Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PRAKTIKUM TSL-240 BIOLOGI TANAH

Oleh :

Kelompok 3 (Tanah Sampah)

Fakhruddin Putra Y A14160044


Zahir Surya Pranata A14160057
Agung Nurfaizi A14160063
Adini Mustika Aulia A14160073
Edo Adianto Ramadhan A14160074
Epa Fafita A14160086
Alief Yuda A P A14160088

Dosen
Ir. Fahrizal Hazra M.Sc

Asisten Praktikum
Muhammad Aprizal A14140012
Andika Widi Pramudito A14140026
Devi Wijayanti A14140045
Ziyadatul Ulumil A A14140089

BAGIAN BIOTEKNOLOGI TANAH


DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat-Nya Laporan Praktikum TSL-240 Biologi Tanah dapat diselesaikan tepat
waktu. Laporan praktikum ini disusun untuk memenuhi indikator mata kuliah
Biologi Tanah (TSL-240) Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Selama penyusunan laporan praktikum ini kami mendapat banyak bantuan


dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin menyampaikan
terima kasih kepada:
1. Ir. Fahrizal Hazra M.Sc selaku dosen koordinator praktikum mata kuliah Biologi
Tanah (TSL-240) ini yang telah memberikan banyak masukan dan dukungan
terkait penyusunan laporan praktikum Biologi Tanah ini.
2. Muhammad Aprizal, Andika Widi Pramudito, Devi Wijayanti, dan Ziyadatul
Ulumil A selaku asisten praktikum kami yang telah membantu dalam penelitian,
analisis, dan penyusunan laporan praktikum Biologi Tanah.

Kami menyadari bahwa laporan praktikum Biologi Tanah ini perlu adanya
evaluasi lebih lanjut. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan laporan praktikum Biologi
Tanah ini. Kami berharap semoga hasil penelitian dan gagasan pada laporan
praktikum Biologi Tanah ini dapat bermanfaat bagi pembaca sebagai sumber
rujukan.

Bogor, 18 Mei 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 2
BAB III METODOLOGI ..................................................................................... 4
3.1 Alat dan Bahan .................................................................................................. 4
3.2 Metode ............................................................................................................. 5
BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................... 9

4.1 Pengambilan dan Persiapan Contoh Tanah ...................................................... 9

4.2 Penetapan Populasi Mikrob Tanah Metode Cawan Hitung ............................. 12

4.3 Penetapan Populasi Mikrob Tanah Metode MPN ............................................ 14

4.4 Pengamatan Morfologi Sel Bakteri dan Fungi ................................................. 15

4.5 Respirasi Tanah ............................................................................................... 18

4.6 Fauna Tanah .................................................................................................... 20

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 22


5.1 Simpulan ......................................................................................................... 22
5.2 Saran ............................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 23
LAMPIRAN ........................................................................................................ 26

iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kadar air kering udara ............................................................................... 9
Tabel 2 Kadar air kapasitas lapang ........................................................................ 9
Tabel 3 Jumlah air yang ditambahkan untuk mencapai kapasitas lapang .............. 9
Tabel 4 Keanekaragaman hayati tanah .................................................................. 9
Tabel 5 Keanekaragaman hayati tanah rumput .................................................... 10
Tabel 6 Keanekaragaman hayati tanah sampah ................................................... 11
Tabel 7 Jumlah total mikroorganisme tanah ........................................................ 12
Tabel 8 Jumlah total fungi tanah .......................................................................... 13
Tabel 9 Jumlah sel nitrosomonas ......................................................................... 14
Tabel 10 Jumlah sel algae .................................................................................... 14
Tabel 11 Hasil pengamatan koloni ....................................................................... 15
Tabel 12 Hasil pengamatan gram bakteri ............................................................. 17
Tabel 13 Volume HCl yang ditambahkan ............................................................ 18
Tabel 14 Respirasi Tanah ..................................................................................... 18
Tabel 15 Jumlah dan keragaman fauna tanah ...................................................... 20

iv
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Mikroorganisme merupakan makhluk hidup dengan jumlah sangat banyak
baik dalam tanah, air, maupun udara. Tanah adalah bagian yang terdapat pada
permukaan bumi yang tersusun atas mineral dan bahan organik. Fauna tanah berupa
makroorganisme, mesoorganisme, dan mikroorganisme tanah yang memiliki
keanekaragaman terdiri atas bakteri, fungi, algae, protozoa dan lain-lain yang
berfungsi sebagai pendekomposisi bahan organik serta dapat memperbaiki sifat
kimia maupun fisik tanah. Jumlah populasi fauna tanah menjadi salah satu indikator
tingkat kesuburan suatu tanah. Penetapan populasi fauna tanah terutama
mikroorganisme tanah menggunakan metode cawan hitung dan Metode Most
Probable Number (MPN) dengan asumsi setiap mikrob yang hidup dalam suspensi
tanah berkembang membentuk koloni dengan keadaan lingkungan yang sesuai dan
ada tidaknya mikrob di dalam tempat inkubasi. Populasi mikroorganisme tanah
menghasilkan respirasi tanah yang mengindikasikan aktivitas mikroorganisme di
dalam tanah berdasarkan banyaknya CO2 yang dikeluarkan sebagai hasil respirasi atau
metabolismenya. Mikroorganisme mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang
khas. Pengamatan morfologi sangat penting untuk identifikasi dan determinasi
morfologi dan struktur anatomi dari beberapa jenis mikroorganisme seperti bakteri
dan fungi berdasarkan adaptasi dengan lingkungannya.

Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang dibangun, praktikum ini memiliki beberapa tujuan
yaitu:
1. Mengetahui metode pengambil contoh tanah di beberapa titik tempat yang
ditentukan, mengetahui KAKU, KAKL, dan fauna tanah pada setiap lokasi
yang ditentukan,
2. Mengetahui cara isolasi bakteri dan fungi dalam tanah guna menghitung
jumlah koloni dengan metode cawan hitung,
3. Menetapkan jumlah algae dan nitrosomonas tanah menggunakan metode Most
Probable Number (MPN) serta mengetahui reaksi nitrifikasi yang terjadi di
dalam tanah,
4. Mengetahui tingkat respirasi tanah pada beberapa contoh tanah,
5. Mengamati morfologi sel bakteri dan fungi,
6. Mengidentifikasi fauna tanah menggunakan metode “Berlese Funnel Extractor”
serta menetapkan jumlah dan keragaman fauna tanah.

