Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN

ACARA II
PEMBUATAN MEDIA

Disusun oleh:
Nama : Annisa Ratna Hakim
NPM : 1710401041
Kelompok : B5
Asisten : Marcella Peni Puspita

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kultur jaringan pada tanaman adalah perbanyakan tanaman secara vegetatif, salah
satunya adalah menggunakan suatu bagian tanaman dalam bentuk daun, batang, akar,
dan lain lain, yang dapat dikulturkan dalam suatu kondisi yang aseptic. Dalam
pelaksaan kultur jaringan, salah satu teknik yang digunakan adalah teknik in vitro.
Kultur in vitro dilakukan di dalam sebuah wadah kaca dan diberi nutrisi yang
berisi media dan kandungan unsur hara makro serta mikro. Teknik in vitro digunakan
karena pada bidang pertanian, budidaya secara konvensional media pasir banyak
terkendala dalam bidang agroklimatnya, seperti terkena hujan, serangan pathogen, dan
hama penyakit, selain itu tanaman yang dihasilkan sifatya tidak selalu sama dengan
induknya. Maka dari itu media yang ada di dalam kultur in vitro berfungsi
menggantikan fungsi tanah sebagai media bagi tanaman, dan pemberian nutrisi,
vitamin, garam mineral, juga diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman yang
diinginkan. Laboratorium, lingkungan, serta media di sekitar tanaman yang akan
dikulturkan harus steril dan aseptic, sehingga tanaman terhinda dari kontaminasi
virus, bakteri, dan jamur yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.
Alat-alat yang digunakan dalam laboratorium memerlukan perlakuan khusus, dan
penggunaannya sesuai petunjuk supaya dapat menentukan keberhasilan dari kultur
jaringan. Jika kita salah menggunakan alat alat atau terjadi kecelakaan kerja, seperti
kerusakan alat, maka tanaman yang dikulturkan dalam kultur in vitro tidak dapat
tumbuh dengan baik. Sehingga diperlukan pengetahuan mengenai berbagai peralatan
yang akan digunakan dalam kultur in vitro.

1.2.Tujuan
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa dapat mengetahui, memahami dan
menggunakan alat-alat yang terdapat di laboratorium kultur in vitro, dan mengetahui
fungsi-fungsi alat yang terdapat di laboratorium kultur in vitro.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Di dalam memulai melakukan kegiatan kultur jaringan diperlukan ruang dan


