Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH

BIOLOGI TANAH

OLEH:

NAMA : DEA SAFIRA M. BAGU

NPM : 04392111006

KELOMPOK : I [ SATU ]

PROGRAM STUDI ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS KHAIRUN

TERNATE

2022
HALAMAN PENGESAHAN

Judul praktikum :BIOLOGI TANAH

Nama : DEA SAFIRA M. BAGU

NPM : 04392111006

Semester : II (Dua)

Kelompok : I (Satu)

Fakultas/Jurusan : Pertanian/ Ilmu Tanah

Telah di setujui oleh


Koordinator praktikum

( IDRIS ABD.RACHMAN,SP.,M.Si )
NIP: 197003142002121001

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Selaku sang pencipta
semesta alam yang telah memberikan kita dengan segala nikmat terutama, nikmat
kesehatan dan nikmat kesempatan sehingga kita dapat menyelesaikan sesuatu
yang menjadi tanggung jawab kita sebagai mahasiswa yaitu dapat membuat
laporan praktikum dengan judul “BIOLOGI TANAH” dapat diselesaikan dengan
baik, peulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan praktikum ini masi jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran bersifat membangun sangat
diharapkan guna menyempurnakan laporan praktikum ini kedepannya.

Akhir kata penulis laporan ini hanyalah manusia biasa yang tak luput dari
kesalahan, maka apabila ada kata-kata yang kurang berkenan di hati pembaca
maka harapan penulis, semoga adanya laporan ini dapat bermanfaat bagi semua
orang terutama penulis.

Ternate, 16 Mei 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................iii
DAFTAR TABEL .............................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................v
I PENDAHULUAN
A. Latar belakang.........................................................................................1
B. Tujuan praktikum....................................................................................3
C. Manfaat praktikum..................................................................................3
II TINJAUAN PUSTAKA
A. Biologi tanah...........................................................................................4
B. komponen penyusun Biologi tanah.........................................................8
III BAHAN DAN METODE
A. Tempat dan waktu...................................................................................17
B. Alat ada bahan.........................................................................................17
C. Metode Praktikum...................................................................................17
D. Pelaksanaan Praktikum...........................................................................18
E. Teknik analisis data.................................................................................19

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil...........................................................................................................20
B. Pembahasan...............................................................................................21

V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan................................................................................................25
B. Saran..........................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN LAMPIRAN

iii
DAFTAR TABEL

Tabel Teks Halaman

1. Proses biologi tanah yang terdapat dalam karung..............................19


2. Pengamatan Biologi Tanah Kelompok I, II, III IV, V, VI danVII.....20

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Teks Halaman

1. Dokumentasi Praktikum Biologi Tanah.....................................................28

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Teks Halaman

1. Dokumentasi Praktikum Biologi Tanah.....................................................28

vi
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Didalam tanah hidup berbagai jenis organisme yang dapat dibedakan


menjadi hewan (fauna) dan tumbuhan (flora), baik yang berukuran mikro (tidak
dapat dilihat dengan mata telanjang) maupun makro. Organisme yang hidup
didalam tanah ini ada yang bermanfaat dan ada pula yang tidak bermanfaat.
Beberapa jenis organisme yang mengganggu pertumbuhan tanaman antara lain
seperti tikus, nematode parasite, pythium (penyebab penyakit akar), fusarium
(penyakit layu pada buah-buahan dan sayur-sayuran). Organisme yang bermanfaat
antara lain cacing tanah, bakteri yang dapat mengubah CO (karbon monoksida)
yang beracun menjadi CO2 atau mengikat N diudara. Actinomycetes dapat
menghasilkan antibiotic dan sebagainya. Perubahan bahan organik kasar menjadi
humus hanya dapat terjadi berkat adanya organisme hidup dalam tanah baik
hewan maupun tumbuhan, makro maupun mikro (Hardjowigeno, 2007).

Semua mahkluk hidup didalam atau di atas tanah, hubungannya satu sama
lain serta hubungannya dengan faktor lingkungan, secara khusus dinyatakan
sebagai suatu ekologi tanah. Dalam proses pembentukan humus tersebut maka
tumbuhan yang mampu mengambil energi dan CO2 dari udara melalui
fotosintesis disebut produsen primer. Sisa-sisa dari tumbuhan ini dapat merupakan
sumber makanan bagi berbagai jenis fauna (hewan) dan mikoflora (konsumen
primer) dimana kotoran (faeces) dan sisa tumbuhan bila mati bersama dengan
sisa-sisa tanaman yang telah dihancurkan tersebut dapat menjadi humus.
Konsumen primer ini dapat menjadi sumber makanan bagi organisme yang lain
disebut konsumen sekunder, sedangkan konsumen sekunder dapat menjadi
sumber makanan bagi konsumen tertier, yang kesemuanya bila mati dan
membusuk bersama kotoran (faeces) dan bahan organik yang dihancurkan akan
menjadi humus (Hardjowigeno, 2007).

Proses pembentukan humus sebenarnya bukan hanya sekedar proses


penghancuran bahan organik kasar menjadi bahan organik halus (degradasi),

1
tetapi juga merupakan proses pembentukan senyawa-senyawa baru (sintesis) dari
hasil dekomposisi bahan organik tersebut (Hardjowigeno, 2007).

Bahan organik adalah semua bahan yang berasal dari bagian tanaman atau
hewan yang ada dalam tanah atau diberikan kedalam tanah baik berupa padatan
maupun cairan ataupun bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan
suatu sistem yang kompleks dan dinamis, berasal dari sisa tanaman maupun
hewan yang terdapat didalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan
bentuk karena dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia. Untuk
mempertahankan kandungan bahan organik tanah mineral masam, salah satu
usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan menambahkan pupuk kotoran ayam.

Biologi tanah merupakan studi tentang biota (organisme) yang hidup dan
beraktivitas dalam tanah. Dengan aktivitas metaboliknya berperan dalam aliran
energi dan siklus hara yang berkaitan dengan produksi bahan organik. Bila
dikaitkan dengan dampak ligkungan baik yang menguntungkan atau merugikan
keduanya dimediasi oleh proses-proses yang dilakukan mikroba tanah (Rachman,
2013).

Jumlah mikroorganisme sangat berguna dalam menentukan tempat


organisme dalam hubungannya dengan system perakaran, sisa bahan organik dan
kedalaman profil tanah. Data ini juga berguna dalam membandingkan keragaman
iklim dan pengelola tanah terhadap aktivitas organisme didalam tanah (Anas,
1990).

Tanah merupakan sumber daya alam yang sangat berfungsi penting dalam
kelangsungan hidup mahkluk hidup. Bukan hanya fungsinya sebagai tempat
berjangkarnya tanaman, penyedia sumber daya penting dan tempat berpijak tetapi
juga fungsinya sebagai suatu bagian dari ekosistem. Selain itu, tanah juga
merupakan suatu ekosistem tersendiri. Penurunan fungsi tanah tersebut dapat
mnyebabkan terganggunya ekosistem di sekitarnya termasuk juga di dalamnya
manusia (Waluyaningsih, 2008).

