BIOTEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2019
1
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
KETENTUAN UMUM 3
DAFTAR PUSTAKA 42
3
ACARA I
PENGENALAN LABORATORIUM
5
(suci hama) serta penggunaan alat dan bahan-bahan tanam serta media
yang bebas dari mikroorganisme Oleh karena itu, Laboratotium Bioteknologi
dilengkapi dengan tempat bekerja secara aseptis yaitu dengan melakukan
pekerjaan secara aseptis pada Laminar Air Flow Cabinet maupun Ent-Kas.
Selain itu, media dan alat-alat yang dipergunakan juga berada pada kondisi
aseptis, dimana sebagian besar alat-alat dari besi dan kaca serta media yang
digunakan dapat disterilkan dengan Autoclave pada suhu dan tekanan yang
disesuaikan dengan jenis dan volume bahan yang disterilkan. Selain dengan
suhu dan tekanan, sterilisasi juga dapat dilakukan dengan sinar ultraviolet
atau bahan-bahan kimia. Selain itu diperlukan juga peralatan pendukung
pelaksanaan teknis aseptis saat penanaman dan pemindahan eksplan
maupun plantula seperti gagang pisau, mata pisau steril, pinset dan lampu
spiritus.
Persiapan bahan-bahan kimia umumnya dilakukan di ruang dapur (ruang
persiapan media), dimana kegiatan persiapan media meliputi pembuatan
larutan-larutan, pencampuran dan pemasakan media maupun pengaturan
pH. Untuk mendukung kegiatan tersebut, diperlukan alat-alat pendukung
untuk melakukan penimbangan, pelarutan dan pencampuran bahan baik
dengan pengadukan maupun pemanasan, pengukuran volume, pengambilan
bahan-bahan dalam volume yang tepat, serta bahan atau alat untuk
mengukur dan mengatur derajat keasaman (pH) media sesuai keinginan dan
wadah tempat media.. Alat-alat pendukung yang diperlukan meliputi
neraca/timbangan, lemari asam (fumehood), kompor atau hot-plate,
pengaduk (stirrer), gelas ukur, labu ukur, gelas piala, labu erlenmeyer, pipet
volume, pH meter atau pH indikator dan botol kultur berbagai ukuran. Pada
dapur juga diperlukan tempat untuk membersihkan, mencuci dan
mengeringkan bahan tanam serta peralatan yang digunakan.
Setelah dilakukan penanaman, kultur umumnya ditempatkan di ruang
kultur dan ditempatkan di rak-rak kultur.Ruang kultur dapat dikondisikan
dengan fotoperiode dan panjang gelombang penyinaran yang diinginkan
7
dimana pengaturan dapat dilakukan secara otomatis dengan timer. Selain itu,
suhu pada ruang kultur juga perlu dikondisikan pada kisaran yang sesuai
untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan eksplan yang ditanam
serta dijaga kebersihannya.
Selain kultur jaringan, teknik bioteknologi modern melibatkan teknik-teknik
analisa dan rekayasa di tingkat molekuler seperti ekstraksi dan analisa DNA,
RNA atau protein, teknologi DNA rekombinan, analisa hasil rekombinasi
maupun pengembangan dan analisa marka molekuler. Untuk dapat
melakukan hal tersebut diperlukan peralatan seperti mortar dan pastle,
centrifuge, peralatan elektroforesis, peralatan untuk mengukur konsentrasi
DNA/RNA/protein, peralatan untuk melihat pita DNA/RNA/protein, pipet
mikro, tabung eppendorf, tabung PCR serta tempat menyimpan bahan yang
akan dianalisa, bahan kimia maupun DNA/RNA dan protein.
