., 2020).
Menurut Philips & Garda (2019), bahwa terdapat 3 ruangan pada
laboratorium yaitu Ruang Preparasi merupakan persiapan eksplan
yang dilakukan meliputi pencucian, pemotongan/pembuangan bagian-
bagian tanaman yang tidak dipergunakan serta perlakuan awal untuk
mengurangi kontaminan yang ada di permukaan tanaman. Ruang
tanam merupakan ruang untuk menanam kultur. Ruangan ini harus
dijaga sterilitasnya agar pekerjaan kultur dapat terhindar dari
kontaminasi dan berjalan dengan baik tanpa ada kontaminan
(Andriani & Heriansyah, 2021). Ruang tanam dalam laboratorium
kultur jaringan adalah area khusus di laboratorium yang digunakan
untuk menumbuhkan dan mengembangkan jaringan tanaman dalam
kondisi yang sangat terkontrol dan steril. Inokulasi eksplan dilakukan
dalam LAF yang terdapat di ruang menanam untuk meminimalisir
terjadinya kontaminan. Ruang kultur merupakan ruang untuk
meletakkan dan menumbuhkan hasil kultur yang kita tanam. Ruangan
ini dilengkapi dengan pendingin yang bisa diatur suhunya. Umumnya
suhu yang dibutuhkan berkisar 20-24°C karena morfogenesis dalam
kultur umumnya terjadi pada kisaran suhu tersebut (Park, 2021). Di
dalam ruang kultur diletakkan rak-rak kultur yang digunakan untuk
menaruh kultur dengan penyinaran lampu neon dengan ketinggian 60
cm dari botol kultur untuk memaksimalkan cahaya bagi tanaman.
Ruang ini juga harus dijaga sterilitasnya untuk menghindarkan kultur
dari kontaminan (Lestari et al., 2019).
c. Pengertian peralatan diseksi dan fungsinya!
Dalam kultur jaringan terdapat beberapa alat yang digunakan, salah
satunya adalah dissecting set. Alat yang termasuk dissecting set
adalah scalpel, gunting, dan pinset (Lestari et al., 2019). Pinset
memiliki fungsi untuk menjepit dan mengambil bahan kultur jaringan
yang berukuran sangat kecil. Scalpel dan gunting merupakan alat yang
digunakan untuk memotong eksplan. Menurut Rathnamali et al.
(2022) bahwa merupakan alat laboratorium umum yang digunakan
untuk membedah spesimen sehingga struktur dari spesimen tersebut
dapat diteliti. Alat dissecting set berupa skalpel digunakan untuk
mengiris bahan isolasi protoplas karena membutuhkan irisan yang
sangat tipis dan gunting untung memotong eksplan. Sedangkan, Pinset
digunakan untuk memegang atau mengambil irisan eksplan atau
menanam eksplan. Jenis pinset ada tiga macam, yaitu pinset pendek
untuk memegang eksplan saat mengiris, pinset tanggung untuk
mengambil potongan eksplan, dan pinset panjang untuk menanam
eksplan (Lestari et al., 2019).
d. Alat-alat yang ada pada 3 ruangan tersebut
1. Ruang persiapan
Timbangan analitik merupakan alat yang berfungsi untuk
menimbang bahan atau zat yang digunakan dalam pembuatan
media kultur (Lestari et al., 2019). Sebelum menimbang,
spesifikasi timbangan yang akan digunakan harus diperhatikan
terlebih dahulu. Misalnya, maksimum batas timbang, maksimum
digit desimal dalam dalam penimbangan serta letak tombol-tombol
yang diperlukan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Radhina et al.,
(2022) bahwa Jenis alat timbangan analitik laboratorium
bermacam-macam, tetapi yang paling banyak digunakan adalah
timbangan analitik yang dapat menimbang sampai satuan
miligram. Kebutuhan mikronutrien dan hormon pada umumnya