Bahan organik di dalam tanah akan mengalami penguraian (dekomposisi)


oleh organisme tanah. Dekomposisi bahan organik di dalam tanah melepaskan

2
usur hara yang diikatnya menjadi senyawa sederhana yang mendekati kebutuhan
bagi tanaman dan selanjutnya dinyatakan bahwa fungsi dari bahan organik adalah
sebagai sumber makanan dan energi bagi mikro-organisme (Hardjowigeno, 2007).

B. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui tingkat


dekomposisi bahan organik di dalam tanah yang menggunakan pupuk kandang
ayam, pupuk kandang kambing, pupuk kandang sapi, serbuk kayu gergaji, cacing
tanah dan tanah profil I lapisan I, II, III, dan IV air di Desa Subaim, Kecamatan
Wasile Timur, Kabupaten Halmahera Timur.

C. Manfaat Praktikum

Adapun manfaat dari praktikum ini ialah dapat mengetahui serta


mendapatkan gambaran mengenai tingkat dekomposisi bahan organik dengan
meggunakan pupuk kandang ayam, pupuk kandang sapi, pupuk kandang kambing,
serbuk kayu gergaji, cacing tanah, dan profil I lapisan I, II, III, dan IV air di Desa
Subaim, Kecamatan Wasile Timur, Kabupaten Halmahera Timur.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Biologi Tanah

Faktor-faktor yang mempengaruhi Biologi Tanah yaitu, bahan organik


tanah.

1. Bahan Organik Tanah

Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem
kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan atau hewan yang
terdapat dalam di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk,
karena dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia (kononova, 1961).

Menurut Stevenson (1994), bahan organik tanah adalah semua jenis


senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan
organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air,
dan bahan organik yang stabil atau humus.

Bahan organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan


tanah untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar bahan organik tanah
menurun, kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga
menurun. Menurunnya kadar bahan organik merupakan salah satu bentuk
kerusakan tanah yang umum terjadi. Kerusakan tanah merupakan masalah penting
bagi Negara berkembang karena intensitasnya yang cenderung meningkat
sehingga tercipta tanah-tanah rusak yang jumlah maupun intensitasnya meningkat.
Kerusakan tanah secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga kelompok
utama, yaitu kerusakan sifat kimia, fisika, dan biologi tanah. Kerusakan kimia
tanah dapat terjadi karena proses pemasaman tanah, akumulasi garam-garam
(salinisasi), tercemar logam berat, dan tercemar senyawa-senyawa organik dan
xenobiotic seperti pestisida atau tumpahan minyak bumi (Djajakerana, 2001).

Terjadinya pemasaman tanah dapat diakibatkan penggunaan pupuk


nitrogen buatan secara terus menerus dalam jumlah besar (Brady, 1990).
Kerusakan tanah secara fisik dapat diakibatkan karena kerusakan struktur tamah
yang dapat menimbulkan pemadatan tanah. Kerusakan struktur tanah ini dapat

4
terjadi akibat pengolahan tanah yang salah satu penggunaan pupuk kimia secara
terus menerus.

Kerusakan biologi di tandai oleh penyusutan populasi maupun


berkurangnya organisme tanah, dan terjadi biasanya bukan kerusakan sendiri,
melainkan akibat dari kerusakan lain (fisik dan atau kimia). Sebagai contoh
penggunaan pupuk nitrogen (dalam bentuk ammonium sulfat dan sultur coated
urea) yang terus menerus selama 20 tahun dapat menyebabkan pemasaman tanah
sehingga populasi cacing tanah akan turun dengan drastis (Allow 1990).

Kehilangan unsur hara dari dari daerah perakaran juga merupakan


fenomena umum pada sistem prtanian dengan masukan rendah. Pemiskinan hara
terjadi utamanya pada praktek pertanian dilahan yang miskin atau agak kurang
subur tanpa dibarengi dengan pmberian masukan pupuk buatan maupun pupuk
organic yng memadai. Termasuk dalam kelompok ini adalah kehilangan bahan
organik yang lebih cepat dari penambahannya pada lapisan atas. Dengan demikian
terjadi ketidakseimbangan masukan bahan organik dengan kehilangan yang terjadi
melalui dekomposisi yng berdampak pada penurunan kadar bahan organik dalam
tanah. Tanah-tanah yang sudah mengalami kerusakan akan sulit mendukung
prtumbuhan tanaman. Sifat-sifat tanah yng sudah rusak memerlukan perbaikan
agar tanaman dapat tumbuh dan berproduksi kembali secara optimal. Penyediaan
hara bagi tanaman dapat di lakukan dengan penambahan pupuk baik organik
maupun anorganik. Pupuk anorganik dapat mnyediakan hara dengan cepat.
Namun apabila hal ini dilakukan terus menerus akan menimbulkan kerusakan
tanah. Hal ini tentu saja tidak menguntungkan bagi pertanian yang berkelanjutan.
Meningkatnya kemasaman tanah akan mengakibatkan keersediaan hara dalam
tanah yang semakin berkurang dan dapat mengurangi umur produktif tanaman.

Menurut Lal (1995), pengelolaan tanah yang berkelanjutan berarti suatu


upaya pemanfaatan tanah melalui pengendalian masukan dalam suatu proses
untuk memperoleh produktivitas tinggi secara berkelanjutan, meningkatkan
kualitas tanah, serta memperbaiki karakteristik lingkungan. Dengan demikan
diharapkan kerusakan tanah dapat di tekan seminimal mungkin sampai batas yang
dapat ditoleransi, sehingga sumber daya tersebut dapat di pergunakan secara

5
lestari dan dapat di wariskan ke pada generasi yang akan dating. Bahan organik
tanah berpengaruh terhadap sifat-sifat kimia, fisika, maupun biologi tanah. Fungsi
bahan organik di dalam tanah sangat banyak, baik terhadap sifat fisik, kimia,
maupun biologi tanah, antara lain sebagai berikut (Stevenson, 1994):

a) Berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap ketersediaan hara.


Bahan organik secara langsung merupakan sumber hara N, P, S,unsur mikro
maupun unsur hara esensial lainnya. Secara tidak langsung bahan organik
membantu menyediakan unsur hara N melalui fiksasi N2, membebaskan fosfat
yang difiksasi secara kimiawi maupun biologi dan menyebabkan pengkhelatan
unsur mikro sehingga tidak mudah hilang dari zona.
b) Membentuk agregat tanah yang lebih baik dan memantapkan agregat yang
telah terbentuk sehingga aerasi, permeabilitas, dan infiltrasi menjadi lebih baik.
Akibatnya adalah daya tahan tanah terhadap erosi akan meningkat.

c.) Meningkatkan retensi air yang di butuhkan bagi pertumbuhan tanaman.

c) Menungkatkan retensi unsur hara melalui peningkatan muatan di dalam tanah.


d) Mengimbolisasi senyawa antropogenik maupun logam berat yang masuk
kedalam tanah.
e) Meningkatkan kapasitas sangga tanah.
f) Meningkatkan suhu tanah.
g) Mengsuplai energi bagi organisme tanah.
h) Meningkatkan organisme saprofit dan menekan organisme parasite bagi
tanaman

Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompeks
dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan atau hewan yang terdapat di
dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena di
pengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia (Kononova, 1961).

