PEMUPUKAN
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2023
LEMBAR PENGESAHAN
Praktikkan :
Kelompok : 4 (EMPAT)
Jurusan : Agroekoteknologi
Ketua Kelompok
Silva Indriyati
NIM : 2203016077
ii
Menyetujui,
NIP : 196711081992031002
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas berkat Rahmat
dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada kami sehingga dapat
menyelesaikan tugas “Laporan Akhir Kesuburan Tanah dan Pemupukan” dengan
tepat waktu. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas pada mata
kuliah “Kesuburan Tanah dan Pemupukan” yang telah diajarkan oleh Bapak Dr.
Ir. H. Fahrunsyah, M. P. di semester tiga ini.
Akhir kata, Kami ingin mengucapkan terima kasih sekali lagi kepada
Bapak Dr. Ir. H. Fahrunsyah, M. P sebagai pembimbing mata kuliah “Kesuburan
Tanah dan Pemupukan”. Selain itu, Kami juga ingin mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah berperan selama pembuatan laporan ini. Semoga
laporan ini dapat membawa manfaat dan memberikan nilai tambah kepada para
pembacanya.
Praktikkan
iv
DAFTAR PUSTAKA
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1
tanah Oleh karena itu, pemberian kompos dapat berkontribusi pada perbaikan sifat
tanah dan pertumbuhan tanaman
2. Untuk mengetahui apa manfaat yang dihasilkan dari pemberian kompos pada
tanah
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam dunia industri, abu terbang mengacu pada abu yang dihasilkan
selama pembakaran batu bara. Abu terbang umumnya ditangkap oleh pengendap
elektrostatik atau peralatan filtrasi partikel lain sebelum gas buang mencapai
cerobong asap batu bara pembangkit listrik, dan bersama-sama dengan bottom ash
dikeluarkan dari bagian bawah tungku dalam hal ini bersama-sama dikenal
sebagai abu batu bara. Tergantung pada sumber dan tampilan batu bara yang
dibakar, komponen abu terbang bervariasi, tetapi semua abu terbang termasuk
sejumlah besar silikon dioksida (SiO2) (baik amorf dan kristal) dan kalsium
oksida (CaO), kedua bahan endemik yang di banyak terdapat dalam lapisan
batuan batu bara.
3
2.2 Kapur
Kapur adalah suatu mineral karbonat anhidrat yang terbentuk dari kalsium
magnesium karbonat, idealnya adalah CaMg(CO3)2. Istilah ini juga digunakan
untuk suatu sedimen batuan karbonat yang sebagian besar terbentuk dari mineral
dolomit. Sebuah nama alternatif yang kadang-kadang digunakan untuk jenis
batuan dolomitik adalah dolostone. Kemungkinan besar mineral dolomit pertama
kali dijelaskan oleh Carl Linnaeus pada tahun 1768. Pada tahun 1791, itu
digambarkan sebagai batu oleh naturalis dan geologis Déodat Gratet de Dolomieu
Prancis (1750-1801), yang pertama di bangunan kota tua Roma, dan kemudian
sebagai sampel yang dikumpulkan di pegunungan yang sekarang dikenal sebagai
Dolomit Alpen di bagian utara Italia. Nicolas-Théodore de Saussure pertama kali
menamakan mineral tersebut (setelah Dolomieu) pada bulan Maret 1792.
4
2.3 Urea
Urea ditemukan pertama kali oleh Hilaire Roulle pada tahun 1773.
Senyawa ini merupakan senyawa organik pertama yang berhasil disintesis dari
senyawa anorganik. Urea terbentuk melalui proses oksidasi yang terjadi pada hati.
Eritrosit atau sel darah merah yang sudah rusak (120 hari) dirombak menjadi
'haemo' dan 'globin'. Selanjutnya 'haemo' akan diubah menjadi zat warna empedu
yaitu bilirubin dan urobilin yang mengandung urea dan amonia yang akan keluar
bersama urin dan feses. Kandungan N pada urea adalah 46%, tetapi yang
tergunakan oleh tanaman biasanya separuhnya.