1
TINJAUAN PUSTAKA

Tanah adalah produk transformasi mineral dan bahan organik yang terletak
di permukaan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor genesis dan lingkungan, yakni
bahan induk, iklim, organisme, topografi dan kurun waktu sangat panjang, yang
dapat dibedakan dari ciri-ciri bahan induk aslinya baik secara fisik, kimia, biologi
maupun morfologinya (Winarso 2005). Menurut Agus et al (2008) contoh tanah
merupakan suatu volume massa tanah yang diambil dari suatu bagian tubuh tanah
dengan cara tertentu disesuaikan dengan sifat-sifat yang akan diteliti secara lebih
detail di laboratorium. Contoh tanah yang di ambil dari beberapa tempat dan
digabung untuk menilai tingkat kesuburan tanah disebut contoh tanah komposit.
Organisme tanah merupakan organisme berupa flora dan fauna yang hidup di
dalam tanah. Kandungan organisme tanah berkisar antara 1-10% dari total berat
bahan organik kering. Flora tanah meliputi bakteri, actinomicetes, fungi, algae dan
lichens. Fauna tanah berdasarkan ukurannya dibedakan atas makrofauna, mesofuna,
dan mikrofauna (Sutanto 2005). Fauna tanah keberadaannya dipengaruhi oleh
bahan organik dalam tanah. Keberadaan dari fauna tanah tersebut dapat dijadikan
ukuran kesuburan tanah (Putra 2012). Fauna dalam tanah dapat berperan dalam
penguraian bahan organik di dalam tanah. Selain itu, keberadaan fauna tanah dapat
meningkatkan aerasi, infiltrasi, dan agregasi tanah sehingga dapat dikatakan bahwa
keberadaan fauna tanah sangat berperan penting bagi tanah (Hardjowigeno 2007).
Keberadaan fauna dalam tanah sangat bergantung pada ketersediaan energi dan
sumber makanan untuk melangsungkan hidupnya, seperti bahan organik dan
biomassa hidup yang semuanya berkaitan dengan aliran siklus karbon dalam tanah.
Populasi mikroorganisme dalam tanah dapat dipengaruhi juga oleh jumlah dan jenis
zat hara dalam tanah, kelembaban, tingkat aerasi, suhu, pH dan perlakuan pada
tanah atau pemupukan (Budiyanto 2004).
Bakteri adalah organisme prokariotik bersel tunggal dengan jumlah
kelompok paling banyak di ekosistem terestrial. Bakteri memiliki kemampuan
metabolik lebih beragam dan memegang peranan penting dalam pembentukan
tanah, dekomposisi bahan organik, remediasi tanah tercemar dan penyebab
penyakit tanaman (Saraswati et.al. 2007). Bakteri bersifat tembus cahaya, hal ini
disebabkan karena banyak bakteri yang tidak mempunyai zat warna. Menurut
Amrullah et.al. (2013) cendawan merupakan mikroorganisme eukariotik yang
berbentuk filamen. Cendawan terdapat pada tempat dengan substrat organik. Peran
cendawan dalam suatu ekosistem sebagai agen penyakit, perombak bahan organik
dan agen agregat tanah.
Fungi merupakan mikroorganisme tidak berklorofil berbentuk hifa atau sel
tunggal, eukariotik, berdinding sel dari kitin atau selulosa, berproduksi seksual dan
aseksual. Dalam Gandjar (2007) fungi memiliki kingdom tersendiri karena cara
mendapatkan makanannya berbeda dengan organisme eukariotik lainnya yaitu
melalui absorpsi. Golongan fungi mencakup lebih dari 55.000 spesies dan melebihi
jumlah bakteri. Bakteri dan fungi merupakan golongan tumbuh-tumbuhan yang
tubuhnya tidak mempunyai diferensiasi, oleh karena itu disebut tumbuhan talus,
lengkapnya tidak berklorofil (Syamsuri 2004).

2
Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk
diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga
berfungsi untuk mengetahui reaksi fisiologis dinding sel bakteri melalui
serangkaian pengecatan (Waluyo 2007).Terdapat tiga macam prosedur pewarnaan,
yaitu pewarnaan sederhana (simple stain), pewarnaan diferensial (diferensial
strain), dan pewarnaan khusus (special strain). Menurut Pratiwi (2008) pewarnaan
bakteri dengan metode gram terdiri atas gram positif dan bakteri gram negatif.
Perbedaan warna antara bakteri gram positif dan negatif disebabkan oleh adanya
perbedaan struktur pada dinding selnya. Dinding gram positif mengandung banyak
peptidoglikan, sedangkan dinding bakteri gram negatif banyak mengandung
lipopolisakarida (Suriawiria 2009).
Isolasi merupakan suatu teknik pengambilan mikroorganisme di alam dan
menumbuhkannya dalam suatu media buatan. Menurut Kadri et.al. (2015) prinsip
isolasi adalah memisahkan suatu jenis mikrob dan lainnya yang berasal dari
campuran bermacam-macam mikrob tanah. Kultur murni ialah kultur yang sel-sel
mikrobanya berasal dari pembelahan dari sel tunggal. Terdapat berbagai cara untuk
mengisolasi bakteri dalam biakan murni, yaitu cara pengenceran, penuangan,
penggoresan, penyebaran, pengucilan satu sel dan okulasi pada hewan (Indrawati
2005). Biakan murni bakteri merupakan biakan yang terdiri atas spesies bakteri
yang ditumbuhkan di atas medium buatan. Medium terdiri atas bahan agar-gar yang
mengandung air, gula, nitrogen dan mineral (Purwoko 2009). Metode pengenceran
bertujuan untuk memperkecil jumlah mikroba yang tersuspensi dalam cairan
dengan cara pengenceran bertingkat. Metode tuang adalah salah satu metode yang
dilakukan dengan cara memasukkan sampel yang telah diencerkan terlebih dahulu
ke dalam cawan petri yang dituangi dengan medium (Almundy 2011). Menurut
Meryandini (2009) pembiakan organisme memerlukan lingkungan pertumbuhan
yang sesuai yang berisi air, sumber energi, unsur hara sebagai sumber C, N, S, P,
O2, H, serta unsur trace element.
Respirasi tanah menggambarkan aktivitas mikroba tanah. Pengukuran
respirasi merupakan cara yang pertama kali digunakan untuk menentukan tingkat
aktivitas mikroba tanah. Penetapan respirasi tanah didasarkan pada penetapan
jumlah CO2 yang dihasilkan oleh mikroba tanah dan jumlah O2 yang digunakan
oleh mikroba tanah. Respirasi tanah menjadi aliran karbon terbesar kedua di suatu
ekosistem setelah fotosintesis. Respirasi dapat dikaitkan dengan kesuburan tanah.
Laju respirasi tanah dapat diukur dalam sistem dinamis maupun statis. Teknik
pengukuran yang canggih biasanya menggunakan IRGA (Infra Red Gas Analyzer)
(Setyawan 2014). Produksi dan emisi CO2 dari tanah bergantung pada kandungan
bahan organik tanah, suhu tanah, ketersediaan oksigen dan nutrien sebagai faktor
eksternal, sedangkan faktor internal yang berpengaruh adalah biomassa akar dan
populasi mikroorganisme. Jumlah biomassa akar dan mikroorganisme berpengaruh
terhadap percepatan proses dekomposisi bahan organik yang melepaskan CO2,
sehingga kelembaban tanah dan suhu tanah merupakan faktor penting dalam proses
respirasi (Hanafiah 2005).

3
METODELOGI

Alat dan Bahan

Bab Alat Bahan


Cangkul Contoh tanah sampah
Kantong plastik Alkohol
Timbangan
Pengambilan dan Pengering
Persiapan Contoh Tanah Ieolit
Pipa kecil
Toples
Oven
Cawan petri 10 g tanah
Labu Erlenmeyer Media biakan
Pipet Larutan fisiologi
Penetapan Populasi
Pembakar bunsen
Mikrob Tanah Metode
Tabung reaksi
Cawan Hitung
Label
Shaker
Timbangan
Tabung reaksi Sampel tanah
Karet gelang Alkohol
Pipet Media Verstreade
Bunsen (Nitrosomonas)
(NH4)2SO4
KH2PO4
MgSO4 . 7H2O
Fe sintat
Penetapan Populasi
Fenol red
Mikrob Tanah Metode
CaCl . 2H2O
MPN
Media Complete +N
(Algae)
NaNO3
CaCl2
NaCl
MnSO4 . 7H2O
FeCl3 . 6H2O
Aquades
Kaca preparat Larutan Karbol Gentian
Bunsen Violet
Pipet Larutan Iodin
Pengamatan Morfologi Mikroskop Alkohol 96%
Sel Bakteri dan Fungi Aquades
Larutan Safranin
Sediaan Bakteri

4
Toples Sampel tanah
Respirasi Tanah Botol film KOH dan HCl
Buret dan Statif Air, Pp, Metil orange
Soil Corer Ethylen Glycol
Pipa PVC Alkohol 70%
Lampu 40 Watt Tanah tidak terganggu
Rak penyangga
Fauna Tanah
Botol Koleksi
Screen mesh 2 mm
Corong
Berlese Funnel Extractor

Metode
1. Pengambilan, Persiapan Contoh Tanah, dan Pengamatan Biodiversitas Tanah
contoh
Pengambila tanah
n, Persiapan beri label dikeringud tetapkan
Contoh dan arakan dan
Tanah, dan
KAKU
ambil 5 letakan dibersihkan
Pengamatan dari dan
contoh dalam ice
Biodiversita serasah KAKL
tanah box
s Tanah selama 2-3
bobot 1
kg hari

Amati
catat simpan makrofauna Pertahankan
vegetasi dalam pada tanah KA dalam
sekitarnya alkohol 70% (cacing,semu 75% KL
t,dll)