Bahan organik dalam tanah merupakan fraksi bukan mineral yang di temukan
sebagai bahan penyusun tanah. Kadar bahn organik yang terdapat dalam tanah
Alfisol berkisar antara (0,05-5%) dan merupakan tanah yang ideal untuk lahan

6
pertanian, dan untuk tanah organik mendekati 60% dan pada titik oleh kadar
bahan organik mempelihatkan kecenderungan yang menurun (pairunan, 1985).

Bahan organik memiliki peranan sangat penting di dalam tanah. Bahan organik
tanah terdiri dari sisa-sisa tumbuhan atau hewan melapuk. Tingkat pelapukan
bahan organik berbeda-beda dan tercampur dari bebagai macam bahan.

2. Fungsi Bahan Organik Tanah

Bahan organik tanah menjadi salah satu indikator kesehatan tanah karena
memiliki beberapa peranan kunci di tanah peranan-peranan kunci bahan organik
tanah dapat dikelompok, yaitu:

 Fungsi Biologi:

Menyediakan makanan dan tempat hidup (habitat) untuk organisme


(termasuk mikroba) tanah menyediakan energi untuk proses-proses biologi tanah
memberikan kontribusi pada daya pulih (resiliansi) tanah.

 Fungsi Kimia

Merupakan ukuran kapasitas retensi hara tanah penting untuk daya pulih
tanah akibat perubahan pH tanah menyimpan cadangan hara penting, khususnya N
dan K.

 Fungsi fisika

Mengikat partikel-partikel tanah menjadi lebih remah untuk meningkatkan


stabilitas struktur tanah meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air
perubahan moderate terhadap suhu tanah. Fungsi-fungsi bahan organik tanah ini
saling berkaitan satu dengan yang lain. Sabagai contoh bahan organik tanah ini
meyediakan nutrisi untuk aktivitas mikroba yang juga dapat meningkatkan
dekomposisi bahan organik, saling berkaitan satu dengan yang lain. Fungsi-fungsi
bahan organik tanah ini saling berkaitan satu dengan yang lain. Sebagai contoh
bahan organik tanah menyediakan nutrisi untuk aktivitas mikroba yang juga dapat
meningkatkan dekomposisi bahan organik, meningkatkan stabilitas agregat tanah,
dan meningkatkan daya pulih tanah.

7
Faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah juga harus diperhatikan
karena mempengaruhi jumlah bahan organik. Millet al. (1985) berpendapat bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah bahan organik dalam tanah adalah sifat
dan jumlah bahan organik yang dikembalikan, kelembaban tanah, temperature
tanah, tingkat aerasi tanah, topografi dan sifat penyediaan hara.

Pemberian bahan organik kedalam tanah memberikan dampak yang baik


terhadap tanah, tempat tumbuhan tanaman. Tanaman akan memberikan respon
yang positif apabila tempat tanaman tersebut tumbuh memberikan kondisi yang
baik bagi pertumbuhan dan perkembangannya

Bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah menyediakan zat pengatur


tumbuh tanaman yang memberikan keuntungan bagi pertumbuhan tanaman
seperti vitamin, asam amino, auksin dan giberelin yang terbentuk memalui
dekomposisi bahan organik (Brady, 1990).

B. Komponen Penyusun Biologi Tanah

Menurut Brukman dan Brady (1974) dalam “the nature and properties off
soil” bahwa tanah itu merupakan suatu tubuh alam atau gabungan tubuh yang
dapat di anggap sebagai hasil alam bermatra tiga yang berupa paduan atau
pengrusakan dan pembusukan, yang dalam hal ini pelapukan dan pembusukan
bahan-bahan organik adalah contoh-contoh proses perusakan, sedang
pembentukan mineral baru seperti lempung tertentu seperti lapisan serta
lapisanlapisan yang khusus merupakan proses-proses pembentukan. Gaya-gaya
atau kegiatan-kegiatan tersebut menyebabkan bahan-bahan di alam membentuk
tanah.

Sifat-sifat khususnya sangat beraneka dari tempat ke tempat lain, seperti


yang berkembang di iklim tropika dengan yang di iklim ugahari (dingin).

Tanah merupakan suatu sistem yang dalam suatu keseimbangan dinamis dengan
lingkungannya (lingkungan hidup atau lingkungan lainnya). Tanah tersusun atas 5
komponen yaitu;

8
a) partikel mineral, berupa fraksi organik, perombakan bahan-bahan batuan dan
anorganik yang terdapat di permukaan bumi. Hairah dkk (2000).
b) Bahan organik yang berasal dari sisa-sisa tanaman dan hewan dan berbagai
hasil kotoran.
c) Air
d) Udara tanah, dan
e) Kehidupan jasad renik.

Perbedaan perbandingan komponen-komponen di atas akan menyebabkan


adanya perbedaan antara tanah yang satu dengan tanah lainnya. Secara umum
komposisi volume tanah bertekstur lempung berdebu yang optimal bagi
pertumbuhan tanaman. Menurut Brady, (1974) ± 50% berupa ruang pori (udara
dan mineral), sedang fasa dapat menduduki volume sekitar 45% bahan mineral
4% bahan organik. Pada kelembaban optimum bagi pertumbuhan maka 50%
ruang pori itu akan terbagi atas 25% udara 25% air. Udara dan air dalam tanah itu
keadannya demikian goyang, perbandingannya menentukan keserasian
pertumbuhan tanaman.

Secara umum, tanah tersusun atas 4 komponen utama. Keempat komponen


penyusun tanah tersebut adalah bahan mineral, bahan organik, air, dan Udara.
Akibat perbedaan jenis dari masing-masing komponen ini, tanah kemudian dapat
digolongkan menjadi beberapa jenis.

1. Bahan mineral (45%)

Bahan mineral merupakan komponen penyusun tanah dengan persentase


tertinggi, yakni kisaran 45%. Komponen ini terbentuk dari proses pelapukan
batuan yang berlangsung sangat lama. Batuan yang melapuk pada proses
pembentukan tanah akan sangat mempengaruhi jenis tanah yang dihasilkan.
Secara umum ada tiga jenis batuan yang dapat melapuk dan berubah menjadi
tanah, yaitu: batuan beku, batuan sedimen, dan batuan malihan.