peralatan. Ukuran ruang yang diperlukan dapat disesuaikan dengan volume aktivitas kultur
jaringan yang akan dilakukan. Ruang yang diperlukan untuk kegiatan kultur jaringan yaitu
laboratorium yang ideal yang memiliki: 1.) Ruang persiapan yang di dalamnya terdapat
timbangan analitik, lemari pendingin, hotplate, mikrowave, oven, pH meter, alat-alat gelas
standar (labu takar, pipet volume, erlenmeyer, gelas piala, batang pengaduk dari gelas, dan
wadah kultur), alat untuk mencuci (washtaple), lemari untuk alat dan bahan kimia, sentrifuse,
fumehood, destilator, dan kereta dorong; 2.) Ruang transfer yang di dalamnya terdapat
laminar air flow, dissecting, mikroskop, alat diseksi, lemari tempat penyimpanan alat-alat
steril, dan timbangan kecil. 3.) Ruang kultur yang dilengkapi dengan rak kultur dan lampu
fluorescent, timer untuk mengatur lama penyinaran, AC untuk mengontrol temperatur,
mikroskop binokuler, dan shaker (Barahima, 2011).
Melakukan kegiatan kultur jaringan diperlukan ruang dan peralatan. Ukuran ruang
yang diperlukan dapat disesuaikan dengan volume aktivitas kultur jaringan yang akan
dilakukan. Ruang yang diperlukan untuk kegiatan kultur jaringan yaitu laboratorium yang
ideal yang memiliki ruang persiapan yang di dalamnya terdapat timbangan analitik, lemari
pendingin, hotplate, mikrowave, oven, pH meter, alat-alat gelas standar (labu takar, pipet
volume, erlenmeyer, gelas piala, batang pengaduk dari gelas dan wadah kultur), alat untuk
mencuci (washtaple), lemari untuk alat dan bahan kimia, sentrifuse, fumehood, destilator dan
kereta dorong, ruang transfer yang di dalamnya terdapat laminar air flow, dissecting,
mikroskop, alat diseksi, lemari tempat penyimpanan alat-alat steril dan timbangan kecil,
ruang kultur yang dilengkapi dengan rak kultur dan lampu fluorescent, timer untuk mengatur
lama penyinaran, AC untuk mengontrol temperatur, mikroskop binokuler dan shaker
(Barahima, 2011).
Peralatan yang mutlak dimiliki untuk memulai melakukan kegiatan kultur jaringan
yaitu timbangan analitik, destilator, pH meter, autoklaf, laminar air flow dan gelas-gelas
standar. Peralatan ini kemungkinan dapat menimbulkan resiko pada pemakainya atau
menimbulkan kerusakan apabila salah prosedur dalam mengoperasikannya (Barahima, 2011).
Perlengkapan dan sarana yang digunakan pada percobaan kultur jaringan tanaman
meliputi (1) Sterilisasi, alat yang digunakan adalah lemari aliran udara laminari atau ruang
kecil (catatan: lemari ini tersedia dalam berbagai ukuran, dan dapat diletakkan di tempat
yang diperlukan tanpa diperlukan tanpa perlu ruang khusus untuk itu. Kipas angin pada
lemari ini seringkali dijalankan terus menerus dan pra filter diganti atau dibersihkan sebulan
sekali), Otoklaf, Oven untuk sterilisasi kering (sebaiknya ada tetapi tidak muklat),
Perlengkapan untuk sterilisasi dengan penyaringan, Radas penyulingan air dan atau
pembebas mineral air murni, (2) Kultur alat yang diperlukan adalah Ruang kultur dan atau
kotak berpengatur suhu (Catatan: baik terang ataupun gelap terus-terusan sama baiknya untuk
pertumbuhan sel. Umumnya cahaya yangdipancarkan dari lampu neon yang dingin dan putih
pada 25 W.m2 sudah mencukupi. Lampu ini dapat ditambah dengan bola lampu pijar. Atau,
dapat dipaki lampu Gro-Lux yang berspektur luas sebagi ganti lampu neon dan lampu pijar),
Rak (Rak dari kawat kasa yang kaku memungkinkan aliran udara sebanyak-banyaknya dan
naungan sekecil-kecilnya), Pengocok (Yang lebih baik adalah model putar. Bentuk ini
tersedia dari ukuran kecil untuk diletakkan di atas meja (ukuran meja) sampai ukuran besar
untuk ditempatkan di lantai), (3) Alat yang lainnya adalah Pisau klinis, tang dan pembakaran
Bunsen. Botol, cawan petri untuk kultur agar. Lebih cocok digunakan botol gelas dan cawan
petri plastic sekali pakai yang disterilkan lebih dahulu. Labu kultur, botol Delong mempunyai
beberapa keunggulan dibandingkan botol lainnya seperti labu Erlenmeyer, yang mempunyai
leher sehingga cenderung mengumpulkan debu. Sumbat, dapat digunnakan sumbat busa.
Sumbat kapas yang dibungkus dengan kain kasa tipis tidaklahmahal, tidak berubah bentuk
dalam pemanasan dengan autoclave dan dapat digunakan berulang-ulang. Pipet, tersedia pipet
steril sekali-pakai, tetapi lebih baik digunakan pepet gelas sengan ujung yang dapat
dilepaskan. Lemari pendingin dan pembeku (Yuwono, 2008).
Pada dasarnya setiap alat memiliki nama yang menunjukkan kegunaan alat, prinsip
kerja atau proses yang berlangsung ketika alat digunakan. Beberapa kegunaan alat dapat
dikenali berdasarkan namanya. Penamaan alat-alat yang berfungsi mengukur biasanya
diakhiri dengan kata meter seperti thermometer, hygrometer dan spektrofotometer, dll. Alat-
alat pengukur yang disertai dengan informasi tertulis, biasanya diberi tambahan grap seperti
thermograph, barograph (Yulita, 2012).
Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan di laboratorium memerlukan
perlakuan khusus sesuai sifat dan karakteristik masing-masing. Perlakuan yang salah dalam
membawa, menggunakan dan menyimpan alat dan bahan di laboratorium dapat menyebabkan
kerusakan alat dan bahan, terjadinya kecelakaan kerja serta dapat menimbulkan penyakit.
Cara memperlakukan alat dan bahan di laboratorium secara tepat dapat menentukan
keberhasilan dan kelancaran kegiatan. Adapun perlakuan terhadap alat-alat di laboratorium
seperti membawa alat sesuai petunjuk penggunaan, menggunakan alat sesuai petunjuk
penggunaan, menjaga kebersihan alat dan menyimpan alat (Yuwono, 2008).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum dilaksanakan pada tanggal 18 Oktober 2019 di Laboratorium L2.02,
Fakultas Pertanian, Universitas Tidar.