Pupuk urea dihasilkan sebagai produk samping pengolahan gas alam atau
pembakaran batu bara. Karbon dioksida yang dihasilkan dari kegiatan industri
tersebut lalu dicampur dengan amonia melalui proses Bosch-Meiser. Dalam suhu
rendah, amonia cair dicampur dengan es kering (karbondioksida) menghasilkan
amonium karbamat. Selanjutnya, amonium karbamat dicampur dengan air
ditambah energi untuk menghasilkan urea dan air.
Urea dapat meningkatkan pH tanah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
Lyimo et al. (2012) bahwa perlakuan kompos unggas dan kompos sapi
menunjukkan peningkatan KTK dan pH yang lebih tinggi daripada perlakuan
pupuk anorganik.
5
2.4 pH Tanah
pH merupakan kependekan dari potensial of hydrogen. Sedangkan pH
tanah adalah suatu standar pengukuran tingkat keasaman atau kebasaan pada suatu
lahan. Dengan mengetahui kadar pH dalam tanah, para petani (manusia) dapat
menentukan tanaman apa yang cocok untuk ditanam atau dibudidayakan karena
setiap tanaman memiliki karakteristik kebutuhan kadar pH yang berbeda-beda.
Gambar 1.
Sumber : https://www.emporiumhydroponics.com/
6
BAB III
METODE PRAKTIKUM
7
Kelima, Kami melakukan proses memindahkan hasil tanah yang sudah
diayak dimana semula berada di dalam plastik namun pada praktikum ini
dipindahkan ke dalam masing-masing botol yang telah dibagi menjadi 2 bagian
(dimana pada masing-masing botol tadi dipotong pada ketinggian 15 cm) tadi dan
menyiram tanah dengan menggunakan air, agar air dapat sampai menembus ke
bawah maka caranya adalah dengan menekan-nekan botol tersebut. Kegiatan ini
dilaksanakan pada hari Selasa, 21 November 2023 pada pukul 15. 30 – 17. 15
WITA. Bertempat di Laboratorium Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas
Mulawarman.
3.2 Alat
1. Botol Bekas Berukuran 1 ml
2. Botol Bekas Berukuran 600 ml
3. Botol Bekas Berukuran 300 ml
4. Gunting
5. Ayakan / Saringan
6. Karung
7. Plastik
8. Plastik Gula yang berukuran 1 kg
9. Spidol
10. Timbangan
11. Terpal
12. Kardus
13. Pulpen
14. Kertas lakmus pH meter
15. Rapid test lakmus (kertas lakmus pH indicator tests strips)
16. Sendok plastik
17. Gelas polkadot berwarna merah
18. Mangkok
19. Handphone (HP)
8
3.3 Bahan :
1. Tanah
2. Urea
3. Kapur
4. Kompos
5. Sekam
6. Air
9
9. Jika proses pengayakan ini telah berhasil dilakukan, maka hasil yang
diperoleh dapat dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam kresek hitam agar
tidak ada tanah yang tumpah ataupun berantakan.
10. Jika sudah selesai, maka langkah selanjutnya adalah melakukan proses
penimbangan hasil ayakan. Pada praktikum ini Kami memperoleh hasil
ayakan sebanyak 7 kg.
11. Selanjutnya meletakkan kembali hasil ayakan tersebut ke dalam kresek merah
lalu memberi nama kelompok pada plastik tersebut.
12. Menaruh hasil ayakan tanah tersebut ke dalam masing-masing 7 plastik gula
sebanyak 0,500 kg.
13. Menimbang masing-masing yang akan digunakan sebagai bahan campuran
yang terdiri dari : P1 (Kapur sebesar 20 gram), P2 (Kapur sebesar 40 gram),
P3 (Kompos sebesar 20 gram), P4 (Kompos sebesar 40 gram), P5 (Urea
sebesar 5 gram), dan P6 (Urea sebesar 10 gram).
14. Meletakkan sekam padi ke dalam kardus.
15. Memotong 1 botol aqua yang berukuran besar yakni 1 liter menjadi 2 bagian.
Dalam proses memotong botol ini dilakukan pada ketinggian 15 cm.
16. Lalu, mengisi masing-masing dari botol aqua yang telah dipotong tadi dengan
menggunakan tanah yang sudah diayak dan dimasukkan ke dalam 7 plastik
gula (dimana masing-masing berukuran 0,500 kg).