9
2. Aerasi dan CO2

Tekanan CO2 mempengaruhi distribusi cacing tanah meskipun distribusi


spesies seperti E.eiseni dan D.octaedra pada beberapa tempat lebih di batasi oleh
minimalnya tekanan oksigen terjadi pada musim-musim tertentu, tetapi penemuan
Satchell ini rancu dengan beberapa faktor seperti Ph, kelengasan tanah, jumlah
bahan organik segar, penutupan tanah oleh tanaman, dan status mikroba. E eisieni
ini terlihat berkolerasi dengan potensial reduksi oksidasi. Pendapat ini juga
terbantah oleh penemuan Boyton dan Rompton Bahwa tekanan O2 pada
kedalaman tanah dibawah 150 cm selama 6 bulan /pertahun dan kedalaman 90 cm
selama 11 minggu/tahun hanya kurang dari 10% dan ternyata ada beberapa
spesies yang masih tetap hidup dalam waktu yang lama (Hanafiah, 2003).

Namun di lain pihak, baru sedikit petunjuk yang membuktikan bahwa cacing
tanah tidak pindah ke tempat lain sebagai respon terhadap perubahan konsentrasi
CO2. E foetida tidak merespon meskipun konsentrasi CO2 naik 25%, limit
konsentrasi CO2 dalam tanah biasanya antara 0,01 – 11,5% sedangkan cacing
tanah hanya dapat hidup pada konsentrasi yang jauh lebih tinggi bahkan hingga
50% (Appelhof, 1980).

3. Bahan Organik (5%)

Distribusi bahan organik dalam tanah berpengaruh terhadap cacing tanah,


karena terkait dengan sumber nutrisinya sehingga pada tanah miskin bahan
organik hanya sedikit jumlah cacing tanah yang di jumpai. Namun apabila, cacing
tanah sedikit namun bahan organik segar banyak, pelapukannya akan terlambat,
seperti terlihat Wales, Australia yang tanpa cacing tanah, akumulasi sisa rumput
dapat setebal 4 cm, begitu cacing tanah diintroduksi akumalasi ini tidak lagi
terjadi ( Rao, 1994).

Populasi cacing tanah segera terpacu apabila tanah diberi kotoran hewan,
sebagaimana terlihat pada hasil-hasil percobaan (cit. Anas, 990) terlihat bahwa
populasi cacing tanah yang di beri pupuk kandang dapat mencapai 3-15 kali lebih
banyak ketimbang dalam tanah yang tidak diberi pupuk kandang (Rao, 1994).

10
Komponen penyusun tanah yang selanjutnya adalah bahan organik.
Komponen ini berasal dari proses dekomposisi materi organik yang berasal dari
proses dekomposisi materi organik yang berasal dari hewan dan tumbuhan mati.
Dekomposisi yang dilakukan oleh decomposer atau detrivivor mengubah materi
organik menjadi senyawa-senyawa organik yang terkandung dalam tanah.
Meskipun tersedia dalam persentase yang sedikit, yakni sekitar 5%
senyawasenyawa organik tersebut akan sangat mempengaruhi sifat-sifat tanah,
terutama sifat fisik dan kimianya.

Materi organik dalam tanah yang menjadi sumber kandugan bahan organic
tanah bedasarkan sumbernya dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:

a) sumber primer adalah sumber materi organik yang berasal dari tanaman yang
telah masuk juga yang berupa bagian dari jarigan tubuhnya, seperi akar,
batang, daun, mati, dan lain sebagainya.
b) Sumber sekunder adalah sumber materi organik yang berasal dari hewanhewan
yang telah mati, termasuk juga kotoran atau bagian-bagian tubuhnya sumber
tersier adalah sumber materi organik yang berasal dari pemberian pupuk
organik, baik itu berupa pupuk kandang, atau pupuk kompos.

4. Air (25%)

Air dan udara merupakan komponen penyusun tanah yang persentasenya


besifat dinamis atau dapat berubah. Air dan udara sama-sama menempati pori
tanah. Jika kandungan air tanah tinggi, maka kandungan udara tanah akan
semakin rendah. Begitu juga sebaliknya. Keberadaan air didalam tanah
merupakam akibat kemampuan tanah dalam menyerap air melalui mekanisme
kihesi, adhesi, maupun grafitasi. Kebeberadaan air di dalam tanah dapat
dibedakan menjadi:

 Kapasitas lapang merupakan keadaan di mana tanah cukup lembab yang


ditunjukan oleh jumlah air maksimal yang biasa ditahan tanah akibat adanya
gaya grafitasi. Titik layu permanen. Merupakan keadaan dimana akar-akar
tanaman mulai tidak sanggup menyerap air tanah karena kandungannya yang

11
sangat sedikit. Karena tanah mencapai titik layu permanen, tanaman biasanya
akan layu.
 Air tersedia merupakan selisih kadar kapasitas lapeng dengan kadar air titik
layu permanen

1. Peran Pupuk Kandang

Pupuk kandang adalah pupuk organik yang berasal dari kotoran dalam
bentuk padatan dan cairan dari hewan tercampur dengan sisa-sisa makanan dan
jerami alas kandang. Tiap ton pupuk kandang rata-rata mengandung 5 kg N2.
Pupuk kandang dapat diberikan sebagai pupuk dasar sebelum tanam, biasanya
pemberian pupuk kandang yang sudah, matang dilakukan seminggu sebelum
tanam. Untuk tanaman sayuran, pempupukan dilakukan dengan cara disebar
diantara guludan dan di tutup tipis dengan tanah. Pupuk kandang sebagai pupuk
dasar di berikan sebanyak sepertiga jumlah media tanaman (Lingga dan marsono,
2007).

Pemberian pupuk kandang selain dapat menambah tersedianya unsur hara, juga
dapat memperbaiki sifat fisik tanah. Beberapa sifat fisik tanah yang dapat di
pengaruhi pupuk kandang antara lain kemantapan agregat bobot volume, total
ruang pori, plastistas dan daya pegang air (Soepardi, 1983) Susunan kimia pupuk
kandang berbeda-beda tergantung dari jenis ternak, umur ternak, macam pakan,
jumlah amparan, cara penanganan, dan cara penyimpanan pupuk kandang tersebut
sebelum di gunakan. Pupuk kandang mempunyai pengaruh positif terhadap sifat
fisik dan kimiawi tanah mendorong kehidupan zat renik yang merubah berbagai
faktor dalam tanah sehingga menjadi faktor-faktor yang menjamin kesuburan
tanah (Sutejo, 1987).

Menurut Novizan (2002), ciri-ciri pupuk kandang yang baik dapat di lihat
secara fisik atau kimiawi. Ciri fisiknya yakni berwarna coklat kehitaman, cukup
kering, tidak menggumpal dan tidak berbau menyengat. Ciri kimiawinya adalah
C/N rasio kecil (bahan pembentukannya sudah tidak terlihat dan temperaturnya
relative stabil).

