Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

BIOLOGI TANAH

MAKROFAUNA TANAH SEBAGAI BIOINDIKATOR


KESUBURAN TANAH GAMBUT

DOSEN PENGAMPU : Ir. SATRIO WIBOWO, M.Si

DISUSUN OLEH :

GITA JOSEFHINE SITOHANG


CAA 117 069

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
Rahmat dan KaruniaNya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Makrofauna Tanah Sebagai Bioindikator Kesuburan Tanah Gambut” ini dengan baik
meskipun masih banyak kekurangan didalamnya.
Saya juga menyadari bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun
pembaca. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan. Terimakasih.

Palangka Raya, Juli 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................. iii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah....................................................................... 2
1.3. Tujuan......................................................................................... 3
II. PEMBAHASAN
2.1. Tanah Gambut............................................................................. 4
2.2. Makrofauna Sebagai Bioindikator Kesuburan Tanah................. 4
2.3. Proses Yang Terjadi di Dalam Tanah.......................................... 5
2.4. Peranan Makrofauna Tanah Sebagai Bioindikator Kesuburan
Tanah Gambut............................................................................. 6
2.5. Faktor Yang Mempengaruhi Makrofauna Tanah dan
Kesuburan Tanah......................................................................... 7
III. PENUTUP
3.1. Kesimpulan.................................................................................. 9
3.2. Saran............................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA

iii
1

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Indonesia memiliki lahan gambut terluas di antara negara tropis, yaitu sekitar 21
juta hektar, yang tersebar terutama di Sumatera, Kalimantan dan Papua (BB Litbang
SDLP, 2008). Namun karena variabilitas lahan ini sangat tinggi, baik dari segi
ketebalan gambut, kematangan maupun kesuburannya, tidak semua lahan gambut
layak untuk dijadikan areal pertanian. Dari 18,3 juta ha lahan gambut di pulau-pulau
utama Indonesia, hanya sekitar 6 juta ha yang layak untuk pertanian (Maipa, 2016).
Lahan gambut merupakan suatu ekosistem lahan basah yang dibentuk oleh
adanya penimbunan atau akumulasi bahan organik di lantai hutan yang berasal dari
reruntuhan vegetasi di atasnya dalam kurun waktu lama. Gambut terbentuk dari
seresah organik yang terdekomposisi secara anaerobik dimana laju penambahan
bahan organik lebih tinggi dari pada laju dekomposisinya (Eni, 2005).
Indonesia merupakan negara megabiodiversitas, karena memiliki sumber daya
alam yang sangat melimpah. Di dalam tanah hidup berbagai jenis organisme yang
dapat dibedakan menjadi fauna dan flora, baik yang berukuran makro maupun mikro,
golongan flora meliputi bakteri (autotrof dan heterotrof), aktinomisetes, fungi dan
ganggang. Sedangkan golongan fauna meliputi protozoa, nematoda, dan cacing tanah
(Sutedjo, 1991).
Makrofauna tanah merupakan kelompok hewan- hewan besar penghuni tanah
yang merupakan bagian dari biodiversitas tanah yang berperan penting dalam
memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Makrofauna tanah sangat besar
peranannya dalam proses dekomposisi, aliran karbon, redistribusi unsur hara, siklus
unsur hara, bioturbasi dan pembentukan struktur tanah (Anderson, 1994).
Makrofauna tanah mempunyai peran yang sangat penting dalam suatu habitat. Salah
satu peran makrofauna tanah adalah menjaga kesuburan tanah melalui perombakan
bahan organik, distribusi hara, peningkatan aerasi tanah dan sebagainya (Cahyo,
2017).
2