3.2 Alat-alat
Laminar Air Flow-Cabinet, autoklaf, oven, sentrifuga, shaker, hot plate,
hemositometer, timbangan elektrik, disceting kit, Erlenmeyer, gelas piala, gelas ukur,
corong, jarum infeksi, pipet, pengaduk, pinset, scalpel, lampu spiritus, dan sprayer.

3.3 Cara Kerja


Cara kerja yang dilakukan dalam praktikum kultur jaringan mengenai alat alat kultur
in vitro ini yaitu menyiapkan alat yang akan digunakan kemudian mengamati alat alat
kultur jaringan beserta fungsinya, kemudian mengambil gambar alat alat tersebut.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
No Nama Alat Gambar Alat
1 Laminar Air Flow-Cabinet

2 Autoklaf

3 Oven

4 Sentrifuga

5 Shaker
6 Hot plate

7 Hemositometer

8 Timbangan elektrik

9 Disceting kit

10 Erlenmeyer

11 Gelas Piala
12 Gelas Ukur

13 Corong

14 Jarum injeksi

15 Pipet

16 Pengaduk

17 Pinset

18 Scalpel
19 Lampu spiritus

20 Sprayer

4.2 Pembahasan
Di dalam laboratorium terdapat alat alat laboratorium yang digunakan dalam kultur
jaringan in vitro, diantaranya adalah:
Pada gambar nomer 1, alat ini diberi nama Laminar Air Flow Cabinet, karena
meniupkan udara steril secara kontinue melewati tempat kerja sehingga tempat kerja
bebas dari, debu dan spora-spora yang mungkin jatuh kedalam media, waktu pelaksanaan
penanaman. Aliran udara berasal dari udara ruangan yang ditarik ke dalam alat melalui
filter pertama (pre-filter), yang kemudian ditiupkan keluar melalui filter yang sangat halus
yang disebut HEPA (High efficiency Particulate Air Filter), dengan menggunakan
blower. Fungsi laminar air flow ini untuk menanam eksplan ke dalam botol dalam kondisi
steril atau melakukan sub kultur yang dilengkapi dengan blower dan lampu UV (
Wetherel, D. F. 1982 ).
Pada gambar nomer 2, autoklaf adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat
dan bahan yang digunakan dalam mikrobiologi menggunakan uap air panas bertekanan.
Tekanan yang digunakan pada umumnya 15 Psi atau sekitar 2 atm dan dengan suhu
121oC (250oF). Jadi, tekanan yang bekerja ke seluruh permukaan benda adalah 15 pon
tiap inchi (15 Psi = 15 pounds per square inch). Lama sterilisasi yang dilakukan biasanya
15 menit untuk 121oC.
Menurut Widodo (2013), cara penggunaan autoklaf yaitu sebagai berikut.
a. Sebelum melakukan sterilisasi cek dahulu banyaknya air dalam autoklaf. Jika air
kurang dari batas yang ditentukan maka dapat ditambah air sampai batas tersebut.
Gunakan air hasil destilasi, untuk menghindari terbentuknya kerak dan karat.
b. Masukkan peralatan dan bahan. Jika mensterilisasi botol bertutup ulir maka tutup
harus dikendurkan.
c. Tutup autoklaf dengan rapat lalu kencangkan baut pengaman agar tidak ada uap
yang keluar dari bibir autoklaf. Klep pengaman jangan dikencangkan terlebih
dahulu.
d. Autoklaf dinyalakan, diatur timer dengan waktu minimal 15 menit pada suhu
121oC.
e. Ditunggu sampai air mendidih sehingga uapnya memenuhi kompartemen autoklaf
dan terdesak keluar dari klep pengaman. Kemudian klep pengaman ditutup
(dikencangkan) dan ditunggu sampai selesai. Penghitungan waktu 15 menit
dimulai sejak tekanan mencapai 2 atm.
f. Jika alarm tanda selesai berbunyi maka tunggu tekanan dalam kompartemen turun
hingga sama dengan tekanan udara di lingkungan (jarum pada preissure gauge
menunjuk ke angka nol). Kemudian klep pengaman dibuka dan keluarkan isi
autoklaf dengan hati-hati.
Pada gambar nomer 3, alat tersebut dinamakan oven yang digunakan untuk
mensterilkan alat-alat yang tahan terhadap panas tinggi, misalnya cawan petri, tabung
reaksi, erlenmeyer dan sebagainya (Hadieutomo, 2005). Cara menggunakan alat ini
adalah sebagai berikut:
- Masukkan alat-alat yang akan di sterilisasi