C. Pelaksanaan Praktikum
1. Tempat Praktikum
Praktikum akan dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Bioteknologi
Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Mataram
2. Prosedur Praktikum
a) Co-ass mempersilahkan praktikan memasuki Laboratorium
b) Co-ass menjelaskan ruang-ruangan yang terdapat pada laboratorium
dan menjelaskan fungsi serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada
setiap ruangan. Mahasiswa mencatat dan menggambar skema ruang
Laboratorium
c) Co-ass menjelaskan alat-alat yang terdapat pada setiap ruangan, fungi
dan cara kerja masing-masing alat. Mahasiswa mencatat, menggambar
dan menjelaskan kembali fungsi dan cara kerja alat pada laporannya.
d) Mahasiswa mendiskusikan ketersediaan, kondisi, kegunaan dan
kecukupan peralatan pada Laboratorium Biosains dan Bioteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Mataram untuk melakukan praktikum
dan penelitian di bidang Bioteknologi Tumbuhan.
8
ACARA II
PEMBUATAN MEDIA KULTUR JARINGAN
11
ZnSO4•H2O 8,6
KI 0,83
NaMoO4•2 H2O 0,25
CuSO4•5H2O 0,025
CoCl2•6H2O 0,025
BUFFER
FeSO4•7H2O 27,8
Na2EDTA•2H2O 37,3
Vitamin
Myo-inositol 100
Nicotinic acid 0,5
Thiamine•HCl 0,1
Pyridoxine•HCl 0,5
Glycine 2,0
Sucrose (sumber karbon) 30.000
Agar (pemadat) 8.000
pH media 5.6 – 5,8
Persiapan media kultur jaringan dapat dilakukan dari media yang telah
diformulasikan secara komersial dalam bentuk paket siap pakai atau
dipersiapkan dari senyawa kimia sumber unsur-unsur esensial tersebut.
Untuk mempermudah pembuatan media, dapat dipersiapkan larutan stok
Media MS. Larutan Stok adalah larutan yang dibuat dengan konsentrasi lebih
tinggi (50 sampai 1000 kali, tergantung kebutuhan) dari kebutuhan media per
liter. Larutan stok dibuat untuk mempermudah pelaksanaan persiapan media
dan mengurangi kesalahan saat menimbang bahan, terutama untuk bahan-
bahan yang dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit. Larutan stok MS dapat
dipersiapkan dalam bentuk Larutan Stok A (50 kali konsentrasi), Larutan stok
B (50 kali konsentrasi), larutan stok C (200 kali konsentrasi), larutan stok D
(200 kali konsentrasi), larutan stok E (200 kali konsentrasi), larutan stok F
14
(100 kali konsentrasi), Stok Vitamin (100 kali konsentrasi), stok ZPT (sesuai
kebutuhan). Contoh larutan stok untuk media MS ditampilkan pada Tabel 2.
Untuk memperiapkan larutan stok media MS, bahan-bahan ditimbang
sesuai dengan kebutuhan stok, lalu dilarutkan satu persatu dengan aquadest
sebnayak 800 ml dan setelah bahan larut, ditambahkan lagi aquadesh
sampai volume 1 L. Pelarutan bahan-bahan yang sulit larut dalam air dapat
dilakukan dengan cara mengaduk sambil memanaskan (misalnya larutan
stok Buffer, Stok F). Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) adalah bahan yang sulit
larut dalam air. Dalam mepersiapkan stok ZPT, maka ZPT diilarutkan terlebih
dahulu dengan pelarutnya. Untuk melarutkan auksin diperlukan basa
sedangkan untuk melarutkan sitokinin diperlukan asam. Stok Auksin
(misalnya IAA) dilarutkan dengan beberapa tetes NaOH sednagkan stok
Sitokinin (misalnya BAP) dilarutkan dengan beberapa tetes HCl/Ethanol lalu
ditambahan aquadesh, sambil diaduk, sampai volume yang dibutuhkan.
Larutan stok dapat bertahan selama 5 – 6 minggu bila disimpan pada kulkas
dengan suhu 4C - 8C.