12
Pupuk kandang mengandung tiga komponen, yaitu litter (kotoran atau
sampah) ekstra padat (bahan keluaran padat) dari hewan, dan ekstra cair (urin).
Sifat atau keadaan dan konsentrasi relative dari komponen-komponen ini dalam
macam-macam pupuk kandang adalah sangat berbeda, dari jenis hewannya, cara
pemberian makanannya dan pemeliharaan hewan-hewan tersebut. Sisa tanaman
yang merupkan kotoran pada pupuk kandang biasanya tinggi kandungan
karbonhidrat, terutama selulosa, dan rendah kandungan nitrogen maupun mineral.
Nitrogen dan mineral terkandung tinggi Pada urin, dan kandungan
karbonhidratnya sangat kecil. Sedangkan ekstra padat memiliki kandungan
protein yang tinggi, sehingga memberikan suatu media yang lebih seimbang bagi
perkembangannya mikroorganisme. Komposisi kimiawi pupuk kandang adalah
sebagai berikut:

a. Pupuk kandang ayam,


Pupuk yang terbuat dari kotoran hewan banyak digunakan para petani
untuk mensuplai kebutuhan unsur hara tanaman. Salah satunya, seperti yang
ada pada pupuk kandang ayam. Pupuk kandang sendiri berfungsi untuk
memperbaiki kondisi tanah, baik secara fisik, kimia maupun biologi.
Komposisi dari unsur hara di pupuk kandang sendiri tergantung dari jenis
kotoran hewan yang digunakan, umur hewan, alas kandang hingga pakan
yang diberikan. Setiap hewan tentu akan menghasilkan kotoran dengan
kandungan hara yang unik dan lain antara satu dengan yang lain.

Akan tetapi, umumnya semua jenis kotoran hewan memiliki kandungan


unsur hara makro. Misalnya nitrogen (N), fosfor (P), kalsium (Ca), kalium
(K), magnesium (Mg) serta belerang (S). Begitu juga pada pupuk kandang
ayam. Berbeda dengan pupuk kimia sintetis, pupuk kandang mengandung
unsur hara yang jauh lebih sedikit kadarnya. Sehingga penegaplikasiannya
perlu lebih banyak dibanding pupuk kimia sintetis.

a. Kotoran ayam menjadi salah satu bahan yang memiliki potensi bagus
untuk dijadikan pupuk organik. Di dalam kotoran ayam terkandung
beberapa unsur hara, seperti nitrogen sebesar 0,33%, kalium sebesar
0,13%, fosfor sebesar 0,11%, dan kalsium sebesar 0,26%. Pupuk kandang

13
ayam merupakan salah satu jenis pupuk yang bermanfaat sebagai bahan
paling baik untuk pembenah tanah dibanding bahan pembenah sintetis
atau buatan.

b. Pupuk kandang sapi


Pupuk kandang sapi merupakan pupuk kandang dari limbah yang di
hasilkan dari peternakan sapi, seperti feses dan urene sapi. Limbah yang
di hasilkan tersebut dapat di manfaatkan sebgai pupuk organuk yang
berasal dari pupuk kandang. Ciri kotoran sapi yang baik untuk pupuk
kandang yaitu berwarna hitam gelap, gemur dan tidak berbau dan
memiliki C/N rasio kurang dari 20.

Pupuk kandang sapi merupakan pupuk kandang yang berasal dari


kotoran sapi yang baik untuk memperbaiki kesuburan, sifat fisika, kimia
dan biologi tanah,meningkatkan unsur hara makro dan mikro,
meningkatkan daya pegegng air dan meningkatakan kapasitas tukar kation
(Hadisumitro, 2002)

Petani lebih memilih menggunakan pupuk kimia dari pupuk kandang,


karena pupuk organik di perlukan dalam jumlah yang sangat besar dan
unsur hara yang tersediabagi tanaman sangat lambat, oleh karena itu
pupuk organik harus di imbangi dengan pupuk anorganik agar kedunay
dapat saling melengkapi.

c. Pupuk Kandang Kambing


Kotoran kambing mengandung bahan organik yang dapat
menyediakan zat hara bagi tanaman melalui proses mengurian. Proses ini
terjadi secara bertahap dengan melepaskan bahan organik yang sederhana
untuk pertumbuhan tanaman. Feses kambing mengandung sedikit air
sehingga mudah terurai. Pupuk organik cair (urin kambing) pada
biokultur dan biouren di berikan aktivator yang sama yaitu EM4, karena
EM4 mengandung azotobacter sp lactobacillus sp, ragi, bakteri
fotosintetik, dan jamur pengurai sellulosa. Yang mana keunggulan dari

14
EM4 ini adalah aka mempercepat fermentasi bahan organik sehingga
unsur hara yang terkandung akan cepat terserat dan tersedia bagi tanaman
(Hadisuwito, 2012), dalam (wartapenilitian dan pengembangan pertanian,
2008) di dapat bawah kadar N,P,K, dan C –organik pada biokultur lebih
tinggi di bandingkan urin atau feses yang belum di fermentasi pupuk cair
dari kotoran kambing (feses) memiliki kandungan unsur hara relative
lebih seimbang di bandingkan pupuk alam lainnya karena kotoran
kambing bercampur dengan air seninya (mengandung unsur hara), hal
tersebut biasanya tidak terjadi pada jenis pupuk kandang lain seperti
kotoran sapi (pamata, 2010) kesuburan tanah secara alami bergantung
pada unsur-unsur kimia yang tersedia di alam. Unsur-unsur kimia alami
yang terangkai menjadi bahan organik merupakan bahan penting dalam
membantu menciptakan kesuburan tanah. Bahan organik yang
ditransformasikan menjadi pupuk sangat berperan untuk perbaikan sifat
fisik dan kimia tanah. Pengaruhnya bagi sifat fisik tanah di tujukan
dengan kemampuannya dalam merangsang granulasi, menurunkan
plastisitas dan kohesi serta meningkatkan kemampuan menahan air. Pada
sifat kimia tanah, peran bahan organik adalah membantu menyediakan
hara seperti nitrogen, fosfor, belerang dan kation walaupun bisa
membantu pupuk organic ini bersifat bulky dengan kadungan hara makro
dan mikronya relative lebih rendah dalam aplikasinya di perlukan dengan
jumlah banyak (Hadisuwito, 2012)

2. Peran Serbuk Gergaji


 membuat pupuk kompos bisa Anda lakukan hanya dengan
memanfaatkan limbah, salah satunya yaitu limbah kayu yang berbentuk serbuk
gergaji. Hal ini dirasa sangat penting karena dengan maraknya penggunaan
pupuk berbahan dasar kimia, jelas akan bisa menurunkan kualitas tanah dalam
jangka waktu yang relatif sangat singkat. Seperti diketahui, kayu terkenal
memiliki sebuah keawetan dengan kata lain tidak mudah dijadikan kompos.
Oleh karena itu, diperlukan sebuah cara yang efektif untuk bisa membuat
kompos dari serbuk gergaji. Pada media serbuk gergaji saja tampaknya