Bioindikasi didefinisikan sebagai penggunaan suatu organisme baik sebagai


bagian dari suatu individu suatu kelompok organisme untuk mendapatkan informasi
terhadap kualitas seluruh atau sebagian dari lingkungannya (Hornby dan Bateman,
1997). Organisme tanah cukup baik sebagai bioindikator tanah karena memiliki
respon yang sensitif terhadap praktek pengelolaan lahan dan iklim, berkorelasi baik
terhadap sifat tanah yang menguntungkan dan fungsi ekologis seperti penyimpanan
air, dekomposisi dan siklus hara, netralisasi bahan beracun dan penekanan organisme
patogen dan berbahaya (Endrik, 2018).
Peran aktif makrofauna tanah dalam menguraikan bahan organik tanah dapat
mempertahankan dan mengembalikan produktivitas tanah. Keberadaan dan aktivitas
makrofauna tanah dapat meningkatkan aerasi, infiltrasi air, agregasi tanah, serta
mendistribusikan bahan organik tanah sehingga diperlukan suatu upaya untuk
meningkatkan keanekaragaman makrofauna tanah (Njira & Nabwami, 2013).
Sifat biologi tanah memiliki peran penting untuk menjaga stabilitas kesuburan
dan kesehatan tanah. Menurut Hanafiah (2009) pengaruh biota tanah, baik makro
maupun mikro terhadap penyusunan tubuh tanah, kesuburan tanah, kesuburan
tanaman yang tumbuh diatasnya dan lingkungan sangatlah penting. Kondisi biologi
tanah sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Kondisi yang terganggu akan
banyak mempengaruhi jenis dan jumlah mikrobia atau fauna tanah yang ada. Padahal
fauna tanah merupakan organisme pembentuk tanah seperti makrofauna, mesofauna
dan mikrofauna atau flora tanah (Hardjowigeno, 2007).

I.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penulisan ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan tanah gambut?
2. Apa saja makrofauna yang berpotensi sebagai bioindikator?
3. Bagaimana proses yang terjadi di dalam tanah?
4. Bagaimana peranan makrofauna tanah sebagai biondikator kesuburan tanah
gambut?
3

5. Apa saja faktor yang mempengaruhi makrofauna tanah dan kesuburan tanah?

I.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah:

1. Untuk mengetahui tentang tanah gambut.


2. Untuk mengetahui makrofauna yang berpotensi sebagai bioindikator.
3. Untuk mengetahui proses yang terjadi di dalam tanah.
4. Untuk mengetahui peranan makrofauna tanah sebagai biondikator kesuburan
tanah gambut.
5. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi makrofauna tanah dan kesuburan
tanah.
4

II. PEMBAHASAN

II.1. Tanah Gambut


Lahan gambut terbentuk oleh adanya penimbunan atau akumulasi bahan organik
di lantai hutan yang berasal dari reruntuhan vegetasi di atasnya dalam kurun waktu
lama. Akumulasi ini terjadi karena lambatnya laju dekomposisi dibandingkan dengan
laju penimbunan organik di lantai hutan yang basah atau tergenang (Hanafiah, 2013).
Tanah gambut adalah material organik yang terbentuk dari bahan-bahan organik,
seperti dedaunan, batang dan cabang serta akar tumbuhan. Bahan organik ini
terakumulasi dalam kondisi lingkungan yang tergenang air, sangat sedikit oksigen
dan kemasaman tinggi serta terbentuk di suatu lokasi dalam jangka waktu geologis
yang lama. Gambut tersusun berlapis, membentuk susunan hingga ketebalan belasan
meter (Hanafiah, 2013).
C-organik tanah menunjukkan kadar bahan organik yang terkandung didalam
tanah. Tanah-tanah gambut biasanya mempunyai tingkat kadar C-organik yang lebih
tinggi dibandingkan tanah mineral. Kadar C-organik mengindifikasi tingkat
kematangan gambut. Gambut dari jenis fibrik tingkat kadar C- organiknya akan lebih
tinggi dibandingkan dengan saprik dan hemik (Endrik, 2018).

II.2. Makrofauna Sebagai Bioindikator Kesuburan Tanah


Organisme tanah khususnnya makrofauna tanah cukup baik sebagai bioindikator
tanah karena memiliki respon yang sensitif terhadap praktek pengelolaan lahan dan
iklim, berkorelasi baik terhadap sifat tanah yang menguntungkan dan fungsi ekologis
seperti penyimpanan air, dekomposisi dan siklus hara, netralisasi bahan beracun dan
penekanan organisme patogen dan berbahaya (Eni, 2005).
Keberadaan fauna dapat dijadikan parameter dari kualitas tanah, fauna tanah
yang digunakan sebagai bioindikator kesuburan tanah tentunya memiliki jumlah yang
relatif melimpah (Ibrahim, 2014). Makrofauna tanah mempunyai peranan besar untuk
memperbaiki sifat-sifat fungsional tanah (Nusroh, 2007).
5

