Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

KULTUR JARINGAN
ACARA 1
PENGENALAN LABORATORIUM KULTUR JARINGAN DAN PERALATAN
PENDUKUNG

Nama : Isna Laila Nur R. M.


NIM : 1610401044
Kelompok : Teknologi Kultur Jaringan-B
Asisten : Suci Rahayu S.

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR
2018
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kultur jaringan tanaman merupakan suatu teknik perbanyakan tanaman
secara vegetatif. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman
dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang
dilakukan di tempat yang steril. Melakukan kegiatan kultur jaringan diperlukan ruang dan
peralatan. Ukuran ruang yang diperlukan dapat disesuaikan dengan volume aktivitas
kultur jaringan yang akan dilakukan. Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan di
laboratorium memerlukan perlakuan khusus sesuai sifat dan karakteristik masing-masing.
Perlakuan yang salah dalam membawa, menggunakan dan menyimpan alat dan bahan di
laboratorium dapat menyebabkan kerusakan alat dan bahan, terjadinya kecelakaan kerja
serta dapat menimbulkan penyakit.
Pengenalan alat merupakan langkah pertama sebelum kita melakukan percobaan atau
penelitian karena dengan mengenal alat, kita dapat mengetahui fungsi masing-masing
bagian dari alat tersebut serta cara pengoprasian atau penggunaan alat-alat yang akan
digunakan dalam praktikum. Selain pengetahuan pemahaman akan alat, kita juga dituntut
untuk terampil dalam alat-alat yang kita gunakan. Penggunaan alat-alat laboratorium
merupakan suatu cara untuk mengetahui nama dan fungsi alat-alat laboratorium.
Pengenalan alat-alat di laboratorium kita dapat mengetahui berbagai macam alat yang
terdapat di laboratorium. Selain itu kita juga dapat meminimalisir resiko kesalahan kerja
pada saat melakukan percobaan

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dilaksanakannya praktikum ini yaitu :
1.2.1 Mahasiswa mengetahui dan mengenal laboratorium kultur jaringan.
1.2.2 Mahasiswa mengetahui cara dan fungsi alat-alat laboratorium kultur jaringan

1.3 Manfaat Praktikum


Manfaat yang diharapkan setelah mengikuti praktikum ini yitu mahasiswa mampu
menggunakan alat-alat kultur jaringan yang berada di laboratorium serta mahasiswa dapat
mengenal alat-alat yang ada di Laboratorium In Vitro serta fungsi dan cara penggunaannya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Kultur jaringan adalah salah satu metode yang digunakan dalam pengembangan
Bioteknologi Tumbuhan. Metode ini merupakan prosedur pemeliharaan dan pertumbuhan
jaringan tanaman (sel, kalus, protoplas) serta organ (batang, akar, embrio) pada kultur aseptis
(in vitro). Metode kultur jaringan diantaranya digunakan untuk perbanyakan tanaman,
modifikasi genotip (plant breeding), produksi metabolit sekunder, pemeliharaan plasma
nutfah, penyelamatan embrio (embryo rescue) (Hartmann dkk., 1997). Menurut Pierik
(1977), ada beberapa kelebihan metode kultur jaringan dibandingkan metode yang lain yaitu :
1. Metode perbanyakan lebih cepat dibandingkan metode yang lain.