Tabel 2. Contoh larutan stok MS dan volume stok yang digunakan untuk
membuat 1 L media MS
STOK BAHAN Kebutuh Konsen Kebutuh Volume
an -trasi -an stok
bahan Larutan bahan dibutuhka
untuk Stok dalam n untuk
membua stok (g) membuat
t1L 1 L media
media MS (ml)
MS (mg)
A NH4NO3 1650 50 kali 82,2 20
B KNO3 1900 50 kali 95 20
KH2P04 170 34
H3BO3 6,2 1,24
C Na2MoO4.2H2 0,25 200 kali 0,05 5
O 0.025 0,005
15
C. Pelaksanaan Praktikum
1. Tempat Praktikum
Praktikum akan dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Bioteknologi
Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Mataram
2. Bahan dan alat praktikum
Bahan-bahan yang diperlukan dalam praktikum ini adalah larutan stok MS
(Stok senyawa makro, stok senyawa mikro, stok vitamin, stok Na Fe-
EDTA, stok vitamin dan myo-inositol), sukrosa, agar, stok ZPT (Stok
Picloram, stok IAA, stok BAP dan stok 2,4-D), pH indikator universal,
NaOH 1 M, HCl 1M, karet gelang, tutup plastik, kertas label. Sedangkan
alat-alat yang diperlukan adalah autocalve, gelas kultur, gelas erlenmeyer,
gelas piala, petri dish, gelas/labu ukur, pipet mikro, hot-plate dan magnetic
stirrer.
3. Prosedur Praktikum:
a) Setiap kelompok praktikum akan membuat 0,05 L Media MS MS0 (MS
tanpa ZPT);, 0,05 L Media dengan hormon pertumbuhan (sesuai
arahan co Ass) untuk Acara III, IV, dan V. Hitunglah volume masing-
masing larutan stok yang dibutuhkan untuk membuat 0,05 L media MS
sesuai komposisi yang ditentukan.
b) Masukkan masing-masing larutan stok sesuai kebutuhan ke dalam
gelas erlenmeyer/gelas piala, lalu tambahkan aquadesh sampai volume
larutan mencapai 40 mL.
c) Tambahkan sukrosa sebanyak 2 % dari volume media yang akan
dibuat. Larutkan sukrosa dengan cara mengaduk dengan magnetic
stirrer.
d) Ukur pH media, lalu atur pH media menjadi 6,0 dengan menambahkan
beberapa tetes NaOH 1M atau HCl 1 M.
e) Tambahkan aquadesh sampai volume 0,05 L, dan tambahkan agar
sebanyak 0,8 %.
17
ACARA III
INISIASI KULTUR ASEPTIS – PENGARUH STERILISASI
TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPAN
21
B. Dasar Teori
Kultur jaringan tanaman adalah isolasi steril bagian tanaman baik
berupa organ tanaman (akar, batang, daun, buah, dll), jaringan, sekelompok
sel, sel atau protoplasma tanaman kemudian menumbuhkannya secara
aseptis dalam wadah dan media buatan sehingga bagian tanaman tersebut
dapat beregenerasi dan/atau memperbanyak diri untuk mendapatkan
tanaman baru yang lengkap/utuh. Kultur jaringan dikenal juga dengan
sebutan kultur in vitro karena penanamannya dilakukan dalam media buatan
secara steril. Penanaman organ tanaman di dalam lingkungan tidak steril dan
di alam (termasuk rumah kaca) dikenal juga dengan istilah in vivo.
Salah satu peinsip dari kultur jaringan adalah pelaksanaan secara
aseptis (aseptic technique). Teknik aseptis dilakukan untuk menghidari
kontaminasi kultur dengan mikroorganisme seperti jamur dan bakteri.
