Anda di halaman 1dari 87

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBILOGI

Dosen pengampu :

Sofian, SP, M.Sc

Disusun oleh : KELOMPOK 10

1. MUHAMMAD IHROM (2203016079)


2. MUHAMMAD ARIF WICAKSONO (2203016075)
3. HANA PERTIWI (2203016057)
4. NUR SYIFA KHARISMAWATI (2203016005)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

2022
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR

Mata Uji :

Acara 1 pengenalan alat laboratorium

Acara 2 isolasi mikroba

Acara 3 pembuatan roti

Acara 4 pembuatan media PDA dan sterilisasi

KELOMPOK 10

5. MUHAMMAD IHROM (2203016079)


6. MUHAMMAD ARIF WICAKSONO (2203016075)
7. HANA PERTIWI (2203016057)
8. NUR SYIFA KHARISMAWATI (2203016005)

Disahkan pada :

Pembimbing Praktikum Laboran/teknisi

Sofian, SP ,.M.Sc Muhammad Ugiannur ,S.Sos


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul
“Laporan Praktikum Mikrobiologi” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah Mikrobiologi Dasar. Selain itu, laporan ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Alat, Bahan, K3, media PDA NA, Isolasi, dan
Pengamatan terhadap pembuatan roti, tempe, serta tauco.

Terlebih dahulu, kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sofian,


SP, MSc. selaku Dosen Mikrobiologi dasar yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak
dapat kami sebutkan semua, terima kasih atas bantuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini.
DAFTAR ISI
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI DASAR
ACARA I

PENGENALAN LABOLATORIUM

DOSEN PENGAMPU : SOFIAN, SP, MSc

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 10

HANA PERTIWI : 2203016057

NUR SYIFA KHARISMAWATI : 2203016005

MUHAMMAD IHROM : 2203016079

MUHAMMAD ARIF WICAKSONO : 2203016075

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

2022
ACARA I

PENGENALAN ALAT LABOLATORIUM

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pada saat melakukan praktikum mikrobiologi, tentu saja terlebih dahulu


kita perlu mengetahui jenis alat yang akan digunakan pada praktikum tersebut.
Selain itu, kita juga perlu mengetahui prosedur penggunaannya, cara pembersih
dan fungsi dari masing-masing alat tersebut. Pada saat sekarang ini alat
merupakan salah satu pendukung dari pada keberhasilan suatu pekerjaan
dilaboratorium. Sehingga untuk memudahkan dan melancarkan berlangsungnya
praktikum pengetahuan mengenai penggunaan alat sangat diperlukan. Pengenalan
alat-alat laboratorium penting dilakukan untuk keselamatan kerja saat melakukan
penelitian.

Alat-alat laboratorium biasanya dapat rusak atau bahkan berbahaya jika


penggunaannya tidak sesuai dengan prosedur. Pentingnya dilakukan pengenalan
alat-alat laboratorium adalah agar dapat diketahui cara penggunaan alat tersebut
dengan baik dan benar, sehingga kesalahan prosedur pemakaian alat dapat
diminimalisasi sedikit mungkin.

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka perlu dilakukannya


praktikum pengenalan alat agar dapat mengetahui fungsi serta pemakaiannya dari
alat, bahan, dan K3 yang digunakan dalam praktikum mikrobiologi.

Pada saat melakukan praktikum mikrobiologi, tentu saja terlebih dahulu


kita perlu mengetahui jenis alat, bahan, dan K3 yang akan digunakan pada
praktikum tersebut. Selain itu, kita juga perlu mengetahui prosedur
penggunaannya, cara pembersih dan fungsi dari masing-masing tersebut. Pada
saat sekarang ini alat, bahan dan K3 merupakan salah satu pendukung dari pada
keberhasilan suatu pekerjaan dilaboratorium. Sehingga untuk memudahkan dan
melancarkan berlangsungnya praktikum pengetahuan mengenai penggunaannya
sangat diperlukan. Pengenalan alat, bahan, dan K3 laboratorium penting dilakukan
untuk keselamatan kerja saat melakukan penelitian.

Alat, bahan, dan K3 laboratorium biasanya dapat rusak atau bahkan


berbahaya jika penggunaannya tidak sesuai dengan prosedur. Pentingnya
dilakukan pengenalan barang-barang yang terdapat di laboratorium adalah untuk
diketahui cara penggunaannya tersebut dengan baik dan benar, sehingga
kesalahan prosedur pemakaian alat dapat meminimalisasi sedikit mungkin.

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui alat-alat apa saja yang digunakan dalam praktikum dan
cara mempersiapkannya atau bagaimana cara menggunakannnya serta mengetahui
fungsi dan kegunaan dari alat-alat tersebut. Mahasiswa dapat mengetahui bahan
yang digunakan di laboratorium.

1. Mahasiswa dapat mengindentifikasikan beberapa macam alat dan


penggunaannya dengan benar.
2. Mengenalkan peralatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
dilaboratorim.
3. Mampu menggunakan peralatan K3 dilaboratorium dengan benar.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Antony Van Leeuwenhoek (1632- 1732) ialah orang yang pertama kali
mengetahui adanya dunia mikroorganisme itu. Dengan mikroskop ciptaannya ia
dapat melihat bentuk makhluk-makhluk kecil yang sebelumnya itu tidak diduga
sama sekali keadaannya. Alat-alat laboratorium mikrobiologi seperti lemari
pengeram (inkubator), autoklav, rak dan tabung reaksi, beker glass, pipet hisap,
pipet ukur, pinset, cawan petri, lidi kapas steril, lampu spritus, ose Pengujian total
mikroba dilakukan dengan menggunakan metode cawan.

Metode hitungan cawan paling banyak digunakan untuk menghitung


jumlah mikroba pada bahan pangan. Medium yang digunakan antara lain, medium
plate count agar (PCA), tabung reaksi, cawan petri, pipet, inkubator. Pembakar
Bunsen, untuk mensterilkan peralatan seperti ose, jarum, dan spatula dengan cara
membakar ujung peralatan tersebut di atas api bunsen sampai berpijar. Oven,
untuk mensterilkan cawan petri dan pipet volume. Penggunaan alat ini dengan
memasukkan alat-alat tersebut kedalam oven dan dipanaskan dengan suhu 160 –
170 derajat Celcius selama 1-2 jam.

Autoklave, untuk mensterilkan tabung reaksi bertutup dan erlenmeyer.


Penggunaan alat ini dengan memasukkan alat-alat tersebut kedalam autoklave
yang ditutup dengan rapat dan nyalakan autoklave dengan temperature 121℃ dan
tekanan antara 15-17,5 psi (pound per square inci) atau 1 atm selama 1 jam
(Kharisma dan Abdul, 2012) Autoklaf atau dikenal dengan metode sterilisasi
panas basah biasanya sterilisasi yang menggunakan bantuan alat autoklaf dengan
tekanan bersaturasi.

Hal yang perlu diperhatikan saat pengisian bahan/alat yang ingin


disterilkan adalah material tersebut dikemas cukup longgar di dalam sebuah
wadah (chamber) untuk mempermudah penetrasi uap panas dan menghilangkan
udara setelah proses sterilisasi selesai. beberapa aturan yang perlu diperhatikan
untuk menghindari kecelakaan atau bahaya saat menjalankan autoklaf:

1. Harus ditunjuk personil yang terlatih dan berpengalaman untuk


bertanggung jawab dan melakukan perawatan rutin.
2. Program pemeliharaan harus mencakup inspeksi secara rutin terhadap
chamber, door seals, dan semua gauges, yang dilakukan oleh personil yang
cakap Uap panas harus jenuh (saturated steam) dan bebas dari bahan kimia
korosif yang dapat mengkontaminasi bahan yang sedang disterilkan.
3. Semua bahan yang diautokaf harus berada di dalam wadah yang
memungkinkan uap panas mudah berpenetrasi secara merata dan
membuang udara keluar setelah proses. 4. Untuk autoklaf yang tanpa alat
interlocking safety yang dapat mencegah pintu terbuka saat chamber diberi
tekanan, saluran uap panas utama (the main steam valve) harus ditutup dan
suhu harus turun hingga dibawah 80 derajat celcius sebelum pintu dibuka.
III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum

Hari dan tanggal : Kamis, 15 September 2022

08.00-09.40 WITA

Tempat : Laboratorium hama dan penyakit tumbuhan

3.2 Bahan dan Alat

1. Alat tulis
2. Buku gambar

3.3 Cara Kerja

1. Menyiapkan semua preparat yang hendak teliti


2. Mengenali dan memperhatikan semua peralatan laboratorium yang
ada.
3. Mendokumentasikan semua peralatan laboratorium yang hendak
diteliti.
VI. HASIL PENGAMATAN

Nama Keterangan
1. Botol Penetes Digunakan untuk menyimpan cairan
indikator, cairan pewarnaan dan
sebagainya.

. 2. Botol Pereaksi Untuk menyimpan larutan bahan


kimia atau sering digunakan untuk
menyimpan indikator asam basa
seperti fenolftalin.

3. Buret Untuk mengukur volume larutan


dengan presisi tinggi seperti titrasi
dengan berbagai ukuran volume

4. Botol Semprot a. Untuk menyimpan aquades

b. Digunakan untuk mencuci


atau membilas alat-alat dan
bahan.
5. Botol Timbangan a. Menentukan kadar air suatu zat.

b. Digunakan untuk menyimpan bahan


yang akan ditimbang terutama untuk
bahan cair yang bersifat higroskopis.

6. Batang Pengaduk a. Digunakan untuk mengaduk larutan


atau suspensi yang umumnya berada
pada gelas kimia, Erlenmeyer atau
tabung reaksi.
b. Digunakan pula sebagai alat bantu
untuk memindahkan cairan dari suatu
bejana ke bejana lain.

7 Corong Untuk menyaring campuran kimia


dengan memanfaatkan gaya gravitasi,
biasanya diatasnya diberi kertas saring

8. Erlenmeyer a. Erlenmeyer digunakan dalam proses


titrasi untuk menampung larutan yang
akan dititrasi
b. Menampung filtrat hasil penyaringan
c. Digunakan untuk mengukur volume

9. Gelas Kimia a.Sebagai tempat untuk melarutkan zat


yang tidak memerlukan ketelitian tinggi
b.Sebagai wadah menampung dan
menyimpan larutan sekaligus untuk
memanaskannya.
c.Menguapkan larutan / air.

10. Labu Destilasi Untuk destilasi larutan. Pada bagian


atas terdapat karet penutup dengan
sebuah lubang sebagai tempat
termometer

11. Cawan Petri Berfungsi sebagai menimbang dan


menyimpan bahan kimia

12. Kawat nikrom Untuk uji nyala dari beberapa zat

13. Gelas Objek objek glass digunakan sebagai alas untuk


meletakkan preparat yang akan diamati
pada alat mikroskop.

14. Cover Glass Fungsi utama dari Cover Glass adalah


untuk menjaga spesimen padat ditekan
datar, dan sampel cair dibentuk menjadi
lapisan datar bahkan ketebalan . Hal ini
diperlukan karena mikroskop resolusi
tinggi memiliki wilayah yang sangat
sempit di mana mereka fokus .

15 Pinset Berfungsi untuk mengambil benda-benda


berukuran kecil. Dapat digunakan untuk
berbagai keperluan, seperti mengambil
sampel laboratorium, mereparasi
peralatan elektronik, dan lainnya.