2. Metode ini digunakan untuk perbanyakan tanaman yang sulit diperbanyak dengan
metode konvensional.
3. Tanaman hasil kultur jaringan mempunyai jaringan yang lebih kuat dibandingkan
metode yang lain.
4. Dapat digunakan untuk memperoleh tanaman yang bebas penyakit dan tidak terbatas
oleh musim dalam pelaksanaanya.
Prinsip dasar kultur jaringan adalah teori totipotensi bahwa setiap sel mempunyai
kemampuan untuk tumbuh menjadi individu baru jika berada pada lingkungan yang sesuai.
Kondisi lingkungan untuk kultur jaringan harus terkontrol baik dari segi suhu, kelembaban
dan cahaya. Selain kondisi lingkungan yang terkontrol, suplai nutrisi dan penambahan zat
pengatur tumbuh juga sangat penting
Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan terdiri dari ruangan-ruangan yang dipisahkan
berdasarkan fungsinya, yaitu ruang persiapan (preparation area), ruang penanaman (transfer
area), ruang pertumbuhan (growing area). Seberapapun luasnya laboratorium, ketiga ruang
tersebut harus ada. Ketiga ruang di atas juga harus terpisah dari kebun bibit dan green house
untuk menghindari masuknya kontaminasi ke dalam ruang kultur. Kebersihan lantai, meja
dan kursi harus terus dijaga secara intensif (Hartman dkk, 1997).
1. Ruang Persiapan (preparation area)
Ruang persiapan merupakan ruangan yang mempunyai 3 fungsi dasar yaitu untuk
membersihkan alat-alat (alat-alat gelas seperti petri, botol, dll), persiapan dan
sterilisasi media, dan penyimpanan alat-alat gelas. Sebuah bak untuk mencuci yang
dilengkapi dengan kran untuk aliran air mengalir juga diperlukan untuk
membersihkan alat-alat berbahan gelas. Selain itu diperlukan meja yang permukaanya
dilapisi dengan bahan yang mudah dibersihkan (Hartman dkk, 1997).
2. Ruangi Penanaman (Transfer area)
Ruang penanaman merupakan ruang yang digunakan untuk isolasi, inokulasi dan
subkultur (penjarangan) pada kondisi steril yang di dalamnya terdapat lemari kaca
atau kabinet yang disebut Laminar Airflow (LAF). Laminar Airflow ini digunakan
untuk pemotongan eksplan, melakukan penanaman dan subkultur. Akan tetapi jika
tidak ada LAF yang memadai, tahap isolasi (pemotongan eksplan) dapat dilakukan di
antara kertas saring steril. Sangat dianjurkan untuk menggunakan jas laboratorium
yang bersih selama tahap persiapan dan mensterilkan tangan dengan alkohol 96%.
Alat-alat seperti scalpel, gunting dan alat-alat inokulasi lainnya harus disterilkan
dengan alkohol 96% dan dilanjutkan dengan pemanasan di atas api bunsen. Lampu
ultraviolet (UV) juga digunakan untuk mensterilkan ruang, sebelum LAF digunakan
(Pierik, 1987).
3. Ruang pertumbuhan atau Inkubasi (Growing area)
Growing area merupakan ruang pertumbuhan atau ruang penyimpanan hasil kultur
pada kondisi cahaya dan temperatur yang terkontrol. Ruang pertumbuhan ini terdiri
dari rakrak yang biasanya terbuat dari kaca dan digunakan untuk meletakkan botol-
botol kultur setelah proses penanamanan pada ruang isolasi di dalam LAF. Rak-rak
yang digunakan untuk inkubasi dilengkapi dengan lampu neon di atasnya sebagai
sumber cahaya. Sedangkan ruang pertumbuhan dalam kultur jaringan dilengkapi
dengan Air conditioner (AC) untuk mengontrol suhu ruang (Pierik, 1987)
Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan di laboratorium memerlukan
perlakuan khusus sesuai sifat dan karakteristik masing-masing.Perlakuan yang salah dalam
membawa, menggunakan dan menyimpan alat dan bahan di Laboratorium dapat
menyebabkan kerusakan alat dan bahan, terjadinya kecelakaan kerja serta dapat
menimbulkan penyakit.Cara memperlakukan alat dan bahan di Laboratorium secara tepat
dapat menentukan keberhasilan dan kelancaran kegiatan. Alat-alat yang diperlukan dalam
metode kultur jaringan tumbuhan yaitu pH meter, autoclave, laminar air flow (LAF), Hot
plate dan magnetic stire, timbang analitik, mikropipet, mikroskop, vortex, dan shaker (Edhi,
2013).
Adapun gambaran secara sederhana proses kultur jaringan tanaman sampai akhirnya
menjadi tanaman yang lengkap dan dapat dipindahkan ke medium tanah atau medium bukan
artifisial lainnya. Secara garis besar meode perbanyakan tanaman secara kultur jaringan
terdiri atas empat tahapan, yaitu seleksi dan penyiapan kultur aseptic, multiplikasi kultur,
regenerasi plantlet, aklimatisasi, dan pemindahan ke tanah. Dalam tahapan seleksi dan
penyiapan kultur aseptic dilakukan pengambilan bahan awal dan penanamannya pada
medium in vitro yang sesuai. Setelah diperoleh tunas pada tahapan pertama, dilakukan
multiplikasi kultur untuk mendapatkan tunas-tuans baru dalam jumlah lebih banyak. Tunas-
tunas baru hasil perbanyakan kemudian dipindahkan ke medium yang khusus dibuat untk
menginduksi pembentukan akar sehingga akhirnya terbentuk plantlet yang lengkap. Planlet
yang terbentuk selaniutnya diadaptasi dengan lingkungan alami sebagi persiapan untuk
dipindahkan dan ditanam di tanah atau lapangan (Yuwono, 2008).
BAB 3
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat pelaksanaan praktikum
Praktikum pengenalan laboratorium kultur jaringan dan peralatan pendukung
dilaksanakan pada pukul 07.00-09.00 pada hari jumat, 12 Oktober 2018, bertempat di
Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Tidar.