Beberapa alasan perlunya tindakan aseptis ini adalah 1) media tanam yang
digunakan sangat sesuai bagi pertumbuhan mikroorganisme baik jamur
maupun bakteri, 2) pertumbuhan mikroorganisme jauh lebih cepat dari
pertumbuhan eksplan, 3) respirasi mikroorganisme yang terjadi dalam kondisi
anaerob menyebabkan fermentasi gula sehingga gula tidak tersedia bagi
eksplan, 4) fermentasi tersebut menghasilkan produk fermentasi seperti
alkohol yang dapat menghambat pertumbuhan eksplan, 5) produk fermentasi
tersebut menurunkan pH sampai dibawah 3 sehingga tidak sesuai bagi
pertumbuhan eksplan.
Kontaminasi kultur dapat dicegah dengan melakukan sterilisasi
terhadap eksplan yang akan ditanam, media tanam yang digunakan, alat-alat
yang dipakai serta tempat penanaman (ruang tabur). Teknik sterilisasi bagi
22
3. Pelaksanaan Praktikum
a) Persiapkan eksplan yang akan digunakan
b) Persiapkan 100 ml larutan bayclean dengan konsentrasi 30% dan 50%
c) Lakukan sterilisasi eksplan (biji) dengan cara memasukkan eksplan ke
dalam larutan baycelan dalam botol gelas (sesuai konsentrasi
perlakuan per kelompok). Tutup botol gelas dan letakkan di atas shaker
sambil digojok. Lakukan sterilisasi selama 5, 10 atau 15 menit (sesuai
kelompok dan arahan dari coAss)
d) Bawa bahan tanam ke laminar air flow, buang larutan bayclean ke botol
kosong, lalu masukkan sekitar 200 ml air steril ke dalam botol bersisi
eksplan, goyang-goyangkan. Lalu buang larutan kedalam botol
pembuangan
e) Lalukan pencucian dengan air steril (langkah d) ini sebanyak 3 kali.
f) Letakkan eksplan steril di atas petri dish steril, lalu buang bagian
eksplan yang mati tekena bayclean dengan cara memotong dengan
pisau dan pinset steril
g) Tanam eksplan ke dalam media MSo secara aseptis (2 eksplan per
botol). Tutup kembali media berisi tanaman dengan palstik penutup dan
eratkan dengan karet gelang,
h) Beri label pada botol dengan nama kelompok dan tanggal tanam
i) Inkubasikan di rak kultur selama 1 minggu (dengan penyinaran selama
12 jam dan suhu ± 22C)
j) Amati dan catat perubahan yang terjadi. Tukarkan data anda dengan
data kelompom lain untuk memperoleh data lengkap seperti pada Tabel
pengamatan berikut.
24
ACARA IV
INISIASI KULTUR ASEPTIS – PENGARUH MEDIA
TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPAN
26
B. Dasar Teori
Salah satu faktor penentu keberhasilan kultur jaringan adalah keberhasilan
inisasi eksplan secara aseptis. Teknik aseptis selain melibatkan penggunaan
bahan dan alat yang telah disterkan juga melibatkan teknik bekerja secara
aseptis, dimana hal ini dapat dicapai melalui latihan dan dengan
menggunakan alatg bantu berupa tempat kerja yang aseptis (seperti dalam
Laminar Air Flow Cabinet atau Ent- kas), mensterilkan alat-alat kultur dengan
lampu spiritus, sterilisasi tangan dengan ethanol dan perlakuan aseptis
lainnya.
Sterilisasi eksplan merupakan salah satu penentu keberhasilan inisiasi
kultur, Eksplan dapat disterilkan secara mekanis maupun secara kimia
(Hendaryono dan Wijayani, 2000). Sterilisasi secara mekanis dapat dilakukan
dengan pembakaran ekspan dan teknik ini umumnya dilakukan pada eksplan
yang keras atau eksplan yang terlindung dalam jaringan yang keras (seperi
embrio yang terlindung dalam biji atau meristem dari bonggol pisang). Selain
secara mekanis, sterilisasi dapat dilakukan dengan menggunakan zat-zat
kimia seperti ethanol, mercuri klorida atau sodium hipoklorit. Salah satu
bahan yang paling banyak digunakan adalah sodium hypochlorite yang
dibuat dari bahan komersial yang mengandung bahan aktif sodium
hypochorite misalnya Bayclean. Keberhasilan sterilisasi eksplan sangat
tergantung dari jenis eksplan yang disterilkan, konsentrasi sodium hipochorite
yang digunakan serta lama sterilisasinya. Konsentrasi yang terlalu rendah
tidak dapat membunuh mikroorganisme dan sebaliknya konsentrasi yang
terlalu tinggi akan menyebabkan kerusakan jaringan dan kematian eksplan.