16. Gelas Ukur a. Untuk mengukur volume 10 hingga


2000 mL.
b. Dapat digunakan untuk mengukur
volume segala benda baik padat
maupun cair maupun benda padat
pada berbagai ukuran volume

17. Tabung Reaksi a. Sebagai tempat untuk mereaksikan


bahan kimia
b. Untuk melakukan reaksi kimia
dalam skala kecil
c. Untuk memanaskan sampel atau
cairan.
18. Pipet Tetes Membantu memindahkan larutan kimia
dari wadah yang satu ke wadah yang
lainnya dalam skala yang kecil

19. Mikroskop Fungsi mikroskop sendiri utamanya


adalah untuk melihat serta mengamati
objek -objek yang memiliki ukuran
sangat kecil yang tidak dapat dilihat
hanya dengan menggunakan mata
telanjang.

20. Rak Tabung Reaksi Rak tabung reaksi merupakan salah


satu dari instrumen peralatan
laboratorium non-gelas yang
digunakan untuk menyimpan atau
menata beberapa tabung reaksi.
21. Hot Hand Untuk memegang peralatan gelas
yang masih dalam kondisi panas.

22. Kaki Tiga Digunakan untuk menahan kawat


kasa dalam proses pemanasan

23. Filter (Karet Penghisap) Untuk menghisap larutan yang akan


keluar dari botol. Untuk larutan selain
air baiknya digunakan karet
penghisap yang telah disambungkan
pada pipet ukur

24. Kawat Kasa Sebagai alas dalam penyebaran panas


yang berasal dari suatu pembakar

25. Labu Ukur Leher Panjang Untuk membuat larutan dengan


konsentrasi tertentu dan
mengencerkan larutan
26. Segitiga Porselin Peyangga krus pada pemanasan

27. Spatula Untuk mengambil bahan kimia dalam


bentuk padatan

28. Kertas Saring Untuk menyaring zat kimia

29. Ph Meter Digunakan untuk mengukur tingkat


keasaman dari suatu zat
30. Gelas Arloji a. Untuk menyimpan bahan yang akan
ditimbang terutama untuk bahan
padat
b. Dapat pula digunakan sebagai
penutup wadah pada saat penguapan

V. PEMBAHASAN
1. Corong gelas
Corong gelas adalah alat laboratorium yang digunakan untuk memudahkan
dan memasukkan cairan ke dalam wadah atau peralatan gelas di laboratorium.
Alat ini memiliki bentuk seperti kerucut dan memiliki bentuk batang corong
seperti pipa silinder yang Panjang. Alat gelas yang satu ini biasanya memiliki
beberapa ukuran diameter, yakni 50 mm sampai 120 mm. peralatan gelas yang
satu ini juga memiliki ukuran yang beragam, mulai dari yang paling besar 200
mm hingga terkecil 50 mm. fungsinya adalah sebagai alat untuk memindahkan
atau memasukkan larutan dari satu wadah ke wadah lainnya, dapat untuk
membantu memindahkan atau memasukkan larutan ke wadah ketempat yang
lebih kecil dari tempat yang besar, sebagai alat bantu untuk melakukan
penyaringan suatu zat atau bahan, digunakan untuk menyaring campuran bahan
kimia dengan gravitasi.
2. Tabung reaksi
Tabung reaksi berfungsi untuk tempat mereaksikan larutan atau bahan
kimia serta sebagai tempat mengembangbiakan mikroba dalam media cair.
Selain itu, tabung reaksi merupakan alat laboratorium yang sering dipanaskan
dan alat ini sering berkenaan dengan api. Maka dari itu tabung reaksi terbuat
dari kaca dan biasanya terbuat dari bahan pyrex.
3. Labu ukur
Labu ukur merupakan alat laboratorium yang digunakan untuk mengukur
volume suatu larutan saat proses pengeceran pada konsentrasi tertentu. Labu
ukur ini umumnya terbuat dari bahan dasar kaca yang transparan dan
mempermudah anda untuk melihat volume larutan yang akan dimasukkan ke
dalam labu ukur. Bagian bawahnya berbentuk seperti lampu bohlam dan
bagian leher yang Panjang disertai lubang dibagian atas sebagai tempat
masuknya larutan. Ukuran labu ukur bervariasi seperti 10 ml, 25 ml, 50 ml,
100 ml, 250 ml, 500 ml, 1000 ml.
4. Erlenmeyer
Erlenmeyer adalah salah satu alat laboratorium yang juga dikenal dengan
istilah labu Erlenmeyer. Alat ini memiliki fungsi sebagai wadah untuk bahan
kimia yang bersifat cair. Tak hanya untuk sebagai wadah larutan kimia, alat ini
juga berfungsi untuk menampung proses titrasi menggunakan biuret. Selain itu,
juga dapat digunakan sebagai tempat pembiakan mikroba.
5. Pipet volume
Pipet volume adalah alat laboratorium volumetric yang ada di
laboratorium. Sebagai salah satu alat ukur kuantitatif, pipet volume memiliki
tingkat akurasi yang lebih baik apabila dibandingkan dengan pipet ukur biasa.
Hal ini karena pipet volume hanya dapat mengukur satu ukuran volume saja.
6. Clamp
Penjepit tabung reaksi atau clamp adalah alat laboratorium yang digunakan
untuk mengambil atau memindahkan tabung reaksi dari satu tempat ke tempat
lain.
7. Retort
retort adalah alat yang digunakan untuk penyulingan atau penyulingan
kering suatu zat. Ini terdiri dari kapal bulat dengan leher panjang mengarah ke
bawah. Cairan yang akan disuling ditempatkan dalam bejana dan dipanaskan.
VI. KESIMPULAN

1. Pengetahuan terhadap cara penggunaan alat laboratorium, dapat meminimalisir


terjadinya kecelakaan dalam kegiatan praktikum.
2. Pemahaman pada fungsi dari alat laboratorium, sangatlah bermanfaat bagi
proses kegiatan praktikum.
3. Pemahaman pada fungsi alat laboratorium, bisa menghindari kegagalan ketika
kegiatan praktikum berlangsung.
4. Kegiatan praktikum pengenalan alat laboratorium dilakukan dengan
menggunakan 30 alat.
VII. DAFTAR PUSTAKA

https://academia.co.id/laporan-praktikum-pengenalan-alat-laboratorium/
2. PENGENALAN BAHAN PRAKTIKUM

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kegiatan praktikum mikroba, harus dengan alat laboratorium. Hal ini


karena ukuran mikroba sangatlah kecil, bahkan tidak bisa dilihat dengan mata
telanjang. Dalam menggunakan alat laboratorium ini, harus sesuai dengan aturan
dan fungsinya agar tidak mudah rusak. Oleh sebab itu, sebelum melakukan
pengamatan, harus melakukan pengenalan bahan laboratorium dahulu.

Pengenalan fungsi dan cara penggunaan bahan laboratorium dinilai sangat


penting untuk dilakukan. Dengan begitu, para penguji tidak salah dalam
menggunakan bahan laboratorium tersebut. Sehingga data penelitian yang
dihasilkan terbilang benar dan sesuai dengan faktanya. Dengan data tersebut, akan
terlihat kualitas yang ada pada penelitian seseorang.

Berdasarkan penjelasan yang telah dilakukan, maka sangat penting untuk


mengetahui nama, fungsi, dan cara penggunaan bahan laboratorium. Hal ini
bertujuan agar para peneliti tidak salah dalam menggunakan bahan laboratorium
tersebut.

1.2 Tujuan

1. Mahasiswa dapat mengetahui bahan yang digunakan di laboratorium.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Mengenal alat dan bahan kimia serta cara pemakaiannya hal yang sangat
penting dalam praktikum. Banyak bahan kimia yang harus ditangani dengan hati-
hati karena sifatnya berbahaya dan beracun.

Secara umum, fungsi setiapa alat telah diberikan karena tidak mungkin
semua fungsi diutarakan dalam melakukan kegiatan di laboratorium. Untuk
memudahkan dalam memahami alat-alat laboratorium yang dapat digunakan
dalam waktu relative lama dan dalam keadaan baik, maka diperlukan
pemeliharaan dan penyimpanan yang memadai.

Bahan-bahan yang biasa digunakan dilab adalah :


a. Aluminium foil
Kertas aluminium yang digunakan untuk membungkus tabung reaksi atau
Erlenmeyer yang disterilisasikan.
b. Laktofenol
Digunakan untuk memberikan warna pada media pengamatan.
c. Alcohol
Digunakan untuk mensterilisasikan alat maupun praktikan dalalm melakukan
praktikum.
d. Media PDA

Yaitu media untuk membiakkan jamur yang terbuat dari bahan dasar kentang.

e. Media Na

Media yang digunakan untuk membiakkan bakteri dengan bahan dasar daging
sapi
III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan tempat praktikum

Waktu dan tanggal : kamis, 15 september 2022,


08.00-09.40 WITA
Tempat : laboratorium hama dan penyakit tumbuhan.

3.2 Bahan dan alat

1. Alat tulis
2. Buku gambar

3.3 Cara kerja

1. Menyiapkan semua preparat yang hendak teliti


2. Mengenali dan memperhatikan semua bahan dan peralatan laboratorium
yang ada.
3. Mendokumentasikan semua bahan dan peralatan laboratorium yang
hendak diteliti.
IV. HASIL PENGAMATAN

Nama Keterangan
1. Aluminium Foil alumunium foil biasanya
difungsikan sebagai penutup bagian
mulut alat-alat praktikum berbahan
kaca sehingga bakteri ataupun jamur
tidak akan masuk ke dalamnya.

2. Laktofenol Pewarnaan laktofenol digunakan untuk


melihat karakteristik reproduksi
generatif seperti pembentukan
askospora, teliospora, dan basidiospora.

3. Alkohol Etanol banyak digunakan


sebagai pelarut organik dan bahan baku
untuk senyawa industri seperti
pewarna, obat sintesis, bahan kosmetik,
bahan peledak, bahan bakar.

4. Media Pda media yang umum untuk pertumbuhan


jamur di laboratorium karena memiliki
pH yang rendah (pH 4,5 - 5,6) sehingga
menghambat pertumbuhan bakteri yang
membutuhkan lingkungan yang netral
dengan pH 7,0.
5. Media Na Nutrient Agar (NA) adalah salah satu
contoh media yang sering digunakan
untuk menumbuhkan dan
mengembangbiakkan bakteri.

6. Amonia Zat ini juga digunakan sebagai gas


pendingin untuk memurnikan air.
Selain itu, amonia digunakan dalam
pembuatan plastik, sebagai bahan
peledak, tekstil, pestisida, pewarna dan
bahan kimia lainnya.

7. Asam Sulfat asam sulfat biasa digunakan sebagai


salah satu chemical reagent. Asam
sulfat digunakan pula pada proses
pembuatan bahan pewarna. Pada
proses pengolahan logam – besi dan
baja – asam sulfat berperan pada
proses cleaning (pickling)

8. Asam Klorida asam klorida biasa digunakan


untuk titrasi penentuan kadar basa
dalam sebuah larutan. Asam klorida
juga berguna sebagai bahan pembuatan
cairan pembersih porselen.
9. Formalin Dalam lab kimia, formaldehida atau
formaldehyde digunakan sebagai
disinfektan dan alat pembersih karena
sifatnya yang dapat membasmi hampir
semua mikroorganisme.

10. Natrium Hidroksida digunakan untuk mengendalikan


alkalinitas dan pH, dan menguraikan
material organik.

11. Kloroform Kloroform kebanyakan digunakan


sebagai pelarut nonpolar di
laboratorium. Wujudnya pada suhu
ruang berupa cairan bening, mudah
menguap, dan berbau khas.

