Anda di halaman 1dari 7

PERAN MIKROBIA DALAM MENDUKUNG PRODUKSI FITOHORMON

GIBERELIN
1Yayan Rifa’i W.R., 2Annisa Ratna H., 3Dandhy Lutsfi Y., 4Nurul Wulandari.,
5Annisa Rizmayanti
11710401038., 217104010., 31710401044., 41710401049., 517104010

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian


Universitas Tidar

I. PENDAHULUAN
Tumbuhan mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan, dimana
pertumbuhan merupakan pertambahan jumlah dan ukuran yang bersifat irreversible
atau tidak dapat kembali ke asal. Sedangkan perkembangan merupakan diferensiasi
sel menuju keadaan yang lebih dewasa. Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya keadaan lingkungan, gen, enzim dan
hormon.

Hormon tumbuhan (fitohormon) merupakan senyawa yang diperlukan untuk


membantu pertumbuhan tanaman, senyawa ini diperlukan untuk mengatur
pertumbuhan dan perkembangan. Menurut Baca & Elmerich (2003), fitohormon
merupakan substansi organik yang disintesis pada organ-organ tertentu dan dapat
ditranslokasikan pada bagian lain dalam tanaman. Selain diproduksi oleh tanaman,
beberapa bakteri dan fungi tanah juga mampu menghasilkan fi tohormon (Baca &
Elmerich, 2003). Hormon-hormon tersebut mengendalikan (trigger) tanggapan spesifi
k melalui proses biokimia, fisiologis dan morfologis. Fitohormon juga aktif pada
bagian organ tempat senyawa tersebut disintesis. Senyawa tersebut juga disebut
sebagai zat pengatur tumbuh (plant growth regulators) (Baca & Elmerich 2003).
Menurut Javid et al. (2011), fitohormon berperan penting dalam mengendalikan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman ketika mereka berada pada konsentrasi
yang sangat rendah, adapun pada konsentrasi yang tinggi senyawa ini akan bersifat
racun.

Hormon yang mampu mendukung pertumbuhan tanaman ialah auksin,


sitokinin, IAA dan giberelin. Menurut (Rao, 2007), Hormon giberelin merupakan
hormon yang mampu menanggulangi dormansi dan kekerdilan pada tanaman. Selain
itu hormon tersebut mampu menginduksi beberapa tanaman yang peka terhadap
fotoperiodisitas dan tanaman lain yang tergantung pada dinginnya temperatur. Peran
lain ialah menyumbang pembangunan zat buah. Serta maampu merangsang
pertumbuhan batang dan pada saat yang bersamaan menekan pertumbuhan cabang
laateral. Menurut Kukerja et al. (2004), auksin, giberelin dan sitokinin merupakan
aktivator pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Hormon giberelin terletak pada biji, akar, daun dan bunga. Produksi paling
besar terdapat pada akar dan daun muda. Akan tetapi banyak digunakan di batang dan
daun. Selain secara alami dapat ditemukan ditanaman, giberelin mampu didapatkan di
pasaran untuk tujuan eksperimen dan komersial. Selain itu ketersediaan produksi
giberelin mampu ditingkatkan dengan bantuan mikrobia.
Berdasarakan hal tersebut, maka bermaksud membuat kajian ini yang berjudul
“Peran Mikrobia Dalam Mendukung Produksi Fitohormon Giberelin” untuk
menganalisis berbagai mikrobia yang mampu mendukung produksi hormon giberelin.
Sehingga dapat memberikan manfaat dan mendukung pertumbuhan serta
perkembangan tanaman.