Selain sterilisasi ekspan, keberhasilan dan arah morfogenesis eksplan
steril ditentukan oleh jenis dan konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) yang
ditambahkan ke dalam media kultur jaringan (George & Sherrington, 1984).
27
.
Gambar 1. Pengaruh konsentrasi auksin dan sitokinin terhadap
morfogenesis eksplan
C. Pelaksanaan Praktikum
4. Tempat Praktikum: Laboratorium Bioscains dan Bioteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Mataram
6. Pelaksanaan Praktikum
a) Persiapkan bahan dan alat yang akan digunakan
b) Buatkan bahan untuk sterilisasi media dari bayclean sebanyak 100 ml
dengan konsentrasi sodium hypochlorite 2 %
c) Masukkan eksplan yang telah disiapkan dan lakukan sterilisasi dengan
sodium hypoclorite selama 15 menit (daun dan batang) atau 20 menit
(akar dan biji). Letakkan bahan yang disterilkan di atas shaker.
d) Segera bawa bahan yang disterilkan ke Laminar Air Flow, buang
bayclean, lalu bilas secara aseptis dengan air steril sebanyak 3 kali.
e) Letakkan eksplan di atas petridish steril. Lalu potong ujung biji
f) Tanam eksplan secara aseptis pada media MS yang telah dipersiapkan
sebelumnya (letakkan 2 eksplan per botol).
g) Tuliskan label pada botol dengan nama kelompok, jenis eksplan dan
tanggal penanaman,
h) Letakkan di ruang kultur.
i) Lakukan pengamatan kontaminasi dan pertumbuhan eksplan setial 3
hari sekali (sampai 4 minggu).
j) Catat hasil pengamatan pada Tabel yang disediakan pada buku kerja
saudara.
30
ACARA V
KULTUR AKAR UNTUK PRODUKSI METABOLIT
SEKUNDER
32
c) Pelaksanaan Praktikum
2
MS+1mg/L BAP 1
2
MS+ 5mg/L 1
NAA+0.1mg/L BAP
2
ACARA VI
EKSTRAKSI DNA TUMBUHAN
37
C. Pelaksanaan Praktikum
a) Tempat Praktikum : Laboratorium Fisiologi dan Bioteknologi Tanaman
Fakultas Pertanian, Universitas Mataram
b) Bahan dan Alat Praktikum
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah daun tanaman
Catharantus roseus, larutan DNAzol, ethanol absolute dingin, dan larutan
thanol 96% dingin. Alat-alat yang digunakan adalah glass slide, pisau dan
mata pisau steril, centrifuge, timbangan analitik, pipet mikro, freezer.
vortex, hotplate/water bath, pipet tip biru, pipet tip kuning, pipet tip putih,
tabung microcentrifuge, mortar steril, pastille steril, dan tissue.
c) Pelaksanaan Praktikum
39
a) Letakkan bahan yang akan digunakan (daun tapak dara) di atas mortar
steril. Tuang Nitrogen cair ke dalam mortar. Haluskan sampel dengan
pistile steril hingga benar-benar halus.
b) Masukkan masing-masing 0.3 gr sampel halus ke dalam tabung
eppendorf.
c) Masukkan 250µL larutan DNAzol kedalam tabung eppendorf berisi
sampel. Sentrifugasi sampel pada kecepatan 13000 rpm selama 10
menit.
d) Pindahkan 200 µL supernatant ke dalam tabung eppendorf yang baru
dengan hati-hati. Usahakan agar pellet yang mengandung protein tidak
ikut terambil.
e) Sentrifugasi kembali pada kecepatan 10000 rpm selama 5 menit.
f) Pindahkan supernatant ke dalam tabung eppendorf yang baru.
g) Tambahkan 125 µL larutan ethanol absolute. Homogenkan campuran
dengan cara membolak-balik tabung sebanyak 10 kali dengan hati-hati.
