Anda di halaman 1dari 27

Nama:

Kelas:

Kelompok:

PENUNTUN PRAKTIKUM PENGELOLAAN LABORATORIUM SEKOLAH MENENGAH

Oleh: MILA ERMILA HENDRIYANI PIPIT MARIANINGSIH

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA 2013

KATA PENGANTAR

Penuntun Praktikum ini dibuat untuk membantu mahasiswa yang baru pertama kali mempelajari materi pengelolaan laboratorium sehingga lebih mudah dalam memahami dan mempraktikannya. Tujuan utamanya adalah memperkenalkan konsep dasar kerja di laboratorium serta teknik dan prosedur dasar laboratorium . Buku penuntun ini bukan merupakan pedoman yang representatif. Untuk pengembangan wawasan, mahasiswa diharapkan lebih banyak membaca buku atau majalah yang berkaitan dengan tema praktikum. Kritik dan saran dari mahasiswa, dosen dan semua pihak sangat kami harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan isi penuntun praktikum ini. Akhir kata kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada pihak-pihak yang terkait dengan penyusunannya.

Serang, 01 September 2013

Penulis

DAFTAR ISI

Tata tertib dan format laporan praktikum Pengenalan alat-alat laboratorium 1. Tujuan 2. Materi 3. Prosedur kegiatan 4. Tugas Mikroskop 1. Tujuan 2. Materi 3. Prosedur kegiatan Bahan kimia 1. Tujuan 2. Materi 3. Prosedur kegiatan 4. Tugas Teknik dasar pembuatan larutan kimia 1. Tujuan 2. Materi 3. Prosedur kegiatan 4. Tugas Referensi

. . . . . . . . . . . . . . . . . . .

3 4 4 4 8 9 10 10 10 11 14 14 14 19 21 21 21 24 26

.. 20

.. 25

TATA TERTIB LABORATORIUM

1. Menjaga kebersihan selama dan sesudah bekerja di laboratorium 2. Selalu menggunakan jas laboratorium dan sepatu serta peralatan safety lainnya (misal: sarung tangan, masker, gogle dll) jika diperlukan 3. Bekerja dengan tertib dan tenang selama praktikum berlangsung.. 4. Selalu berhati-hati dalam menangani bahan praktikum karena dapat menimbulkan resiko kesehatan atau mencemarkan lingkungan 5. Dilarang makan, minum atau merokok selama di laboratorium 6. Kembalikan semua peralatan lab ke tempatnya semula dalam keadaan bersih dan kering setelah dipergunakan 7. Pelihara kebersihan dan kerapihan ruang praktikum. Setiap kelompok secara bergilir bertanggung jawab atas kebersihan ruang praktikum. 8. Cuci tangan menggunakan sabun antiseptik setelah praktikum selesai. 9. Praktikum harus membuat laporan praktikum yang diserahkan sesuai dengan persetujuan asisten. 10. Tidak diberikan praktikum susulan bagi yang tidak hadir sesuai jadwal praktikum, kecuali bagi yang berhalangan karena sakit atau ijin tertentu, yang dibuktikan dengan surat keterangan.

FORMAT LAPORAN PRAKTIKUM I. Judul II. Tujuan III. Tinjauan Pustaka IV. Alat dan Bahan V. Hasil Percobaan dan Pembahasan VI. Simpulan VII. Daftar Pustaka

PRAKTIKUM I PENGENALAN ALAT-ALAT LABORATORIUM (1)

1. Tujuan a. Mahasiswa mampu mengenal berbagai jenis alat laboratorium b. Mahasiswa mampu mengetahui nama, fungsi, dan prinsip kerja alatalat laboratorium c. Mahasiswa dapat memperkirakan potensi bahaya yang ditimbulkan alat-alat laboratorium 2. Materi Saat beraktivitas dalam laboratorium, seperti praktikum atau percobaan, banyak sekali berhubungan dengan berbagai macam peralatan. Terlebih dahulu kita harus mengenal atau mengetahui macammacam peralatan laboratorium untuk mempermudah pelaksaanaan kegiatan di laboratorium. Lebih lanjut, sangat penting sekali memahami karakter dan prinsip alat-alat laboratorium sehingga alat-alat tersebut dapat digunakan dengan optimal. Apabila penanganan alat tidak baik bisa jadi alat yang akan atau sedang digunakan mengalami kerusakan. Pengenalan alat secara baik juga dapat mengurangi resiko kecelakaan yang dapat disebabkan oleh alat-alat laboratorium. Alat laboratorium dikelompokkan berdasarkan berbagai kriteria seperti bahan dan fungsi, serta cara menggunakan dan perawatannya. Tidak ada aturan baku yang digunakan dalam mengelompokkan alat. Hal ini disebabkan nama setiap alat biasanya menggambarkan fungsi dan mekanisme prinsip kerja dari alat tersebut. Setiap alat memiliki nama yang menunjukkan kegunaan, prinsip kerja atau proses yang terjadi pada alat. Contohnya antara lain: alat yang bersifat mengukur, diakhiri dengan kata meter : Thermometer, Hygrometer, Spectophotometer (Spektrofotometri),