3.2 Alat dan bahan


Alat-alat yang diperkenalkan pada praktikum pengenalan alat yaitu pH meter,
autoclave, laminar air flow (LAF), Hot plate dan magnetic stire, timbang analitik,
mikropipet, mikroskop, vortex, shaker dan lsptop.

3.3 Cara kerja


Cara kerja pada praktikum ini yaitu mahasiswa melakukan pengamatan beberapa alat
yang berada di praktikum untuk digunakan sebagai referensi, selanjutnya mahasiswa
dipersilakan untuk mencari fungsi serta cara penggunaan alat-alat kultur jaringan, hasil
yang sudah didapatkan diajukan pada asisten dosen.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 pH meter
pH meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur tingkat keasaman atau
jugakebasaan yang terkandung dalam suatu zat. pH meter ini merupakan sebuah
alatelektronik yang digunakan untuk mengukur pH (keasaman atau kebasaan) dari suatu
cairan. pH meter digunakan untuk menentukan konsentrasi ion H+ dan ion OH- dalam
larutan (Ady, 2017).
Peralatan ini, disediakan itu hati-hati digunakan dan
dikalibrasi, mengukur keasaman larutan berair. Nilai pH
berkisar dari 0 hingga 14. Suatu larutan dikatakannetral
apabila memiliki nilai pH = 7. Nilai pH > 7 menunjukkan
bahwa larutan memilikisifat basa, sedangkan nilai pH < 7
menunjukkan larutan memiliki sifat asam. Nilai pH =
7dikatakan netral karena pada air murni ion H+ terlarut dan
ion OH- terlarut (sebagai tandakebasaan) berada pada jumlah
yang sama yaitu 10-7 pada kesetimbangan (Ady, 2017).
 Fungsi : Untuk mengukur drajat keasaman dalam suatu larutan
 Cara Kerja :
Sebelum digunakan pH meter dipastikan sudah dikalibrasi terlebih dahulu.
Sehingga untuk mengukur derajad keasaman yaitu dengan cara :
1. Sediakan larutan yang akan dicari derajad keasamannya
2. Sebelum diukur, pastikan suhu larutan itu sama dengan suhu larutan yang
dikalibrasi sebelumnya.
3. Buka penutup elektroda, bersihkan dengan air dulu, lalu keringkan elektroda
memakai tisu.
4. Hidupkan pH meter dan masukkan elektroda ke larutan sampel yang diukur.
Lalu putar elektroda agar larutan menjadi homogen
5. Teruskan dengan menekan tombol MEAS untuk mengukur. Sementara itu,
pada display muncul tulisan HOLD yang berkedip. Tunggu saja sampai tulisan
berhenti berkedip
6. Setelah itu, angka pH akan muncul dilayar. Pengukuran selesai dan pH meter
bisa dimatikan (Ady, 2017).
4.2 Autoclave
Alat pemanas tertutup yang digunakan untuk
mensterilisasi suatu benda menggunakan uap bersuhu
dan bertekanan tinggi (1210C, 15 lbs) selama kurang
lebih 15 menit. Penurunan tekanan pada autoklaf tidak
dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme,
melainkan meningkatkan suhu dalam autoklaf
(Anonim, 2018).
 Fungsi : Sebagai alat untuk
mensterilisasi media, aquades, botol kultur dan alat-alat kecil lainnya yang tahan
panas seperti pinset, gunting, scapel, spatula, dan lain-lain. Ada dua macam jenis
autoklaf, yakni menggunakan kompor dan listrik. Perbedaan dari keduanya hanya
dari sumber tenaga (power) yang digunakan, namun prinsip kerjanya sama
(Dwiyani, 2017).
 Cara Kerja :
1. Alat/bahan yang akan disterilisasi dibungkus dengan kertas atau plastik yang
tahan panas.
2. Alat/bahan tersebut diletakkan dalam sarangan (panci autoklaf), sementara di
bawah sarangan diberi air.
3. Tutup autoklaf ditutup rapat katup dibiarkan terbuka dan dihubungkan dengan
sumber tenaga.
4. Autoklaf kompor dipanaskan diatas kompor, yang dengan listrik dihubungkan
dengan sumber listrik.
5. Setelah beberapa lama, uap akan keluar dari katup, sebagai penanda bahwa air
didalamnya sudah panas dan mendidih. Katup ditutup agar tekanan dan suhu
di dalam autoklaf dapat naik dengan cepat. Dalam kurun waktu itu, uap panas
di dalam autoklaf akan memanaskan dan mematikan mikroorganisme yang
ada.
6. Setelah mencapai waktu yang dibutuhkan, autoklaf dilepaskan dari sumber
tenaga (kompor/listrik).
7. Selanjutnya katup dibuka secara perlahan, agar suhu turun secara perlahan
pula.
8. Tutup autoklaf boleh dibuka jika suhu/tekanan sudah mencapai nol.