berkadar sangat kecil (mg). Oleh karena itu, untuk mempersiapkan
seringkali dibuat dalam bentuk pengenceran dari suatu larutan
persediaan yang pekat dan diukur dengan pipet.
Autoklaf adalah alat pemanas tertutup yang digunakan
untuk mensterilisasi suatu benda menggunakan uap bersuhu dan
bertekanan tinggi. Prinsip kerja autoklaf adalah menggunakan
panas dan tekanan dari uap air untuk mensterilkan alat atau bahan.
Tekanan uap yang digunakan adalah pada tekanan 15 Psi atau
sekitar 2 atm dan pada suhu 121°C selama 15-20 menit (Nugraha
et al., 2022). Selain autoklaf terdapat juga oven yang dapat
digunakan untuk proses sterilisasi, pemanasan, dan pengeringan
alat atau media pada kondisi kering. Oven juga dapat digunakan
sebagai alat analisa kadar air dan untuk memotong-motong
eksplan.
Menurut Nasution & Nasution, (2022)Lemari es di
laboratorium kultur jaringan berfungsi untuk menyimpan stok-stok
media kultur agar tidak cepat rusak. Lemari es ini harus memiliki
pembagian area untuk mencegah terjadinya kontaminasi antar
bahan yang disimpan di dalamnya. Selain itu, lemari es kultur
jaringan juga berperan untuk menciptakan kondisi yang paling
sesuai untuk sel-sel dan jaringan berkembang, seperti penyesuaian
suhu, intensitas cahaya, dan kandungan oksigen yang
diperbolehkan untuk sel dan jaringan berkembang.
Magnetic stirrer adalah alat laboratorium yang digunakan
untuk mengaduk atau mencampur larutan dengan bantuan medan
magnet atau gelombang elektromagnetik yang berputar. Alat ini
dilengkapi dengan stir bar yang dimasukkan ke dalam wadah
larutan untuk membantu homogenisasi. Magnetic stirrer seringkali
dilengkapi dengan sistem pemanas yang disebut dengan hotplate.
Hotplate magnetic stirrer berbahan dasar keramik, mudah untuk
dibersihkan, dan resisten terhadap cipratan zat kimia. Hotplate
magnetic stirrer juga memiliki display LED yang dapat
memperlihatkan suhu dan kecepatan pengadukan. Prinsip kerja
magnetic stirrer adalah menggunakan medan magnet atau
gelombang elektromagnetik yang berputar untuk menggerakkan
stir bar. Alat ini digunakan untuk menghomogenkan campuran zat
kimia secara konstan (Lestari et al., 2019).
pH meter adalah sebuah alat elektronik yang digunakan
untuk mengukur tingkat keasaman atau kebasaan suatu larutan.
Alat ini terdiri dari sebuah elektrode (probe pengukur) yang
terhubung ke sebuah alat elektronik yang mengukur dan
menampilkan nilai pH (Hariyadi et al., 2020). pH meter digunakan
di laboratorium untuk mengukur derajat keasaman (pH) suatu
larutan, apakah larutan tersebut tergolong asam, basa atau netral.
Menurut Lin et al., (2021) Satuan pH menguraikan derajat tingkat
kadar keasaman atau kada alkali dari suatu larutan dan diukur pada
skala 0 sampai 14. Dalam kultur jaringan pH meter digunakan
untuk mengukur pH media dan membantu mengatur pH media
kultur jaringan agar sesuai dengan kisaran nilai pH yang paling
sesuai untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan sel-sel
tanaman.
2. Ruang penanaman
Alat yang terdapat dalam ruang penanaman berupa alat
gelas yang digunakan dalam kultur jaringan meliputi cawan petri,
pipet tetes, gelas ukur, Erlenmeyer, dan botol kultur. Cawan petri