15
pertumbuhan bibit lebih rendah dibanding dengan pertumbuhan bibit pada
media lainnya. Hal ini disebabkan serbuk gergaji merupakan bahan organik
dengan nilai C/N yang cukup tinggi sehingga proses dekomposisinya
membutuhkan waktu relatif lama. Meskipun jenis media serbuk gergaji secara
fisik memiliki porositas baik, namun akan sangat lama terdekomposisi secara
sempurna. Karena kandungan lignin dan selulosa yang terdapat dalam serbuk
gergaji sangat tinggi, sehingga perubahan unsur-unsur yang dikandungnya
menjadi sangat lambat untuk diubah kedalam bentuk hara tersedia bagi
tanaman. Sifat inilah yang diduga menyebabkan kandungan hara bagi tanaman
tidak dalam bentuk hara tersedia sehingga tidak dapat dimanfaatkan langsung
oleh tanaman untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan akan terus tersedia
dalam jangka waktu yang lebih panjang, karena proses dekomposisinya masih
berlanjut mengingat penelitian hanya dilakukan selama 4 bulan sejak
penanaman benih. Apabila bahan organik memiliki C/N yang tinggi maka akan
mengimmobilisasi hara, sehingga pada saat terjadi immobilisasi tersebut
tanaman akan sulit menyerap hara karena terjadi persaingan dengan
dekomposer dan jumlah unsur tersedia bagi tanaman lebih sedikit. Dengan
demikian unsur tersedia yang dibutuhkan oleh tanaman tidak terpenuhi yang
akhirnya menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi lambat (Hanafiah,
2007).

3. Peran Cacing Tanah

Namun siapa sangka kalau ternyata cacing tanah merupakan salah satu
makhluk yang berguna di dunia ini dalam menjaga kelestarian lingkungan
hidup. Kebiasaannya mengurai sisa-sisa bahan organik dapat membuat cacing
tanah menghasilkan pupuk kompos dari kotorannya yang berguna bagi
tanaman dan tumbuhan (Andi, N. 2011).

Cacing tanah juga dapat memperbaiki dan mempertahankan struktur tanah.


Lubang-lubang cacing dan humus secara langsung menjadikan tanah
gembur. Cacing ini memakan oarganisme hidup yang ada di dalam tanah
dengan cara menggali tanah. Kemampuannya yang dapat menggali bermanfaat
dalam menggemburkan tanah (Dzoelhizzah, 2012).

16
III. METODE PENILITIAN

A. Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas


Pertanian Universitas Khairun Ternate, pada tanggal 15 Mei 2022. Waktu
pelaksanaan mulai dari pukul 14:00 WIT – selesai.

B. Alat dan Bahan

Pengamatan ini alat dan bahan yang di gunakan antara lain:

a. Alat.
-karung.
-tas plastik.
-lakban.
-tali.
-kater.
-alat tulis.
-kamera hp.
b. Bahan.
-pupuk kandang ayam.
-pupuk kandang sapi.
-pupuk kandang kambing.
-serbuk kayu gergaji.
-cacing tanah.
-air 680 ml.
-sampel tanah profil 1 desa subaim lapisan I, II, III dan IV.

C. Metode Praktikum

Metode praktikum yang digunakan yaitu pengamatan langsung media


pengomposan pupuk kotoran ayam, pupuk kotoran sapi, pupuk kotoran kambing,
serbuk kayu gergaji, air, cacing tanah dan tanah profil 1 lapisan I, II, III, IV.

17
D. Pelaksaan Praktikum

Adapun prosedur kerja dalam penilitian ini yaitu:

1. Pengumpulan dan penyiapan alat dan bahan yang telah disediakan.


2. Siapkan sampel tanah profil 1 desa subaim lapisan I, II, III, IV, pupuk
kandang ayam, pupuk kandang sapi, pupuk kandang kambing, serbuk kayu
gergaji ,cacing tanah, dan air.
3. pada masing masing sampel tanah dimasukkan secukupnya.
4. Masukan pupuk kandang ayam, pupuk kandang sapi dan pupuk kandang
kambing secukupnya, Masukan serbuk kayu gergaji, masukan cacing
sebanyak 5 ekor, masukan air sebanyak 220 m, masukan sampel tanah profil 1
desa subaim lapisan I, dan II secara bersamaan, lalu masukan lagi pupuk
kandang ayam, pupuk kandang sapi dan pupuk kandang kambing, Masukan
serbuk kayu gergaji, masukan cacing sebanyak 5 ekor, masukan air sebanyak
440 m, masukan sampel tanah profil 1 desa subaim lapisan III, dan IV secara
bersamaan, Proses ini di lakukan sebanyak 2 kali hingga bahan terpakai habis.
5. Kemudian ikat dan diamkan hingga waktu yang ditentukan untuk mengetahui
proses dekoposisi pada pupuk kandang ayam, pupuk kandangt sapi, pupuk
kandang kambing, serbuk kayu gergaji, sampel tanah dan cacing.

18
Tabel 1: Proses Biologi Tanah Yang Terdapat Dalam Karung.
Air 220 ml

Tanah Lapisan III danIV

Air 220 ml

5 Cacing Tanah

Serbuk Kayu Gergaji

Pupuk Kandang Kambing

Pupuk Kandang Sapi

Pupuk Kandang Ayam

Tanah Lapisan I dan II

Air 220 ml

5 Cacing Tanah

Serbuk Kayu Gergaji

Pupuk Kandang Kambing

Pupuk Kandang Sapi

Pupuk Kandang Ayam

E. Teknik analisa data

Data yang digunakan adalah dengan menggunakan teknik Deskriptif.


Dimana setiap objek yang diamati semuanya di analisis.

19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Tabel 2: Pengamatan Biologi Tanah Kelompok I, II, III, IV, V, VI dan VII.
Organisme
Sampel Warna Aroma Gas Tekstur
Jenis Jumlah
-Kumbang 1
Coklat Amoniak/
I Bau Halus
Muda NH3
-Cacing 1
Hidrogen
Coklat
II Bau Sulfida/ Kasar -Cacing 9
Kehitaman
H2S
-Kumbang 22
Coklat Amoniak/ Halus -
III Bau -Ulat 1
Kehitaman NH3 Kasar
-Cacing 10 (mati)
-Serangga
7
Tanah
Coklat Amoniak/ Sedang - -Semut
IV Bau 6
Kehitaman NH3 Kasar Merah
-Semut
12
Putih
-Semut 15
Putih
Coklat Amoniak/ Sedang –
V Bau -keong 4
Kehitaman NH3 Kasar
-kumbang 1
-Laba-laba 2
Coklat Tidak
VI - Kasar
Kemerahan Berbau
-Ulat 2
-Kumbang
Hidrogen 10
Hitam
VII Bau Sulfida Halus
Kecoklatan -Ulat
H2S 5
Putih

B. PEMBAHASAN

20
Pembahasan Secara ekologis tanah tersusun atas tiga kelompok material,
yaitu material hidup (faktor biotik) berupa biotik (jasad-jasad hayati), faktor
abiotik berupa bahan organik dan faktor abiotik berupa pasir, debu dan liat.