12. Aluminium Sulfat Aluminium sulfat dapat


digunakan sebagai deodoran, zat, atau
sebagai obat penahan darah untuk luka
cukur yang dangkal.
13. Natrium Klorida Secara umum salah satu kegunaan utama
NaCl adalah untuk menjaga kandungan
cairan elektrolit dalam tubuh agar tetap
seimbang.

14. Metilen Biru Metilen biru digunakan untuk uji coba


bahan pewarna organik.

15. Kalsium Karbonat Kalsium karbonat digunakan


untuk meredakan gejala gangguan
pencernaan dan mulas. Zat tersebut juga
digunakan untuk mencegah osteoporosis,
sebagai suplemen kalsium, dan untuk
mengatasi kadar fosfat yang tinggi pada
pengidap penyakit ginjal.

16. Benzena Benzena memiliki bilangan oktan yang


cukup tinggi, sehingga benzena menjadi
salah satu campuran penting pada bensin.
17. Asam Sianida Asam sianida dalam bentuk larutan
dimanfaatkan untuk melakukan reaksi
proses kimia sintesis.

18. Asam Nitrat Asam nitrat biasanya digunakan di


laboratorium sebagai reagen.

19. Amonium Hidroksida Amonium hidroksida merupakan


golongan amonia yang biasa digunakan
sebagai pendingin, pupuk, bahan
pembersih dan pemutih, dan pada bahan
keperluan rumah tangga lainnya.

20. Klorin Fungsi utama klorin adalah menghambat


pertumbuhan serta membasmi bakteri dan
berbagai jenis mikroba.
V. PEMBAHASAN

Bahan-bahan yang tersedia di laboratorium berguna untuk menunjang


kegiatan praktikum. Aluminium foil berguna menutup erlemenyer atau tabung
reaksi. Di laboratorium juga terdapat beberapa larutan yang nantinya dapat
ditambahkan pada preparat percobaan sesuai kegunaannya masing-masing. Lalu
di laboratorium juga terdapat media tempat tumbuh mikroba yang dapat dibuat
secara manual atau dengan cara praktis. Berbagai larutan berbahaya juga terdapat
di laboratorium.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN

Bahan-bahan yang tersedia di Laboratorium berguna menunjang berbagai


acara praktikum yang dilaksanakan. Bahan-bahan tersebut sudah seharusnya
digunakan sebagaimana mestinya dan berhati-hati. Tetap mematuhi aturan yang
ada dan tetap kondusif dalam menggunakan alat dan bahan yang tersedia di dalam
laboratorium
VII. DAFTAR PUSTAKA

https://catatannyaari.blogspot.com/2015/03/pengenalan-alat-dan-bahan-
kimia.html
3. PENGENALAN ALAT K3 LABORATORIUM

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) laboratorium adalah semua


upaya untuk menjamin keselamatan dan Kesehatan kerja pekerja
laboratorium dari risiko-risiko yang ada di laboratorium. Laboratorium
adalah tempat staf mengajar, mahasiswa dan pekerja lab melakukan
eksperimen dengan bahan kimia alat gelas dan alat khusus. Penggunaan
bahan kimia dan alat tersebut berpotensi terjadinya kecelakaan kerja. Pada
umumnya kecelakaan kerja penyebab utamanya adalah kelalaian atau
kecerobohan. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk mencegah
terjadinya kecelakaan dengan cara membina dan mengembangkan
kesadaran akan pentingnya K3 dilaboratorium.

1.2 Tujuan

1. Dapat mengindentifikasi beberapa macam alat dan penggunaannya dengan


benar.
2. Mengenalkan peralatan Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di
laboratorium.
3. Mampu menggunakan peralatan K3 dilaboratorium dengan ben
II. TINJAUAN PUSTAKA

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang


memproteksi tenaga kerja, perusahaan, lingkungan hidup dan masyarakat sekitar
dari bahaya yang disebabkan oleh proses produksi. K3 bertujuan untuk
mencegah , bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja ( zero accident ).
K3 secara filosofi merupakan suatu pemikiran atau upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani, tenaga kerja
padakhususya dan masyarakat pada umumnya terhadap hasil karya dan budayanya
menuju masyarakat yang adil dan makmur. Sedangkan pengertian K3 secara
keilmuan dalam ilmu pengetahuan dan penerapnya, K3 adalah uasha mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, K3 adalah suatu upaya guna
memperkembangkan kerja sama, saling pengertian dan partisipasi efektif dari
pengusaha atau pengurus dan tenaga kerjadalam tempat-tempat kerja untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban bersama dibidang keselamatan dan Kesehatan
kerja.

Berikut adalah peranan dan fungsi K3 :


a. Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas
keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup
dan meningkatkan produksi serta produktifitas nasional.
b. Setiap orang yang berbeda ditempat kerja perlu terjamin keselamatannya.
c. Setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan
efisien.
d. Untuk mengurangi biaya perusahaan jika terjadi kecelakaan kerja dan
penyakit akibat hubungan kerja karena sebelumnya sudah ada Tindakan
antisipasi dari perusahaan
III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan tempat praktikum

Waktu dan tanggal : kamis, 15 september 2022, 08.00-09.40


Tempat : laboratorium hama dan penyakit tumbuhan

3.2 Bahan dan alat

1. Alat tulis
2. Buku gambar

3.3 Cara kerja

1. Mengenali dan memperhatikan semua alat-alat K3 laboratorium yang


ada.
2. Mendokumentasikan semua alat-alat K3 laboratorium yang hendak
diteliti
IV. HASIL PENGAMATAN

Nama Keterangan

1. Kacamata Pelindung Kacamata keselamatan adalah alat


keselamatan kerja yang berfungsi untuk
melindungi area mata dari percikan zat
saat penelitian di laboratorium.

2. Pelindung Muka alat keselamatan kerja di laboratorium


yang berguna untuk melindungi area
wajah.  Tujuan penggunaan alat ini
adalah agar zat-zat kimia yang diteliti
tidak terkena percikan langsung ke kulit
wajah.

3. Masker Masker adalah salah satu alat


keselamatan kerja yang berguna untuk
melindungi pernapasan akibat penguapan
zat kimia di laboratorium.

4. Sarung Tangan Untuk melindungi tangan, diperlukan


sarung tangan / kaos tangan dengan
tujuan melindungi tangan dari bahan
kimia yang tercecer sehingga dapat
menyebabkan kulit tangan menjadi gatal
atau bahkan dapat mengakibatkan
melepuh.
5. Pelindung Telinga Agar telinga tetap terlindungi dari
pengaruh gelombang ultrasonik, maka
kita bisa menggunakan pelindung
telinga. Pelindung telinga untuk
laboratorium bisa berupa headset
ataupula berupa earplug.

6. Sepatu Lab Sepatu adalah alat keselamatan kerja


yang harus dikenakan saat memasuki
laboratorium.

7. Fire Blanket Fire blanket adalah alat keselamatan


kerja yang berguna untuk
memadamkan api.

8. First Aid Berfungsi sebagai pertolongan


pertama (first aid kit) berguna bila
terjadi kecelakaan ringan, misalnya
tangan tergores oleh suatu benda
tajam.
9. Alat Pemadam Api  Fungsi dari alat pemadam api tak lain
adalah untuk memadamkan api jika
timbul api tiba-tiba.

10. Safety Shower Safety shower adalah alat keselamatan


kerja yang berguna untuk
membersihkan diri anda ketika terkena
cairan zat kimia dalam jumlah yang
banyak.
V. PEMBAHASAN

1. Jas laboratorium
Alat pengaman utama yang perlu digunakan adalah jas laboratorium. Jas
laboratorium menghindari kontak antara anggota tubuh dengan percikan bahan-
bahan korosif seperti asam kuat. Sebaiknya pilih jas laboratorium dengan lengan
Panjang untuk memaksimalkan proteksi.
2. Masker
Masker ini berfungsi untuk melindungi organ pernafasan dengan cara
menyaring pencemaran bahan kimia, mikroorganisme, dan partikel-partikel di
laboratorium. Jadi, udara yang dihirup masuk kedalam tubuh adalah udara yang
bersih dan sehat.
3. Kotak pertolongan pertama
Pada kecelakaan (P3K) adalah pertolongan sementara yang diberikan
kepada seseorang yang menderita sakit atau kecelakaan sebelum mendapat
pertolongan dari tenaga medis. P3K bertujuan memberikan perasaan tenang
kepada korban dan mencegah atau mengurangi risiko bahaya yang mungkin
terjadi akibat kecelakaan tersebut. Ada beberapa peralatan atau perlengkapan
pertama pada kecelakaan yang disiapkan di dalam kotak P3K yaitu kasa steril,
plester, plester obat, kapas, gunting, lampu senter.
4. Kacamata pelindung
Kacamata dapat menjaga mata, baik dari paparan debu maupun asap yang
dapat membuat mata iritasi, percikan kimia yang umumnya terjadi didalam
laboratorium. Ada beberapa jenis kacamata yang penggunaannya disesuaikan
dengan kebutuhan Anda:
a. Safety spectacles, digunakan untuk melindungi mata dari partikel yang
beterbangan. Dapat juga digunakan untuk menghalau panas berlebihan
yang tak dapat ditoleransi oleh mata;
b. Safety goggles, dipakai ketika lokasi kerja yang harus Anda hadapi
terpapar uap, asap, atau kabut yang mengganggu penglihatan.Bentuknya
yang dilengkapi dengan segel pelindung di area mata membuat mata
Anda terhindar dari percikan cairan yang mungkin datang dari segala
arah; serta
c. Face shield dan welding helmet,APD yang mampu melindungi wajah
Anda secara utuh. Terkadang, bahaya kilatan api tak hanya berdampak
pada mata, namun juga wajah Anda.
5. Sepatu boots
Tanpa sepatu yang sesuai, kaki akan rentan terluka oleh benda tajam di
tanah ataupun kejatuhan benda berbahaya dari atas. Karena itu, menggunakan
sepatu boot berfungsi untuk melindungi kakidari tusukan benda tajam, bahan
kimia berbahaya, cairan yang terlalu dingin atau panas, dan lain-lain.
6. APAR
Alat pemadam api ringan (APAR) merupakan alat khusus yang digunakan
untuk mengendalikan atau memadamkan kebakaran kecil. Tabung berwarna
merah berukuran kecil yang biasanya menempel di dinding-dinding Gedung itulah
yang disebut APAR. Tabung APAR diisi dengan bahan yang dapat memadamkan
api serta memiliki tekanan tinggi. Alat ini menjadi salah satu peralatan wajib
dalam k3 yang harus disediakan oleh perusahaan untuk mencegah kebakaran
besar yang dapat mengancam pekerja dan aset-aset.
7. Fire blanket
Fire blanket atau selimut api adalah alat pemadam api kecil berbentuk
selimut, terbuat dari bahan tahan api, seperti benang fiber, serat kaca, serat aramid
(Kevlar), dan kain fiberglass terbentuk dari benang fiber yang melalui proses
tenun menjadi kain yang sangat efisien sebagai bahan peredam panas sampai
panas maksimal 550 derajat.
8. Sarung tangan
Sarung tangan safety merupakan salah satu perlengkapan keselamatan
kerja. Benda ini digunakan untuk melindungi tangan dari berbagai macam bahaya
yang dapat melukai pekerja. Ada 12 jenis sarung tangan safety yaitu sarung
tangan kain, sarung tangan kain dengan lapisan, sarung tangan karet,plastic, atau
sintetis, sarung tangan kulit, sarung tangan aluminized, sarung tangan Kevlar,
sarung tangan tahan tusuk, sarung tangan tahan benturan dan getaran, sarung
tangan karet butyl, sarung tangan getah alami, sarung tangan neoprene, sarung
tangan karet nitril.
9. Pelindung telinga
Alat pelindung telinga K3 adalah alat untuk menyumbat telinga atau
penutup telinga yang digunakan atau dipakai dengan tujuan melindungi,
mengurangi paparan kebisingan masuk dalam telinga. Fungsinya adalah
menurunkan intensitas kebisingan yang mencapai alat pendengaran. Nama alat
pelindung telinga yaitu ear plug.
10. Pembasuh mata
Pembasuh mata merupakan alat untuk membasuh mata yang sudah
terlanjur terkena cairan kimia. Anda dapat membasuh mata menggunakan air yang
mengalir dari alat ini selama beberapa saat.
VI. KESIMPULAN

1. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang


memproteksi tenaga kerja, perusahaan, lingkungan hidup dan masyarakat
sekitar dari bahaya yang disebabkan oleh proses produksi. K3 bertujuan untuk
mencegah , bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja ( zero accident ).
2. Tujuan dari praktikum ini yaitu dapat mengindentifikasi beberapa macam alat
dan penggunaannya dengan benar. Mengenalkan peralatan Kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) di laboratorium. Mampu menggunakan peralatan K3
dilaboratorium dengan benar.
3. Jadi dapat disimpulkan bahwa, K3 adalah suatu upaya guna
memperkembangkan kerja sama, saling pengertian dan partisipasi efektif dari
pengusaha atau pengurus dan tenaga kerjadalam tempat-tempat kerja untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban bersama dibidang keselamatan dan
Kesehatan kerja.
Berikut adalah peranan dan fungsi K3 :
a. Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas
keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan
hidup dan meningkatkan produksi serta produktifitas nasional.
b. Setiap orang yang berbeda ditempat kerja perlu terjamin
keselamatannya.
c. Setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman
dan efisien.
d. Untuk mengurangi biaya perusahaan jika terjadi kecelakaan kerja dan
penyakit akibat hubungan kerja karena sebelumnya sudah ada
Tindakan antisipasi dari perusahaan.
VII. Daftar Pustaka

http://repository.untag-sby.ac.id/772/2/BAB%20II.pdf

https://ibs.co.id/id/alat-keselamatan-kerja-di-laboratorium/
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI DASAR
ACARA II

STERILISASI BAHAN DAN ALAT

DOSEN PENGAMPU : SOFIAN, SP, MSc

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 10

HANA PERTIWI : 2203016057

NUR SYIFA KHARISMAWATI : 2203016005

MUHAMMAD IHROM : 2203016079

MUHAMMAD ARIF WICAKSONO : 2203016075

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

2022
ACARA II

STERILISASI DAN PEMBUATAN MEDIA PDA

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam melakukan pembuatan PDA sterilisasi sangat diutamakan baik alat maupun
medianya. Suatu alat dikatakan steril apabila alat atau bahan, bebas dari mikroba baik dalam
bentuk vegetatif maupun spora. Untuk itu sebagai pemula dalam mikrobiologi sangat perlu
mengenal teknik sterilisasi, pembuatan media serta teknik penanaman.

Secara umum sterilisasi merupakan proses pemusnahan kehidupankhususnya mikroba 
dalam suatu wadah ataupun peralatan laboratorium. Sterilisasi dalam Mikrobiologi
adalah suatu proses untuk mematikan semua mikroorgansime yang terdapat pada atau
didalam suatu benda. Ada tiga cara utama yang uamum dipakai dalam sterilisasi yaitu,
penggunaan panas, penggunaan bahan kimia, dan penyaringan (Filtrasi) apabila panas
digunakan bersama-sama dengan uap air maka disebut sterilisasi basah, bila tanpa
kelembaban maka disebut sterilisasi kering.

Media biakan (pertumbuhan) adalah bahan ataupun campuran bahan yang dapat
digunakan untuk membiakkan mikroba karena memiliki daya dukung yang tinggi terhadap
pertumbuhan dan perkembangbiakanya. Jenismedia sangat bervarisasi. Berdasarkan
bentuknya ada tiga macam media, yaitu media cair, media semi solid dan media padat.
Perbedaan utama ketiga macam media, yaitu ada tidaknya bahan pemadat. Media cair tidak
menggunakan bahan pemadat. Media semi solid dan media padat menggunakan bahan
pemadat. Yang paling umum digunakan adalah agar-agar.

Media tumbuh bagi mikroba memiliki keragaman dalam hal tipe nutrisi tergantung
mikroba yang mengimbanginya. Sumber nutrisi bisa saja berasal dari bahan alami maupun
buatan dengan campuran zat kimiawi. Media dituang kedalam wadah yang telah disterilkan
sebelum digunakan. PH media perlu disesuaikan dan ditentukan dengan nilai yang optimum
bagi pertumbuhan mikroorganisme.

Mikroba merupakan jasad renik yang memberikan pengaruh besar bagi kehidupan
manusia. Tidak semua mikroba memberi pengaruh baik untuk manusia. mikroba ada yang
sifatnya pathogen (menimbulkan penyakit), sifat pathogen ini yang biasa menjadi penyebab
rusaknya objek penelitian mengenai mikroba ada pula yang sifatnya apatogen, mikroba yang
sifatnya pathogen tumbuh bebas di lingkungan hidup kita. Beberapa mikroba bahkan sangat
menguntungkan bagi manusia dan dapat mengubah nilai ekonomis ataupun citarasa makanan.
Mikroba dapat dibedakan menjadi beberapa jenis sesuai dengan karakteristik, fisiologi dan
keberadaannya. Dengan adanya media diharapkan mikroba yang diinokulasi dapat dibiakkan
dan digunakan untuk keperluan penunjang diagnosa di laboratorium. Media yang baik
tentunya mampu menciptakan suasana yang sesuai untuk pertumbuhan mikroba.

1.2 Tujuan

Tujuan Sterilisasi Bahan dan Peralatan :

1. Memahami berbagai macam prosedur sterilisasi


2. Untuk mengetahui bagaimana cara mensterilisasikan alat-alat tersebut.

Sterilisasi: suatu proses untuk mematikan semua mikroorganisme yang terdapat PDA

Tujuan pembuatan PDA :

1. Dapat mengetahui cara membuat media biakkan bagi pertumbuhan dan perkembangan
jamur mikro.
2. Mengetahui komposisi-komposisi yang digunakan dalam pembuatan media PDA.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka Sterilisasi

Peralatan atau bahan yang digunakan dalam bidang mikrobiologi harus dalam
keadaan steril. Adapun arti steril yaitu tidak didapatkannya mikroba yang tidak diharapkan
kehadirannya, baik yang mengganggu ataupun merusak media serta menggagu kehidupan
dan proses yang sedang dikerjakan. Setiap proses baik fisika, kimia, dan mekanik yang
membunuh semua bentuk hidup terutama mikroorganisme disebut dengan sterilisasi
(Waluyo, 2010).

Sterilisasi merupakan suatu proses dengan metode tertentu yang dapat memberikan
hasil akhir, yaitu suatu bentuk keadaan yang tidak dapat ditunjukkan lagi adanya
mikroorganisme hidup. Metode sterilisasi cukup banyak, namun alternatif yang dipilih sangat
bertanggung pada keadaan serta kebutuhan setempat. Apapun pilihan metode, hendaknya
tetap menjaga kualitas hasil sterilissi (Raudah, 2017).

Adapun metode yang umum digunakan adalah metode panas, baik itu panas kering
maupun panas basah, akan tetapi metode lain, seperti penyarian cairan yang mempertahankan
mikroorganisme yang dapat di budidayakan di media laboratorium biasa, sangat diharapkan
(Burrows, 1959).

2.2 Tinjauan Pustaka Media

Media yang tersusun atas nutrisi serta kondisi lingkungan yang tepat dibutuhkan
dalam pembiakan mikroba di laboratorium. Zat hara dibutuhkan untuk pertumbuhan,
pembentukan sel, sumber energi dalam metabolisme dan pergerakan. Media yang digunakan
untuk pembiakan biasanya mengandung air, sumber energi, zat hara, phostphat, N, O2, S, H
dan unsur mikro lainnya (Lay, 1994).

Menurut Jiwintarum (2017), media yaitu bahan yang tersusun atas berbagai nutrisi
yang dibutuhkan cendawan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakannya. Secara kimiawi,
media untuk mikroba dapat dibedakan menjadi media sintetik, media semi sintetik dan media
non-sintetik. Pada media sintetik, komponen bahan yang digunakan diketahui secara
terperinci. Media sintetik biasanya digunakan untuk pengamatan sifat dan genetika mikroba.
Senyawa anorganik maupun organik yang ditambahkan kedalam media sintetik harus
murni, sehingga memiliki harga yang relatif mahal. Sedangkan media non-sintetik merupakan
media yang tersusun atas zat alami, zat tersebut biasanya tidak diketahui komponen
kimiawinya secara terperinci. Sebagai contoh, bahan yang digunakan dalam media non-
sintetik adalah ekstrak daging, ekstrak ragi, kaldu daging dan pepton dalam media ini juga
biasanya ditambahkan darah, serum, asam amino atau nukleosida dan vitamin. Bahan-bahan
tersebut diperlukan mikroorganisme tertentu untuk pertumbuhannya. Media non-sintetik
biasanya digunakan di laboratorium mikrobiologi karena mudah disediakan dan lebih
ekonomis dibandingkan media.

Media pertumbuhan atau media kultur adalah material nutrient yang diperkaya dengan
bahan tertentu untuk pertumbuhan mikroorganisme di laboratorium (Murwani, 2015). Media
berfungsi untuk tempat tumbuhnya mikroba, isolasi, memperbanyak jumlah, menguji sifat-
sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikroba, dimana dalam proses pembuatannya harus
disterilisasi dan menerapkan metode aseptis untuk menghindari kontaminasi (Putri, dkk.,
2017).

Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara (nutrient) yang
berguna untuk membiakkan mikroba. Dengan mempergunakan bermacam-macam media
dapat dilakukan isolasi, perbanyakan, pengujian sifat-sifat fisiologis dan perhitungan jumlah
mikroba.

Supaya mikroba dapat tumbuh baik dalam suatu media, maka medium tersebut harus
memenuhi syarat-syarat antara lain:

a. Harus mengandung semua zat hara yang mudah digunakan oleh mikroba
b. Harus mempunyai tekanan osmosa, tegangan permukaan dan pH yang sesuai dengan
kebutuhan mikroba yang ditumbuhkan
c. Mengandung zat-zat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba
d. Harus berada dalam keadaan steril sebelum digunakan, agar mikroba yang diinginkan
dapat tumbuh baik.
III. METODE PRAKTIKUM
STERILISASI

3.1 Waktu dan tempat praktikum

Waktu dan tanggal : kamis, 22 september 2022, 08.00-09.40


Tempat : laboratorium hama dan penyakit tumbuhan

3.2 Bahan dan alat

1. Petridish
2. Tabung reaksi
3. Erlenmeyer
4. jarum ose
5. Becker glass
6. Pinset
7. Alkohol
8. Aluminium foil

3.3 Cara kerja

 Sterilisasi dengan Oven


1. Untuk tabung reaksi atau erlenmeyer disumbat terlebih dahulu dengan kapas sampai
hampa udara dan dilapsi dengan aluminium foil, setelah itu dibungkus dengan kertas
bersama dengan petridish.
2. Setelah itu masukkan dalam oven dengan suhu 160 -1750C selama sekurang-
kurangnya 10 menit.
 Autoklaf
1. Masukkan alat, bahan yang akan diautoklaf, tetapi terlebih dahulu periksa air didalam
autoklaf tersebut, setelah itu tutup rapat-rapat.
2. Setelah itu hidupkan autoklaf dan tunggu sampai bertekanan 1 atm dan pertahankan
selama 15 menit.
 Dengan alcohol
1. Cukup dibersihkan dengan alkohol alat atau bahan yang akan dipakai.