umumnya digunakan untuk tempat untuk menaruh eksplan yang
akan diinokulasi ke botol kultur lain. Pipet tetes berfungsi
membantu memindahkan cairan dari wadah dalam jumlah kecil.
Gelas ukur digunakan untuk mengukur volume larutan. Erlenmeyer
untuk menyimpan larutan stok dan dapat digunakan sebagai tempat
penanaman media cair.
Botol kultur digunakan sebagai tempat menanam eksplan
kultur jaringan. Botol kultur yang digunakan harus memiliki mulut
botol yang kecil, transparan, dan tahan terhadap tekanan dan suhu
tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gupta et al. (2020) bahwa
alat - alat gelas yang yang sering dipakai di laboratorium kultur
jaringan, yaitu cawan petri memiliki tutup yang bisa meminimalisir
bahan-bahan media kultur dari kontaminasi bahan lainnya serta
untuk tempat untuk menaruh eksplan yang akan diinokulasi ke
botol kultur lain. Pipet tetes digunakan untuk memindahkan cairan
dari wadah dengan jumlah yang kecil.
Dissection set terdiri dari pinset memiliki fungsi untuk
menjepit dan mengambil bahan kultur jaringan yang berukuran
sangat kecil. Scalpel dan gunting merupakan alat yang digunakan
untuk memotong eksplan (Lestari et al., 2019). Dissection set
biasanya diletakkan di atas nampan bersama bunsen dan cawan
petri untuk memudahkan membawa alat dan bahan untuk inokulasi
yang dilakukan didalam laminar air flow.
Gelas beaker atau gelas piala adalah sebuah gelas kimia
yang berfungsi sebagai wadah penampung yang digunakan untuk
mengaduk, mencampur, dan memanaskan cairan pada
laboratorium. Gelas beaker biasanya berbentuk silinder dengan
dasar yang rata dan memiliki skala pengukuran volume cairan pada
dindingnya. Gelas beaker tersedia dalam berbagai ukuran, mulai
dari 1 ml hingga beberapa liter. Gelas beaker umumnya terbuat
dari kaca borosilikat yang tahan terhadap panas, namun juga dapat
terbuat dari logam atau plastik tertentu seperti politena,
polipropilena, dan PTFE (Patra et al., 2022).
Erlenmeyer untuk tempat dan sarana menuangkan air suling
maupun untuk tempat media dan penanaman eksplan. Ukuran
erlenmeyer bermacam-macam dari volume 50, 100, 200, 250
sampai 2.000 mL, sedangkan untuk tempat media tanam biasanya
menggunakan erlemenyer 250 mL dan tergantung dari macam
eksplan yang akan ditanam. Botol asi atau botol kultur tempat
untuk mengkulturkan atau menanam eksplan. Gelas ukur dipakai
untuk menakar air suling dan bahan kimia yang akan digunakan
dan ukuran gelas ukur juga bermacam-macam mulai dari 25-250
mL (Lestari et al., 2019).
Laminar Air Flow (LAF) merupakan untuk menanam
eksplan ke dalam botol dalam kondisi steril dan alat ini letaknya di
dalam ruang penabur. Prinsip kerja alat ini udara steril akan
ditiupkan secara kontinu agar terbebas dari spora yang mungkin
jatuh atau debu dan mengalirkan arus udara melalu saringan yang
besar dengan ukuran mesh 0,22-0,24 mikron. Aliran udara akan
dihisap menggunakan pre-filter, lalu akan ditiupkan menggunakan
filter udara dengan efisiensi tinggi yang disebut HEPA (High
Efficiency Particulate Air Filter) untuk menghasilkan udara yang
bersih dengan distribusi udara yang seragam (Ramdhani &
Supriyatna, 2023).
3. Ruang kultur
Rak kultur digunakan untuk meletakkan botol-botol berisi