terdapat juga alat ukur yang disertai dengan tambahan pencatat

(disertai informasi tertulis), diakhiri dengan kata graph : Thermograph. Tetapi tidak semua alat yang digunakan untuk mengukur mempunyai nama diakhiri dengan salah satu dari kedua kata tadi. alat yang digunakan untuk menganalisis, biasanya menggunakan kata analyzer, contohnya Chromatography gas analyzer. Alat ini berfungsi untuk menganalisis bahan berbentuk cair atau gas menjadi gas kemudian dianalisis kadarnya. alat yang berfungsi mengendalikan suatu kondisi yang diinginkan umumnya disertai dengan kata controller, contohnya pH controller . alat yang berperan dalam suatu proses tertentu: Heater, Stirrer, Recorder, dan Homogenizer. alat yang berfungsi untuk menghitung, disertai dengan kata counter, contohnya Colony counter. Alat-alat laboratorium, khususnya di laboratorium biologi, umumnya dikelompokkan menurut jenis alat itu sendiri , seperti pengelompokkan berikut ini: a) Alat-alat optik teridiri dari mikroskop dengan pelengkapnya seperti kaca objek; lup; binokuler; kamera; dan proyektor. b) Alat-alat dan wadah ari kaca, dari porselen atau dari plastik terdiri dari gelas kimia, labu erlenmeyer, gelas ukur, cawan petri, tabung reaksi, mortar dan alu. c) Alat-alat bantu terdiri dari sumbat karet, gabus, spatula, dan sikat tabung. d) Alat-alat bedah dan pengerat terdiri dari panci bedah, jarum, gunting, pisau, dan pinset. e) Alat peraga dan model terdiri dari kerangka, torso, kotak genetik, dan charta. f) Alat-alat ukur terdiri dari neraca, termometer, stop watch, dan respirometer. g) Alat-alat penopang/penumpu terdiri dari statif, kakitiga, kasa, dan rak tabung reaksi.

h) Alat-alat pemanas terdiri dari spiritus, bunsen, dan kompor gas. i) Alat-alat plankton. Berikut adalah penjelasan alat-alat dasar yang terdapat di laboratorium secara umum: 1) Tabung reaksi Digunakan untuk mencampur atau memanaskan larutan dalam jumlah kecil, dan sebagai wadah dari media padat atau cair. menjauhi kita ataupun orang lain. 2) Gelas piala / Beaker gelas Digunakan sebagai wadah larutan atau zat cair, dapat dipanaskan (merek tertentu) dan memilki skala volume (ketelitiannya kurang). 3) Labu erlenmeyer Dapat digunakan untuk membiakkan mikroba. dibungkus kain kasa. 4) Gelas ukur Digunakan untuk mengukur volume larutan atau zat kimia dan jangan digunakan untuk melarutkan atau mengencerkan. Pilih yang terbuat dari kaca untuk larutan yang bersifat asam. 5) Pipet tetes Dipakai untuk mengambil larutan dalam jumlah kecil (tetes). 6) Pipet volume / pipet ukur Digunakan untuk mengukur volume zat cair 7) Pipet gondok Digunakan untuk mengambil cairan yang volumenya tepat sesuai dengan volume yang tertera pada pipetnya. 8) Cawan petri / petri dish Digunakan sebagai tempat media agar atau lempeng agar yang akan digunakan untuk pembenihan mikroba. Jika dalam keadaan steril tutup mulut tabung menggunakan gabus atau kapas yang Pada saat dipanaskan, tabung reaksi harus dimiringkan dengan mulut tabung untuk kegiatan lapangan terdiri dari kuadrat dan jala