- Sambungkan oven dengan listrik
- Setel waktu dan suhunya
- Biarkan beberapa saat sesuai dengan waktu yang di tentukan
- Bila sudah selesai, oven dapat dibuka dan alat-alat tersebut dapat disterilkan
Pada gambar nomer 4, alat tersebut dinamakan sentrifuga, sentrifuga adalah alat untuk
memisahkan slurry (padatan dalam cairan) atau campuran cair – cair yang memiliki
massa jenis berbeda secara pendorong, prosesnya disebut sentrifugasi. Sentrifuga yang
digunakan dalam percobaan ini adalah disc bowl yang beroperasi secara batch. Alat ini
terdiri dari piringan – piringan berbentuk mangkok tersusun membentuk satu kesatuan.
Tiap piringan terdapat lubang kecil ditengah untuk jalannya umpan, sedangkan piringan
mangkok membentuk celah sebagai jalan keluar untuk masing – masing cairan yang
mengandung berat jenis berbeda setelah dikenai gaya sentrifugal. Perolehan dari masing –
masing celah akan terkumpul dan keluar dari dua jalan yang berbeda (Jobsheet, 2012).
Pada gambar nomer 5, alat tersebut dinamakan shaker merupakan alat penggojok
yang putarannya dapat diatur menurut kemauan kita. Penggojok ini dapat digunakan
untuk keperluan menumbuhkan kalus pada eksplan anggrek atau untuk membentuk
protokormusatau yang sering disebut PLB (Protocorm Like Bodies) dari kalus berbagai
macam jaringan tanaman (Irianto, 2007).
Pada gambar nomer 6, alat tersebut dinamakan Hot plate dan Stirrer bar (magnetic
stirrer) berfungsi untuk menghomogenkan suatu larutan dengan pengadukan. Pelat (plate)
yang terdapat dalam alat ini dapat dipanaskan sehingga mampu mempercepat proses
homogenisasi. Pengadukan dengan bantuan batang magnet Hot plate dan magnetic stirrer
seri SBS-100, misalnya mampu menghomogenkan sampai 10 L, dengan kecepatan sangat
lambat sampai 1.600 rpm dan dapat dipanaskan sampai 425oC (Barahima, 2011).
Pada gambar nomer 7, alat tersebut dinamakan Hemasitometer adalah suatu ruang
kaca dengan sisi yang menjulang dan kaca penutup yang akan menahan cairan tepat 0,1
mm dari atas lantai ruang kaca. Hemasitometer dapat dilakukan secara mikroskopis untuk
menghitung jumlah bakteri dalam satuan isi yang sangat kecil. Nama lain dari
hemasitometer adalah Petroff-Hauser Chamber. Cara menghitung jumlah sel adalah
dengan penghitung coulter (coulter counter). Ruang hitung memiliki total luas permukaan
9 mm2 (Yustiah, 2011).
Pada gambar nomer 8, alat tersebut dinamakan timbangan analitik berfungsi
menimbang berat sampai satuan milligram. Kebutuhan mikronutrien dan hormon pada
umumnya berkedar sangat kecil. Oleh karena itu, untuk mempersiapkannya seringkali
dibuat dalam bentuk pengenceran dari suatu larutan yang pekat dan diukur dengan pipet.
Tindakan ini dimaksudkan untuk memudahkan atau mengurangi pekerjaan menimbang
berat dengans satuan yang sangat kecil, disamping untuk mengurangi kemungkinan
terjadinya kesalahan (Suryati dkk., 2009).
Pada gambar nomer 9, Menurut Widodo (2013), disceting kit terdiri atas : pinset,
gunting, skalpel, tangkai pisau, pisau steril, jarum bertangkai lurus dan bengkok, kaca
pembesar, spatula, dan lain-lain.
Fungsi :
Pinset : menjepit bahan yang diambil
Gunting : menggunting eksplan
Skalpel : memotong eksplan
Tangkai jarum + pisau steril : memotong eksplan
Jarum bertangkai : memegang eksplan saat pemotongan
Kaca pembesar : melihat obyek yang kecil supaya lebih besar dan jelas
Spatula : mengambil eksplan yang kecil
Pada gambar nomer 10, menurut Widodo (2013), labu erlenmeyer berfungsi untuk
menampung larutan, bahan, atau cairan. Labu Erlenmeyer dapat digunakan untuk meracik
dan menghomogenkan bahan-bahan komposisi media, menampung akuades, dan kultivasi