Inkubasi sampel pada suhu ruang selama 5 menit.
h) Sentrifugasi sampel pada kecepatan 13000 rpm selama 10 menit.
Buang supernatant dengan hati-hati. Usahakan agar ujung tip tidak
menyentuh pellet DNA.
i) Cuci DNA dengan menambahkan 250 µL ethanol 96%. Homogenkan
campuran dengan cara membolakbalik tabung dengan hati-hati.
j) Sentrifugasi pada kecepatan 13000 rpm selama 10 menit. DNA akan
diam dibagian bawah tabung dalam bentuk pellet. Buang supernatant
secara hati-hati agar pellet DNA tidak ikut terbuang.
k) Letakkan tabung (dengan tutup terbuka) di atas meja selama 5 menit
untuk membuang sisa alkohol.
l) Larutkan pellet DNA secara hati-hati dengan Buffer TE sebanyak 25 l.
Lalu simpan DNA di freezer (-20C) untuk analisa dengan elektroforesis
pada praktikum berikutnya,
40
ACARA VII
ELEKTROFORESIS DNA TUMBUHAN
43
B. Dasar Teori
Salah satu tahapan penting sebelum DNA hasil ekstraksi dipergunakan
adalah mengetahui konsentrasi dan kualitas DNA yang akan dipergunakan.
Teknik-teknik yang umum digunakan untuk analisa tersebut adalah analisa
secara spektrofotometri atau elektroforesis.
Umumnya setiap senyawa memiliki kemampuan untuk menyerap cahaya,
baik cahaya ultraviolet maupun cahaya tampak, dimana kemampuan
spectrum cahaya yang diserap oleh senyawa atau unsur berbeda-beda
tergantung dari berat molekulnya. DNA adalah molekul yang mengandung
basa nitrogen purin dan pirimidin dengan kemampuan menyerap sinar
ultraviolet pada panjang gelombang 260 nm (Sambrock and Russel, 2001).
Analisa untuk mengetahui konsentrasi dan kemurnian DNA dapat dilakukan
dengan mengukur serapan Ultra violet dengan alat spectrophotometer pada
panjang gelombang 230, 260 dan 280 nm. Kemurnian DNA diperkirakan dari
nilai serapan panjang gelombang 260nm : 280 nm serta nilai dimana
serapan pada panjang gelombang 260 nm : 230 nm. Rasio tersebut dapat
digunakan untuk memperkirakan kemurnian DNA dan adanya kontaminan
berupa protein, polifenol dan karbohidrat. Nilai serapan (optical density/OD)
pada panjang gelombong 260nm digunakan untuk menghitung konsentrasi
DNA , dimana nilai absorbance 1 pada OD260 adalah setara dengan 50 g/ml
DNA. Sehingga konsentrasi DNA dapat dihitung dengan persamaan
(Sambrock and Russel, 2001) sebagai berikut:
Hasil ekstraksi DNA jarang sekali dapat menghasilkan DNA yang murni
karena hasil bacaan spektrofotometer dapat merupakan hasil bacaan
spektrum DNA, RNA dan senyawa-senyawa lainnya. Selain itu, perlakuan-
perlakuan selama ekstraksi dapat menyebabkan DNA yang dihasilkan
menjadi rusak sehingga estimasi kemurnian dengan analisa nilai absorbance
pada OD260 dan OD280 seringkali kurang akurat. Untuk mengatasi hal
tersebut, perkiraan konsentrasi dan kemurnian DNA dapat dilakukan dengan
cara melakukan elektroforesis DNA.