9) Tabung Durham Digunakan untuk menampung gas yang dihasilkan pada percobaanpercobaan mikrobiologi. 10) Objek gelas dan gelas penutup Digunakan untuk meletakkan preparat yang akan dilihat di bawah mikroskop. 11) Mikroskop Digunakan untuk mengamati suatu objek yang ukurannya sangat kecil (mikroskopik) dengan cara memperbesar pandangan sehingga objek dapat terlihat dengan jelas. 12) Jarum inokulasi dan lup inokulasi Terbuat dari kawat platina atau nikrom (lebih murah harganya), digunakan untuk mengambil mikroorganisme yang akan diinokulasikan (ditanam). 13) Pembakar bunsen Digunakan untuk memanaskan dan mensterilkan jarum inokulasi, melarutkan dan mendidihkan medium. 14) Inkubator Suatu kabinet yang dapat diatur suhunya dan digunakan untuk menyimpan organisme atau menumbuhkannya pada suhu tertentu (menyimpan biakan yang akan ditumbuhkan ). 15) Oven Digunakan untuk sterilisasi kering media dan alat-alat yang tahan terhadap panas (170oC selama 3 jam). 16) Autoklaf Digunakan untuk sterilisasi basah media dan alat-alat menggunakan uap air bertekanan tinggi pada suhu 121oC selama 15 menit.

3. Prosedur kegiatan praktikum a. Bacalah materi mengenai alat-alat dasar laboratorium b. Lakukan pengamatan terhadap peralatan laboratorium yang ada di laboratorium biologi Prodi pendidikan Biologi Untirta. c. Identifikasilah alat-alat tersebut kemudian buatlah tabel pengelompokkan alat berdasarkan kriteria yang telah dijelaskan asisten saat praktikum: Tabel identifikasi alat-alat dasar yang terdapat di Laboratorium Biologi Unirta

No

Nama dan Gambar Alat

Fungsi

Keterangan (kondisi alat, bahan pembuat alat, kuantitas/ukuran alat, keterangan lain)

2 3

Dst

d. Identifikasi dan tempelkan gambar (boleh dengan foto) alat-alat yang dioperasikan menggunakan sumber daya listrik pada kolom yang disediakan beri nama dan jelaskan fungsinya ! Gambar 1 Gambar 2

Ketrangan

Ketrangan

4. Tugas 1. Sebutkanlah macam-macam alat pengukur volume! 2. Kelompokkan alat-alat pengukur volume berdasarkan ketelitian dalam pengukuran 3. Sebutkan alat-alat laboratorium lainnya yang tidak diperagakan (dijelaskan) saat praktikum serta sebutkan fungsinya! 4. Jelaskan resiko bahaya yang dapat dirimbulkan oleh alat-alat laboratorium! Tulislah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas pada lembar laporan praktikum

PRAKTIKUM II MIKROSKOP

1. Tujuan a. Mahasiswa mampu menyebutkan bagian-bagian mikroskop b. Mahasiswa mampu menjelaskan fungsi bagian-bagian dari mikroskop c. Mahasiswa mampu mengoperasikan mikroskop dengan baik d. Mahasiswa mengetahui cara merawat mikroskop 2. Materi Salah satu alat penting pada kegiatan praktikum biologi adalah mikroskop. Mikroskop merupakan alat bantu yang memungkinkan kita dapat mengamati obyek yang berukuran sangat kecil. Berdasarkan kenampakan obyek yang diamati terdapat dua jenis mikroskop, yaitu mikroskop dua dimensi (mikroskop cahaya) dan mikroskop tiga dimensi (mikroskop stereo), sedangkan berdasarkan sumber cahayanya, mikroskop dibedakan menjadi mikroskop cahaya dan mikroskop elektron. Mikroskop elektron menggunakan berkas elektron sebagai pengganti gelombang cahaya untuk memperoleh bayangan objek yang diperbesar (Pelczar, 1986). Terdapat dua jenis mikroskop elektron yaitu mikroskop elektron transmisi (TEM) dan mikroskop elektron payar (SEM). contohnya ultra struktur internal sel. Transmission electron microscope digunakan untuk mempelajari ultra struktur objek, Scanning electron microscope

digunakan untuk melihat permukaan spesimen secara rinci karena memperlihatkan gambar tiga dimensi (Campbell et al, 2002). Mikroskop elektron biasanya dipakai untuk kegiatan penelitian terutama kajian mengenai sel (sitologi). Perbesaran yang dihasilkan mikroskop elektron sangat tinggi sehingga dapat memperlihatkan struktur yang tidak dapat dilihat menggunakan mikroskop cahaya, hanya saja objek yang diamati