eksplan hasil inokulasi. Peletakan rak dalam ruangan kultur
jaringan sangat penting karena dapat memengaruhi kondisi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dikultur. Beberapa
faktor yang harus diperhatikan adalah suhu dan cahaya. Suhu ruang
kultur harus dipertahankan dalam skala 20-24°C karena
morfogenesis dalam kultur umumnya terjadi pada kisaran suhu
tersebut sehingga diperlukan AC untuk mempertahankan suhu
ruang (Park, 2021). Rak harus diletakkan sedemikian rupa
sehingga tanaman yang dikultur mendapatkan pencahayaan yang
cukup. Jika ruangan tidak memiliki pencahayaan alami yang
memadai, maka lampu tumbuh (grow lights) harus dipasang dan
ditempatkan dengan baik di atas rak. Lampu tumbuh (grow lights)
dapat disesuaikan untuk memberikan spektrum cahaya yang
optimal untuk pertumbuhan tanaman, termasuk cahaya biru dan
merah yang sangat penting untuk fotosintesis (Zakiyah et al.,
2023).
e. Jelaskan cara kerja dan fungsi autoklaf dan LAF!
Dalam sterilisasi juga digunakan alat yang dikenal dengan autoklaf
adalah autoklaf yang berfungsi untuk sterilisasi dengan uap panas
bertekanan. Autoklaf digunakan untuk mensterilisasi alat-alat gelas,
kayu, plastik, larutan dan medium yang tidak tahan terhadap suhu
tinggi. Autoklaf juga dapat digunakan untk melisiskan mikroba.
Adapun bagian-bagian dari autoklaf adalah panic luar, panic dalam
untuk meletakkan alat dan saluran uap, bagian penutup terdiri dari
penunjuk tekanan dan saluran uap, terdapat katup dan pengunci
(Azizah et al., 2020). Untuk mematikan spora diperlukan panas basah
selama 15 menit pada suhu 121℃. Prinsip kerja alat ini berasal dari
tekanan uap air yang dihasilkan dari memanaskan air dalam autoklaf.
Tekanan uap merupakan tindakan sterilisasi yang sangat efektif
karena dapat merubah panas uap menjadi air. Menurut Patil et al.
(2020) bahwa autoklaf digunakan terutama untuk membunuh
endospora, Suhu didalamnya dapat mencapai 115 °C hingga 125 °C
dan tekanan uapnya mencapai 2 - 4 atm. Ketika suhu sudah cukup
tinggi, uap air akan mendorong udara melalui katup. Setelah udara
sudah tergantikan dengan uap, tekanan dalam alat akan bertambah.
Pada saat tersbeut proses sterilisasi akan dimulai.
Laminar Air Flow (LAF) merupakan untuk menanam eksplan ke
dalam botol dalam kondisi steril dan alat ini letaknya di dalam ruang
penabur. Prinsip kerja alat ini udara steril akan ditiupkan secara
kontinu agar terbebas dari spora yang mungkin jatuh atau debu dan
mengalirkan arus udara melalu saringan yang besar dengan ukuran
mesh 0,22-0,24 mikron. Aliran udara akan dihisap menggunakan pre-
filter, lalu akan ditiupkan menggunakan filter udara dengan efisiensi
tinggi yang disebut HEPA (High Efficiency Particulate Air Filter)
untuk menghasilkan udara yang bersih dengan distribusi udara yang
seragam (Ramdhani & Supriyatna, 2023). Menurut Jain et al. (2023),
bahwa laminar air flow ini untuk menanam eksplan ke dalam botol
dalam kondisi steril atau pemindahan tanaman dari sutu botol ke botol
yang lain dalam kultur jaringan dengan melakukan sub kultur yang
dilengkapi dengan blower dan lampu UV. Serta bekerja dengan
meniupkan udara steril agar terbebas dari kontaminan, serta
dilengkapi dengan sinar uv untuk mematikan mikroba.

D. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum kultur jaringan
acara 1 mengenai pengenalan laboratorium dan alat berupa:
a. Pengenalan ruang dan alat laboratorium kultur jaringan sangat
diperlukan sebelum dilakukannya praktikum untuk menghindari
kesalahan, meminimalkan risiko kontaminasi, dan menjaga
keamanan pekerjaan di laboratorium.
b. Ruangan dalam laboratorium kultur jaringan dibagi menjadi tiga
yaitu ruang preparasi, ruang menanam, dan ruang inkubasi. Ketiga
ruangan tersebut memiliki alat-alat yang menunjang fungsi setiap
ruang.
c. Autoklaf terdapat di ruang persiapan guna mensterilisasi dengan
uap dan tekanan tinggi, sedangkan laminar air flow terletak di
ruang penanaman sebagai tempat inokulasi eksplan.
Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya dapat dijelaskan lebih rinci
tentang cara menggunaan dan alasan peletakan alat praktikum seperti
lampu di ruangan inkubasi.
DAFTAR PUSTAKA

Andriani, D., & Heriansyah, P. 2021. Identifikasi Jamur Kontaminan pada


Berbagai Eksplan Kultur Jaringan Anggrek Alam (Bromheadia
finlaysoniana (Lind.) Miq. Agro Bali: Agricultural Journal, 4(2), 192-199.

Azizah, M., Lingga, L. S., & Rikmasari, Y. 2020. Uji aktivitas antibakteri
kombinasi ekstrak etanol daun seledri (Apium graviolens L.) dan madu
hutan terhadap beberapa bakteri penyebab penyakit kulit. Jurnal Penelitian
Sains, 22(1), 37-44.

Clare, S., & Rowley, S. 2018. Implementing the Aseptic Non Touch Technique
(ANTT®) clinical practice framework for aseptic technique: a pragmatic
evaluation using a mixed methods approach in two London hospitals.
Journal of infection prevention, 19(1), 6-15.

Emda, A. 2017. Laboratorium sebagai sarana pembelajaran kimia dalam


meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kerja ilmiah. Lantanida
journal: 5(1), 83-92. DOI: 10.22373/lj.v5i1.2061

Gupta, N., Jain, V., Joseph, M. R., et al. 2020. A review on micropropagation
culture method. Asian Journal of Pharmaceutical Research and
Development, 8(1), 86-93.
https://doi.org/https://doi.org/10.22270/ajprd.v8i1.653

Habibah NA, Rahayu ES, & Anggraito YU. 2021. Buku Ajar Kultur Jaringan
Tumbuhan. Yogyakarta (ID):Deepublish.

Harahap F, Hasanah A, Insani, et al. 2019. Kultur jaringan nanas. Surabaya (ID):
Media Sahabat Cendekia.

Hariyadi, H., Kamil, M., & Ananda, P. 2020. Sistem Pengecekan pH Air Otomatis
Menggunakan Sensor pH Probe Berbasis Arduino Pada Sumur Bor. Rang
Teknik Journal, 3(2), 340-346.https://doi.org/10.31869/rtj.v3i2.1930
Irawati, W. 2021. Praktikum sederhana di rumah tentang pengaruh penggunaan
Hand Sanitizer terhadap keberadaan koloni bakteri di tangan. Jurnal
Pendidikan Biologi Undiksha, 8(3), 126-137.

Jain, A., Gulati, A., Mittal, K. R., et al. 2023. Cell Culture Laboratory. Animal
Cell Culture: Principles and Practice, 11-52.

Jufriyah, J., Mar'ah, I., & Isharyudono, K. 2019. Pemeliharaan dan penyimpanan
peralatan laboratorium kimia. Jurnal Pengelolaan Laboratorium
Pendidikan, 1(1), 26-32.DOI: https://doi.org/10.14710/jplp.1.1.26-32

Kurnianingsih R, Ghazali M, Rosidah, et al. 2020. Pelatihan Teknik Dasar Kultur


Jaringan Tumbuhan. JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri): 4(5), 888-896.
DOI: 10.31764/jmm.v4i5.3049

Lase, N. K. 2020. Analisis Pengetahuan Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi


IKIP Gunungsitoli Tentang Peralatan Laboratorium dan Fungsinya.
DIDAKTIK: Jurnal Ilmiah Pendidikan, Humaniora, Sains dan
Pembelajarannya, 14(1), 2377-2386.