Elektroforesis adalah suatu proses perpindahan suatu molekul selluler
yang memiliki muatan dalam suatu media yang bermuatan listrik.
Elektroforesis dilakukan pada DNA, RNA dan protein untuk memisahkan
molekul tersebut berdasarkan pada ukurannya dengan menggunakan medan
listrik. DNA adalah molekul selluler bermuatan negatif. Jika molekul DNA
yang bermuatan negatif dilewatkan melalui suatu medium (misalnya gel
agarosa) kemudian dialiri arus listrik dari kutub negatif ke kutub positif, maka
molekul tersebut akan bergerak dari kutub negatif ke kutub positif. Kecepatan
pergerakan molekul tersebut tergantung dari ukuran (massa) molekul,
kepadatan media pergerakan, kuat arus dan bentuk molekulnya. DNA yang
berukuran lebih kecil akan bergerak lebih cepat dari molekul DNA yang
berukuran besar, dan pergerakan tersebut berbanding lurus dengan
konsentrasi agarosa dalam gel. Selain itu, semakin tinggi voltage yang
digunakan, maka pergerakan molekul DNA pada media akan semakin cepat.
Aplikasi elektroforesis DNA antara lain adalah untuk mengetahui kualitas
dan kuantitas DNA hasil ekstraksi, mengetahui ukuran fragmen DNA hasil
pemotongan dengan enzim restriksi, mengetahui ekspresi DNA tertentu,
analisa hasil kloning gen dan hasil proses PCR (Polymerase Chain
Reactions). Untuk melakukan elektroforesis DNA, terlebih dahulu
dipersiapkan media eletroforesis misalnya gel agarose. Gel agarose dibuat
dengan cara melarutkan agarose dalam suatu buffer dan dipanaskan,
kemudian dicetak dalam suatu cetakan gel yang ujungnya diberi sisir untuk
45
membuat sumur gel. Gel agarosa yang telah padat kemudian dimasukkan ke
dalam tangki elektroforesis yang telah berisi buffer yang berfungsi
menghantarkan arus listrik ke gel dan DNA. Buffer untuk elektroforesis DNA
umumnya adalah buffer Trisetat-EDTA (TAE buffer) atau tris-borat-EDTA
(TBE Buffer). DNA sampel kemudian dimasukkan ke dalam sumur-sumur gel
tersebut dan arus listrik dijalankan. Setelah beberapa waktu, gel agarose
kemudian direndam dalam senyawa untuk dapat melihat fragmen DNA,
misalnya ethidium bromida. Ethidium bromide adalah senyawa yang paling
banyak digunakan untuk mendeteksi DNA atau RNA. Ethidium bromida dapat
masuk ke ruang antara pasangan basa-basa dari DNA double heliks. Apabila
DNA yang telah direndam dengan ethodium bromide diberi radiasi, maka
ethidum bromide dapat menyerap energi dari nukleotida teradiasi tersebut
kemudan memancarkan kembali radiasi tersebut sebagai cahaya
kuning/oranye pada panjang gelombang 590nm. Dengan demikian, fragmen
DNA hasil eketroforesis dapat tampak melalui penyinaran gel hasil
elektrofesis DNA dengan sinar ultraviolet setelah DNA tersebut direaksikan
dengan ethidium bromida.
C. Pelaksanaan Praktikum
1. Tempat Praktikum : Laboratorium Biosains dan Bioteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Mataram
2. Bahan dan Alat Praktikum
Bahan-bahan yang digunakan adalah DNA hasil ekstraksi, DNA ladder,
Agarose, Running Buffer (1x Buffer TAE), Loading Dye, pipet tip kuning
dan pipet tip putih, dan ethidium bromide sedangkan alat-alat yang
digunakan adalah seperangkat alat gel elektroforesis, pencetak gel, sisir
gel, hotplate, gelas ukur, gelas piala, gel doc.