mikroba dalam kultur cair. Terdapat beberapa pilihan berdasarkan volume cairan yang
dapat ditampungnya, yaitu 25 ml, 50 ml, 100 ml, 250 ml, 300 ml, 500 ml, dan 1.000 ml.
Pada gambar nomer 11, gelas piala digunakan untuk mengukur dan mencampurkan
bahan-bahan yang akan dianalisa di laboratorium. Tingkat ketelitian beaker glass untuk
mengukur volume hanya dalam akurasi 10%. Gelas beaker kebanyakan terbuat dari kaca
berosilikat, meski bahan lainnya dapat digunakan. Bagian bawah datar dan cerat akan
membuat bagian dari gelas stabil di bangku laboratorium atau hotplate. Pun mudah untuk
menuangkan cairan tanpa membuat berantakan serta mudah dalam membersihkan gelas
(Irianto, 2007).
Pada gambar nomer 12, gelas ukur berguna untuk mengukur volume suatu cairan,
seperti labu erlenmeyer. Gelas ukur memiliki beberapa pilihan berdasarkan skala
volumenya. Pada saat mengukur volume larutan, sebaiknya volume tersebut ditentukan
berdasarkan meniskus cekung larutan (Widodo, 2013).
Pada gambar nomer 13, alat tersebut dinamakan corong. Corong adalah alat
laboratorium berbentuk kerucut dan terdapat bagian seperti tabung yang sempit. Corong
digunakan untuk memindahkan larutan dan atau menyaring yang biasanya menggunakan
kertas saring (Wardiyah, 2016).
Pada gambar nomer 14, jarum injeksi digunakan untuk mengambil larutan stok dalam
pembuatan media atau memasukkan larutan enzim dalam perkerjaan isolasi protoplas
ataupun untuk keperluan yang lain. Jarum injeksi ada yang terbuat dari plastic dan ada
pula yang terbuat dari kaca. Jarum injeksi yang terbuat dari plastik harganya lebih murah
sehingga lebih banyak digunakan dalam pelaksanaan kultur jaringan, selain itu ada jarum
injeksi yang terbuat dari kaca yang disterilkan dalam autoklaf dan digunakan untuk alat
penyaring (Suryati dkk., 2009).
Pada gambar nomer 15, pipet digunakan untuk mengambil supernatant (larutan)
protoplas atau untuk menambahkan bahan kimia misalnya KOH, HCl, atau untuk
keperluan lainnya. Pipet yang baik adalah yang karetnya terbuat dari silikon, karena karet
jenis ini tidak mudah kendor apabila disterilkan (Suryati dkk., 2009)
Pada gambar nomer 16, pengaduk yang digunakan dalam kultur jaringan biasanya
terbuat dari kaca atau pirex sehingga dapat dipanaskan dengan autoklaf. Alat ini
digunakan untuk mengaduk bahan kimia atau ahar sebagai pemadat medium, supaya
mudah larut. Pemgaduk ini dapat juga untuk melembutkan kalus yang akan digunakan
dalam isolasi protoplas (Suryati dkk., 2009).
Pada gambar nomer 17, pinset digunakan untuk memegang untuk memegang atau
mengambil irisan eksplan atau untuk menanam eksplan. Teknik penanaman eksplan harus
diusahakan agar ujung pinset tidak mengenai media untuk menghindari kontaminasi
(Suryati dkk., 2009).
Pada gambar nomer 18, scalpel atau pisau dua macam, yaitu scalpel biasa yang dapat
dipakai seterusnya (selalu disterilkan dalam autoklaf) dan scalpel blits. Scalpel jenis blits
ini pisaunya dapat dipasang menurut ukuran yang dikehendaki, tangkainya dapat
disterilkan dengan autoklaf, sedangkan mata pisaunya sekali pakai. Scalpel digunakan
untuk mengiris eksplan atau bahan isolasi protoplas karena membutuhkan irisan yang
sangat tipis (Suryati dkk., 2009).
Pada gambar nomer 19, lampu spiritus digunakan untuk sterilisasi disceting kit atau
scalpel dan pinset di dalam laminar air flow atau di dalam entkas, digunakan pada saat
kita melakukan penanaman (Suryati dkk., 2009).
Pada gambar nomer 20, sprayer digunakan untuk sterilisasi ruangan atau botol
eksplan yang akan dimasukkan ke dalam ruangan penabur. Bahan kimia yang digunakan
adalah alkool 90% (Suryati dkk., 2009).
BAB V
KESIMPULAN