17. Memberi nama pada masing-masing botol tersebut dengan menggunakan
spidol, dimana botol 1 (bertuliskan P0 atau netral), botol 2 (bertuliskan P1:
Kapur sebesar 20 gram), botol 3 (bertuliskan P2 : Kapur sebesar 40 gram),
botol 4 (bertuliskan P3: Kompos sebesar 20 gram), botol 5 (bertuliskan P4:
Kompos sebesar 40 gram), botol 6 (bertuliskan P5: Urea sebesar 5 gram), dan
yang terakhir adalah botol 7 (bertuliskan P6 : Urea sebesar 10 gram).
18. Jika proses tersebut sudah dilakukan sampai selesai, maka langkah
selanjutnya adalah mengisi masing-masing 7 botol yang telah diisi dengan 7
tanah yang sudah diayak tadi dengan menggunakan campuran perlakuan
bahan P1: kapur (20 gram), P2: kapur (40 gram), P3 : kompos (20 gram), P4 :
kompos (40 gram), P5: urea (5 gram), dan P6: urea 10 gram) yang telah
10
ditimbang tadi. Namun bahan yang dicampurkan mulai dari P1-P6 tersebut
harus disesuaikan dengan masing-masing nama botol P1-P6.
19. Lalu, langkah selanjutnya adalah mengisi air di dalam sebuah botol yang
berukuran 300 ml.
20. Jika sudah, maka dapat membolongi tutup botol tersebut dengan
menggunakan jarum pentul atau peniti. Tujuan pembolongan tutup botol ini
adalah untuk membantu dalam proses penyiraman.
21. Lalu, dapat melakukan penyiraman pada masing-masing botol yang berisi
tanah (jangan terlalu penuh). Pada saat melakukan langkah ini, dapat
dilakukan dengan cara menekan-nekan botol tersebut. Hal ini bertujuan agar
air dapat sampai ke bawah.
22. Jika hal tersebut telah selesai dilakukan maka langkah selanjutnya adalah
menyimpan kembali di dalam lab.
23. Selanjutnya adalah mengambil kembali tanah tersebut di lab.
24. Menyiapkan air di dalam mangkok.
25. Jika pada masing-masing botol yang berisi tanah tersebut masih terdapat air,
maka dapat ditiriskan terlebih dahulu airnya.
26. Mengambil tanah tersebut dengan menggunakan tutup botol dan
meletakkannya ke dalam 7 gelas plastik polkadot merah.
27. Jika sudah maka langkah selanjutnya adalah memberikan air pada gelas
tersebut secukupnya dan dapat mengaduknya menggunakan sendok plastik.
28. Agar sendok plastik tersebut tidak terkontaminasi dengan bahan lainnya,
maka sebaiknya apabila ingin berpindah untuk mengaduk dari 1 gelas ke gelas
lainnya, sendok plastil tersebut dicuci terlebih dahulu dengan menggunakan
air yang telah disiapkan sebelumnya di dalam mangkok.
29. Jika langkah tersebut telah selesai semuanya, maka diamkan terlebih dahulu
selama 15 menit hingga mengendap. Untuk membantu proses perhitungan
waktu tersebut dapat dilakukan dengan bantuan timer yang terdapat pada HP.
30. Apabila telah didiamkan selama 15 menit, maka langkah selanjutnya adalah
memasukkan 7 kertas lakmus pH meter yang telah diberikan tadi ke dalam
masing-masing gelas untuk mengetahui berapa besar pH nya.
11
31. Lalu mencocokkan hasil warna yang diperoleh dari kertas lakmus tersebut
dengan menggunakan buku panduan yang bernama rapid test lakmus (kertas
lakmus pH indicator tests strips).