Rumus :
BKM Tanah
BKM = (Bobot cawan + tanah oven) – Bobot cawan
𝐵𝐾𝑈−𝐵𝐾𝑀 𝐵𝐾𝐿−𝐵𝐾𝑀
KAKU (%) = KAKL (%) =
𝐵𝐾𝑀 𝐵𝐾𝑀

2. Penetapan Populasi Mikrob Tanah Metode Cawan Hitung


A. Pembuatan Ekstrak Tanah

B. Pembuatan Seri Pengenceran

5
C. Pembuatan Biakan Bakteri dan Fungi
Bakteri

Fungi

Rumus :
Jumlah Koloni
∑ sel (CFU) = Koloni x

CFU/BKM tanah =
FP = Faktor Pengenceran

3. Penetapan Populasi Mikrob Tanah Metode MPN

Larutan
diambil 1 ml,
Larutan di-
10 gram 90 ml larutan lalu
shaker
tanah LF dimasukkan
selama 10-15
ditimbang ditambahkan ke 9ml
menit
larutan LF di
tabung 2

6
Semua Larutan Larutan Larutan
tabung keempat ketiga kedua
ditutup diambil 1 diambil 1 diambil 1
Larutan
dengan ml lalu ml lalu ml lalu
diinkubas
menggun dimasukk dimasukk dimasukk
i selama 1
akan an ke 9ml an ke 9ml an ke 9
minggu
kapas. larutan larutan ml larutan
LF di LF di LF di
tabung 5 tabung 4 tabung 3

dilakukan tiga kali ulangan untuk setiap satu kali seri pengenceran.

4. Pengamatan Morfologi Sel Bakteri dan Fungi


Sediaan bakteri: Kemudian Zat warna
keringkan tuangkan larutan dibuang,
kemudian rekatkan karbol-gention- tambahkan iodin
(fiksasi) 3 kali di violet dibiarkan kemudian diamkan
atas api bunsen selama 5 menit selama 3 menit

Cuci lalu Cuci kemudia beri Buang iodin,


keringkan larutan safranin tambahkan alkohol
kemudian amati di lalu diamkan 96% hingga zat
bawah mikroskop. selama 2 menit warna hilang

Rumus :
Nilai MPN
1
∑ sel = Nilai MPN x 𝐹𝑃
FP = Faktor Pengenceran

5. Respirasi Tanah

7
Rumus :
(𝑎+𝑏)𝑥 𝑐 𝑥 120
R= 𝑛
a = ml HCl untuk contoh tanah
b = ml HCl untuk contoh
c = normalitas HCl
n = jumlah hari inkubasi

6. Fauna Tanah

Rumus :
𝐼𝑆
= I x m-2
𝐴

IS = Rata-rata jumlah individu per sampel


A = luas soil corer
I = jumlah individu
Keragaman Fauna Tanah : H’ = ∑[(ni/n) ln (ni/n)]

8
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengambilan dan Persiapan Contoh Tanah


Tabel 1 Kadar air kering udara
Bobot
Jenis Bobot BKU BKM KAKU Rata-
Ulangan Cawan +
Tanah Cawan (g) (g) (g) (%) rata (%)
Tanah (g)
Tanah 1 6,85 10,00 12,84 5,99 67,45
66,37
Kebun 2 6,76 10,00 12,81 6,05 65,29
Tanah 1 7,27 10,00 14,01 6,83 46,41
46,31
Rumput 2 6,91 10,00 13,75 6,84 46,20
Tanah 1 6,59 10,00 14,96 8,37 19,47
18,34
Sampah 2 7,04 10,00 15,58 8,54 17,21

Tabel 2 Kadar air kapasitas lapang


Bobot
Jenis Bobot BKU BKM KAKL Rata-rata
Ulangan Cawan +
Tanah Cawan (g) (g) (g) (%) (%)
Tanah (g)
Tanah 1 10,01 10,04 15,26 5,25 91,24
90,95
Kebun 2 7,55 10,01 12,80 5,25 90,67
Tanah 1 7,46 10,03 13,36 5,93 69,49
67,77
Rumput 2 10,01 10,05 16,05 6,04 66,36
Tanah 1 7,83 10,01 14,39 6,56 52,59
53,30
Sampah 2 7,74 10,02 14,24 6,60 54,00

Tabel 3 Jumlah air yang ditambahkan untuk mencapai kapasitas lapang


Jenis Tanah ƩAir (ml)
Tanah Kebun 18438,661
Tanah Rumput 16094,618
Tanah Sampah 26214,013

Tabel 4 Keanekaragaman hayati tanah


Nama
Gambar Ukuran Ciri-ciri Jumlah Vegetasi Cuaca
Fauna
Bentuknya
Hujan
Makro silindris Tanaman
Cacing 9 gerim
fauna memanjang, kopi
is
licin

9
Hujan
Jangkri Makro Tanaman
Kecoklatan 2 gerim
k fauna kelapa
is

Lebih besar Tanaman Hujan


Semut Makro
dari semut 2 kelapa gerim
hitam fauna
merah sawit is
Tubuhnya
kecil Tanaman Hujan
Semut Makro
kemerahan 1 kelapa gerim
merah fauna
dan berbau sawit is
khas
Tubuhnya
ramping
Tanaman Hujan
Makro dengan
Tomcat 1 kelapa gerim
fauna corak
sawit is
merah
hitam

Tabel 5 Keanekaragaman hayati tanah rumput


Nama
Gambar Ukuran Ciri-ciri Jumlah Vegetasi Cuaca
Fauna
Berbentu
k Hujan
Makro Tanama
Cacing silindris 26 gerimi
fauna n talas
memanja s
ng
Bersayap
Pohon Hujan
Belala Makro hijau
2 singkon gerimi
ng fauna kecoklat
g s
an
Hujan
Makro Berwarn
Kecoa 3 - gerimi
fauna a coklat
s
Tubuhny
Pohon Hujan
Makro a kecil
Semut 2 singkon gerimi
fauna berbentu
g s
k khas
Memiliki Hujan
Makro
Lipan banyak 1 - gerimi
fauna
tungkai s

10
Hujan
Makro Tidak
Kutu 1 - gerimi
fauna bersayap
s

Hujan
Telur Meso Bulat
2 - gerimi
Cacing fauna kecil
s

Tabel 6 Keanekaragaman hayati tanah sampah


Nama
Gambar Ukuran Ciri-ciri Jumlah Vegetasi Cuaca
Fauna
Berbentuk
silindris
Makro Semak- Hujan
Cacing memanjang 5
fauna semak gerimis
berwarna
kecoklatan
Berwarna
Makro putih, Semak- Hujan
Rayap 2
fauna pemakan semak gerimis
kayu

Makro Tunuhnya Semak- Hujan


Semut 2
fauna kecil semak gerimis

Kadar air tanah pada keadaan kering udara dan pada keadaan kapasitas lapang
memiliki perbedaan pada setiap tanah berdasarkan penggunaan lahan. Pada
praktikum kali ini, telah di dapatkan hasil bahwa tanah kebun memiliki % rata –
rata KAKU tertinggi di antara tanah kebun dan tanah sampah yaitu sebesar 66,37 %.
Sedangkan tanah sampah memiliki %rata – rata KAKU terendah yaitu sebesar
18,34 %. Hal tersebut dikarenakan pada tanah kebun terdapat banyak bahan organik
yang menyebabkan tanah tersebut baik dalam sifat fisik maupun kimianya. Menurut
Swift (2017), bahan organik berperan dalam merekatkan partikel tanah, sehingga
ruang pori semakin banyak menyebabkan air dan unsur hara dapat ditampung dalam
tanah. Sedangkan pada tanah sampah, meskipun bahan organik yang tersedia tidak
jauh berbeda dengan tanah kebun, namun pada tanah sampah tidak terdapat cukup
fauna tanah yang berperan dalam dekomposisi bahan-bahan organik tersebut. Pada
penetapan kadar air kapasitas lapang (KAKL), didapatkan hasil yang sama bahwa
tanah kebun memiliki %rata-rata KAKL tertinggi yaitu sebesar 90,95%, lalu diikuti
tanah rumput sebesar 67,77 dan tanah sampah 53,30 %.
Banyaknya fauna tanah dipengaruhi oleh lingkungannya, yaitu faktor abiotik
dan biotik (Juliansyah 2013). Organisme yang hidup dalam tanah ini ada yang
bermanfaat dan ada pula yang tidak bermanfaat juga mengganggu (Hardjowigeno
2007). Berdasarkan hasil pengamatan, tanah rumput memiliki fauna tanah yang