9. Selanjutnya, alat/bahan didalamnya dapat dikeluarkan secara hati-hati. Perlu


diperhatikan bahwa pembukaan tutup autoklaf yang dilakukan sebelum
suhu/tekanan mencapai nol dapat menyebabkan air meluap keluar dan sangat
berbahaya bagi pengguna (Dwiyani, 2017).
4.3 Laminar Air Flow (LAF)
 Fungsi : Kabinet yang digunakan untuk
isolasi, inokulasi dan subkultur. Laminar air-flow
cabinet ini harus steril dan bebas dari debu yang
dilengkapi dengan UV, lampu neon dan blower.
Kabinet ini dapat diganti dengan enkas (kotak
tertutup yang terbuat dari kaca atau triplek dengan
permukaan licin putih (Sugiyarto, 2013).
 Cara Kerja :
1. Sebelum memakai alat LAF, spray chamber
kerja terlebih dahulu menggunakan alkohol 70% secukupnya
2. Hidupkan UV lamp selama 20 menit
3. Setelah 20 menit matikan lampu UV lamp dan hidupkan TL lamp
4. Hidupkan Exhaust menggunakan dimmer dengan skala penuh, supaya isap
dorong lebih sempurna
5. Mulailah bekerja dengan hati-hati
6. Setelah bekerja matikan exhaust sampai pada posisi off
7. Bersihkan meja kerja dan matikan lampu TL

8. Hidupkan kembali UV lamp selama 20 menit untuk mensterilkan chamber


LAF (Anonim, 2017).
4.4 Hot Plate dan Magnetic stire
Hotplate merupakan alat untuk mencampur dan memasak media kultur.Hotplate
digunakan untuk memasak segala macam bahan nutrisi dengan
melibatkan pengaduk dan pemanas.Pengadukan dan pemanas yang
dihasilkan oleh alat ini bersumber pada energi listrik. Besarnya
kecepatan pengaduk dan pemanasan dapat diatur berdasarkan
keperluan (Suryowinoto,1991).

 Fungsi : Hot plate dan Stirrer bar (magnetic


stirrer) berfungsi untuk menghomogenkan suatu larutan
dengan pengadukan. Pelat (plate) yang terdapat dalam alat
ini dapat dipanaskan sehingga mampu mempercepat proses homogenisasi
(Suryowinoto,1991).
 Cara Kerja :
1. Hotplate
a. Tancapkan kabel power ke sumber listrik.
b. Aktifkan hotplate dengan menekan tombol ON/OFF.
c. Atur suhu yang diinginkan dengan memutar tombol pengaturan suhu
d. Suhu tersebut akan muncul pada display
e. Setiap nilai yang ditetapkan akan dipertahankan apabila perangkat
dimatikan atau terputus dari hubungan listrik.
2. Stirrer
a. Atur putaran yang diinginkan dengan memutar tombol pengaturan
kecepatan (No.4) dari 0 hingga 1500 rpm.
b. Setiap nilai yang ditetapkan akan dipertahankan apabila perangkat
dimatikan atau terputus dari hubungan listrik (Anonim, 2016).