MEDIA PDA

3.4 Waktu dan tempat praktikum

Waktu dan tanggal : kamis, 29 september 2022, 08.00-09.40


Tempat : laboratorium hama dan penyakit tumbuhan

3.5 Bahan yang digunakan dalam pembuatan media PDA adalah:

1. Kentang ± 150 200 gram.


2. Agar-agar ± 20 gram.
3. Gula halus ± 20 gram.
4. Air ± 1000 ml.
5. Gelas Piala
6. Pengaduk
7. Saringan
8. Erlenmeyer
9. Timbangan
10. Kompor atau pemanas.
11. Panci atau dandang

3.6 Cara kerja

1. Kentang terlebih dahulu dicuci bersih dan dikupas setelah itu potong-potong
kentang dengan ukuran 2 x 2 mm brbentuk kotak-kotak lalu di timbang 200 gram.
2. Siapkan air dalam gelas piala sebanyak 500 cc diatas kompor dan didihkan.
3. Setelah itu masukkan kentang yang sudah di potong-potong ke dalam gelas piala
aduk hingga hancur empuk. Setelah hancur empuk kentang tersebut diangkat dan
disaring, (yang diambil hanya airnya saja) tambahkan air hingga 1000 cc.
4. Panaskan kembali gelas piala yang berisi saringan dari kentang tersebut dan
tambahkan dengan gula 20 gram dan agar 20 gram serta tambahkan air hingga
total larutan 1000 cc. Aduk hingga larutan menjadi homogen. Setelah itu
masukkan larutan PDA itu ke dalam erlenmeyer yang telah disediakan, lalu
sumbat mulut erlenmeyer tadi dengan kapas sampai kedap udara dan setelah itu
bungkus dengan kertas aluminium foil.
5. Sterilisasikan dengan tekanan 2 atm di autoclave atau di dalam dandang dengan
meletakkan kentang di dalamnya. PDA dianggap steril apabila kentang tersebut
empuk. Lalu kemudian PDA siap untuk di gunakan
IV. HASIL PENGAMATAN

Sterilisasi Keterangan

Cawan petri digunakan sebagai


wadah PDA untuk penyelidikan
tropi dan juga untuk mengkultur
bakteri, khamir, spora, atau biji-
bijian.

PDA Keterangan
PDA kami buat dalam praktikum
kali ini sebelum di aduk PDA
memiliki warna yang bening, agak
, dan memiliki tekstur yang cair.
Setelah PDA di aduk warna
berubah menjadi kuning keruh dan
sedikit mengental.
V. PEMBAHASAN

Percobaan pertama adalah sterilisasi. Pada percobaan sterilisasi, cawan


petri pada awalnya dicuci dengan sabun cuci untuk membunuh mikroba dengan
cara kimia, kemudian dibilas dengan aquadest. Setelah dikeringkan cawan petri
kemudian dibungkus dengan kertas untuk isolasi termal (penghalang dan
reflektifitas), jadi panasnya tidak akan keluar dari dalam cawan petri yang ingin
disterilkan.

Media yang steril dapat dibuat dengan cara memperhatikan kebersihan saat
membuat media dan setelah media selesai dibuat, maka media tersebut
dimasukkan kedalam autoclave untuk disterilisasi.

Autoclave adalah alat pemanas tertutup yang digunakan untuk


mensterilisasi suatu benda menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi
(121°C, 15 lbs) selama kurang lebih 15 menit. Penurunan tekanan pada autoklaf
tidak dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme, melainkan meningkatkan
suhu dalam autoklaf. Suhu yang tinggi inilah yang akan membunuh
mikroorganisme. Autoklaf terutama ditujukan untuk membunuh endospora, yaitu
sel resisten yang diproduksi oleh bakteri, sel ini tahan terhadap pemanasan,
kekeringan, dan antibiotik. Pada spesies yang sama, endospora dapat bertahan
pada kondisi lingkungan yang dapat membunuh sel vegetatif bakteri tersebut.
Endospora dapat dibunuh pada suhu 100°C, yang merupakan titik didih air pada
tekanan atmosfer normal. Pada suhu 121°C, endospora dapat dibunuh dalam
waktu 4-5 menit, di mana sel vegetatif bakteri dapat dibunuh hanya dalam waktu
6-30 detik pada suhu 65°C.

Perhitungan waktu sterilisasi autoklaf dimulai ketika suhu di dalam


autoklaf mencapai 121°C. Jika objek yang disterilisasi cukup tebal atau banyak,
transfer panas pada bagian dalam autoklaf akan melambat, sehingga terjadi
perpanjangan waktu pemanasan total untuk memastikan bahwa semua objek
bersuhu 121°C untuk waktu 10 – 15 menit.

Percobaan kedua adalah pembuatan Potato Dextrose Agar (PDA). Pada


pembuatan PDA ini awalnya adalah mencampurkan ekstrak kentang dengan PDA
dan agar. Tujuannya adalah untuk membuat nutrisi untuk mikroba yang
mengandung substansi jaringan tumbuhan yang dapat larut dalam air Dan agar
digunakan sebagai bahan pemadatan media.

Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari


campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk
pertumbuhannya. Media PDA (Potato Dextrose Agar) merupakan medium
semisintetik, merupakan tempat dimana terjadi perkembangan organisme,
organisme menyerap karbohidrat dari kaldu kentang dan gula serta dari agar yang
telah dicampur. Cara pembuatan PDA (Potato Dextrose Agar) adalah
mencampurkan ekstrak kentang dengan PDA dan agar. Kemudian
memanaskannya di atas hot plate dan diaduk dengan magnetic stirrer.
VI. PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Sterilisasi merupakan proses untuk mematikan semua mikroorganisme


yang hidup. Cara kerja sterilisasi ialah cara kerja agar terhindar dari kontaminasi,
cara steril ini digunakan pada pembuatan media, dan pembuatan preparat.
Sterilisasi dapat dilakukan dengan !ara &isik, kimia, radiasi dan filter. Media
adalah substansi yang terdiri atas campuran zat-zat makanan (nutrien) yang
dipergunakan untuk pemeliharaan dan pertumbuhan mikroorganisme.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, praktikan sudah mengenal


media biakan yang sering digunakan dalam penangkapan dan penumbuhan bakteri
serta sudah bisa membuat suatu media alami. Media alami yang dibuat adalah
PDA (Potato Dextrose Agur) yang terdiri dari kentang (ekstraknya), agar-agar,
gula dan aquades. Kondisi media yang telah dibuat tersebut cukup baik dan tidak
terkontaminasi oleh mikroorganisme lain sehingga dapat digunakan untuk
menangkap dan menumbuhkan bakteri.

Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari


campuran zat- zat makanan atau nutrisi yang diperlukan oleh mikroorganisme
untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi di dalam media
berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel.
Dengan media, pertumbuhan dapat dilakukan dengan isolasi mikroorganisme
menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya.
Bahan dasar adalah air (H2O) sebagai pelarut dari agar-agar (rumput laut) dimana
agar- agar tersebut berfungsi sebagai pemadat media.

6.2 Saran

Dalam praktikum pembuatan media dan sterilisasi adalah praktikan lebih


dari satu orang agar dapat memperhatikan mahasiswa, memberikan arahan
sehingga pada saat praktikum tidak terjadi kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA

Khaeruni.Andi dan Vit Neru Satrah. 2017. Penuntun Praktikum Mikrobiologi


Pangan. Universitas Halu Oleo. Kendari,

Machmud, M. 2013. Teknik Penyimpanan dan Pemeliharaan Mikroba Balai


Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan. Bogor.

Mirsadiq, Lucky. 2013. Laporan Praktikum Migrobiologi Pertanian.


Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Suardani, Dkk. 2014.
Identifikasi E Colli O157:H7 dari Feses Ayam dan Uji Profil
Hemolisisinya Pada Media Agar Darah. Jurnal kedokteran hewan.
Vol8. No. 1.

Suhardi, S.H., Koesnandar, D. K. Indriani, H. Arnaldo 2015. Biosafety:


Pedoman Keselamatan Kerja di Laboratorium Mikrobiologi dan
Rumah Sakit. PT. Multazam Mitra Prima.

Saputra, Andi Tri. 2013. Laporan Mingguan Biologi dan Mikrobiologi


Lingkungan Sterilisasi dan Pembuatan Media.
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI DASAR
ACARA III

ISOLASI MIKROBA

DOSEN PENGAMPU : SOFIAN, SP, MSc

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 10

HANA PERTIWI : 2203016057

NUR SYIFA KHARISMAWATI : 2203016005

MUHAMMAD IHROM : 2203016079

MUHAMMAD ARIF WICAKSONO : 2203016075

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

2022
ACARA III ISOLASI MIKROBA

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat


kecil sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan. Mikroorganisme
disebut juga organisme mikroskopik. Mikroorganisme seringkali bersel tunggal
(uniseluler) maupun bersel banyak (multiseluler) Namun, beberapa protista bersel
tunggal masih terlihat oleh mata telanjang dan ada beberapa spesies multisel tidak
terlihat mata telanjang.

Mikroorganisme biasanya dianggap mencakup semua prokariota, protista,


dan alga renik. Fungi, terutama yang berukuran kecil dan tidak membentuk hifa,
dapat pula dianggap sebagai bagiannya, meskipun banyak yang tidak
menyepakatinya. Kebanyakan orang beranggapan bahwa yang dapat dianggap
mikroorganisme adalah semua organisme sangat kecil yang dapat dibiakkan
dalam cawan petri atau inkubator di dalam laboratorium dan mampu
memperbanyak diri secara mitosis.

Media adalah suatu bahan yang digunakan untuk menumbuhkan mikroba


baik di atas maupun di dalamnya, sehingga dapat dipelajari aktifitas mikroba,
pengaruh suatu bahan terhadap pertumbuhan mikroba dan memperoleh zat
tertentu yang dihasilkan oleh mikroba tertentu (Anonim, 2011).

Penanaman bakteri atau biasa disebut juga inokulasi adalah pekerjaan


memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan
tingkat ketelitian yang sangat tinggi. Untuk melakukan penanaman bakteri
(inokulasi) terlebih dahulu diusahakan agar semua alat yang ada dalam
hubungannya dengan medium agar tetap steril, hal ini agar menghindari terjadinya
kontaminasi. Inokulasi adalah menanam inokula secara aseptis ke dalam media
steril baik pada media padat maupun media cair. Inokula merupakan bahan yang
mengandung mikroba atau biakan mikroba baik dalam keadaan cair maupun
padat.
Media padat digunakan untuk melihat bentuk koloni, media setengah padat
untuk menguji ada tidaknya mortalitas dan kemampuan fermentasi sedangkan
media cair digunakan untuk membiakkan organism dalam jumlah besar terutama
mikroba yang terdapat dalam jumlah minim dan juga dapat melihat mikroba yang
bersifat aerob, anaerob, anaerob fakultatif dan mikroaerofil (Anonim, 2011).