11
lebih banyak dibandingkan dengan tanah kebun dan tanah sampah. Jika melihat
lampiran, dapat diketahui bahwa lingkungan tanah rumput memiliki serasah yang
tebal dengan serasah tersebut dapat mendukung perkembangan dan pertumbuhan
fauna tanah. Tanah kebun, jumlah fauna relatif sedikit dari fauna tanah rumput. Hal
tersebut dikarenakan pada tanah kebun kondisi tanah lebih terbuka dan mendapat
sinar matahari yang lebih banyak dibandingkan tanah rumput. Cahaya matahari
diduga dapat mengganggu aktivitas fauna tanah, karena suhu di permukaan tanah
meningkat sehingga fauna tanah menghindari sengatan cahaya matahari dengan
cara masuk ke dalam tanah. Kandungan pigmen fauna tanah yang rendah pada
kutikula menyebabkan fauna tanah rendah terhadap cahaya matahari.
Tanah sampah memiliki fauna tanah terendah. Hal tersebut karena pada lokasi
pengambilan sampel tanah merupakan area pijakan kaki, sehingga di area tersebut
tidak terdapat bahan organik sebagai makanan fauna tanah. Selain itu, dengan
bercampurnya jenis sampah antara sampah organik dan sampah anorganik menjadi
salah satu penyebab rendahnya fauna tanah akibat tanah tersebut tercemar. Kondisi
fauna tanah tentu dipengaruhi oleh ketersediaan makanan sebagai sumber energi
dan kondisi fisika kimia tanah yang mendukung untuk keberlangsungan mesofauna
tanah (Djuna 2013). Terlihat pada setiap tanah pada praktikum ini, caing tanah
selalu lebih dominan jumlahnya dibandingkan dengan fauna tanah lain. Hal ini
disebabkan oleh terciptanya kondisi lingkungan yang sesuai bagi cacing tanah,
seperti tersedianya makanan yang cukup, pH, kelembaban, dan temperatur tanah
yang sesuai.

Penetapan Populasi Mikrob Tanah Metode Cawan Hitung


Tabel 7 Jumlah total mikroorganisme tanah

Faktor Hari Ke
Jenis Ulang ∑Sel Rata-rata CFU /
Pengen
Tanah an 1 2 3 (CFU) ∑ Sel BKM
ceran
1 8 23 30 30 x 107 30,5 x 571 x 105
10-7
Tanah 2 3 28 31 31 x 107 107 590 x 105
Kebun 1 1 12 21 21 x 108 12 x 108 4 x 108
10-8
2 2 2 3 3 x 108 571 x 105
1 6 6 8 8 x 107 8,5 x 107 134 x 105
10-7
Tanah 2 4 6 9 9 x 107 149 x105
Rumput 1 5 5 5 5 x 108 5 x 108 827 x 105
10-8
2 4 5 5 5 x 108 827 x105
1 7 13 15 15 x 107 17 x 107 288 x105
10-7
Tanah 2 9 15 19 19 x 107 292 x105
Sampah 1 23 57 62 62 x 108 37,5 x 945 x 106
10-8
2 5 9 13 13 x 108 108 210 x106

12
Tabel 8 Jumlah total fungi tanah

Faktor Hari Ke
Jenis Ulang ∑Sel Rata-rata CFU /
Pengen
Tanah an 1 2 3 (CFU) ∑ Sel BKM
ceran
1 5 7 10 10 x 104 190 x 102
10-4 11 x 104
Tanah 2 10 10 12 12 x 104 228 x 102
Kebun 1 4 6 9 9 x 105 171 x 103
10-5 65 x 104
2 1 3 4 4 x 105 76 x 103
1 4 4 5 5 x 104 843 x 101
10-4 10 x 104
Tanah 2 8 10 15 15 x 104 248 x 102
Rumput 1 3 4 34 34 x 105 573 x 103
10-5 22,5 x 104
2 6 9 11 11 x 105 182 x103
1 20 23 25 25 x 104 381 x 102
10-4 125 x 103
Tanah 2 17 21 0 0 0
Sampah 1 16 19 23 23 x 105 350 x 103
10-5 215 x 104
2 14 17 20 20 x 105 307 x 103

Praktikum ini mengenai penetapan jumlah total mikrob dan fungi di dalam
tanah. Tanah yang digunakan dalam praktikum ini adalah tanah rumput, tanah
kebun dan tanah sampah. Metode yang digunakan unutk menghitung populasi
koloni pada sampel adalah metode cawan hitung atau agar. Metode cawan hitung
memiliki prinsip berdasarkan Waluyo (2007) bahwa jumlah mikroba yang masih
hidup ditumbuhkan pada media agar. Percobaan ini menggunakan faktor
pengenceran 10-7 dan 10-8 untuk penetapan jumlah total mikrob tanah dan 10-4 dan
10-5 untuk penetapan total fungi tanah. Pengenceran bertingkat bertujuan
memperkecil jumlah mikroba (bakteri dan jamur) yang tersuspensi di dalamnya dan
melihat perbedaan mikrob serta fungi yang tumbuh. Media yang digunakan untuk
bakteri adalah agar nutrien dan fungi berupa agar martin.
Hasil yang didapatkan jumlah total mikrob paling banyak pada pengenceran
10-7 serta fungi yang paling banyak pada pengenceran 10-4. Hal ini dikarenakan
semakin tinggi tingkat pengenceran maka semakin sedikit jumlah mikroba dan
fungi yang tumbuh dalam media (Kadri et al. 2015). Sel mikroorganisme dalam
suspensi akan tumbuh menjadi koloni setelah inkubasi dan merupakan dugaan dari
jumlah mikroorganisme dalam suspensi tersebut. Berdasarkan hal tersebut
digunakakn istilah Coloni Forming Units (CFU) per gram tanah.
Koloni yang tumbuh berasal dari suspensi hasil pengenceran. Jumlah koloni
pada cawan petri mikrob tanah terbanyak pada tanah kebun dengan faktor
pengenceran 10-7 sebesar 30,5 x 107. Hal ini dikarenakan tanah kebun memiliki
bahan organik cukup tinggi dan bakteri lebih banyak hidup di tempat dengan
kemasaman sedang dan bahan organik tinggi. Jumlah koloni fungi terbanyak pada
tanah sampah faktor pengenceran 10-5 sebesar 215 x 10-4. Hal ini dikarenakan
terdapat data yang hilang sehingga mempengaruhi data akhir. Selain itu, lingkungan
berupasumber energi dan kelembaban tanah sampah yang sesuai untuk
pertumbuhan fungi. Koloni jamur berwarna putih menunjukkan jamur yang
memiliki hifa (Almundy 2011). Menurut Arisandi et al. (2017) suatu koloni bakteri
dan fungi tidak semua sel dapat bertahan hidup. Jumlah koloni dapat bertambah

13
atau mengalami penurunan yang disebabkan oleh faktor kondisi lingkungan yang
tidak mendukung pertumbuhan dan metabolisme.

