ACARA 2
PEMBUATAN MEDIA
Disusun oleh:
Nama : Annisa Ratna Hakim
NPM : 1710401041
Kelompok : B5
Asisten : Marcella Peni Puspita
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah setelah mengikuti praktikum mahasiswa dapat
mempraktekkan cara pembuatan media
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4.1 Media MS
Merupakan perbaikan komposisi media Skoog, terutama kebutuhan garam anorganik
yang mendukung pertumbuhan optimum pada kultur jaringan tembakau. Media MS
mengandung 40 mM N dalam bentuk NO3 dan 29 mM N dalam bentuk NH4+. Kandungan
N ini, lima kali lebih tinggi dari N total yang terdapat pada media Miller, 15 kali lebih
tinggi dari media tembakau Hildebrant, dan 19 kali lebih tinggi dari media White. Kalium
juga ditingkatkan sampai 20 mM, sedangkan P, 1.25 mM. Unsur makro lainnya
konsentrasinya dinaikkan sedikit. Pertama kali unsur-unsur makro dalam media MS dibuat
untuk kultur kalus tembakau, tetapi komposisi MS ini sudah umum digunakan untuk kultur
jaringan jenis tanaman lain. Media MS paling banyak digunakan untuk berbagai tujuan
kultur pada tahun-tahun sesudah penemuan media MS, sehingga dikembangkan media-
media lain berdasarkan media MS tersebut, antara lain media :
a. Lin & Staba, menggunakan media dengan setengah dari komposisi unsur makro MS,
dan memodifikasi : 9 mM ammonium nitrat yang seharusnya 10 mM, sedangkan
KH2 PO4 yang dikurangi menjadi 0.5 Mm, tidak 0.625 mM. Larutan senyawa makro
dari media Lin & Staba, kemudian digunakan oleh Halperin untuk penelitian
embryogenesis kultur jaringan wortel dan juga digunakan oleh Bourgin & Nitsch dalam
penelitian kultur anther.
b. Modifikasi media MS yang lain dibuat oleh Durzan et alI (1973 dalam Gunawan 1988)
untuk kultur suspensi sel white spruce dengan cara mengurangi konsentrasi K+ dan
NO3-, dan menambah konsentrasi Ca2+ nya.
c. Chaturvedi et al (1978) mengubah media MS dengan menurunkan konsentrasi NO3-,
K+, Ca2+, Mg2+ dan SO4-2 untuk keperluan kultur pucuk Bougainvillea glabra
(Metwali, E., O. Al-Maghrabi, 2012).
Senyawa-senyawa di dalam media MS dapat terjadi pengendapan persenyawaan, ini
terlihat jelas pada media cair. Kebanyakan dari persenyawaan yang mengendap adalah
fosfat dan besi, kemudian dalam jumlah yang lebih sedikit adalah Ca, K, N, Zn dan Mn.
Senyawa paling sedikit adalah senyawa yang mengandung unsur C, Mg, H, Si, Mo, S, Ca
dan Co. Setelah tujuh hari dibiarkan, maka kira-kira 50% dari Fe dan 13% dari PO4+,
mengendap. Pengendapan unsur-unsur tersebut mungkin tidak penting, karena unsur-unsur
tersebut masih tersedia bagi jaringan tanaman dan pengaruh pengendapannya belum
diketahui. Untuk mengatasi pengendapan Fe, Dalton dan grupnya menganjurkan supaya
konsentrasi Fe dikurangi sampai 1/3 dengan EDTA yang tetap (Metwali, E., O. Al-
Maghrabi, 2012).
4.2 Hormon/ZPT
Auksin digunakan secara luas dalam kultur jaringan untuk merangsang pertumbuhan
kalus, akar, suspensi sel dan organ (Gunawan, 1992) Contoh hormon kelompok auksin
adalah 2,4 Dikloro Fenoksiasetat (2,4-D), Indol Acetid Acid (IAA), Naftalen Acetid Acid
(NAA), atau Indol Buterik Asetat (IBA). Golongan sitokinin berperan untuk menstimulus
pembelahan sel dan merangsang pertumbuhan tunas pucuk. Menurut golongan ini sangat
penting dalam pengaturan pembelahan sel dan morfogenesis. Sitokinin yang biasa
digunakan dalam kultur jaringan adalah kinetin, ziatin, benzilaminopurine (BAP). Dan
giberelin untuk diferensiasi atau perbanyakan fungsi sel, terutama pembentukan kalus.