Organisme yang hidup di dalam tanah ada yang bermanfaat, ada yang
mengganggu, dan ada pula yang tidak bermanfaat tetapi juga tidak mengganggu.
Organisme yang bermanfaat antara lain cacing tanah dan bakteri tertentu yang dapat
mengubah CO (karbon monoksida) yang beracun menjadi CO 2 (karbon dioksida) atau
mengikat N dari udara (Hardjowigeno, 1987).
Adapun beberapa contoh makrofauna tanah yaitu cacing, semut, dan rayap. Salah
satu makrofauna tanah yang berpotensi sebagai bioindikator kesuburan tanah adalah
cacing tanah. Cacing tanah merupakan makrofauna tanah yang berguna untuk
menyuburkan tanah dan berperan penting sebagai penyelaras keberlangsungan
ekosistem yang sehat, baik untuk biota tanah, hewan maupun manusia. Hewan ini
berevolusi menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Cacing tanah juga
memperbaiki aerasi tanah melalui aktivitas pembuatan lubang dan juga memperbaiki
porositas tanah akibat perbaikan struktur tanah. Selain itu cacing tanah mampu
memperbaiki ketersediaan unsur hara dan kesuburan tanah secara umum (Edward,
1998).

II.3. Proses Yang Terjadi di Dalam Tanah


Proses dekomposisi dalam tanah tidak akan mampu berjalan cepat bila tidak
ditunjang oleh kegiatan fauna tanah termasuk makrofauna (Hasyimuddin, 2017).
Keberadaan fauna dalam tanah sangat tergantung pada ketersediaan energi dan
sumber makanan untuk kelangsungan hidupnya, seperti bahan organik dan biomassa
hidup yang semuanya berkaitan dengan aliran siklus karbon dalam tanah (Hilwan &
Handayani, 2013). Ketersediaan energi dan hara bagi fauna tanah memberikan efek
positif untuk perkembangan dan aktivitas fauna tanah dan akan memberikan dampak
positif juga bagi kesuburan tanah (Suheriyanto, 2013).
Keberadaan makrofauna tanah sangat berperan dalam proses yang terjadi dalam
tanah diantaranya proses dekomposisi, aliran karbon, bioturbasi, siklus unsur hara dan
agregasi tanah. Makrofauna tanah mempunyai peranan penting dalam dekomposisi
bahan organik tanah dalam penyediaan unsur hara. Makrofauna akan meremah-remah
6

substansi nabati yang mati, kemudian bahan tersebut akan dikeluarkan dalam bentuk
kotoran. Diversitas makrofauna dapat digunakan sebagai bioindikator ketersediaan
unsur hara dalam tanah. Hal ini karena  makrofauna mempunyai peran penting dalam
memperbaiki proses-proses dalam tanah (Mangungsong, 2019).

II.4. Peranan Makrofauna Tanah Sebagai Bioindikator Kesuburan Tanah


Gambut
Peran aktif makrofauna tanah dalam menguraikan bahan organik tanah dapat
mempertahankan dan mengembalikan produktivitas tanah dengan didukung faktor
lingkungan di sekitarnya (Wulandari, 2005). Makrofauna seperti cacing dan
sejenisnya berperan dalam siklus energi dalam ekosistem (Sutedjo, 1991).
Makrofauna tanah mempunyai peran yang sangat beragam di dalam habitatnya.
Pada ekosistem binaan, keberadaan dapat bersifat menguntungkan maupun
merugikan bagi sistem budidaya. Pada satu sisi makrofauna tanah berperan menjaga
kesuburan tanah melalui perombakan bahan organik, distribusi hara, peningkatan
aeresi tanah dan sebagainnya. Tetapi pada sisi lain juga dapat berperan sebagai hama
berbagai jenis tanaman budidaya (Iwan, 2013).
Makrofauna tanah berperan penting dalam meningkatkan kadar bahan organik
tanah. Dalam dekomposisi bahan organik, makrofauna tanah lebih banyak berperan
dalam proses fragmentasi serta memberikan fasilitas lingkungan yang baik bagi
proses dekomposisi lebih lanjut yang dilakukan oleh kelompok mikrofauna tanah
serta berbagai jenis bakteri dan fungi. Peran makrofauna lainnya adalah dalam
perombakan materi tumbuhan dan hewan mati, pengangkutan materi organik dari
permukaan ke tanah, perbaikan struktur tanah dan proses pembentukan tanah (Irwan,
1992).
Peranan dari makrofauna tanah yaitu dapat melindungi hara tanah dengan cara
mendekomposisikan bahan organik yang tadinya kasar hingga menjadi halus yang
selanjutnya bahan tersebut akan dikeluarkan dalam bentuk kotoran, kemudian dapat
menghomogenkan organik yang sudah membusuk pada area lapisan tanah di atas,
7