II. ISI

Gliberelin

Giberelin adalah asam diterpenoid tetracyclic yang terlibat dalam sejumlah


proses perkembangan dan fisiologis pada tanaman (Crozier et al. 2000). Proses ini
meliputi perkecambahan biji, bibit munculnya, batang dan pertumbuhan daun, induksi
bunga dan bunga dan pertumbuhan buah (Sponsel, 2003). Giberelin juga terlibat
dalam promosi pertumbuhan akar, kelimpahan akar rambut, penghambatan
diferensiasi tunas bunga angiospermae, kayu, regulasi vegetatif dan reproduktif
dormansi tunas dan penundaan penuaan di banyak organ dari berbagai spesies
tanaman.
Giberelin adalah produk penting dalam bioteknologi yang mempunyai nilai
ekonomi tinggi, banyak digunakan dalam bidang pertanian, pembibitan, pemeliharaan
anggur, dan industri bir (Bandelier & Renaud 1997). Giberelin adalah senyawa
organik kelompok diterpenoid, tersusun dari unit isopren yang terdiri atas 5 atom
karbon dengan struktur cincin tulang hidrokarbon (giberelin). Biosintesis giberelin
melalui jalur asam mevalonat (Gomi & Matsuoka 2003).
Secara historis, giberelin ditemukan dalam budaya filtrat dari jamur Fusarium
moniliforme (Gibberella fujikuroi dalam bentuk seksual) pada tahun 1926 di Jepang
oleh Kurosawa (Tamura, 1990 ). Dan struktur kimianya sebagian dijelaskan 10 tahun
kemudian (Yabuta dan Sumiki 1938, dikutip dalam Tamura 1990 ). Tanaman yang
terinfeksi jamur tersebut akan menunjukan gejala abnormal yaitu tumbuhan menjadi
lebih tinggi dari tumbuhan normal. Jamur tersebut menghasilkan senyawa aktif
berupa giberelin. Terdapat dua fase giberelin dalam tumbuhan, yaitu giberelin aktif
(GA Bioaktif) dan giberelin nonaktif. Giberelin aktif berfungsi untuk mengatur
pertumbuhan dan perkembangan bagian-bagian tumbuhan mulai dari biji hingga
dewasa. Giberelin ini merangsang pertumbuhan primer pada tumbuhan.

Giberelin berperan mengendalikan pemanjangan batang dan mengatur proses


reproduksi pada tumbuhan. Pada beberapa spesies tumbuhan kandungan giberelin
pada suhu rendah akan memacu pembungaan dan perkecambahan biji. Peranan
giberelin juga berkaitan dengan proses stratifi kasi dan vernalisasi (merangsang
pembungaan ketika suhu sangat dingin). Senyawa ini menghambat pertumbuhan daun
dan penuaan buah, memacu sintesis enzim alpha-amylase dan enzim lain yang
membantu pembentukan lapisan aleuron pada biji barley. Pada beberapa varietas
padi, misalnya varietas Tanginbozu, giberelin mengendalikan pemanjangan pucuk
(Crozier et al., 2001).

Spesies Mikrobia yang Mendukung Produksi Hormon Giberelin

Hormon giberelin mampu didukung keberadaannya dengan bakteri. Bakteri


yang mampu mendukung produksi giberelin diantaranya Sphingomonas sp., serta
beberapa strain rhizobakteri, yaitu Rhizobium phaseoli (Atzhorn et al., 1998),
Acetobacter diazotrophicus, dan Herbaspirillum seropedicae (Bastian et al., 1998),
Bacillus pumilus dan B. licheniformis (Gutierrez- Manero et al., 2001), B. cereus, B.
macroides, dan B. Pumilus (Joo et al., 2004), Azotobacter chroococcum SE370
(Verma et al., 2001), dan Burkholderiacepacia SE4 (Kang et al., 2014), yang telah
dikenal untuk menghasilkan GAs (Giberelin). Asam giberelat disintesis oleh
Gibberella fujikuroi, Sphaceloma manihoticola, Neurospora crassa, Aspergillus
niger, Sphaceloma sp., Rhizobium phaseoli, Azospirillum brasilense, Pseudomonas
sp. dan Phaeosphaeria sp. Bacillus pumalis dan Bacillus licheniformis.

Menurut kajian yang dilakukan (Bottani dkk, 2014), Mikrobia yang mampu
mendukung produksi hormon giberelin ialah oleh bakteri Azospirillum sp. telah
menunjukkan bahwa bakteri dapat memetabolisme giberelin in vitro.
Mekanisme Mikrobia dalam Mendukung Produk Giberelin

Tumbuhan mampu melepaskan 20% hasil fotosintesisnya ke dalam tanah,


menyediakan sumber daya yang menjadi dasar bagi terjadinya interaksi mikroba
tanaman yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman, seperti meningkatkan
produksi hormon tumbuhan (fitohormon) (Bais et al., 2006). Beberapa eksudat akar
atau senyawa yang dihasilkan oleh mikroba yang berasosiasi di rhizosfir dapat
berfungsi sebagai messengers, menyebabkan inisiasi interaksi akar-akar, akar-
mikroba dan akar-fauna tanah (Walker et al., 2003).