Penetapan Populasi Mikrob Tanah Metode MPN


Tabel 9 Jumlah sel nitrosomonas

Jenis Ulangan Nilai Jumlah


Pengenceran
Tanah 1 2 3 MPN Sel
10-3 + + +
Tanah
10-4 + + + 140 1,4 x 107
Kebun
10-5 + + +
10-3 + + +
Tanah
10-4 + + + 140 1,4 x 107
Rumput
10-5 + + +
10-3 + + +
Tanah
10-4 + + + 140 1,4 x 107
Sampah
10-5 + + +

Tabel 10 Jumlah sel algae

Jenis Ulangan Nilai Jumlah


Pengenceran
Tanah 1 2 3 MPN Sel
10-3 - - -
Tanah
10-4 - - - 0 0
Kebun
10-5 - - -
10-3 + + +
Tanah
10-4 + + + 140 1,4 x 107
Rumput
10-5 + + +
10-3 + + +
Tanah
10-4 + + + 140 1,4 x 107
Sampah
10-5 + + +

Menurut Djajakirana (2009) metode MPN (Most Probable Number)


merupakan metode penetapan populasi mikroorganisme yang umumnya tidak
membentuk koloni dengan mencocokkan pada tabel MPN (Verstraete 1981). Faktor
pengenceran yang digunakan, yaitu 10-3, 10-4 , dan 10-5 . Hal ini dikarenakan
pengembangbiakan menggunakan larutan steril 9 ml sehingga jika tidak dilakukan
pengenceran populasi terlalu padat dengan pembiakan yang minim. Setiap
pengenceran dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali, sampel tanah yang
digunakan berupa tanah kebun, tanah rumput, dan tanah sampah. Nitrosomonas dan
algae merupakan mikroorganisme yang akan ditetapkan sehingga media
pembiakan sesuai dengan fisiologi kedua bakteri. Nitrosomonas ditumbuhkan di
media verstreade dan algae di media complete+N.

14
Berdasarkan hasil pengamatan seperti pada lampiran yang dilakukan selama
lima minggu. Minggu pertama belum terlihat terdapat tanda perkembangbiakan.
Indikator munculnya nitrosomonas jika terjadi pembentukan NO3- serta perubahan
warna dari merah menjadi kuning. Minggu ke 4 mulai terjadi perubahan warna pada
tanah sampah. Minggu ke 5 semua pengencer 10-3 ,10-4, dan 10-5 didapatkan hasil
populasi terbesar 1,4 x 107. Selain itu terdapat kesalahan pada media biakan
seharusnya berubah warna menjadi kuning. Hal ini dikarenakan terlalu pekatnya
media biakan yang dibuat. Menurut Sapta et al. (2014) faktor yang memicu
pertumbuhan Nitrosomonas terdapat amonium sebagai sumber energi, CO2,
temperatur, 5-300C, dan pH optimum.

Pengamatan Morfologi Sel Bakteri dan Fungi


Tabel 11 Hasil pengamatan koloni

Jenis Jenis Ukuran


No. Warna Konsistensi Elevasi Foto
Tanah Koloni (cm)

Tanah
Tidak
1 Kebu Bakteri Kuning 1,5 datar
berlendir
n

10-7

Tanah
2 Kebu Bakteri Kuning 2,6 berlendir cembung
n

10-8

Tanah
Tidak
3 Rump Bakteri Putih 1 cembung
berlendir
ut

10-7

Tanah
Tidak
4 Rump Bakteri Kuning 1 cembung
berlendir
ut

10-8

15
Tanah
Tidak
5 Samp Bakteri Kuning 2,4 cembung
berlendir
ah

10-7

Tanah
Tidak
6 Samp Bakteri Kuning 1,7 cembung
berlendir
ah

10-8

Tanah
Tidak
7 Kebu Fungi Putih 1,2 cembung
berlendir
n

10-4

Tanah
Tidak
8 Kebu Fungi Putih 0,3 datar
berlendir
n

10-5

Tanah Kuning
Tidak
9 Rump Fungi kehijau 5 cembung
berlendir
ut an
10-4

Tanah
Tidak
10 Rump Fungi Putih 4 datar
berlendir
ut
10-5

Tanah
Tidak
11 Samp Fungi Putih 0,8 cembung
berlendir
ah

10-4

16
Tanah
Tidak
12 Samp Fungi Putih 1,6 datar
berlendir
ah

10-5

Tabel 12 Hasil pengamatan gram bakteri

Jenis Jenis Pembesara


No Bentuk Gram Gambar Foto
Tanah Bakteri n

Tanah
Azotobac
1 Kebun basil + 40x10
ter
10-5

Tanah
Kebun
Sperillu
2 10-6 sperillum - 40x10
m minor

Tanah
Lactobac
Rumput
iilus
3 10-5 basil + 40x10
fermentu
m
Tanah
Rumput
10-6
4 E. Coli basil - 40x10

Tanah
5 Sampah E. Coli basil - 40x10
10-5
Tanah
Sampah
6 10-6 E. Coli basil - 40x10

Pengenceran yang dilakukan dalam percobaan ini adalah pengenceran 10-4,


10 ,10-6,10-7, dan 10-8, dan yang diamati adalah pengenceran 10-5 dan 10-6. Hal ini
-5

17
karena diperkirakan koloni yang terbentuk oleh E.Coli berada pada jumlah yang
dapat dihitung pada pengenceran tersebut. Besar kecilnya koloni, ada yang hanya
berupa titik, namun ada pula yang melebar sampai menutup permukaan medium.
Bentuk koloni, ada yang bulat, memanjang, tepi rata dan ada yang tidak rata.
Ada koloni yang timbul yaitu menjulang tebal di atas permukaan medium.
Kebanyakan koloni bakteri berwarna keputihan atau kekuningan, sedangkan fungi
berwarna putih. Kepekatan koloni ada yang lunak seperti lendir, ada yang kera dan
kering (Meryandini 2009).
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan ditemukan bakteri dengan
pembesaran mikroskop 40x10, berbagai jenis bakteri ditemukan pada berbagai jenis
tanah seperti Azotobacter, Sperillum minor, Lactobacilla fermentum dan E. Coli.
Prinsip dari tingkat koloni bakteri adalah semakin tinggi tingkat pengenceran
semakin rendah jumlah koloni bakteri. Dengan kata lain tingkat pengeceran
berbanding terbalik dengan jumlah koloni terebut. Semakin tinggi pengenceran
peluang untuk mendapatkan satu sel semakin besar (Kusmiati 2003).

Respirasi Tanah
Tabel 13 Volume HCl yang ditambahkan

Jenis V HCl V HCl Jumlah


Indikator Titrasi
tanah awal (ml) akhir (ml) HCl (ml)
Pp 1 8,5 10,9 2,4
Kebun
mo 2 24,9 32,1 7,2
Pp 1 17,8 19,6 2,5
Rumput
mo 2 20,1 28,0 7,9
Pp 1 10,9 12,2 1,3
Sampah
mo 2 32,8 41,2 8,4
Pp 1 12,2 17,8 5,6
Kontrol
mo 2 19,6 24,9 5,3

Tabel 14 Respirasi Tanah

Respirasi (mol
Jenis tanah Indikator
CO2/hari)
Kebun Mo 3,257
Rumput Mo 4,457
Sampah Mo 5,314

Prinsip dari respirasi tanah yaitu didasarkan pada pengukuran jumlah CO2 di
dalam tanah pada waktu tertentu. Senyawa CO2 yang dihasilkan dari proses
respirasi ditangkap oleh larutan NaOH yang kemudian di titrasi dengan larutan HCl.
Larutan NaOH dalam botol berfungsi sebagai pengikat CO2 yang dikeluarkan oleh
mikrob tanah. Jumah HCl yang diperlukan untuk titrasi setara dengan jumlah CO2
yang dihasilkan. Praktikum kali ini menentukan respirasi tanah pada tiga jenis