10

tentu saja terbatas hanya pada spesimen mati. Sedangkan mikroskop cahaya dapat digunakan untuk mengamati sel-sel yang hidup. Menurut Wirjosoemarto dkk (2000) terdapat berbagai jenis mikroskop cahaya, perbedaan tersebut terletak pada : Penggunaan lensa (okuler) Kekuatan lensa yang dipakai Sumber sinar (dari lampu yang terpasang atau cahaya matahari yang dikumpulkan oleh cermin) Perlengkapan lain, seperti lensa (objektif) kontras fase untuk melihat objek yang tidak diberi warna, disambungkan dengan monitor TV Melalui penjelasan sebelumnya maka jenis mikroskop cahaya dapat digolongkan dalam lima jenis yaitu mikroskop monokuler tabung tegak dan miring, mikroskop stereo, mikroskop binokuler, dan mikroskop trinokuler. Mikroskop stereo digunakan untuk melihat benda secara tiga dimensi, digunakan juga untuk pembedahan. Mikroskop trinokuler dapat dilengkapi dengan kamera baik gambar diam maupun bergerak (video). 3. Prosedur kegiatan praktikum a. Baca kembali materi mengenai mikroskop b. Amati mikroskop yang ada di laboratorium, lengkapi keterangan gambar di bawah ini dan jelaskan cara kerja mikroskop tersebut! c. Tuliskan fungsi dari bagian-bagian mikroskop tersebut! d. Jelaskan bagaimana cara perawatannya! kamera yang dapat

11

b. Lengkapi keterangan gambar

Cara kerja:

c. Fungsi bagian-bagian mikroskop yang ditunjukkan oleh gambar: No 1 2 3 4 5 6 7 8 Fungsi .. ... .. ...... ...... ...... ...... ......

12

9 10 11 12 13 14

...... ...... ...... ...... ...... ......

d. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam merawat mikroskop:

13

PRAKTIKUM III BAHAN KIMIA

1. Tujuan a. Mahasiswa mampu menjelaskan dasar-dasar pengelompokan bahan kimia. b. Mahasiswa mampu menyebutkan kelompok bahan kimia dan menjelaskan arti dari simbol-simbol yang menunjukkan sifat bahan kimia c. Mahasiswa mampu menjelaskan cara menangani setiap kelompok bahan kimia. 2. Materi Zat (bahan) kimia adalah semua materi dengan komposisi kimia tertentu. Saat bekerja di laboratorium seringkali berhubungan dengan bahan-bahan kimia. kegiatan perawatan dan penangananan bahan kimia dilakukan agar bahan kimia dilaboratorium tertata dengan baik, teratur dalam penyimpanannya sehingga bahan kimia siap pakai dan aman. Pengenalan sifat dan jenis bahan kimia juga perlu dikuasai oleh orangorang bekerja denagn bahan kimia karena hal tersebut akan memudahkan dalam cara perawatan dan penanganannya. Langkah yang harus ditempuh dalam penanganan bahan kimia, terutama bahan kimia berbahaya, salah satunya dengan penyimpanan yang benar dan pemberian label pada kemasan bahan kimia tersebut. Terkait dengan penyimpanan bahan kimia, sebaiknya dilakukan [engelompokkan kan dalam beberapa jenis bedasarkan sifatnya, yaitu:

BAHAN KIMIA BERACUN

Berbahaya terhadap kesehatan apabila terhirup atau kontak dengan kulit bahkan dapat menyebabkan kematian bila sampai terhirup. Beberapa

14

contohnya yaitu HCN (asam sianida), Hg (raksa), Pb (timbal), C6H6 (benzen), HgCl2 (sublimat), Iodium, Arsen. Untuk mencegah dampak negatif atau pengamanannya adalah sebagai berikut: 1. saat menggunakan harus selalu dalam keadaan tertutup dan berada di tempat yang berventilasi baik 2. gunakan pelindung seperti sarung tangan dan jas lab 3. bahan harus selalu diberi label dan disimpan dalam lemari terkunci 4. tidak membaui zat kimia secara langsung dan harus segera cuci tangan setelah pekerjaan selesai 5. apabila sampai tumpah ke lantai maka segera ditutup (ditaburi) tanah atau pasir hingga terserap kemudian diuapkan dalam oven