32. Dari hasil praktikum pengukuran besar pH pada hari Senin, 4 Desember 2023
diperoleh hasil dari Kelompok 4 bahwa :
P0 (netral) : memiliki pH 4
P1 (kapur 20 gr) : memiliki pH 7
P2 (kapur 40 gr) : memiliki pH 7
P3 (kompos 20 gr) : memiliki pH 6
P4( kompos 40 gr) : memiliki pH 6
P5 (urea 5 gr) : memiliki pH 5
P6 (urea 10 gr) : memiliki pH 5
12
BAB IV
Pada wadah kedua dan ketiga ( P1 dan P2), diberi perlakuan pemberian
bahan kapur kedalamnya. P1 diberi sebanyak 20 gr kapur, sedangkan P2 diberi
sebanyak 40 gr. Saat diukur, pH kedua tanah tersebut sama, yakni 7. Hal ini
membuktikan bahwa pemberian kapur berpengaruh nyata dapat meningkatkan pH
dan mengendapkan Al yang telah diikat kuat dalam tanah yang masam karena
terjadinya reaksi OH-dari hasil reaksi bahan kapur. Kapur berperan dalam
menurunkan aktivitas aluminium dan meningkatkan kadar pH tanah hingga
mendekati netral. Pada kondisi inilah sumber unsur hara dapat tersedia dan dapat
diserap oleh tanaman. Kapur dapat meningkatkan ketersediaan hara terutama Ca
dan P. Kapur dapat menetralisir Al melalui ion OH- membentuk Al(OH)3 tidak
aktif yang dihasilkan dari pelepasan CO3 yang selanjutnya Al menjadi tidak larut
dan Al-dd semakin berkurang (Hasanudin et al., 2007). Selain itu, dengan adanya
penambahan kapur, disamping menaikkan persentase KB, juga sekaligus
menaikkan pH tanah. Semakin tinggi KB, pH tanah juga semakin tinggi (Menlich,
1985).
Selanjutnya pada wadah keempat dan kelima (P3 dan P4), diberi perlakuan
pemberian kompos kedalamnya. P3 diberi sebanyak 20 gr kompos, dan P4 diberi
sebanyak 40 gram kompos. Hasil pH kedua tanah tersebut adalah 6. Kompos
dapat meningkatkan P tersedia tanah. Peningkatan P-tersedia tanah akibat
pemberian kompos karena pengaruh kompos sebagai bahan organik terhadap
13
ketersedian P tanah dapat secara langsung melalui proses mineralisasi atau secara
tidak langsung dengan bantuan pelepasan P yang terfiksasi. Asam-asam organik
hasil dekomposisi bahan organik juga dapat berperan sebagai bahan pelarut
bantuan f osfat terlepas dan tersedia bagi tanaman. Penambahan bahan organik
seperti kompos dan pembenah tanah biochar serta penambahan pupuk organik
hayati diharapkan dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme di dalam tanah
(Antonius et al. 2015
14
Tabel Hasil Pengamatan pH Tanah Pada 7 Perlakuan
PERLAKUAN
NO P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6
KEL.1 4 7 7 6 7 6 7
KEL.2 5 6 7 5 6 6 6
KEL.3 5 7 7 6 6 6 6
KEL.4 4 7 7 6 6 5 5
KEL.5 5 6 7 5 6 4 5
KEL.6 4 6 6 5 6 7 7
KEL.7 5 6 7 6 6 7 8
KEL.8 5 7 7 6 7 5 6
KEL.9 5 6 7 6 6 7 7
KEL.10 4 7 7 6 6 6 6
RATA- 4,6 6,5 6,9 5,7 6,2 5,9 6,3
RATA
KET:
P0= kontrol, tidak diberi bahan apapun
P1= pemberian kapur sebanyak 20 gr
P2= pemberian kapur sebanyak 40 gr
P3= pemberian kompos sebanyak 20 gr
P4= pemberian kompos sebanyak 40 gr
P5= pemberian urea sebanyak 5 gr
P6= pemberian urea sebanyak 10 gr
15
4.1 Tabel uji F
Ulangan P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6
1 4 7 7 6 7 6 7
2 5 6 7 5 6 6 6
3 5 7 7 6 6 6 6
4 4 7 7 6 6 5 5
5 5 6 7 5 6 4 5
6 4 6 6 5 6 7 7
7 5 6 7 6 6 7 8
8 5 7 7 6 7 5 6
9 5 6 7 6 6 7 7
10 4 7 7 6 6 6 6
Total 46 65 69 57 62 59 63
Rata-rata 4,6 6,5 6,9 5,7 6,2 5,9 6,3
16
FK 2532,014
JKT 58,98571
JKP 32,48571
JKG 26,5
Total 69
58,985714
17
BAB V
5.1 Kesimpulan
Dari kegiatan praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dampak
penggunaan urea pada tanah, untuk mengetahui apa manfaat yang dihasilkan dari
pemberian kompos pada tanah, dan untuk mengetahui dampak pemberian kapur
pada tanah. Sehimgga dapat disimpulkan pada kegiantan praktikum ini
perlakuan pemberian urea, kompos, dan kapur berpengaruh pada penaikan ph
tanah dan yang paling berpengaruh adalah pada perlakuan pemberian kapur
dengan ph 6,9 hampir mencapai 7, dimana pada ph tersebut unsur hara dapat
tersedia dan diserap oleh tanaman.