18
penggunaan lahan yang berbeda, yaitu tanah kebun, tanah rumput, dan tanah
sampah. Respirasi tanah merupakan proses mikrobiologis. Produksi CO2 hasil
respirasi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor kelerengan, faktor
kedalaman, dan faktor interaksi antara dua faktor tersebut. Berdasarkan faktor
kedalaman, jumlah produksi CO2 mikroorganisme tanah tertinggi adalah pada
kedalaman 0-10 cm, semakin bertambah kedalamannya maka produksi CO2 hasil
respirasi akan menurun. Berdasarkan faktor kelerengan, menunjukkan bahwa
semakin curam suatu lereng maka akan semakin rendah pula produksi CO2. Jumlah
total mikroorganisme dipengaruhi oleh tingkat erosi, yang mana tingkat erosi sangat
berhubungan dengan kelerengan (Ardi 2009). Menurut Hardjowigeno (1987), erosi
semakin meningkat jika lereng semakin curam. Erosi yang terjadi akan mengangkut
bahan mineral dan bahan organik yang merupakan sumber makanan bagi
mikroorganisme.
Aktivitas mikroorganisme tanah merupakan suatu proses yang terjadi karena
adanya kehidupan mikroorganisme yang melakukan aktivitas hidup dalam massa
tanah. Berdasarkan hasil praktikum, tanah sampah memiliki nilai respirasi tertinggi
yaitu sebesar 5,314 mol CO2/hari. Tanah rumput memiliki nilai respirasi 4,457 mol
CO2/hari dan tanah kebun sebesar 3,257 mol CO2/hari. Tingginya nilai respirasi
pada tanah sampah disebabkan oleh beberapa faktor seperti pH. Berdasarkan
penelitian Siregar et al. (2014), daerah pembuangan sampah akan memiliki pH,
relatif tinggi karena tersedianya kompos yang dapat meningkatkan pH tanah di area
tersebut. Menurut Lay (1994), pada umunya mikroorganisme dapat tumbuh dengan
baik pada Ph sekitar 7 meskipun dapat tumbuh pada kisaran pH 5-8.
Faktor yang mempengaruhi bukan hanya pH, tanah sampah memiliki nilai
respirasi tertinggi juga disebabkan oleh faktor lainnya, seperti bahan organik. Tanah
sampah memiliki bahan organik lebih tinggi daripada tanah rumput dan tanah
kebun karena tanah sampah merupakan area pembuangan baik sampah kota
maupun sampah rumah tangga. Berdasarkan hasil penelitian oleh Wicaksono et al.
(2015), bahwa mikroorganisme tanah akan berbanding lurus jumlahnya dengan
jumlah produksi CO2 yang dihasilkan. Hal ini menunjukkan bahwa
mikroorganisme tanah saling berinteraksi dengan kebutuhannya akan bahan
organik di dalam tanah karena bahan organik menyediakan karbon sebagai sumber
untuk tumbuh, sehingga total mikroorganisme tanah tinggi dan aktivitas
mikroorganisme juga tinggi.
Hasil yang kurang sesuai didapatkan pada praktikum ini, seharusnya hasil
respirasi tanah kebun memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan hasil respirasi
tanah rumput. Hal tersebut karena pada tanah kebun terdapat bahan organik lebih
banyak dibandingkan tanah rumput. Kesalahan pada praktikum ini disebabkan oleh
beberapa faktor, yakni perhitungan yang tidak sesuai, penentuan titik ekuivalen
yang tidak sesuai, ataupun disebabkan oleh pemberian yang terlalu banyak atau
terlalu sedikit indikator pp dan mo.

19
Fauna Tanah
Tabel 15 Jumlah dan keragaman fauna tanah

Rata-
Individu Indeks
Jenis Nama Fauna Jumlah Total Rata
(I/m2) Keragaman
Tanah (Ordo) (IS)
Selasa Rabu Jum’at
Mesotigmata 1 - - 1 1 50 0,230
Hymenoptera - - 3 3 3 147 0,361
Tanah Pseudoscorpionida - - 1 1 1 50 0,230
Kebun Chilopoda - - 2 2 2 100 0,322
Collembola - 2 - 2 2 100 0,322
Orthoptera - 1 - 1 1 50 0,230
Hymenoptera - 2 4 6 3 149 0,222
Collembola - - 5 5 5 249 0,290
Chilopoda - - 1 1 1 50 0,108
Coleoptera - - 1 1 1 50 0,108
Tanah
Diplopoda 2 - - 2 2 100 0,173
Rumput
Oribatida 6 - - 6 6 299 0,314
Mesotigmata 3 - - 3 3 149 0,222
Protura - 4 - 4 4 199 0,260
Diptera - 4 - 4 4 199 0,260
Coleoptera 1 - 18 19 9,5 473 0,331
Mesotigmata - - 10 10 10 489 0,247
Hymenoptera 14 15 10 39 13 647 0,361
Oribatida - - 2 2 2 100 0,086
Tanah
Psecoptera - - 7 7 7 348 0,201
Sampah
Isopoda - - 7 7 7 348 0,201
Nematoda 1 - - 1 1 50 0,051
Blattodea 1 - - 1 1 50 0,051
Heminoptera - 2 - 2 2 100 0,086

Praktikum kali ini menentukan indeks keragaman fauna tanah pada tiga
penggunaan lahan yang berbeda, yaitu tanah sampah, tanah kebun, dan tanah
rumput. Pada setiap penggunaan lahan diketahui memiliki indeks keragaman yang
bervariasi serta jumlah populasi fauna tanah tersebut. Berdasarkan hasil
pengamatan, diketahui bahwa pada tanah sampah memiliki jumlah fauna tanah
terbesar dibandingkan dengan tanah kebun dan tanah rumput. Hal tersebut karena
pengaruh ketersediaan bahan organik pada tanah sampah yang berlimpah. Menurut
Brata (2008), bahan organik yang dibuang ke tanah akan digunakan oleh fauna
tanah sebagai sumber bahan makanan. Jika jumlah bahan organik berlimpah maka
fauna tanah pun semakin banyak. Tersedianya bahan organik pada tanah kebun
berasal dari daun-daun gugur tanaman yang berada di daerah tersebut.
Setiap ordo pada setiap penggunaan lahan pun berbeda dan bervariasi.
Hymenoptera merupakan ordo terbanyak yang ditemukan pada tanah sampah dan
tanah kebun, meskipun pada tanah kebun perbedaan jumlah ordonya tidak terlalu
berbeda jelas. Hymenoptera pada tanah sampah sangat mendominasi dibandingkan

20
ordo lainnya. Tingginya kepadatan populasi Hymenoptera pada suatu tanah akan
mengurangi kepadatan predator lainnya pada suatu tanah (Gobat et al 2004). Selain
itu, besarnya jumlah Hymenoptera hidup secara berkoloni (Coleman et al 2004).
Keanekaragaman fauna tanah dapat dihitung menggunakan indeks
keragaman. Total indeks keragaman tertinggi terdapat pada tanah rumput yaitu
dengan nilai 1,957. Tanah kebun memiliki nilai indeks keragaman sebesar 1,373
dan pada tanah sampah sebesar 1,615. Perbedaan keragaman pada setiap tanah
disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya yaitu keberadaan fauna lain. Menurut
Laveila (1997), keanekaragaman dan kepadatan populasi fauna tanah dipengaruhi
oleh organisme di dalam tanah saling berinteraksi, baik interaksi mutualisme
maupun saling memangsa. Hal tersebut dapat dikaitkan dengan besarnya nilai
keragaman fauna pada tanah rumput. Terdapat sedikit Hymenoptera yang terdapat
pada area tersebut. Sedangkan Hymenoptera mendominasi pada tanah kebun dan
sampah yang menyebabkan ordo atau fauna lain tersisih karena Hymenoptera
merupakan fauna predator. Selain itu, rendahnya keragaman dan jumlah fauna pada
tanah kebun dapat disebabkan oleh aktivitas yang terjadi pada area lahan tersebut,
seperti pengolahan tanah yang tidak baik serta penggunaan pestisida yang dapat
mengganggu keberadaan fauna tanah.

21
PENUTUP

Simpulan
Sifat fisik, kimia, dan biologi tanah saling berkaitan satu sama lain.
Keberadaan fauna tanah akan mempengaruhi ketersediaan unsur hara bagi tanaman.
Fauna tanah terdapat pada suatu lahan/tanah disebabkan oleh beberapa faktor
seperti pH tanah, ketersediaan bahan organik, suhu dan kelembaban. Jumlah total
mikrob tanah tertinggi terdapat pada tanah sawah dan terendah terdapat pada tanah
rumput. Jumlah fungi tertinggi terdapat pada tanah sampah. Kesalahan pada
penetapan jumlah koloni yang tidak mencapai 30-300 dapat disebabkan media
biakan yang tidak mendukung pertumbuhan mikroorganisme serta kurangnya
sterilisasi. banyakan koloni bakteri berwarna keputihan atau kekuningan,
sedangkan fungi berwarna putih. Kepekatan koloni ada yang lunak seperti lendir,
ada yang kera dan kering. Jenis bakteri yang ditemukan seperti Azotobacter,
Sperillum minor, Lactobacillus fermentum, dan E.Coli. Faktor pengenceran
menyebabkan perbedaan jumlah koloni mikrob dan fungi tanah, semakin tinggi
pengenceran maka jumlah mikrob dan fungi semakin rendah. Indeks keragaman
fauna tanah tertinggi adalah tanah rumput, sedangkan indeks keragaman terendah
adalah tanah kebun. Tanah kebun dan sampah memiliki keragaman terendah karena
keberadaan fauna predator. akan berbeda yang dicirikan oleh nilai respirasi tanah
yang dihasilkan. Nilai respirasi tanah akan berbanding lurus dengan aktivitas
mikroorganisme. Nilai respirasi tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti
bahan organik, pH tanah, kedalaman tanah, dan kelerengan tanah. Nilai respirasi
tanah sampah memiliki nilai terbesar yaitu 5,314 mol CO2/hari, karena lingkungan
tanah sampah lebih mendukung untuk terjadi aktivitas mikroorganisme daripada
tanah rumput dan tanah kebun. Lingkungan tanah sampah memiliki pH yang sesuai
dan kandungan bahan organik tinggi menyebabkan besarnya aktivitas
mikroorganisme.