3. Cara Kerja
a) Keluarkan DNA dari kulkas dan letakkan di bak es selama 5 menit sampai
DNA mencair.
46
Ketentuan:
1. Laporan praktikum adalah laporan perorangan mingguan yang
dikumpulkan sebagai tiket masuk untuk acara praktikum
berikutnya
2. Laporan ditulis tangan dengan tulisan yang rapi dan jelas, diberi
garis pinggir dengan margin 3 cm dan ditulis dengan tinta
berwarna biru di atas kertas double folio atau kertas HVS
berukuran folio
3. Sistematika laporan adalah sebagai berikut:
Cover
Halaman Pengesahan
I. Pendahuluan ( a.Latar Belakang, b. Tujuan Praktikum)
II. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka sekurang-kurangnya 3 acuan dengan
ketentuan maksimum 1 acuan dari sumber website, tidak
menggunakan buku pedoman praktikum sebagai tinjauan
pustaka serta tidak menggunakan sumber berupa
Wikipedia, Ensiklopedia atau sejenisnya.
III. Metodologi (a.Waktu dan Tempat, b. Alat dan Bahan, c.
Pelaksanaan)
IV. Hasil Praktikum dan Pembahasan (a. Hasil Pengamatan, b.
Pembahasan)
V. Kesimpulan
Daftar Pustaka yang ditulis berdasarkan Metode Harvard
Lampiran : Lembar kerja perorangan asli yang ditandatangani
CoAss
50
c) Artikel Jurnal
Muller, V. (1994) ‘Trapped in the body: Transsexualism, the
law, sexual identity’, The Australian Feminist Law
Journal, vol. 3, August, pp. 103-107.
DAFTAR PUSTAKA
Alberts, B., Johnson, A. and Lewis,J. et al. (2002) Molecular biology
of the cell, 4th Edition. Gerland Science, New York.
Anonim (2003) Tissue culture media composition: Product
Information Sheet. Phyto Technology Laboratories, Inc. 7 p.
Badan Standardinasi Nasional (2004) SNI 01-7002-2004 benih
kentang (Solanum tuberosum L.) kelas benih sebar (G4).
Badan Standarisasi Nasional. 32 h.
Bajay, Y.P.S. (1988) Biotechnology in agriculture and forestry 6.
578 p.
Bunders, J.F.G. and Broerse, J.E.W. (1991) Appropriate
Biotechnology in Small-scale Agriculture: How to Reorient
Research and Development. 153 pp.
George, E.F. and Sherington, P.D. (1984). Plant propagation by
tissue culture : Hand book and directory of comercial
laboratorius. Exegenetics Ltd., England. 709.p.
Hendaryono, DPS and Wijayani, A (2012) Teknik kultur jaringan:
Pengenalan dan petunjuk perbanyakan tanaman secara
vegetatif modern. Kanisius, Yogyakarta. 140 h.
Keb-Llanes M., Gonzalez, G. and. Chi-Manzanero et al. (2002) A
rapid and simple method for small-scale DNA extraction in
Agavaceae and other tropical plant. Plant Molecular Biology
Reporter, 20: 299a−299e.
Lindsay, K. and Jones, M.G.K. (1989). Plant biotechnology in
agriculture. 241 p.
Pua, E.C and Devey, M.R. (2007) Trangenic Crops IV. In Nagata,
T, Lorz,H, Widholm. L (Eds.. Biotechnology in agriculture and
forestry 59.Springer- Verlag. 497 p.
Ranu N.L., 2009. Aturan Perbenihan dan Pengembangan Industri
Benih Kentang di Indonesia. Direktorat Jenderal Hortikultura.
Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
Salazer, L.F. (1982). Virus detection in potato seed production.
Technical Information Bulletin 18. International Potato Centre,
Peru. 16 p.
Sambrock, J and Russel, D.W. (2001) Molecular Cloning, 3rd
edition. Cold Spring Harbour, New York USA.
52