Lestari, N. K. D., Deswiniyanti, N. W., Astarini, I. A., et al. 2019. Bioteknologi In


Vitro Lili. Yogyakarta: Deepublish.

Lin, J. Y., Tsai, H. L., & Lyu, W. H. 2021. An integrated wireless multi-sensor
system for monitoring the water quality of aquaculture. Sensors, 21(24),
8179.https://doi.org/10.3390/s21248179

Nasution, N. H., & Nasution, I. W. 2022. Induksi Kalus Manggis (Garcinia


mangostana L.): Sebuah Teknik dalam Kultur Jaringan Tanaman.
Pekalongan: Penerbit NEM.

Nugraha, A., Priyulida, F., & Putra, E. 2022. Perancangan Autoclave Berbasis
Sistem Monitoring. JURNAL TEKNOLOGI KESEHATAN DAN ILMU
SOSIAL (TEKESNOS), 4(1), 239-247.
Otsetov AG. 2020. Importance of Laboratory Techniques. J Clin Chem Lab Med.
3:146. DOI: 10.35248/clinical-chemistry-laboratory-medicine.20.3.146

Park, S. 2021. ‘Setup of a tissue culture laboratory’, Plant Tissue Culture, pp. 25–
31. https://doi.org/10.1016/B978-0-12-821120-5.00002-X

Patil, S., Kazi, D. M., Shidhore, D. A., et al. 2020. Compliance Of Sterilization
And Disinfection Protocols In Dental Practice - A Review To Reconsider
Basics. International Journal of Recent Scientific Research. Vol. 11 (4),
38050-38051.

Patra, J. K., Das, G., Das, S. K., et al. 2020. General Guidelines of Laboratory
Safety, Calculations Used in Laboratory Experiments, and Basic
Laboratory Glassware and Instruments. A Practical Guide to
Environmental Biotechnology, 1-35. https://doi.org/10.1007/978-981-15-
6252-5_1

Phillips, G. C., & Garda, M. 2019. Plant tissue culture media and practices: an
overview. In Vitro Cellular & Developmental Biology-Plant, 55, 242-257.

Radhina, A., Shari, A., & Arianto, S. 2022. MODUL PRAKTIKUM


INSTRUMEN MEDIA DAN REAGENSIA. Aceh: Yayasan Penerbit
Muhammad Zaini.

Ramdhani, M. N., & Supriyatna, A. (2023). Identifikasi Tata Ruang dan


Pengenalan Alat-Alat Di Laboratorium Mikrobiologi. Jurnal Penelitian
Teknologi Informasi dan Sains, 1(2), 41-49.

Rathnamali, K. G. A. 2022. Dissection of Laboratory Animal and Sample


Collection for Histology. International Journal of Scientific and Academic
Research (IJSAR), eISSN: 2583-0279, 2(3), 1-12.

Sukweenadhi, J., Hardjo, P. H., Kartini, K., et al. 2022. Propagasi Massal dan
Standarisasi Kultur Jahe Merah (Zingiber officinale var. Rubrum) dengan
teknik Kultur Jaringan Tanaman. 20 Desember 2022. LPPM UBAYA.
Zakiyah, E., Prihandono, T., & Yushardi, Y. 2023. PENGARUH DAYA LAMPU
ULTRAVIOLET LIGHT EMITTING DIODE (LED) GROWTH
TERHADAP PERTUMBUHAN FISIKA TANAMAN SELADA SISTEM
HIDROPONIK. JURNAL PEMBELAJARAN FISIKA, 12(2), 68-
75.https://doi.org/10.19184/jpf.v12i2.38754

Anda mungkin juga menyukai