Saran

Sebaiknya praktikum dilakukan dengan lebih aseptis untuk mengurangi


kontaminan agar data yang didapat lebih akurat, dan menggunakan alat-alat yang
steril dan bersih serta mengikuti aturan praktikum. Menggunakan alat yang lebih
lengkap sesuai prosedur, seperti penggunaan satu lampu 40 watt untuk satu
kelompok sehingga praktikum menjadi lebih maksimal dan hasil yang didapatkan
dapat lebih akurat. Agar praktikum lebih terstruktur dan tidak miss communication,
baiknya asisten praktikum dengan lainnya lebih memaksimalkan koordinasi serta
dengan praktikan. Praktikan dapat lebih baik dan teliti ketika bekerja di
laboratorium sehingga berjalan efektif dan sesuai dengan prosedur.

22
DAFTAR PUSTAKA

Agus. et. al. 2008. Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah. Yogyakarta (ID) : Fakultas
Kehutanan UGM.
Almundy P. 2011. Isolasi mikroba penghasil antibiotika dari tanah kompos Unsri
Indralaya menggunakan media ekstrak tanah. J. Penelitian Sains. 14(3): 27-
30.
Amrullah M, Nawir NH, Abdullah A, Tambaru E. 2013. Isolasi jamur mikroskopik
pendegradasi lignin dari beberapa substrat alami. J. Alam dan Lingkungan.
4(1): 19-22.
Anas. I. 1989. Biologi Tanah dalam Praktek. Bogor (ID) : IPB Press.
Ardi, R. 2009. Kajian aktivitas mikroorganisme tanah pada berbagai kelerengan
dan kedalaman hutan. Skripsi. Departemen Kehutanan, Fakultas Kehutanan,
Universitas Sumatera Utara.
Arisandi A, Tamam B, Yuliandri R. 2017. Jumlah koloni pada media kultur bakteri
yang berasal dari Thallus dan perairan sentra budidaya Kappaphycus
alvarezii di Sumenep. J. Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 9(1): 57-60.
Brata. 2008. Mikrobiologi Dasar. Jakarta (ID): Gramedia.
Budiyanto MAK. 2004. Mikrobiologi Terapan. Malang (ID): UMM Press.
Coleman DC, DA Cossley JR, PF Hendrix. 2004. Fundamental of Soil Ecology.
London (UK): Elsevier Academic Press.
Djajakirana, G. 1993. The Ergosterol Mesurement in Soil and fairy ring phenomena
as an example. Thesis. Faculty of Agriculture. George August University.
Djajakirana G. 2013. Metode-metode penetapan biomassa mikroorganisme tanah
secara langsung dan tidak langsung: kelemahan dan keunggulannya. Jurnal
Tanah dan Lingkungan. 5(1): 29-38.
Djuna I. 2013. Population and distribution of some mesofauna in the inactive tailing
deposition areas of Freeport Indonesia, Timika, Papua. J Trop Soils.
Evans R D, Elollinger J R. 1998. A break in the nitrogen cycle in lands. Oecologia.
9(4): 314-322.
Gandjar.2007.Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta (ID): PT. Raja Grafindo
Persada.
Gobat JM, M Agrana, W Matthew. 2004. The Living of Soil: Fundamental of Soil
Science and Soil Biology. New Hampshire (US): Science Publisher Inc.
Hanafiah AK, Anas I, Napoleon.A, Ghaffar. A. 2005. Biologi Tanah. Jakarta (ID) :
Raja Grafindo Persada.

23
Hanafiah AK. 2012. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Raja Grafindo Persada.
Hardjowigeno. S. 1987. Ilmu Tanah. Jakarta (ID) : Medyatama Sarana Perkasa.
___________. 2007. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Akademika Pressindo.
Indrawati G. 2005. Mikrologi : Dasar dan Terapan. Jakarta (ID): Yayasan Pustaka
Obor Indonesia.
Juliansyah. 2013. Penelitian dan pengembangan potensi sumberdaya hayati tanah
untuk perbaikan produktivitas tanah dan pengetahuan efisiensi pemupukan.
Laporan Akhir Penelitian. Balai Penelitian Tanah. Bogor (ID).
Kadri AN, Golel KTP, Suarjana IGK. 2015. Perbedaan cara penyebaran suspensi
terhadap jumlah bakteri pada media Eosin Methylene Blue Agar. J. Indonesia
Medicus Veterenus. 4(3): 205-212
Kusmiati W.2003. Ksiopreservasi bakteri amilofolik Escherichia Coli dengan
ksioprotektan berbeda. Jurnal Biosmart. 5(1):21-24.
Laveila P.1997. Fauna activities and soil process: Adaptive strategies that
determine ecosystem function. Journal Advances In Ecological. 27(3): 93-
132.
Lay. BW. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta (ID) : Press Indo.
Meryandini A.2009. Isolasi bakteri dan karakteristik enzimnya. Jurnal Makara
Sains. 13(1):33-38.
Mulyani A. 2002. Pendugaan dengitas karbon tegak dan hutan alam di Kota
Jayapura, Papua. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi. 7(4): 216-279.
Paul. EA, Clark. FE. 1989. Soil Microbiology and Biochemistry. New York (US) :
Academi Press Inc.
Pratiwi.2008. Perbandingan Tan Thiam Hok,Ziehl Neelsen dan fluorokrom sebagai
metode pewarnaan basil tahan asam untuk pemeriksaan mikroskopik sputum.
Jurnal Makara Kesehatan. 9(1):7-15.
Purwoko T. 2009. Fisiologi Mikroba. Jakarta (ID): Bumi Aksara.
Putra M. 2012. Fauna tanah pada tanah ultisol di bawah kegiatan berbagai unsur
kelaoa sawit. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi. 7(4) 216-222.
Saraswati R. 2008. Pemanfaatan mikroba penyusun tanah sebagai komponen
teknologi pertanian. J. IPTEK. 3(1): 35-40.
Sapta D Y, Mega M. 2014. Efektivitas teknik biofiltrasi dengan media bio-ball
terhadap penurunan kadar nitrogen total. Jurnal Ilmiah Teknik LIMIT. 9(1) :
45-60.