Dalam mendukung produksi fitohormon pada tumbuhan, sebagian besar


mikrobia PGPR dapat menghasilkan fitohormon, misalnya auksin, giberelin dan
sitokinin melalui proses sintesis dan asosiasi dengan akar (Quiroz-Villareal et al.,
2012).

Misalnya bakteri Azospirillum sp. diintroduksikan kedalam tanaman mangga


maka tanaman tersebut akan mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan
dengan tanaman mangga yang tidak diintroduksi dengan bakteri ini. Hal ini
dipengaruhi oleh adanya fitohormon yang dihasilkan bakteri Azospirillum sp. karena
dengan adanya fitohormon tersebut maka tanaman akan tumbuh dengan cepat. Bakteri
tersebut mengeluarkan eksudat yang kemudian menyebabkan terjadinya interaksi
antara akar dengan eksudat tersebut untuk merangsang tanaman memproduksi
giberelin.

Bakteri Azospirillum chroococcum diketahui dapat memproduksi AIA, AG,


dan sitokinin (Narula et al., 2006). Hormon-hormon ini berperan penting dalam
pertumbuhan tanaman dan masing-masing memiliki fungsi yang berbeda-beda pada
pertumbuhan suatu tanaman. Jika pada umumnya tanaman mangga mulai berbuah
pada umur 4 tahun maka dengan bantuan bakteri ini mangga dapat berbuah pada umur
2 tahun. Selain itu Azospirillum sp. dapat menghasilkan beberapa hormon
pertumbuhan hingga 285,51 mg/liter dari total medium kultur, sehingga dapat
meningkatkan efisiensi pemupukan.

Azotobacter juga berperan sebagai rizobakteri pemacu pertumbuhan tanaman


(plant growth promoting rhizobacteria) yang menghasilkan berbagai hormon tumbuh
giberelin dan sitokinin (Hindersah et al., 2003). Hormon sitokinin dan giberelin
penting dalam merangsang pertumbuhan akar dan pupus (Berkum & Bohlool, 1980;
Marschner, 2002; Taiz & Zeiger, 2002). Kemampuan Azotobacter dalam
menghasilkan sitokinin dan giberelin menyebabkan rizobakteri ini telah
dikembangkan sebagai pupuk hayati. Menurut Rao (1982), Azotobacter sp. juga
menghasilkan senyawa thiamin,riblovaflavin, pridoksin, sianokobalamin,nikotin,
asam pentotenat, asam indol asetat, dan giberelin yang berperan dalam
perkecambahan biji. Azotobacter diketahui mampu menghasilkan substansi zat
pemacu tumbuh giberelin, sitokinin, dan asam indol asetat, sehingga dapat memacu
pertumbuhan akar (Alexander, 1977). Azotobacter memacu produksi giberelin yang
dapat mempercepat perkecambahan bila diaplikasikan pada benih dan merangsang
regenerasi bulu-bulu akar sehingga penyerapan unsur hara melalui akar menjadi
optimal. Selain itu, Azotobacter sp. juga dikenal sebagai pengendali penyakit tanaman
karena kemampuannya menghasilkan senyawa anti antibiotik, antifungi yang juga
membantu perkecambahan benih (Shende et al., 1977).

Rhizobium merupakan Bakteri pemacu tumbuh secara langsung memproduksi


fitohormon yang dapat menginduksi pertumbuhan. Peningkatan pertumbuhan
tanaman dapat terjadi ketika suatu rizobakterium memproduksi metabolit yang
berperan sebagai fitohormon yang secara langsung meningkatkan pertumbuhan
tanaman. Metabolit yang dihasilkan selain berupa fitohormon, juga antibiotik,
siderofor, sianida, dan sebagainya. Fitohormon atau hormon tumbuh yang diproduksi
dapat berupa auksin, giberelin, sitokinin, etilen, dan asam absisat..