Kesimpulan dari praktikum “Pengenalan Alat-Alat Laboratorium Kultur In Vitro”


adalah:
1. Alat alat yang digunakan dalam laboratorium kultur in vitro memiliki berbagai bentuk
dan fungsi, diantaranya Laminar Air Flow-Cabinet, autoklaf, oven, sentrifuga, shaker,
hot plate, hemositomer, timbangan elektrik, disceting kit, Erlenmeyer, gelas piala,
gelas ukur, corong, jarum infeksi, pipet, pengaduk, pinset, scalpel, lampu spiritus, dan
sprayer.
2. Fungsi dari masing masing alat berbeda beda, Laminar Air Flow-Cabinet untuk
menanam eksplan ke dalam botol, autoklaf mensterilkan berbagai macam alat dan
bahan, oven mensterilkan alat-alat yang tahan terhadap panas tinggi, sentrifuga
memisahkan slurry (padatan dalam cairan) atau campuran cair. Shaker menumbuhkan
kalus pada eksplan, hot plate menghomogenkan suatu larutan dengan pengadukan,
hemasitometer menghitung jumlah bakteri dalam satuan isi yang sangat kecil,
disceting kit terdiri atas : pinset, gunting, skalpel, tangkai pisau, pisau steril, jarum
bertangkai lurus dan bengkok, kaca pembesar, spatula, dan lain-lain, Labu Erlenmeyer
menampung larutan, bahan, atau cairan, gelas piala mengukur dan mencampurkan
bahan-bahan, gelas piala, gelas ukur, dan corong sebagai wadah larutan, jarum injeksi
dan pipet untuk mengambil larutan, pengaduk sebagai pengaduk larutan, pinset
digunakan untuk memegang dan mengambil larutan, scalpel digunakan mengiris
eksplan, lampu spiritus dan sprayer digunakan untuk sterilisasi.
DAFTAR PUSTAKA

Barahima, Abbas. 2011. Prinsip dasar teknik kultur jaringan. Penerbit Alfabeta: Bandung.
Hadieutomo, R. S. 2005. Mikrobiologi Dasar dalam Teknik dan Prosedur Dasar
Laboratorium. Penerbit Gramedia: Jakarta.
Irianto, Koes. 2007. Mikrobiologi. Penerbit Yrama Widya: Bandung
Jobsheet. 2012. Petunjuk Praktikum Satuan Operasi 1. Jurusan Teknik Kimia Politeknik
Negeri Sriwijaya: Palembang
Suryati, Emma, Sulaeman, Andi Parenrengi, dan Rosmiayo. 2009. Teknik Perbanyakan
Benih Rmput Laut, Gracillaria verrucosa Melalui Teknik Kultur Jaringan. Pusat
Riset Perikanan Budidaya: Jakarta.
Widodo, Lestanto Unggul. 2013. Praktikum Mikribiologi. Universitas Terbuka: Tangerang.
Yulita. 2012. Pengenalan Alat Laboratorium Bioteknologi. Fakultas Pertanian. Universitas
Hasanuddin: Makassar.
Yustiah. 2011. Teknik Penyimpanan dan Pemeliharaan Mikroba. Balai Penelitian
Bioteknologi Tanaman Pangan: Bogor.
Yuwono, Triwibowo. 2008. Bioteknologi Pertanian. Universitas Gadjah Mada Press:
Yogyakarta.
Wardiyah. 2016. Praktikum Kimia Dasar. Universitas Brawijaya: Malang
Wetherel, D.F. 2008. Propagasi Tanaman Secara In Vitro. Avery Publishing Group Inc: New
Jersey.

Anda mungkin juga menyukai