BAHAN KOROSIF

Bahan korosif menimbulkan kerusakan apabila terkena jaringan dan mengakibatkan cacat permanen. Umumnya berupa cairan yang tidak Contohnya H2SO4 fenol, formaldehid. terbakar, hanya menimbulkan panas dan dapat menyala jika terkena udara, uap air, dan bahan yang mudah terbakar. (asam sulfat), CH3COOH (asam asetat), Pengamanannya sebagai berikut: 1. disimpan di tempat yang sesuai dan dilakukan pengontrolan secara berkala 2. mengikuti aturan pemakaian, pembuangan yang tertera pada label 3. simpan stok dalam jumlah sedikit 4. gunakan pelindung 5. apabila terkena tumpahan dan terjadi kontak dengan kulit segera cuci dengan air dan sabun BAHAN MUDAH MELEDAK zat padat / cair atau campuran keduanya, bereaksi dan menghasilkan gas, contohnya Na atau K dengan air, nitrat dengan eter, HNO3 (asam nitrat) dengan Mg atau Zn. Botol bekas pelarut yang kosong lebih mudah

15

terbakar dan berbahaya dibandingkan saat terisi, penuh karena terjadi pencampuran dengan uap dan udara. Ledakan dicegah dengan cara : 1. melakukan eksperimen di udara terbuka atau di lemari uap 2. apabila sifat bahan tersebut belum jelas, gunakan terlebih dulu dalam jumlah kecil dalam penangas air 3. menggunakan masker pelindung saat melakukan pekerjaan 4. gunakan peralatan yang kondisinya baik, contohnya terbuat dari kaca tebal dan stabil oleh tekanan (tidak mudah pecah)

BAHAN OKSIDATOR

Bahan oksidator dapat menghasilkan O2 (oksigen) sehingga dapat memicu kebakaran pada KMnO4 bahan lain, contohnya KClO3 H2O2 (hidrogen (kalium klorat). peroksida), (kalium permanganat),

Terdapat dua jenis oksidator yaitu oksidator organik dan anorganik. Sifat oksidator organik: menimbulkan ledakan yang dahsyat (peroksida) Sifat oksidator anorganik: menimbulkan api atau kebakaran, tingkat bahaya mengalami kenaikan seiring dengan naiknya suhu. Akan sangat berbahaya apabila tercampur dengan bahan-bahan yang mudah terbakar seperti kayu, kertas, atau belerang. Sebaiknya disimpan dalam lemari yang tidak mudah terbakar seperti tembok atau besi. BAHAN HIGROSKOPIS Zat kimia yang mudah menangkap uap air di udara, contohnya yaitu soda, sodium sulfida, timah klorida, amonium asetat, kalsium oksida, kupri sulfat, kromium sulfat , kalsium oksida, sodium bromida, potassium nitrat, nikel klorida, mangan nitrat dll. BAHAN MUDAH TERBAKAR Mudah bereaksi dengan oksigen dan dapat menimbulkan kebakaran bila terkena panas atau api, contohnya P (fosfor), C2H5C2H5 (eter), C6H6 (benzen), toluen, asetaldehid, asam asetat, etil alkohol. Bahan cair mudah terbakar bersifat:

16

1. mudah menguap, dalam kondisi normal uap cairan mudah terbakar dibandingkan cairannya. 2. kecepatan penguapan setiap jenis zat berbeda sebanding dengan kenaikan suhu. terbakar. 3. sebagian besar uap lebih berat dari udara sehingga cenderung mudah terhisap karena berada di permukaan lantai. 4. mudah berdifusi sehingga mengkontaminasi seluruh ruangan. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat bekerja dengan bahan ini yaitu: a. b. c. d. e. f. jangan dipanaskan secara langsung pada permukaan panas, sebaiknya menggunakan penangas air disimpan pada tempat yang ventilasinya baik untuk berjaga-jaga, sediakan alat pemadam kebakaran atau kain basah atau pasir untuk menangani api yang kecil isi gelas kimia hanya setengah dari kapasitasnya dan gunakan batu didih untuk menghindari letupan saat penyimpanan tidak disatukan bahkan berdekatan dengan bahan pengoksidasi atau bahan korosif botol stok (penyimpanan) tidak diisi penuh, sisakan 1/8 bagian untuk udara. Botol terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar serta jauhkan dari sumber api g. untuk bahan berbentuk padat, disimpan di tempat sejuk, jauhkan dari bahan lembab, air/cairan mudah terbakar, bahan pengoksidasi, dan asam Untuk memudahkan pengenalannya maka setiap bahan kimia diberi simbol bahaya, umumnya simbol tersebut sebagai berikut: a. eksplosive (mudah meledak), simbolnya kaca pecah b. oksidator, bersimbol nyala api c. mudah terbakar, bersimbol nyala api d. beracun, bersimbol tengkorak e. korosif, bersimbol benda dan anggota tubuh yang rusak uap cairan tidak dapat dilihat sehingga sulit dideteksi kecuali menggunakan indikator untuk gas mudah