4.5 Timbangan Analitik


Timbangan Analitik, yaitu jenis timbangan yang bekerja
secara elektronik dengan tenaga listrik. Umumnya
timbangan ini menggunakan arus lemah dan indikatornya
berupa angka digital pada layar bacaan. Neraca analitik
mempunyai ketelitian yang tinggi, karena sampai 4 desimal
di belakang koma (Sudarmadji, 2005).

 Fungsi : digunakan untuk menimbang


benda atau zat yang membutuhkan ketelitian yang
tinggi (Sudarmadji, 2005).
 Cara Kerja :
1. Nolkan terlebih dulu neraca tersebut

2. Letakkan zat yang akan ditimbang pada bagian timbangan

3. Baca nilai yang tertera pada layar monitor neraca

4. Setelah digunakan, nolkan kembali neraca tersebut (Sudarmadji, 2005).

4.6 Mikropipet
Mikropipet merupakan alat yang memiliki banyak pilihan
kapasitas dalam mikropipet, misalnya mikropipet yang dapat
diatur volume pengambilannya (adjustable volume pipette)
antara 1-20 μl atau mikropipet yang tidak bisa diatur
volumenya, hanya tersedia satu pilihan volume (fixed volume
pipette) misalnya mikropipet 5 μl.
 Fungsi : alat untuk memindahkan cairan yang bervolume cukup kecil,
biasanya kurang dari 1.000 μl
 Cara Kerja :
1. Sebelum digunakan Thumb Knob sebaiknya ditekan berkali-kali untuk
memastikan lancarnya mikropipet.
2. Tip bersih dimasukkan ke dalam Nozzle/ujung mikropipet.
3. Thumb Knob ditekan sampai hambatan pertama/first stop, jangan ditekan lebih
ke dalam lagi.
4. Tip dimasukkan ke dalam cairan sedalam 3-4 mm.
5. Tahan pipet dalam posisi vertikal kemudian tekanan dari Thumb Knob
dilepaskan maka cairan akan masuk ke tip.
6. Ujung tip dipindahkan ke tempat penampung yang diinginkan.
7. Thumb Knob ditekan sampai hambatan kedua/second stop atau tekan
semaksimal mungkin maka semua cairan akan keluar dari ujung tip.
8. Jika ingin melepas tip putar Thumb Knob searah jarum jam dan ditekan maka
tip akan terdorong keluar dengan sendirinya, atau menggunakan alat tambahan
yang berfungsi mendorong tip keluar (Widodo, 2013).

4.7 Mikroskop
Mikroskop merupakan salah satu alat yang penting pada kegiatan laboratorium sains,
khususnya biologi. Mikroskop merupakan alat bantu yang
memungkinkan kita dapat mengamati obyek yang
berukuran sangat kecil (mikroskopis). Hal ini membantu
memecahkan persoalan manusia tentang organisme yang
berukuran kecil.
 Fungsi : Fungsi utamanya adalah untuk
melihat dan mengamati objek dengan ukuran sangat
kecil yang tidak bisa dilihat dengan mata terbuka.
Fungsi lainnya dari mikroskop tetap akan berakar
pada fugsi utamanya, bedanya beberapa jenis mikroskop dibuat untuk fungsi yang
lebih detail, contohnya ada jenis mikroskop yang dibuat hanya untuk mengamati
satu jenis objek mikroskopis saja (Ahmad, 2018).
 Cara Kerja :
1. Keluarkan mikroskop dari lemari penyimpanan dengan hati-hati, salah satu tangan
memegang lengan mikroskop sedangkan tangan yang lainnya menyangga kaki
mikroskop. Lihat gambar cara memegang mikroskop.
2. Letakkan mikroskop di atas meja kerja, tetapi jangan terlalu ke tepi. Posisi
mikroskop yang baik adalah jika meja benda dan cermin di bawahnya langsung
berhadapan tidak terlalu dekat ke arah sumber cahaya (lampu) yang terdapat pada
meja kerja
3. Periksalah kelengkapan bagian mikroskop anda.