24
Sesilawati et. al. 2013. Analisis kesuburan tanah dengan indikator mikroorganisme
tanah pada berbagai sistem penggunaan lahan di Plateu Dieng. AGRIC.
20(1) : 64-72.
Setyawan. D. 2014. Respirasi tanah sebagai indikator kepulihan lahan
pascatambang batubara di Sumatera Selatan. Prosiding Seminar Nasional
Lahan Suboptimal IS13N : 979-587-529-9.
Siregar. OR., Rauf A., Musa. L. 2014. Pengaruh perlakuan kompos sampah kota
dan kompos residu rumah tangga pada tanah terhadap kadar Pb serta Cd
tersedia dan produksi sawit (Brasillia oleraceae L ). Jurnal Online
Agroekoteknologi. 2(3) : 1106 – 1113.
Suhardjoyo AP. 2007. Preferensi berbagai jenis fauna tanah terhadap sisa bahan
organik tanaman. Jurnal Biodiversitas. 7(4): 96-100.
Suriawiria.2009. Mikrobiologi Dasar. Jakarta(ID): Papan Sinar Sinanti.
Sutanto R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta (ID) : Kanisius.
Swift. 2017. Decomposition In Tyrestrial Ecosystem. Oxford (USA) : Blackwell.
Syamsuri S.2004. Pengantar Mikroba Umum. Malang(ID): UMM Press.
Waluyo L. 2007. Mikrobiologi Umum. Malang (ID): Universitas Brawijaya Press.
Wicaksono. T., Sagiman. S., Umran. I. 2015. Kajian aktivitas mikroorganisme
tanah pada beberapa cara penggunaan lahan di Desa PAL IX kecamatan
Sungai Kakap, Kabupaten Kuburayu. Jurnal Pertanian. 2(1) : 2 – 14.
Winarso S. 2005. Kesuburan Tanah : Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah.
Yogyakarta (ID) : Gava Media.
Wuluyo N.2007. Pewarnaan Gram (Gram Positif dan Gram Negatif). Jakarta(ID):
Djambtan.

25
LAMPIRAN

Pertanyaan dan Jawaban


1. Intan Rohmatul O (A14160030)
Populasi nitrosomonas dalam metode MPN sama, padahal komposisi tanah
berbeda. Berikan penjelasan tanah mana dengan populasi nitrosomonas
tertinggi sertakan literatur!.

Jawab :
Karena menggunakan metode MPN dengan asumsi ada tidaknya mikrob di
dalam tempat inkubasi, sehingga berdasarkan tabel MPN Verstraete (1981)
dalam penetapannya menghasilkan jumlah yang sama. Berdasarkan literatur
tanah yang memiliki populasi nitrosomonas tertinggi adalah pada tanah
sampah.

2. Gita Kusdiana S (A14160072)


Populasi algae tidak terdapat pada tanah kebun, karena saat pengambilan
atau pengenceran terjadi kesalahan. Faktor apa saja yang menyebabkan hal
tersebut.

Jawab :
Faktor yang menyebabkan populasi algae tidak terdapat pada tanah kebun
adalah karena media biakan yang tidak mengandung sumber energi yang
digunakan untuk mendukung pertumbuhan.

3. Alferdian Ahmad (A14160091)


Kelebihan dan kekurangan metode MPN dibandingkan dengan cawan
hitung? Lebih efektif mana dalam penetapan populasi mikrob tanah

Jawab :
Penggunaan metode dalam penetapan populasi mikrob tanah berdasarkan
fisiologi dan lingkungan tempat tumbuhnya mikrob tersebut. Seperti fungi
dimana pertumbuhannya ditandai dengan terdapatnya hifa sehingga lebih
efektif menggunakan cawan hitung daripada dengan metode MPN. Begitu
pun nitrosomonas yang menghasilkan nitrat dengan ditandai perubahan
warna sehingga lebih efektif dengan metode MPN.

26
Contoh Perhitungan
Pengambilan dan Persiapan Contoh Tanah
KAKU tanah sampah 1
• BKM = (bobot cawam + tanah oven ) – bobot cawan
= 14,96 g– 6,59 g
= 8,39 g
• BKU = 10 gram
BKU−BKM
• KAKU (%) = x 100%
BKM
10−8,37
=
8,37
= 19,47%

KAKL tanah sampah 1


• BKM = (bobot cawam + tanah oven ) – bobot cawan
= 14,39 – 7,83
= 6,56 gram
BKL−BKM
• KAKL = x 100%
BKM
10,01−6,56
= x 100% = 52,59 %
6,56

KAKU tanah sampah 1 + KAKU tanah sampah 2


∑ KAKU Tanah sampah =
2
= 19,47 + 17,21
= 18,34 %
KAKL tanah sampah 1 + KAKL tanah sampah 2
∑ KAKL Tanah sampah =
2
52,59+54,00
= 2
= 53,30%
∑ air yang ditambahkan (tanah sampah) = ∑ air75%(KAKL-KAKU)x1000ml
= 0,75 (53,30-18,34)x1000 ml
= 26214,013

Penetapan Populasi Mikrob Tanah Metode Cawan Hitung


Contoh perhitungan tanah sampah
Ulangan 1, bakteri hari ke 7 FP 10-7
∑ Sel (CFU) = koloni x 1/FP
= 15 x 1/10-7
= 15 x 107
BKM tanah sampah = 6,56 g

27
CFU/BKM = 15 x 107 / 6,56 g
= 2,287x 102
=228,7 x 105
Ulangan 1, fungi hari ke 7 FP 10-4
∑ Sel (CFU) = koloni x 1/FP
= 25 x 1/10-4
= 25 x 104
BKM tanah sampah = 6,59 g
CFU/BKM = 25 x 104 / 6,59 g
= 381 x 103

Fungi Hari ke-3

Fungi Hari ke-5

28
Fungi Hari ke-7

Bakteri Hari ke-5

Penetapan Populasi Mikrob Tanah Metode MPN

10-3 10-4 10-5 Kontrol


Gambar 1 Pertumbuhan Algae minggu 1

10-3 10-4 10-5 Kontrol


Gambar 2 Pertumbuhan Nitrosomonas minggu 1

29
10-3 10-4 10-5 Kontrol
Gambar 3 Pertumbuhan Algae minggu 2

10-3 10-4 10-5 Kontrol


Gambar 4 Pertumbuhan Nitrosomonas minggu 2

10-3 10-4 10-5 Kontrol


Gambar 5 Pertumbuhan Algae minggu 3

10-3 10-4 10-5 Kontrol


Gambar 6 Pertumbuhan Nitrosomonas minggu 3

30
10-3 10-4 10-5 Kontrol
Gambar 7 Pertumbuhan Algae minggu 4

10-3 10-4 10-5 Kontrol


Gambar 8 Pertumbuhan Nitrosomonas minggu 4

10-3 10-4 10-5 Kontrol


Gambar 9 Pertumbuhan Algae minggu 5

31
10-3 10-4 10-5 Kontrol
Gambar 10 Pertumbuhan Nitrosomonas minggu 5

Respirasi Tanah
Contoh perhitungan
Tanah sampah
(𝑎−𝑏)𝑥 𝑐 120
R = 𝑛

Ket a = ml HCl contoh tanah (mo)


b = ml HCl blanko
c = konsentrasi HCl (0,1)
n = jumlah hari (7hari)
(𝑎−𝑏)𝑥 𝑐 120
R =
𝑛
(8,4−5,3) 𝑚𝑙𝑥 0,1 𝑥120
=
7 ℎ𝑎𝑟𝑖
3,1𝑚𝑙 𝑥 0,1 𝑥 120
=
7 ℎ𝑎𝑟𝑖
= 5,314 mol CO2 / hari

32
Fauna Tanah
Contoh Perhitungan
Tanah Kebun – Ordo Hymenoptera

• IS = 6/2 = 3
• A = μr2
= (3,14)(8 x 10-2)2
= 0,0201 m2
• Individu = I/m2
= 3/0,0201
= 149
𝑛i 𝑛i
• Indeks Keragaman = −[ 𝑙𝑛 ]
𝑛 𝑛

3 3
= −[ 𝑙𝑛 ]
10 10

= 0,361

Tanah Kebun – Ordo Hymenoptera

• IS = 6/2 = 3
• A = μr2
= (3,14)(8 x 10-2)2
= 0,0201 m2
• Individu = I/m2
= 3/0,0201
= 149
𝑛i 𝑛i
• Indeks Keragaman = −[ 𝑙𝑛 ]
𝑛 𝑛

6 6
= −[ 𝑙𝑛 ]
32 32

= 0,222

Tanah Kebun – Ordo Hymenoptera

• IS = 39/3 = 13
• A = μr2
= (3,14)(8 x 10-2)2
= 0,0201 m2
• Individu = I/m2
= 13/0,0201
= 647
𝑛i 𝑛i
• Indeks Keragaman = −[ 𝑙𝑛 ]
𝑛 𝑛

39 39
= −[ 𝑙𝑛 ]
88 88

= 0,361

33

Anda mungkin juga menyukai