Pembiakan mikroba ini memerlukan media yang sesuai dengan


tersedianya nutrisi dan zat penunjang kehidupan mikroba lainnya. Maka,
dilakukanlah praktikum ini untuk membuat media biakan yang sesuai agar
nantinya media tersebut akan digunakan dalam pembiakan dan pengamatan
bentuk koloni mikroba.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui dan mempelajari teknik isolasi dan inokulasi mikroba


2. Melihat sifat pertumbuhan dan berbagai bentuk koloni mikroba.
II TINJAUAN PUSTAKA

Pembiakan mikroba dalam laboratorium memerlukan medium yang berisi


zat hara serta lingkungan pertumbuhan yang sesuai dengan mikroorganisme. Zat
hara digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhan, sintesis sel, keperluan
energi dalam metabolisme, dan pergerakan. Lazimnya, medium biakan berisi air,
sumber energi, zat hara sebagai sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfat, oksigen,
hidrogen serta unsur-unsur sekelumit (trace element). Dalam bahan dasar medium
dapat pula ditambahakan faktor pertumbuhan berupa asam amino, vitamin atau
nukleotida (Waluyo, 2007).

Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, kerena
selain bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Selain itu
bakteri yang hidup akan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut
disuspensikan. Sedangkan, untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan
suatu teknik pewarnaan sel bakteri, sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah
diamati. (Levine, 2000).

Media biakan ada yang berbentuk padat, cair dan semi padat . Media padat
adalah media biakan yang dipadatkan dengan agar, ada yang bersifat reversible
(dapat dibalik) seperti agar nutrien dan ada yang bersifat ireversible (tidak dapat
dibalik) seperti serum darah terkoagulasi. Dalam kedokteran, media padat yang
bersifat irreversible paling sering digunakan. Sedang agar nutrient banyak
digunakan dalam media lain. Bentuk media lain berupa cair adalah campuran
komponen komponen zat kimia tertentu dengan air suling, sedang media yang
secara fisik merupakan intermediate antara media cair dan padat, seperti agar
lunak (Rais, 2011).

Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari


campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk
pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa
molekulmolekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media
pertumbuhan dapat dilakukan isolat mikroorganisme menjadi kultur murni dan
juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya (Prasetyo, 2009).
Untuk mengembang-biakkan mikroorganisme seperti kapang, khamir,
jamur ataupun yang lainya diperlukan medium. Medium merupakan suatu media
untuk menumbuhkan mikroba, isolasi, memperbanyak jumlah, menguji sifat-sifat
fisiologi dan perhitungan jumlah mikroba. Medium yang digunakan untuk
menumbuhkan dan mengembangbiakkan mikroorganisme tersebut harus sesuai
susunanya dengan kebutuhan jenis-jenis mikroorganisme yang bersangkutan.
untuk menumbuhkan mikroorganisme yang kita inginkan, yang pertama harus
dilakukan adalah memahami kebutuhan dasarnya kemudian memformulasikan
suatu medium atau bahan yang akan digunakan (Manurung, 2009).
III METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum

Waktu dan tanggal : kamis, 13 Oktober 2022, 08.00-09.40

Tempat : Laboratorium hama dan penyakit tumbuhan

3.2 Bahan dan alat

1. Piring Kecil 3 Buah


2. PDA yang telah di buat

3.3 Cara kerja

1. Tuangkan PDA sebanyak 15-20 ml dengan catatan permukaan piring rata


dan bagian bawah terisi semua tunggu hingga memadat.
2. Masukan kedalam ketiga piring tersebut dan masing-masing piring
berbeda perlakuan.
3. Piring 1, biarkan di ruang terbuka selama 5-10 menit.
4. Piring 2, dihembus dengan nafas (ditiup) minimal 3 kali.
5. Piring 3, ditaruh tanah yang hancur sebanyak 2 gram.
6. Amati perubahan yang terjadi, pada hari ke 3 sampai ke 7.
7. Dokumentasikan dari kegiatan tersebut.
VI HASIL PENGAMATAN

4.1 Hasil

Metode Cara tebar atau sebar (spread plate method).

Gambar 1. PDA dan Tanah sayur Gambar 2. PDA dan Udara Ruang
Terbuka

Gambar 3. PDA dan Hembusan


Nafas
4.2 Keterangan :

 Pada gambar pertama setelah isolasi PDA dengan tanah sayur yang telah
diisolasi selama 7 hari di temukan terdapatnya partumbuhan bakteri yang
berwarna putih ke abuan dengan susunan seperti embun
 Pada gambar kedua setelah isolasi PDA dengan udara ruang terbuka yang
telah di isolasi selama 7 hari di temukan adanya pertumbuhan bakteri yang
berwarna hitam dan hijau muda dengan susunan acak dan ukuran bundar
bundar yang berbeda beda.
 Pada gambar ketiga setelah isolasi PDA dengan campuran hembusan nafas
yang telah di isolasi selama 7 hari ditemukan adanya pertumbuhan bakteri
yang berwarna hijau tua dan hijau muda dengan susunan acak dan ukuran
bundar sedikit kecil yang dari gambar kedua
V PEMBAHASAN

Isolasi atau tindakan mengisolasi suatu mikroba ialah memisahkan


mikroba tersebut dari lingkungannya di alam dan menumbuhkannya sebagai
biakan murni dalam medium buatan. Untuk isolasi harus diketahui cara-cara
menanam dan menumbuhkan mikroba pada medium biakan serta syarat-syarat
lain untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dan
dikembangkan pada suatu substrat yang disebut medium ( jamak : media ) .
Dengan adanya medium pertumbuhan, aktivitas mikrobia dapat dipelajari dan
dengan medium tumbuh dapat dilakukan isolasi mikrobia dengan kultur murni,
perbanyakan, pengujian sifat fisiologis, dan perhitungan jumlah mikrobia.
Keragaman yang luas dalam tipe nutrient untuk mikrobia yaitu diimbangi dengan
oleh tersedianya berbagai media yang banyak macamnya untuk kultivasinya.
Media yang biasa digunakan yaitu seperti pepton, ekstrak daging, ekstrak khamir
dan agar. Bahan yang paling umum digunakan untuk membuat medium menjadi
padat dapat dipakai agar.

Cara tebar atau sebar (spread plate method). Teknik spread plate
merupakan teknik dengan cara menginokulasi kultur mikroba secara
pulasan/sebaran di permukaan media agar yang telah memadat. Metode ini
dilakukan dengan mengencerkan biakan kultur mikroba. Karena konsentrasi sel-
sel mikroba pada umumnya tidak diketahui, maka pengenceran perlu dilakukan
beberapa tahap, sehingga sekurang-kurangnya ada satu dari pengenceran itu yang
mengandung koloni terpisah (30-300 koloni). Koloni mikrobia yang terpisah
memungkinkan koloni tersebut dapat dihitung.

Dalam praktikum dasar-dasar teknik mikrobiologi ini bertujuan untuk


mempelajari cara pembuatan media dan syarat-syarat yang dibutuhkan oleh suatu
media untuk pertumbuhan mikroba., mempelajari macam-macam teknik
sterilisasi, mempelajari cara-cara pemindahan mikroba secara aseptis,
mempelajari teknik-teknik isolasi dan penanaman mikroba, mempelajari teknik
pembuatan pulasan bakteri untuk pengecatan/pewarnaan bakteri, serta mengenal
bermacam-macam mikroba alam.
Media (medium pertumbuhan) merupakan suatu bahan yang digunakan
untuk menumbuhkan mikroba yang terdiri dari campuran zat-zat makanan
(nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme sebagai tempat untuk pertumbuhannya
dan juga sebagai kultur medium dalam bentuk cair atau padat yang mengandung
bahan alami atau sintesis yang bertujuan untuk mendukung perkembangbiakan
dan perbanyakan, identifikasi sifat-sifat fisiologis atau pemeliharaan
mikroorganisme serta perhitungan jumlah mikroba yang merupakan tujuan dalam
bidang mikrobiologi.

Syarat media yang baik untuk pertumbuhan mikroba adalah media harus
mengandung air untuk menjaga kelembaban dan untuk pertukaran
zat/metabolisme. Mikroba memerlukan suplai nutrisi sebagai sumber energi dan
pertumbuhan selnya. Unsur-unsur dasar tersebit adalah karbon, nitrogen,
hidrogen, oksigen, sulfur, fosfor, zat besi, dan sejumlah kecil logam lainnya.
Media juga perlu mengandung garam-garam anorganik seperti protein, pepton,
asam-asam amino, dan vitamin. Suatu tekanan osmosis akan sangat
mempengaruhi bakteri, tekanan osmosis harus isotonik serta pH dan temperatur
harus sesuai dan steril. Ketiadaan atau kekurangan sumber-sumber nutrisi ini
dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba hingga pada akhirnya dapat
menyebabkan kematian.

Berdasarkan komposisi kimianya terdapat media sintetik dan media


nonsintetik, Media sintetik adalah media yang susunan kimianya diketahui dengan
pasti dan digunakan untuk mempelajari kebutuhan makanan mikroba, contohnya
NA dan NB. Sedangkan media non sintetik adalah media yang susunan kimianya
tidak dapat diketahui dengan pasti dan digunakan untuk menumbuhkan dan
mempelajari taksonomi mikroba, contohnya air kaldu.

Media yang digunakan pada praktikum ini adalah media Nutrien Agar
(NA) yang berbentuk padat, kandungan dalam media NA adalah agar, ekstrak
daging, dan pepton yang berfungsi sebagai sumber nutrisi dan sumber nitrogen
untuk bakteri, sedangkan agar berfungsi untuk memadatkan media. Media NA
pada praktikum ini digunakan pada streak plate method, spread plate method,
pour plate method, NA tegak dan NA miring, untuk bakteri E. Coli dan NA juga
digunakan untuk media dari mikroba alam. Media yang lain adalah media Nutrien
Broth (NB) yang berbentuk cair, mengandung pepton dan ekstrak daging namun
tidak mengandung agar sehingga berbentuk cair. NB pada praktikum ini
digunakan pada perlakuan steril dan tidak steril.
VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Setelah kami melakukan praktikum isolasi mikroba ini dengan Teknik


isolasi dan inokulasi mikroba ini kami dapat memahami dan belajar berbagai
macam Teknik, salah satunya adalah Teknik spread plate atau tebar dan sebar.
Teknik spread plate merupakan teknik isolasi mikroba dengan cara menginokulasi
kultur mikroba secara pulasan/sebaran di permukaan media agar yang telah
memadat. Metode ini dilakukan dengan mengencerkan biakan kultur mikroba.
Karena konsentrasi sel-sel mikroba pada umumnya tidak diketahui, maka
pengenceran perlu dilakukan beberapa tahap, sehingga sekurang-kurangnya ada
satu dari pengenceran itu yang mengandung koloni terpisah (30-300 koloni).
Koloni mikrobia yang terpisah memungkinkan koloni tersebut dapat dihitung.

Dan juga kami mempelajari sifat pertumbuhan dan berbagai bentuk koloni
mikroba yang berbagai macam dengan ukuran, bentuk, warna, dan jenis yang
berbeda tentu dengan campuran dengan PDA yang berbeda beda yaitu campuran
nafas, udara terbuka, dan tanah sayur.

6.1 Saran

Saran saya dalam praktikum pembuatan media dan sterilisasi adalah agar
para praktikan lebih memperhatikan arahan dari asisten sehingga pada saat
praktikum tidak terjadi kesalahan dan sebaiknya pada saat praktikum praktikan
sudah bisa menguasai teknk- teknik atau cara kerja dari praktikum yang akan
dilaksanakan sehingga tidak akan terjadi kekeliruan yang bisa menghambat
jalannya praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Rusli. 2014. "Penuntun Praktikum Mikrobiologi Dasar" universitas


Muslim Indonesia: Makassar.

Amrida. 2011. Mikrobiologi Pangan.


http://amrida-akkas.blogspot.com/2011/05/ laporan-lengkap-mikrobiologi-
pangan.html. Diakses pada tanggal 3 Desember 2011.