4. Naikkan tabung (turunkan meja benda) dengan menggunakan Pengatur Kasar


sehingga lensa objektif tidak membentur meja jika revolver diputar.
5. Putarlah revolver dan pilih objektif lemah sampai terdengar bunyi “klik” yang
menandakan bahwa tabung dari lensa okuler sampai lensa objektif telah lurus.
6. Bukalah diafragma dan putarlah cermin sehingga posisi cermin dapat
menghasilkan cahaya pantul yang merata. Jika lensa okuler dan objektif kelihatan
berkabut gunakan lap flanel atau kertas lensa menurut gerakan melingkar dengan
tekanan lemah. Bila masih kabur laporkan kepada asisten.
7. Perhatikan keterangan asisten untuk mengenal bagian-bagian mikroskop.

8. Mikroskop dikembalikan ke dalam lemari setelah digunakan, dalam kondisi bersih


dan lensa objektif berada pada pembesaran terkecil (5×) (Anonim, 2017)..

4.8 Vortex
Vortex Mixer adalah alat sederhana yang umumnya digunakan di laboratorium untuk
menghomogenkan (mencampurkan) larutan dalam wadah kecil. Wadah kecil yang
dimaksud di sini biasanya ependorf, tabung sentrifuse, falkon, tabung reaksi, dan lain-lain
(Afi, 2018).
 Fungsi : Alat ini sering digunakan
untuk mencampurkan reagen untuk uji aktivitas
enzim (misalnya). Jadi setelah memasukan
buffer, substrat, dan enzim, digunakan Vortex
untuk mencampurkan itu semua sebelum
diinkubasi di Waterbath. Sedangkan dalam
laboratorium analitik, alat ini biasa digunakan
untuk mencampurkan sampel penelitian. Alat
ini terdiri dari motor listrik dengan poros
penggerak yang diorientasikan secara vertikal
dan menempel pada potongan karet yang
dipasang sedikit di luar pusat. Adapun prinsip Vortex Mixer adalah motor
menjalankan potongan karet berosilasi dengan cepat dalam gerakan melingkar
(Afi, 2018).
 Cara Kerja :
Penggunaan vortex umumnya yaitu: (Afi, 2018).
1. Sambungkan kabel ke sumber listrik.
2. Tekan saklar di posisi 'ON'.
3. Atur kecepatan putaran sesuai keinginan. Nanti alatnya akan mulai berputar
secara kontinyu.
4. Pegang sampel dalam wadah yang kuat, kemudian tempelkan (tekan) ke
bagian Vortex Mixer yang berputar, bisa di tengah atau di samping, untuk
menghomogenkan larutan yang ada di dalamnya.

4.9 Shaker
Shaker adalah alat yang digunakan untuk
mengaduk atau mencampur suatu larutan dengan
larutan yang lain sehingga bersifat homogen dengan
gerakan satu arah. Alat ini biasanya digunakan di
laboratorium. Alat ini sangat penting mengingat
didalam laboratorium sering kali di gunakan untuk
praktikum yang banyak melakukan kegiatan
pencampuran larutan. Pencampuran larutan jika
dilakukan secara manual akan kurang efisien dalam
waktu maupun tenaga (Rais, 2017).
 Fungsi : Alat penggojog botol kultur dan digunakan untuk mengocok
eksplan yang ditanam pada media kultur cair (Rais, 2017).
 Cara Kerja :
Cara Menggunakan Shaker : (Rais, 2017).
1. Hubungkan arus listrik .