1. Jenis

Pupuk Kompos Pada percobaan biologi tanah ini, jenis kompos yang
digunakan oleh kelompok I–VII berturut-turut adalah :

a. Pupuk kandang ayam, pupuk kandang sapi, pupuk kandang kambing,


serbuk gergaji halus, cacing 10 ekor dan air 680ml.

b. pupuk kandang ayam, pupuk kandang sapi, daun linggue, cacing 10 ekor,
sampel tanah merah, dan air 220ml.

c. Pupuk kandang ayam, pupuk kandang kambing, daun kelor, cacing 10


ekor, sampel tanah dan air 440ml.

d. Pupuk kandang ayam, daun kelor, kangkung, cacing 10 ekor, sampel


tanah dan air.

e. Pupuk kandang kambing, daun linggue, daun petai cina, sampel tanah
subaim, dan cemara jaya dan cacing 10 ekor.

f. Pupuk kandang ayam daun orok-orok, daun petai china, sampel tanah,
cacing 10 ekor, air 880ml.

g. Pupuk kandang sapi, daun kelor, sampel tanah LI-LIV dan cacing 10 ekor

2. Warna

Berdasarkan tabel diatas, warna yang diperoleh pada saat pembongkaran


dari kelompok I memiliki warna coklat muda, kelompok II, III, IV, dan V
memiliki warna yang sama yaitu coklat kehitaman, kelompok VI memiliki warna
coklat Kemerahan, sedangkan kelompok VII memiliki warna hitam kecoklatan.
Hasil dari semua kelompok cenderung memiliki warna yang gelap, hal ini karena
dipengaruhi oleh kandungan bahan organik itu sendiri. Menurut Hardjowigeno
(1992), warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam tanah
tersebut. Penyebab perbedaan warna permukaan tanah umumnya dipengaruhi oleh
perbedaan kandungan bahan organik. Makin tinggi kandungan bahan organik,
maka warna tanah akan semakin gelap.

Perubahan warna terjadi karena adanya proses dekomposisi oleh


mikroorganisme yang mengubah bahan organik menjadi bentuk sederhana. Proses
dekomposisi akan menyebabkan bahan yang di komposkan (daun) kehilangan
pigmen warna daun sehingga warnanya berubah kehitaman sesuai warna unsur

21
penyusunnya. Pada proses pengomposan akan terjadi penguraian bahan organik
oleh aktivitas mikroba, yaitu mikroba akan mengambil air, oksigen dan nutrisi
dari bahan organik yang kemudian bahan organik tersebut akan mengalami
penguraian dan membebaskan CO2 dan O2.

3. Aroma dan Gas

Setelah melakukan pembongkaran, tidak semua percobaan memiliki aroma.


Pada kelompok I, II, III, IV, V dan VII memiliki bau (aroma) yang sama tetapi
memiliki jenis gas yang berbeda-beda. Pada kelompok I, III, VI dan V memiliki
jenis gas yang sama yaitu Amoniak (NH3) dan pada kelompok II dan VII juga
memiliki jenis gas yang sama yaitu Hidrogen Sulfida (H 2S), sedangkan kelompok
VI tidak memiliki bau (aroma) dan jenis gas. Salah satu penyebab hal tersebut
bisa terjadi yaitu karena kelompok I, II, III, IV, dan V pupuk organik cair yang
dihasilkan memiliki bau yang menyengat. Bau tersebut menurut (Iyandri, 2011)
berasal dari biogas (NH3 dan H2S) yang berasal dari proses fermentasi bahan pada
saat percobaan tersebut. Dan pada kelompok VII menggunakan pupuk kandang
sapi basah, tumpukan yang basah menjadi salah satu penyebab paling umum dari
pupuk kompos yang berbau. Jika tumpukan tetap terlalu basah, mikroba yang
bermanfaat memecah tumpukan tidak dapat bekerja dan kompos akan
mengeluarkan bau busuk. Kelembaban optimum untuk pengomposan aerob
adalah 50%-60%. Apabila kurang dari 50% maka pengomposan berlangsung
lambat, namun jika lebih dari 60% menyebabkan unsur hara tercuci dan volume
udara dalam kompos berkurang. Akibatnya aktivitas mikroorganisme menurun
dan akan menjadi fermentasi anaerob, sehingga memunculkan bau tidak sedap
(Kusumawati, 2011).

4. Tekstur

Setelah pembongkaran, lanjutkan dengan dipirit pupuk dan rasakan tekstur


dari pupuk tersebut. Dimana pada kelompok I dan VII memiliki tekstur yang
halus. Hal ini di karenakan bahan yang di gunakan pada kelompok I memang
sudah halus, sedangkan pada kelompok VII bahan yang di pakai sudah terurai
sekitar 3 bulan lebih, oleh karena itu tekstur pada kelompok VII cenderung
halus. Pada kelompok II dan VI memiliki tekstur kasar. Hal ini di karenakan
Pada kelompok II pemberian serasa daun linggue lebih banyak dari pada
pemberian pupuk kandang, dan serasa dari daun linggue tidak terurai dengan
baik atau tidak hancur, pada kelompok VI sama halnya dengan kelompok II
akan tetapi pada kelompok VI menggunakan serasa daun orok-orok dan serasa
daun pete cina. Pada kelompok IV dan V memiliki tekstur sedang kasar. Hal
ini di sebabkan karena semua bahan yang mereka gunakan hamper tercampur
secara merata sehingga teksturnya menjadi sedang kasar. Pada kelompok III

22
memiliki tekstur halus kasar di sebabkan karena pupuk kandang kambing
sedangkan kasarnya di sebabkan karena pupuk kandang ayam.

Menurut Supriyono (2010. 80-83), tekstur adalah nilai raba dan halus
kasarnya suatu permukaan benda. Tekstur dapat bersifat nyata dan dapat pula
tidak nyata (tekstur semu) tekstur sering di gunakan untuk mengatur
keseimbangan dan kontraks. Di komputer tersedia banyak citra tekstur dan
patern.

Tekstur raba adalah tekstur yang dapat dirasakan indra peraba (ujung
jari) tekstur raba ini sifatnya nyata artinya dapat dilihat tampak kasar, di raba
pun nyata kasar. Ujung jari tidak dapat di tipu, termasuk tekstur raba adalah
tekstur kasar halus, licin kasar, dan keras lunak.

5. Organisme

Setelah diamati, ada berbagai organisme yang terdapat dalam hasil


percobaan ini. Diantaranya pada kelompok I terdapat cacing 1 ekor, dan kumbang
1 ekor. Pada kelompok II terdapat cacing 9 ekor dan tidak ada organisme lainnya.
Pada kelompok III terdapat kumbang 22 ekor dan ulat 1 ekor. Pada kelompok IV
terdapat serangga tanah 7 ekor, semut merah 6 ekor, dan semut putih 12 ekor.
Pada kelompok V terdapat semut putih 15 ekor, keong 4 ekor, dan kumbang 1
ekor. Pada kelompok VI terdapat laba-laba 2 ekor dan ulat 2 ekor. Sedangkan
pada kelompok VII terdapat kumbang 10 ekor dan ulat putih 1 ekor. Hal yang
mempengaruhi organisme tersebut menjadi sangat aktif yaitu dipengaruhi adanya
gas H2S dan gas NH3 yang ada pada kompos sehingga organisme-organisme
dapat beradaptasi dan berkembang dengan baik. Adanya organisme juga
dipengaruhi karena lembabnya bahan kompos, sesuai dengan pendapat Yenie
(2008), bahwa kelebaban bahan kompos berpengaruh terhadap aktivitas
mikroorganisme yang terlibat dalam pengomposan.