17

Gambar-gambar di bawah ini adalah simbol-simbol yang umum dipakai untuk mengenali jenis-jenis bahan kimia berbahaya.

Gambar 1. A. Simbol beracun (toxic), B. Korosif, C. Eksplosive, D. Berbahaya, E. Oksidator, F. Mudah terbakar (sumber : www.gcsechemistry.com) Mengenal sifat dan jenis bahan kimia akan memudahkan dalam menentukan rusak tidaknya suatu zat kimia di laboratorium. Bahan kimia yang telah rusak tentu saja akan mempengaruhi keberhasilan reaks-reaksi kimia yang dilakukan di laboratorium, selain juga akan meningkatkan resiko bahaya yang timbulkan bahan-baha kimia tersebut. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengidentifikasi kerusakan zat kimia a. Zat kimia dalam bentuk padat adalah: 1. Perubahan wujud/bentuk Contoh: senyawa Natrium Hidroksida (NaOH) padat, Kalium Hidroksida (KOH), bila penyimpanannya tidak baik dan wadahnya tidak tertutup dengan rapat serta ditempatkan pada kondisi yang

18

tidak kering, zat tersebut mudah menyerap air dari udara dan akan meleleh kemudian mencair. 2. Perubahan warna Contoh: Senyawa CuSO4. 5 H2O. pada keadaan yang baik zat padat tersebut berwarna biru, namun pada kondisi yang sudah rusak akan berubah warna menjadi putih. Larutan KI yang tidak berwarna akan berubah menjadi warna kuning. b. Zat kimia dalam bentuk cair adalah: 1. Terjadi perubahan warna larutan 2. Terbentuk endapan 3. Menimbulkan bau atau menghasilkan gas 4. Bila zat cair dalam laboratorium sudah menimbulkan gejala seperti itu sebaiknaya zat tersebut dibuang pada tempat yang disarankan, contohnya bila larutannya encer bisa langsung dibuang di bak pasir. 3. Prosedur kegiatan Praktikum Tidak ada aturan baku mengenai pengelompokkan bahan kimia. Umumnya bahan kimia dikelompokkan berdasarkan sifatnya. dan kelompokkan berdasarkan sifatnya! Asam No. Nama bahan kimia (nama dan rumus kimia) Keterangan (simbol bahaya pada kemasan, dll.) Amati bahan kimia yang ada di laboratorium. Identifikasi bahan-bahan tersebut

1. 2. Dst. Basa No. Nama bahan kimia (nama dan rumus kimia) Keterangan (simbol bahaya pada kemasan, dll.)

1. 2. Dst.

19

Korosif No. Nama bahan kimia (nama dan rumus kimia) Keterangan (simbol bahaya pada kemasan, dll.)

1. 2. Dst. Oksidator No. Nama bahan kimia (nama dan rumus kimia) Keterangan (simbol bahaya pada kemasan, dll.)

1. 2. Dst. Karsinogen No. Nama bahan kimia (nama dan rumus kimia) Keterangan (simbol bahaya pada kemasan, dll.)

1. 2. Dst.

4. TUGAS (tulis jawaban pada laporan praktikum) 1. Jelaskan pengertian atom, molekul dan ion! 2. Jelaskan perbedaan istilah-istilah unsur, senyawa, dan campuran. Berikan contohnya! 3. Carilah simbol-simbol bahaya lainnya dari bahan kimia (yang tidak terjealskan) di modul ini, jelaskan maksudnya dan berikan contohcontoh bahan kimianya!