2. Nyalakan alat dengan menaikkan tombol power yang berada tepat dibagian
depan alat.
3. Letakkan tabung reaksi yang ingin dihomogenkan di wadah tabung reaksi
yang berada tepat dibagian atas alat
4. Atur kecepatan homogenisasi dengan memutar tombol SPEED sambil
memegang tabung reaksi
5. Diamkan sampai sampel terlihat homogen
BAB 5
KESIMPULAN
1. Kultur jaringan tanaman merupakan suatu teknik perbanyakan tanaman
secara vegetatif
2. Prinsip dasar kultur jaringan adalah teori totipotensi bahwa setiap sel mempunyai
kemampuan untuk tumbuh menjadi individu baru jika berada pada lingkungan yang
sesuai.
3. Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan terdiri dari ruangan-ruangan yang
dipisahkan berdasarkan fungsinya, yaitu ruang persiapan (preparation area), ruang
penanaman (transfer area), ruang pertumbuhan (growing area).
4. Alat-alat yang diperlukan dalam metode kultur jaringan tumbuhan yaitu pH meter,
autoclave, laminar air flow (LAF), Hot plate dan magnetic stire, timbang analitik,
mikropipet, mikroskop, vortex, dan shaker.
DAFTAR PUSTAKA
Ady. 2017. PH Meter : pengertian, Asal Usul, Cara Kerja, Fungsi, Harga Jual.
https://www.tocanalyzer.net/2017/01/ph-meter-pengertian-asal-usulcara-
kerja.html . Diakses pada Hari Selasa, 16 Oktober 2017. Pukul 20.46 WIB.
Afi. 2018. Prinsip, Fungsi, dan Cara Menggunakan Vortex Mixer yang Benar.
https://www.kimiafi.com/2018/02/prinsip-fungsi-dan-cara-menggunakan-
vortex-mixer.html. Diakses pada hari Selasa, 16 Oktober 2018. Pukul 20.58.
Ahmad, Dadan. 2018. Fungsi Mikroskop. https://www.sridianti.com/apakah-fungsi-
mikroskop.html. Diakses pada hari Selasa, 16 Oktober 2018. Pukul 20.44.
Anonim. 2016. Instruksi Kerja Alat Hotplate Stirrer Velp Arec. Universitas Brawijaya.
Malang
Anonim. 2017. Modul 1 : Mikroskop. http://biologi.unsyiah.ac.id/wp-
content/uploads/2016/05/1.-MODUL-I-Mikroskop.pdf. Diakses pada Hari Selasa,
16 October 2018. Pukul 20.37.
Anonim. 2017. Modul 1 : Mikroskop. http://biologi.unsyiah.ac.id/wp-
content/uploads/2016/05/1.-MODUL-I-Mikroskop.pdf. Diakses pada Hari Selasa, 16
October 2018. Pukul 20.37.
Anonim. 2018. Autoklaf. https://www.alatuji.com/index.php?/article/detail/82/tahukah-
anda-apa-itu-autoclave- . Diakses pada Hari Selasa, 16 Oktober 2018. Pukul 22.13
WIB.
Dwiyani Rindang, dkk. 2017. Modul Praktikum Perbanyakan dengan Teknik Kultur Jaringan.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/85c8db717e66295fb77df36d
5808a78b.pdf . Diakses pada Hari Selasa, 16 Oktober 2018. Pukul 21.17 WIB.
Edhi Sandra .2013. Cara Mudah Memahami dan Menguasai Kultur Jaringan. IPB Press.
Hartmann, H.T., D.E. Kester, F.T. Davies Jr., and R.L. Geneve. 1997. Plant Propagation:
Principle And Practices. Sixth Ed.
Koesmadji Wirjosoemarto, dkk. Tth. Teknik Laboratorium. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.
Pierik, R.M.L. 1987. In Vitro Culture of Higher Plants. Martinus Nijhoff Publishers.
Dordrecht.The Netherlands.
Rais, Arif A. 2017. Fungsi Shaker. https://www.labsmk.com/2017/01/fungsi-shaker.html.
Diakses pada hari Selasa, 16 October 2018. Pukul 21.15.
Sudarmadji, (2005), Penuntun Dasar-Dasar Kimia. Lepdikbud. Jakarta.
Sugiyarto. 2013. Pengenalan Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Pembuatan Media dan
Metode Sterilisasi. Jurnal Biologi FMIPA UNY.
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132326898/pengabdian/pengenalan-lab-kuljar.pdf .
Diakses pada Hari Selasa, 16 oktober 2018. Pukul 22.23

Anda mungkin juga menyukai