5.2 Saran
Dalam proses pemberian ini, penting untuk menjaga keseimbangan dan
kualitas bahan yang digunakan. Selain itu, pemberian ini harus dilakukan sesuai
dengan rekomendasi dosis dan waktu yang tepat untuk mendapatkan hasil
optimal.
18
DAFTAR PUSTAKA
Santoso, U.P. 2016. Pengaruh Pemberian Pupuk Urea Terhadap Pertumbuhan Dan
Produksi Bahan Kering Sorgum (Sorghum bicolor L.).
https://core.ac.uk/download/pdf/77629324.pdf.
Caires, E.F., F.J. Garbuio, S. Churka, G. Barth, and J.C.I. Coreea. 2008. Effects of
soil amelioration by surface liming on nontill corn, soybean, and wheat
root growth and yield. Europ. J. Agronomy 28: 57-63.
Sudarman, S. 1987. Kajian pengaruh pemberian kapur pada tanah Ultisol atas
kelakuan kalium dan agihan aluminium. Tesis Doktor, Universitas Gadjah
Mada. 305p.
Lyimo, H.J.F., Pratt, R.C. and Mnyuku, R.S.O.W. 2012. Composted cattle and
poultry manures provide excellent fertility and improved management
of gray leaf spot in maize. Field Crops Research 126: 97-103.
19
Ummari, Z., Marsi, dan Jubaedah, D. 2017. Penggunaan Kapur Dolomit
{CaMg(CO3)2 Pada Dasar Kolam Tanah Sulfat Masam Terhadap
PerbaikanKualitas Air Pada Pemeliharaan Benih Ikan Patin (Pangasius
sp.). Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 5(2), 196–208.
Yoon, J.C., Qixing, X.Z. and Ma L.Q. 2006. Accumulation of Pb, Cu, and Zn
in native plants growing on a contaminated Florida site. Science of the
Total Environment 368(2-3): 456-64, doi:
10.1016/j.scitotenv.2006.01.016.
Gambar 1. https://www.emporiumhydroponics.com/
20
LAMPIRAN
21
Gambar 4 (Cangkul)
22
Gambar 8 (Kertas Lakmus PH meter)
23
Gambar 10 (Air)
24
Gambar 12 (Mangkok)
Gambar 13 (Terpal)
25
Gambar 14 (Handphone)
Gambar 15 (Timbangan)
26
Gambar 17 (Karung)
Gambar 18 (Gunting)
Gambar 19 (Timbangan)
27
Gambar 20 (Tanah Ultisol)
Prosedur Kerja
28
Proses Pengambilan Tanah
29
Proses Mengering-Anginkan Tanah Untuk Mendaptkan Berat Kering
30
Gambar Proses Pengayakan
Gambar Hasil Tanah Yang Telah Selesai Diayak dan Ditimbang Lalu Siap
Untuk Disimpan
31
Gambar Proses Memasukkan Tanah yang Sudah Diayak Lalu Dimasukkan
Ke Dalam Kantong Plastik Gula Berukuran 1 kg
32
Gambar Proses Penimbangan
33
34
35
Gambar Proses Penimbangan Perlakuan Kapur, Kompos, dan Urea
36
Gambar Tanah yang Sudah Dicampur Sesuai dengan Nama Perlakuan yang
Tertera Pada Plastik
37
Gambar Proses Pemberian Air Ke Dalam Botol yang Berisi Tanah dan
Perlakuan
38
Gambar Proses Meniriskan Sisa Air yang Masih Terdapat di Dalam Tanah
39
Gambar Proses Mengambil Tanah di Dalam Botol
40
Gambar Proses Pencampuran Tanah dengan Air
41
Gambar Proses Mendiamkan Selama 15 Menit Untuk Mengetahui Reaksi
yang Terjadi
42
43
Gambar Proses Besaran Nilai Ph yang Diperoleh Kelompok 4
44
GAMBAR DARI MASING MASING DATA 10 KELOMPOK
45
46
47