20

PRAKTIKUM IV TEKNIK DASAR PEMBUATAN LARUTAN KIMIA

1. Tujuan a. Mahasiswa diharapkan mampu dan terampil melakukan prosedur kerja dasar seperti menimbang bahan padat, mengukur volume bahan cair, menuang larutan, menyaring, dan memanaskan. b. Mahaiswa terampil melakukan prosedur kerja pelarutan dan pengenceran 2. Materi LARUTAN Sebagian besar bahan kimia yang digunakan dan reaksi kimia yang terjadi dalam bentuk larutan. Pembuatan suatu larutan memerlukan zat pelarut dan zat terlarut. Zat terlarut ataupun pelarut tersebut dapat berupa zat padat, cair ataupun gas. Ketepatan kualitas maupun kuantitas pembuatan larutan sangat menentukan keberhasilan reaksi-reaksi kimia yang dikerjakan di laboratorium. Oleh karena itu, selain pengenalan bahan-bahan kimia beserta sifatnya, seseorang yang bekerja di laboratorium juga dituntut untuk memikili keterampilan dalam menimbang bahan padat, mengukur volume bahan cair, dan menuang larutan, serta kemampuan dalam menyaring serta memanaskan larutan Banyak kegiatan praktikum yang menggunakan bahan kimia padat. Bahan kimia padat mudah terkontaminasi oleh air dan bahan kimia lain. Oleh karena itu sebaiknya pada botol atau tempat penyimpanan diberi label yang jelas sehingga sendok atau spatula hanya digunakan untuk satu jenis bahan kimia saja. Cara mengambil bahan kimia dalam jumlah sedikit dari botol stok sebagai berikut: ambil bahan kimia dengan menggunakan sendok atau spatula tempatkan bahan tersebut pada lembar kertas yang kering

21

kemudian lipat bagian tengah kertas pindahkan bahan kimia tadi ke tabung reaksi atau mulut botol yang lebih kecil melalui kertas tadi

gunakan tabung reaksi yang benar-benar kering Penimbangan bahan kimia padat menggunakan timbangan yang

jenis timbangannya disesuaikan dengan tingkat ketelitian pengukuran bahan kimia padat. Pengambilan bahan kimia cair dari botol larutan stok dapat dilakukan dengan cara menuang ke dalam botol atau wadah yang telah disediakan ataupun menggunakan pipet tetes atau mikropipet tergantung ketelitian volume yanga akan digunakan. Sementara itu, pengukuran bahan kimia cari dapat mengguanakn gelas-gelas kimia yang memiliki ukuran (beaker glass. Erlen meyer ataupun gelas ukur) yang tersedia dalam laboratorium. PELARUTAN DAN PENGENCERAN Setiap zat padat, cair ataupun gas memiliki kemampuan melarut berbeda di dalam suatu pelarut. Perbedaan wujud ini memberi indikasi bahwa pelarutan harus menggunakan cara-cara tertentu. Proses pembuatan larutan dari suatu zat padat disebut pelarutan dan proses pembuatan larutan suatu zat yang berasal dari cairan pekatnya disebut pengenceran. Dalam pembuatan larutan dari padatan, teknik pelarutan yang harus diperhatikan adalah: a. Sifat analisis: tetapkan apakah akan melakukan analisis kuantitatif atau kualitatif (sesuaikan dengan tujuan analisis). b. Kuantitas larutan (volum, konsentrasi): tetapkan sesuai dengan kebutuhan. c. Kuantitas zat padat (rumus, kelarutan, massa): tetapkan rumus zat padat (kristal), daya larut dan massa padatan yang akan dilarutkan (dihitung). d. Sifat zat padat: tetapkan apakah stabil, higroskopis, atau dapat bereaksi dengan air.