Hormon kelompok giberelin adalah GA3, GA2, dan GA1 (Kadhimi, Ahsan, et al. 2014).
Pembuatan media kultur dilakukan dengan cara memipet larutan stok yang sebelumnya
sudah dibuat dan disimpan di lemari pendingin. Larutan stok tersebut dipipet sesuai dengan
menggunakan rumus pengenceran kemudian diencerkan (yang sebelumnya terlebih dahulu
telah dideretkan di atas meja secara berurutan mulai dari larutan stok A-H) ke dalam gelas
piala berukuran 1L. Pemipetan dilakukan secara berurutan untuk menghindari terjadi reaksi
kimia antar larutan yang dapat menyebabkan penurunan atau degradasi maupun reaksi
penggaraman yang akan berakibat pada ketidaktersediaa unsur tumbuh untuk petumbuhan
eksplan. Konsentrasi larutan yang digunakan sesuai dengan konsentrasi pada formulasi
media MS. Larutan yang telah berada didalam beacker gelas kemudian diencerkan dengan
ditambah air sebanyak 800 ml dulu dan sukrosa sebanyak 20 g. Gula berfungsi ganda di
dalam media yaitu berfungsi sebagai sumber energi, dan sebagai penyeimbang tekanan
osmotik media. Kemudian dipanaskan dengan menggunakan hot plate magnetic stearer.
Hal tersebut dilakukan supaya sukrosa cepat larut. Setelah sukrosa larut kemudian larutan
tersebut baru ditambahkan air sampai volumenya menjadi 1 L, pemanasan tetap terus
dilakukan. Kemudian kita mengukur pH larutan menggunakan pH meter. pH larutan yang
dianjurkan adalah berkisar anatara 5,8-6,0. Apabila pH larutan di bawah 5,8 maka
dilakukan penambahan NaOH setetes demi setetes sampai pH naik sekitar 5.8. Apabila pH
di atas 6.0 maka dilakukan penambahan KCl setetes demi setetes sampai pH turun pada
kisaran tersebut. Sel-sel tanaman membutuhkan pH yang sedikit asam berkisar antara 5.5-
5.8. Sekalipun media sudah ditetapkan, seringkali setelah sterilisasi pH-nya berubah
(Metwali, E., O. Al-Maghrabi, 2012).
Kesimpulan dari praktikum ini adalah cara pembuatan media kultur dilakukan dengan cara
memipet larutan stok yang sebelumnya sudah dibuat dan disimpan di lemari pendingin. Larutan
stok tersebut dipipet sesuai dengan menggunakan rumus pengenceran kemudian diencerkan.
Langkah pertama adalah menyiapkan erlenmeyer kapasitas 1 liter yang bersih dan steril,
menimbang 1650 mg NH4NO3, 1900 mg KNO3, 370 mg MgSO4 – 2H2O, 170 mg KH2PO4,
melarutkan dalam 400 ml akuades, menambahkan Mikronutrien 1 ml, mrnambahkan Fe-
EDTA 2 H2O 1 ml, menambahkan stok vitamin dan mionositol 2ml, menambahkan
gula/sukrosa 30 g, gula berfungsi ganda di dalam media yaitu berfungsi sebagai sumber energi,
dan sebagai penyeimbang tekanan osmotik media. menambahkan agar powder 8 g,
menambahkan akuades 600 ml, mengaduk sampai rata sambil dipanaskan sampai mendidih
sehingga semua bahan terlarut, mengukur pH 5,7-5,8, membagi media menjadi 4 bagian
masing-masing 250 ml, dan memberikan label sebagai penanda. Sekalipun media sudah
ditetapkan, seringkali setelah sterilisasi pH-nya berubah.
DAFTAR PUSTAKA