Anonim, 2011. Penuntun Praktikum Mikrobiolodi Akuatik. Fakultas


Perikanan dan Ilmu Kelautan Univertias Haluoleo. Kendari.

Feni. 2010. Teknik Biakan Murni.


http://feni-mikrobiologi.blogspot.com/2010/12/ desinfektan.html. Diakses 3
Desember 2011.

Prasetyo, R., J. 2009. Media Kultur Bakteri.


http://www.inforedia.com/2009/10/ media-kultur-bakteri.html. Dikase s pada
tanggal 24 November 2011.

Nursusilawati. 2010. Pembiakan Bakteri Massal Entomopatogen.


http://nursusilawati.blogspot.com/2010_05_01_archive.html. Diakses pada
tanggal 27 November 2011.

Manurung, Pebrin. 2009. Pembuatan Medium dan Sterilisasi. Laporan


hasil Praktikum.
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI DASAR
ACARA VI

PEMBUATAN ROTI

DOSEN PENGAMPU : SOFIAN, SP, MSc

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 10

HANA PERTIWI : 2203016057

NUR SYIFA KHARISMAWATI : 2203016005

MUHAMMAD IHROM : 2203016079

MUHAMMAD ARIF WICAKSONO : 2203016075

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

2022
ACARA VI PEMBUATAN ROTI

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bioteknologi adalah terapan biologi yang mengaplikasikan disiplin ilmu


mikrobiologi, biokimia, genetika, dan biologi monokuler. Pengertian bioteknologi
secara umum adalah teknologi yang memanfaatkan agen hayati atau bagian –
bagiannya untuk menghasilkan barang dan jasa dalam skala industri yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari manusia..
Pengaplikasian bioteknologi pada umumnya meliputi produksi sel atau biomassa
dan perubahan atau transformasi kimia yang diinginkan. Misalnya saja pada
pembuatan roti dengan melibatkan suatu organisme patogen seperti
mikroorganisme.

Roti adalah produk makanan yang berbahan dasar tepung terigu. Produk
ini dalam proses pengolahannya mengalami fermentasi menggunakan ragi atau
bahan pengembang lain yang bertujuan untuk memperoleh tekstur yang lembut
dan empuk, selanjutnya dipanggang (Mudjajanto dan Lilik, 2010). Pada awalnya
roti merupakan makanan utama masyarakat di negara – negara Eropa dan
Amerika yang memanfaatkan gandum sebagai bahan baku utamanya. Akan tetapi
saat ini roti telah menjadi salah satu makanan yang banyak dikonsumsi oleh
masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Bahkan dikalangan remaja dan anak-
anak, roti sudah menjadi makanan utama seperti halnya nasi sebagai sumber
karbohidrat. Secara umum roti biasanya dibedakan menjadi dua, yaitu roti tawar
dan roti manis atau roti isi (Iriyanti, 2012).

Salah satu bahan baku roti yang paling penting dalam proses pembuatan
roti adalah ragi atau yeast. Ragi merupakan mikroorganisme hidup yang
berkembang biak dengan cara memakan gula. Jenis ragi yang biasa digunakan
dalam pembuatan roti adalah Saccharomyces cerevisiae. Fungsi utama ragi adalah
mengembangkan adonan. Pengembangan adonan terjadi karena ragi menghasilkan
gas karbondioksida (CO2) selama fermentasi. Gas ini kemudian terperangkap
dalam jaringan gluten yang menyebabkan roti bisa mengembang. Komponen lain
yang terbentuk selama proses fermentasi adalah asam dan alkohol yang
berkontribusi terhadap rasa dan aroma roti, namun alkohol akan menguap dalam
proses pemanggangan maupun penggorengan roti.

1.2 Tujuan

Tujuan dilaksanakannya praktikum Mikrobiologi Dasar pada acara II,


mengenai proses pembuatan roti ini adalah :

 Mengetahui proses pembuatan makanan yang berupa roti tersebut dan


mengetahui komposisi bahan serta lamanya sampai terbentuknya
makanan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pembuatan Makanan Tersebut

Roti dalam berbagai variannya, merupakan salah satu makanan pokok


penduduk dunia. Sebelum padi didomestikasi dan menjadi pangan utama kita, roti
telah dimakan orang lebih dulu sejak 3000 tahun SM. Bangsa mesir kuno
mengembangkan fermentasi roti dan mengkonstruksi oven untuk memasaknya.
Menurut Mudjajanto dan Yulianti (2004) dalam Deni (2018) Roti merupakan
salah satu pangan olahan yang terbentuk dari fermentasi terigu dengan
menggunakan ragi (Saccharomyces cerevisiae) atau bahan pengembang lainnya
kemudian dipanggang ataupun digoreng.

Bahan baku yang digunakan di dalam proses pembuatan roti terdiri dari
tepung terigu, ragi, gula, telur, garam (NaCl), air, susu, dan minyak (Auliana,
2009).

1. Tepung terigu

Salah satu bahan utama pembuat roti yaitu tepung terigu. Tepung yang
digunakan dalam pembuatan roti merupakan tepung yang mengandung protein
tinggi sebesar 11-13% protein. Protein dalam tepung terigu sangat bermanfaat
dalam pembuatan roti karena dapat memberikan sifat mudah dicampur,
difermentasikan, daya serap airnya tinggi, elastis dan mudah digiling. Tepung
terigu hasil penggilingan harus bersifat mudah tercurah, kering, tidak mudah
menggumpal jika ditekan, berwarna putih, bebas dari kulit, tidak berbau asing
seperti busuk, tidak berjamur atau tengik, juga bebas dari serangga tikus, kotoran,
dan kontaminasi benda-benda asing lainnya . Kadar protein tepung terigu dan
kadar abu merupakan hal utama yang harus dipertimbangkan. Kadar protein
mempunyai korelasi yang erat dengan kadar glutein, sedangkan kadar abu erat
hubungannya dengan tingkat dan kualitas adonan. Bahan dasar tepung yang biasa
digunakan adalah gandum dan jagung.
2. Ragi atau yeast

Ragi/yeast merupakan mikroorganisme atau suatu mahkluk hidup


berukuran kecil, pada umumnya yaitu jenis Saccharomyces cerevisiae yang biasa.
dimanfaatkan dalam pembuatan roti. Ragi berfungsi sebagai pengembang adonan
dengan produksi gas CO2, serta sebagai pelunak glutein dengan asam yang
dihasilkan, pemberi rasa dan aroma . Saccharomyces cerevisiae berasal dari kata
Saccharo yang berarti gula, myces yang berarti makan, dan cerevisae yang berarti
berkembang biak, sehingga ragi roti merupakan spesies yang hidup dalam
berkembang biak dengan memakan gula. Enzim ragi yang disebut zymase dan
karbon dioksida. Prosesnya biasa disebut fermentasi alkohol (Lange, 2004).

3. Gula

Pada proses pembuatan roti, gula berfungsi sebagai makanan ragi (yeast)
untuk membantu jalannya proses fermentasi sehingga adonan roti dapat
mengembang. Gula juga memberi rasa manis serta memperbaiki warna dan aroma
karena proses karamelisasi dan reaksi Maillard (khususnya gula reduksi) selama
pemanggangan maupun penggorengan. Gula berfungsi sebagai energi bagi ragi
untuk memulai aktivitasnya sehingga proses pengembangan menjadi lebih cepat,
memberi rasa manis, membuat roti dan donat lebih empuk, dan membantu proses
pencokelatan (blowning).

4. Telur

Telur dalam pembuatan roti berfungsi membentuk suatu kerangka yang


bertugas sebagai pembentuk struktur. Telur dapat memberikan pengaruh pada
warna, rasa, dan melembutkan tekstur roti dengan daya emulsi dari lesitin yang
terdapat pada kuning telur. Telur juga berfungsi sebagai pelembut dan pengikat.
Fungsi lainnya adalah untuk aerasi, yaitu kemampuan menangkap udara pada saat
adonan dikocok sehingga udara menyebar rata pada adonan (Astawan, 2008).
Telur berfungsi untuk meningkatkan nilai gizi, memberikan rasa yang lebih enak
dan membantu untuk memperlemas jaringan zat glutein karena adanya lesitin
dalam telur yang menghasilkan roti menjadi lebih empuk dan lemas
(Koswara,2009).
5. Garam (NaCl)

Garam dapur (NaCl) sering kali dimanfaatkan dalam industri pangan.


Penggunaan garam dengan jumlah yang sedikit bertujuan sebagai pembentuk cita
rasa, sedangkan dalam jumlah yang cukup banyak berperan sebagai pengawet.
Garam mengalami peristiwa hidrasi ion dimana garam akan terionisasi dan
menariksejumlah molekul air. Semakin besar konsentrasi garam, maka semakin
banyak ion hidrat dan molekul air yang terjerat sehingga menyebabkan aktivitas
air (aw) bahan pangan menurun (Winarno, 2004). Garam juga digunakan sebagai
bahan pengawet. Menurut Pereira (2013) garam pada pembuatan roti harus
memenuhi kriteria yang baik yaitu bersih (bebas dari bahan – bahan yang tidak
dapat larut), halus, tidak bergumpal, dan mudah larut saat diolah.

6. Air

Air yang digunakan dalam pembuatan roti biasanya adalah air es. Air
berperan penting dalam pembentukan adonan karena dapat mengontrol kepadatan
dan suhu adonan. Air memiliki fungsi sebagai pelarut garam. penyebar dan
pelarut bahan-bahan bukan tepung secara seragam dan memungkinkan adanya
aktivitas enzim (Mudjajanto dan Yulianti, 2004). Air dapat mempengaruhi
penampilan bahan pangan, seperti tekstur, warna, dan cita rasa. Kandungan air
dalam bahan makanan juga menentukan acceptability, kesegaran, dan daya tahan
makanan (Ningrum, 2006).

7. Susu

Penggunaan susu untuk produk bakery berfungsi membentuk flavor.


mengikat air, sebagai bahan pengisi, membentuk struktur yang kuat karena adanya
protein berupa kasein, membentuk warna karena terjadi reaksi pencoklatan dan
menambah keempukan karena adanya laktosa (Koswara, 2009). Keutamaan susu
yaitu meningkatkan nilai gizi. Susu mengandung protein (kasein), gula laktosa
dan mineral kalsium. Susu juga memberikan efek terhadap kulit roti dan
memperkuat gluten karena kandungan kalsiumnya (U.S. Wheat Associates, 1983).
Susu bentuk bubuk adalah susu yang biasa digunakan sebagai bahan pembuat roti
(Eko dan Eirry, 2007). Hal ini dikarenakan susu bubuk memiliki masa simpan
yang lebih panjang. Kandungan gizi susu bubuk per 100 gram adalah 509 kkal
(Mahmud, 2005) .

8. Minyak

Pemberian minyak pada adonan roti bertujuan agar adonan roti tidak
saling lengket , mencegah roti agar tidak cepat basi, memberikan rasa enak, dan
memberikan sensasi creamy pada adonan. Selain itu penggunaan minyak pada
adonan roti bertujuan untuk mengikat cairan, memberikan aroma juga menjaga
kelembaban adonan ketika adonan roti tersebut akan digoreng ataupun
dipanggang. Menambah cita rasa pada roti, membuat roti menjadi lebih lembut,
membuat roti mengembang lebih besar, dan membantu pencokelatan roti dan
donat menjadi lebih baik
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum pembuatan roti ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 17


November 2022. Pada pukul 08. 00 - 09. 40 WITA. Bertempat di lalaboratorium
Ilmu Hama dan Penyakit Tanaman (IHPT), Jurusan Agroekoteknologi, Fakultas
Pertanian, Universitas Mulawarman, Samarinda.

A. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan :

1. Gula halus (50 gram)


2. Tepung terigu (500 gram)
3. Susu sachet Dancow (2bungkus)
4. Telur (2 butir)
5. Ragi instan (1/2 sendok makan)
6. Garam
7. Air (170 ml)
8. Minyak
9. Keju

Alat yang digunakan :

1. Baskom
2. Sendok
3. Centong
4. Gelas Ukur
5. Tissue
6. Timbangan
7. Wajan
8. Sutil
9. Piring
10. Kompor
3.2 Cara Kerja :

1. Rebus air sebanyak 170 ml.


2. Aktifkan ragi sebanyak 1/2 sendok makan. Cara untuk mengaktifkan ragi
adalah dengan melarutkan ragi tersebut pada air hangat ke dalam gelas
ukur.
3. Tutup gelas ukur dengan menggunakan plastik (jangan sampai ada celah
udara yang dapat masuk ke dalam ragi tersebut). Lalu, biarkan ragi
tersebut sampai tercampur ataupun larut.
4. Tuang tepung sebanyak 500 gram pada baskom, kemudian campurkan 2
susu bubuk dancow ke dalam baskom . Lalu aduk dengan menggunakan
centong hingga rata.
5. Masukkan 2 butir telur ke dalam adonan tadi.
6. Masukkan atau tambahkan gula halus sebanyak 50 gram. Atau apabila
ditakar dengan menggunakan sendok makan, masukkan gula halus
sebanyak 3 1/5 sendok makan pada adonan tadi.
7. Jika adonan sudah diaduk secara merata, masukkan air yang sudah
dicampur dengan larutan air ragi tersebut. Setelah itu aduk lagi dengan
menggunakan centong secara merata.
8. Tambahkan air minum secukupnya. Tujuannya adalah untuk menyatukan
adonan. Lalu, aduk hingga merata.
9. Tambahkan sedikit minyak pada adonan tersebut agar tidak lengket.
10. Diamkan adonan tersebut hingga mengembang dengan minimal waktu 1
jam (namun, pada saat praktikum kemarin, kita melakukannya mulai pukul
09. 39 - 14. 53) .
11. Setelah adonan mengembang, bentuk adonan sekreatif mungkin (sesuai
keinginan / selera) dan tambahkan keju di dalamnya.
12. Sambil menunggu bentuk adonan, tambahkan minyak secukupnya ke
dalam wajan, lalu nyalakan kompor dengan api sedang.
13. Setelah minyak panas, kemudian goreng adonan yang sudah dibentuk tadi.
14. Apabila adonan roti tersebut sudah berwarna kuning keemasan angkat roti
tersebut. Lalu matikan kompor
15. Sajikan roti goreng tersebut. Roti goreng ini juga bisa ditaburkan gula
halus di atasnya (sesuai dengan keinginan kita).
BAB IV

HASIL PENGAMATAN

4.1 Sebelum Digoreng

Gambar Keterangan
Rasa Tekstur Warna
Sedikit Lembut dan Kuning
terasa lentur sehingga
manis dan mudah untuk
gurih. dibentuk.

4.2 Setelah Digoreng

Gambar Keterangan
Rasa Tekstur Warna
Rasa yang Tektur yang Warna yang
dihasilkan dihasilkan dihasilkan
hamper sama pada luar setelah digoreng
denganroti roti adalah adalah agak
pada crunchy kecokelatan
umumnya. (crispy) dan pada bagian
Dan terasa pada bagian luar dan putih
lebih lezat dalam terasa dengan pori –
lagi Ketika lembut. pori pada
sudah bagian dalam
digoreng, yang
dibandingkan menandakan
dengan rasa roti mengalami
pada adonan proses
awal. pengembangan.
BAB V

PEMBAHASAN

Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui proses fermentasi


Saccharomyces cerevisiae pada pembuatan roti. Menurut Mudjajanto dan Yulianti
(2004) dalam Deni (2018) Roti merupakan salah satu pangan olahan. yang
terbentuk dari fermentasi terigu dengan menggunakan ragi (Saccharomyces
cerevisiae) atau bahan pengembang lainnya kemudian dipanggang. Tepung terigu
mengandung 2 macam protein yang memegang peranan penting dalam pembuatan
roti yaitu protein gluten, berfungsi menentukan struktur produk roti, dan
memberikan kekuatan pada adonan untuk menahan gas dari aktivitas ragi, dan
protein glutenin memberikan elastisitas dan kekuatan untuk pereganggan terhadap
gluten.

Dikutip dari pernyataan Sufi (2015) dalam bukunya. fungsi ragi (yeast)
dalam pembuatan roti adalah proses acrasi adonan dengan mengubah gula
menjadi gas karbondioksida, sehingga mematangkan dan mengempukkan gluten
dalam adonan. Kondisi dari gluten ini akan memungkinkan untuk
mengembangkan gas secara merata dan menahannya, membentuk cita rasa akibat
terjadinya proses fermentasi. Fungsi garam dalam pembuatan roti adalah
penambah rasa gurih, pembangkit rasa bahan – bahan lainnya, pengontrol waktu
fermentasi dari adonan beragi, penambahan kekuatan glutein. Syarat garam yang
baik dalam pembuatan roti adalah harus seratus persen larut dalam air, jernih,
bebas dari gumpalan-gumpalan dan bebas dari rasa pahit. Pada prinsipnya roti
dibuat dengan cara mencampurkan tepung dan bahan penyusun lainnya menjadii
adonan kemudian difermentasi dan dipanggang.

Menurut Deni (2018), tahap fermentasi dilakukan untuk menghasilkan


potongan roti dengan bagian yang porus dan tekstar roti yang lebih lembut. Ketika
terjadi proses fermentasi gula menjadi alkohol terdapat enzim yang berperan
dalam memecah glukosa menjadi alkohol dan CO2 yaitu enzim zimase yang
dihasilkan oleh Saccharomyces cerevisiae. Proses fermentasi roti ini termasuk
dalam proses anaerobik. Hal ini disebabkan oleh pembentukan gas pada saat
proses fermentasi akan menghasilkan dan membentuk struktur seperti busa,
sehingga aliran panas ke dalam adonan dapat berlangsung cepat pada saat baking.
Asih (2016) menyatakan bahwa panas yang masuk ke dalam adonan akan
menyebabkan gas dan uap air akan terdesak keluar dari adonan, sementara terjadi
proses gelatinisasi pati sehingga terbentuk struktur frothy,

Khamir jenis Saccharomyces cerevisiae merupakan jenis khamir yang


paling umum digunakan pada pembuatan roti. Khamir ini sangat mudah
ditumbuhkan, membutuhkan nutrisi yang sederhana, laju pertumbuhan yang
sangat cepat stabil, dan aman digunakan. Dengan karakteristik tersebut.

Proses fermentasi roti ini termasuk dalam proses anaerobik. Hal ini
disebabkan oleh pembentukan gas pada saat proses fermentasi akan menghasilkan
dan membentuk struktur seperti busa, sehingga aliran panas ke dalam adonan
dapat berlangsung cepat pada saat baking. Asih (2016) menyatakan bahwa panas
yang masuk ke dalam adonan akan menyebabkan gas dan uap air akan terdesak
keluar dari adonan, sementara terjadi proses gelatinisasi pati sehingga terbentuk
struktur frothy.

Khamir jenis Saccharomyces cerevisiae merupakan jenis khamir yang


paling umum digunakan pada pembuatan roti. Khamir ini sangat mudah
ditumbuhkan, membutuhkan nutrisi yang sederhana, laju pertumbuhan yang
sangat cepat stabil, dan aman digunakan. Dengan karakteristik tersebut.
Saccharomyces cerevisiae lebih banyak digunakan dalam pembuatan roti
dibandingkan penggunaan jenis khamir yang lain. Dalam perdagangan, khamir ini
sering disebut baker's yeast atau ragi roti (Zainal, 2016).

Pengembangan adonan, penggunaan mikroorganisme dalam


pengembangan adonan masih menjadi fenomena yang asing bagi masyarakat yang
tidak familiar dengan pabrik roti. Udara (O2) yang masuk ke dalam adonan pada
saat pencampuran dan pengulenan (kneading) akan dimanfaatkan untuk tumbuh
oleh khamir. Artinya akan terjadi kondisi yang anaerob dan terjadi proses
fermentasi. Gas CO2 yang dihasilkan selama proses fermentasi akan terperangkap
di dalam lapisan film gluten yang impermiabel. Gas akan mendesak lapisan yang
elastis dan extensible yang selanjutnya menyebabkan pengembangan
(penambahan volume) adonan.
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Roti merupakan makanan yang digemari oleh semua kalangan, baik usia
anak – anak hingga dewasa. Bahan – bahan yang diperlukan dalam acara 3
pembuatan roti ini terdiri dari : tepung terigu, gula halus, susu bubuk, keju,
minyak, telur, dan ragi instan atau yeast. Salah satu mikroorganisme yang
berperan dalam proses pembuatan roti ini adalah Saccharomyces cerevisiae.
Proses fermentasi yang terjadi pada roti merupakan proses anaerob atau proses
fermentasi tanpa udara. Adanya proses fermentasi dari ragi instan atau yeast ini
membuat tekstur roti menjadi lebih lembut.

6.2 Saran

Diharapkan untuk praktikum selanjutnya apabila terdapat praktikum


memasak, sebaiknya alat disiapkan terlebih dahulu, seperti membawa sarung
tangan plastik (cooking gloves), maupun spatula. Dengan adanya cooking gloves
agar makanan yang diolah terlihat lebih higenis, dan dengan adanya spatula
memudahkan dalam proses pencampuran maupun bahan, dibandingkan dengan
menggunakan centong.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/25806619/makalah_fermentasi_pada_roti? auto-
download accessed on 23 November 2022.

https://www.kompas.com/food/read/2021/12/28/220300975/3-fungsi-garam-
dalam-adonan-roti-bisa-pengaruhi-teksturnya accesed on 21
November 2022.

Asih, P., Sirajuddin, H.A., dan Guyup M.D.P. (2016). Pengaruh Kecepatan Putar
Pengadukan Adonan Terhadap Sifat Fisik Roti. Jurnal Ilmiah
Rekayasa Pertanian dan Biosistem. 4(1): 217-221

Deni, A.P., Yhulia, P., dan M. Choiron. (2018). Karakteristik Roti Tawar Kaya
Serat Yang Disubstitusi Menggunakan Tepung Ampas Kelapa.
Jurnal Agroteknologi. 12(01): 29-42

Haryadi, H. (2013). Analisa Kadar Alkohol Hasil Fermentasi Ketan dengan


Metode Kromatografi Gas dan Uji Aktifitas Saccharomyces
cerevisiae Secara Mikroskopis. Skripsi. Semarang: Universitas
Diponegoro

https://alexschemistry.blogspot.com/2012/09/makalah-fermenrasi-
roti.htmlaccessed on 23 November 2022.

http://tekpan.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2013/07/Teknologi-Roti-Teori-
dan-Praktek.pdf accessed on 23 November 2022.

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/DIANA_ROCHIN
TANIAWATI/APPLY
BIOLOGY/PEBUATAN_ROTI_TAWAR.p df accessed on 21
November 2022.

http://digilib.unila.ac.id/1307/7/BAB%2011.pdf accessed on 22 November 2022.


http://e-journal.uajy.ac.id/1279/2/1BL00689.pdf accessed on 22 No

Anda mungkin juga menyukai