22

e. Alat ukur massa (neraca): jika kualitatif gunakan neraca T atau Sa dan jika kuantitatif gunakan neraca T dan neraca A. f. Alat ukur volum: jika kualitatif gunakan gelas ukur dan jika kuantitatif gunakan labu takar. g. Pelarutan jika kualitatif pindahkan padatan kedalam gelas kimia dan larutkan dengan akuades secukupnya, lalu pindahkan kedalam gelas ukur dan tuang akuades sampai tanda batas. jika kualitatif pindahkan dulu seluruh padatan kedalam gelas kimia dan larutkan dengan akuades secukupnya, lalu pindahkan seluruhnya secara kuantitatif kedalam labu takar lewat corong; tambahkan akuades sedemikian; keringkan bagian atas skala; lalu secara tetes per tetes sampai tanda batas volum; tutup labunya dan homogenkan. Pembuatan larutan suatu zat yang berasal dari cairan pekatnya disebut pengenceran. Hubungan pengenceran Molar (M), hubungan matematis yang diterapkan:

V1 x M1 = V2 x M2
Keterangan: V= volume cairan (L); M= molaritas (mol/L) Teknik pengenceran melibatkan teknik pengukuran volume dan teknik pelarutan (teknik pencampuran). Teknik pengukuran volume bahan kimia cair yang pekat harus dilakukan di ruang asam dan pembacaan skala volumenya harus sesegera mungkin. Selanjutnya terkait teknik pelarutan, ketika mencampur atau pelarutan, segera alirkan perlahan cairan pekat lewat batang pengaduk kedalam gelas kimia berisi akuades, yang diikuti dengan penambahan volume akuades sesuai dengan kekurangan akuades sampai di dapat volume larutan yang diinginkan.

23

Teknik pengenceran dari larutan tidak terlalu pekat menjadi larutan yang lebih encer (misal dari 3M ke 1M) lebih mudah dilakukan dan tidak perlu diruang asam, dengan cara: lakukan perhitungan pengenceran mengukur larutan pekat dengan gelas ukur, sesuai dengan hasil hitung (nenuangkan larutan lebih pekatnya kedalam gelas ukur sampai volumenya mendekati tanda batas volume yang diinginkan, lalu menambahkan tetes per tetes larutan pekatnya sampai mencapai volume yang sesuai hasil hitung). Tambahkan diharapkan. 3. Prosedur kegiatan praktikum Lakukanlah prosedur kerja berikut ini: 1. Perhitungan Kimia M = mol/L 2. Pengenceran (b/b), (v/v), (b/v) V1.M1 = V2.M2 Contoh Pembuatan Larutan: 1. Larutan Bromthymol Blue (BTB) BTB sebanyak 1 gram dilarutkan dalam 75 ml etil alkohol 50% Kemudian ditambahkan NaOH 0,1 N sampai berwarna biru cerah Selanjutnya ditambahkan kembali etil alkohol 50% hingga volumenya menjadi 100 ml 2. Larutan NaOH 0,1 N NaOH pelet ditambahkan aquades dengan perbandingan 1: 1 kemudian diaduk hingga NaOH larut Biarkan hingga 1 hari sampai semua karbonat mengendap Dari larutan tadi, untuk membuat konsentrasi 0,1 N maka diambil sebanyak 5,4 ml lalu ditambahkan aquades hingga 1000 ml Molaritas (M) mol = gr/mr (Ar) akuades sampai mencapai volume akhir yang

24

3. Larutan asam nitrat encer Asam nitrat sebanyak 100 ml ditambahkan aquades 25 ml Kemudian dididihkan hingga tidak berwarna pengenceran dari larutan stok yang tersedia di

4. Melakukan laboratorium

4. TUGAS (tulis jawaban pada laporan praktikum) 1. Jelaskan bagaimana cara membaca volume larutan menggunakan gelas ukur! 2. Apa yang dimaksud dengan konsentrasi zat! 3. Sebutkan dan jelaskan secara lengkap satuan-satuan yang menyatakan konsentrasi larutan!

25

Referensi Adisenjaja, Y.H. (1995). Keterampilan dasar pembuatan larutan.

Makalah ; Disampaikan pada Pelatihan Pengelolaan laboratorium MIPA LPTK. Bandung. Adisenjaja, Y.H. (1995). Pengenalan bahan kimia dan penyimpanannya. Makalah ; Disampaikan pada Pelatihan Pengelolaan laboratorium MIPA LPTK. Bandung. Hadioetomo, R.S. 1985. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek Teknik dan Prosedur dasar Laboratorium. Penerbit PT Gramedia. Jakarta Mahdi, C., C. Cahyani. 1982. Pengantar Bekerja di Laboratorium Kimia. Lembaga Penerbitan Universitas Brawijaya. Malang Pelczar dan Chan. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid I. UI-Press. Jakarta. Wirjosoemarto, Koesmadji (2000). Teknik Laboratorium. Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI. Bandung.

26

Anda mungkin juga menyukai