Faktor yang mempengaruhi pelapukan dan dekomposisi hara pada pupuk


kandang menurut Rachman (2021)

adalah:

1. Jenis hewan

2. Umur hewan

3. Jenis makanan

4. Alas kandang

5. Cara penyimpanan pupuk kandang

23
Pupuk kandang panas adalah pupuk kandang yang cepat melepaskan panas
karena kadar airnya rendah seperti pupuk kandang ayam, kambing, domba dan
kuda.

Sementara pupuk kandang sapi dan babi termasuk pupuk kandang dingin
karena lambat melepaskan panas sebab kadar airnya yang cukup tinggi. Diantara
pupuk kandang panas dan dingin para ahli sepakat bahwa pupuk kandang panas
lebih cepat terurai atau terdekomposisi dibandingkan dengan pupuk kandang
dingan (Rachman,2021).

24
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Warna yang diperoleh pada saat pembongkaran pada tiap kelompok memiliki
warna yang cenderung gelap, yaitu rata-rata hitam kecoklatan

2. Pada kelompok I, II, III, IV, V dan VII memiliki aroma yang sama dengan jenis
gas yang bereda-beda (NH3 dan H2S), sedangkan kelompok VI tidak
memiliki aroma dan jenis gas.

3. Tekstur pupuk pada setiap kelompok berbeda-beda yaitu kelompok I dan VII
(halus), kelompok II dan VI (kasar), kelompok IV dan V (sedang-kasar) dan
kelompok III (halus-kasar).

4. Oranisme yang terdapat pada tiap kelompok saat pembongkaran kebanyakan


adalah organisme lain.

B. Saran

Saran yang bisa penulis berikan perlu adanya praktikum lebih lanjut akan
upaya peningkatan pengetahuan terhadap biologi tanah. Peneliti menyadari bahwa
masih banyak kekurangan dalam penyajian laporan ini. Oleh karena itu,
praktikum mengharapkan kritik dan saran guna untuk melengkapi laporan ini.
Atas perhatiannya, kami ucapkan terimakasih

25
DAFTAR PUSTAKA

Anas, .1990.hubungan mikoriza VA dengan tanaman khusus VA-mikoriza


Laboratorium Tanah. Fakultas Pertanian IPB. Hal 11.
Aprianis, y. 2011. Produksi dan laju Dekomposisi Secara acacia crassicarpa A.
cunn. Di PT. Arara Abadi.Tekno Tanaman Hutan. Vol 4 No.1:41-47.
Andi, N. 2011. Kebiasaannya mengurai sisa-sisa bahan organik dapat membuat
cacing tanah menghasilkan pupuk kompos.
Brady, N. C. (1990). Tanah alami dan property. Perusahan Penerbitan
macamillan. New York. (translate)
Dzoelhizzah, 2012. Cacing tanah juga dapat memperbaiki dan mempertahankan
struktur tanah.
Djajakirana, G. 2001 Kerusakan Tanah Sebagai Dampak Pembangunan
Pertanian.Makalah disampaikan pada seminar petani”.Tanah Sehat Titik
Tumbu Pertanian Ekologis”. Diseleman 30 oktober 2001

K.A.2002. Biologi Tanah. Rajawali Pers. Jakarta

Hanafiah, 2003. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Akademika Presindo. Jakarta


K. A. 2007. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Buku. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 358 p

Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. Edisi ketiga. PT Mediyatama Sarana


Perkasa, Jakarta 233 hal.

________________2003.Ilmu Tanah.Akademika Presindo. Jakarta Kononova, M.


M, 1961. Soil Oranik Matter. T. J. Nowakowski and greenwood. Pengamon,
Oxford.

________________2007.Ilmu Tanah.Jakarta:Akademik pressindo


Iyandri, 2011. Dampak pencemaran limbah padat
Kusumawati N, 2011. Evaluasi perubahan temperature, pH dan kelembaban
media pada pembuatan vermikompos dari campuran jerami, padi dan
kotoran sapi mengguakan Lumbricus rebellus J. inotek. 15 (1):m45-56
Lal,R.1995. Manajemen berkelanjutan sumber daya tanah di daerah tropis
humi.Universitas Perserikatan bangsa-bangsa. Menekan Tokyo new york.
Paris. (translate)
Mindawati,N. Dan pratiwi.2008. kajian penetapan daur optimal buatan tanaman
Accocia

26
mangium ditinjau dari kesuburan tanah. Jurnal penelitian hutan tanaman. Vol.
V. No2: P.109-118
Novizan. 2002. petunjuk pemupukan yang efektif. Penerbit .PT. Agramedia
Pustaka.Jakarta
Pairunan, dkk. 1985. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerja Sama Perguruan
Tinggi Indonesia Timur
Rachman A.I.2013 Pedoman Pengamatan Tanah. Fakultas Pertanian Universitas
Khairun Ternate
______________2021.Bahan Kuliah Biokimia.Fakultas Pertanian Universitas
Khairun Ternate
______________2021. Bahan Kuliah Kesehatan Tanah dan Pemupukan.

Rao,N.S 1994. Pupuk Dan Cara Pemupukan. Bharata Karya Aksara. Jakarta

Riefqi, F. 2014. Tumbuhan Leguminoseae. Yogyakarta: Kanisius

Sutedjo. 2002. Pupuk Dan Cara Penggunaan.Rineka Cipta. Jakarta

Stevenson, F.J.1994.Kimia Humus: genesis, komposisi, reaksi 2 th ed. Johan


Wiley dan Sons Inc, New York (translate)
Sreekala,N.V.George,M.Unnithhan,V.K.G. John,P.S.Nair,R.V.2011.
Dekomposition Dynamics of Cocoa Litter Under Humid Tropical
Conditions. Journal of Tropical Agriculture. 39: 190-192
Yenie, E. 2008. Kelembaban Bahan dan Suhu Kompos Sebagai Parameter Yang
Mempengaruhi Proses Pengomposan Pada Unit Pengomposan Rumbai.
Jurnal sains dan teknologi.
Waluyaningsih, S.R 2008. Studi Analisis Kualitas Tanah pada Beberapa
Penggunaan Lahan dan Hubungannya dengan Tingkat Erosi disub DAS
Kandungan Kansius. Yogyakarta

27
LAMPIRAN – LAMPIRAN

A. Dokumentasi Praktikum Biologi Tanah

28
29

Anda mungkin juga menyukai