Pseudomonas sp. mampu menghasilkan hormon pemacu pertumbuhan


tanaman yang dapat meningkatkan berat kering hasil panen jagung mencapai 9%.
Sementara bakteri PGPR lainnya, yakni Salmonella liquefaciens mampu
meningkatkan berat kering jagung mencapai 10% dan bakteri Bacillus sp.
meningkatkan berat kering mencapai 7%.Hormon tersebut adalah fitohormon
giberelin.

Mekanisme bakteri Bacillus pumalis dan Bacillus licheniformis dalam


meningkatkan produksi giberalin dengan cara diisolasi dari rizosfer dari Alnus
glutinosa. Keduanya memiliki aktivitas yang kuat dalam mendukung pertumbuhan.
Hal ini dibuktikan ketika tanaman Alnus glutinosa diinduksi oleh hormon
Paclobutrazol (inhibitor biosintesis giberelin) menjadi kerdil. Namun karena adanya
kedua aktiviitas bakteri Bacillus pumalis dan Bacillus licheniformis dalam rhizosfer
Alnus glutinosa efektif mampu menghambat paclubutrazol dengan aplikasi ekstrak
dari media yang diinkubasi bakteri dan juga oleh GA3 (asam giberelat) eksogen.
Menurut Probanza et al. ( 2002) juga melaporkan inokulasi bahwa dengan Bacillus
licheniformis dan B. pumilus Pertumbuhan pada tanaman pinus mampu ditingkatkan,
hal ini karena adanya produksi giberelin dari bantuan bakteri.

Kesimpulan

Hormon giberelin adalah hormon yang membantu tumbuhan diantaranya dalam


merangsang pertumbuhan primer tanaman, menekan pertumbuhan cabang lateral.
meningkatkan pembungaan, memacu proses perkecambahan biji, dan pemanjangan
sel. Terdapat dua sumber fitohormon yang tersedia bagi tanaman, yaitu yang
dihasilkan oleh jaringan tanaman (disebut fitohormon endogenous) dan yang
diproduksi oleh mikrobia yang berasosiasi dengan ak.ar (fitohormon exogenous),
termasuk bakteri dan fungi.
Contoh contoh mikrobia yang dapat memproduksi hormone giberelin diantaranya
adalah: 1. Pseudomonas sp. Yang mampu menghasilkan hormon pemacu
pertumbuhan tanaman yang dapat meningkatkan berat kering hasil panen jagung
mencapai 9%, 2. Salmonella liquefaciens mampu meningkatkan berat kering jagung
mencapai 10% dan bakteri Bacillus sp. meningkatkan berat kering mencapai 7%, 3.
Azorpirillum sp. mempercepat pertumbuhan tanaman, 4. Azotobacter sp. untuk
perkecambahan biji dan penghasil senyawa antibiotic, 5. Bacillus pumalis dan
Bacillus licheniformis, dan lain lain.
Mekanisme mikrobia dalam mendorong produksi giberelin dilakukan melalui
proses sintesis asam giberalat.oleh mikrobia yang berasosiasi dengan tanaman.
DAFTAR PUSTAKA

Bottini, Ruben, Fabricio Cassán, and. Patricia Piccoli. 2004. Gibberellin production by
bacteria and its involvement in plant growth promotion and yield increase. Journal
Application Microbiology Biotechnology. Vol 65: 497–503
Ikhwan, Ali. 2006. Uji Potensi Rhizobakteri Perombak Pestisida DDT sebagai Pupuk
Hayati (Biofertilizer). Vol 2(1) : 1-10
Susilo, Hadi, et al. 2015. Characterization of Gibberelin Producing Rhizobacteria
isolated from soil forest in Banten. Scientific Journals of Bogor Agricultural
University. Volume 2(1) : 32-41.
Widati, Enny. 2016. Peranan Fitohormon pada Pertumbuhan Tanaman dan Implikasinya
terhadap Pengelolaan Hutan. Jurnal Sains. Vol 2(1) : 11-22

Anda mungkin juga menyukai