selanjutnya mampu membentuk kemantapan hasil proses antara bahan mineral dan
organik pada tanah (Endrik, 2015).
Cacing tanah sebagai salah satu bioindikator kesuburan tanah berperan penting
dalam memperbaiki struktur tanah. Aktivitas cacing tanah yang memengaruhi
struktur tanah meliputi pencernaan tanah, perombakan bahan organic, pengadukannya
dengan tanah dan produksi kotorannya yang diletakkan di permukaan atau di dalam
tanah. Cacing tanah merupakan makrofauna tanah yang bermanfaat karena dapat
merubah bahan organik kasar menjadi humus. Cacing tanah memakan bahan organik
yang berada dipermukaan tanah, masuk sambil menyeret sisa-sisa tanaman ke
liangnya, kemudian mengeluarkan kotorannya di permukaan tanah. Dengan adanya
makrofauna tanah, bahan organik kasar yang ada di dalam tanah dapat menjadi
humus. makrofauna tanah dapat memperbaiki tata udara tanah dan mengubah
kesuburan tanah serta struktur tanah (Hardjiwigeno, 2007).

II.5. Faktor Yang Mempengaruhi Makrofauna Tanah dan Kesuburan Tanah


Kehidupan makrofauna tanah sangat tergantung pada habitatnya, karena
keberadaan dan kepadatan populasi suatu jenis makrofauna tanah di suatu daerah
sangat ditentukan oleh faktor lingkungan, yaitu lingkungan biotik dan lingkungan
abiotik. Faktor lingkungan abiotik terdiri atas fisika dan kimia. Faktor fisika terdiri
dari suhu, kadar air dan tekstur tanah. Sedangkan faktor kimia terdiri dari salinitas,
pH, kadar organik tanah dan unsur mineral lainnya. Faktor lingkungan abiotik dapat
menentukan sruktur dari komunitas hewan-hewan yang terdapat pada suatu
habitatekosistem (Wulandari, 2005).
Keberadaan makrofauna dalam tanah sangat tergantung pada ketersediaan energi
dan sumber makanan untuk melangsungkan hidupnya, seperti bahan organik dan
biomassa hidup yang seluruhnya berkaitan dengan aliran siklus karbon dalam tanah.
Dengan ketersediaan energi dan hara bagi makrofauna tanah tersebut, maka
perkembangan dan aktivitas makrofauna tanah akan berlangsung baik dan secara
timbal baliknya akan memberikan dampak positif bagi kesuburan tanah. Dalam
8

sistem tanah, interaksi makrofauna tanah tampaknya sulit dihindarkan, karena biota
tanah banyak terlibat dalam suatu jaring-jaring makanan dalam tanah. Meskipun
sebagai penghasil senyawa-senyawa organik tanah dalam ekosistem tanah, namun
tidak berarti berfungsi sebagai subsistem produsen (Suheriyanto, 2013).
Kesuburan tanah juga dipengaruhi oleh ketersediaan hara, rendahnya
ketersediaan hara mencerminkan rendahnya kesuburan tanah sehingga keberadaan
makrofauna tanah sebagai perombak bahan organik sangat menentukan ketersediaan
hara dalam menyuburkan tanah. Semakin tinggi kandungan bahan organik dalam
tanah maka tanah tersebut akan semakin subur begitu juga sebaliknya (Hanafiah,
2013).
Keberadaan makrofauna tanah dipengaruhi oleh kondisi tanah, salah satunya
adalah bahan organik tanah. Bahan organik tanah sangat menentukan kepadatan
populasi organisme tanah salah satunya adalah makrofauna tanah di mana semakin
tinggi kandungan organik tanah maka akan semakin beranekaragaman makrofauna
tanah yang terdapat pada suatu ekosistem. Meningkatnya keanekaragaman
makrofauna di dalam tanah dengan meningkatnya kandungan bahan organik tanah
dan dominansi vegetasi bawah disebabkan oleh karena bahan organik tanah maupun
sisa-sisa tanaman dari vegetasi bawah dapat dimanfaatkan oleh makrofauna di dalam
tanah sebagai sumber makanannya (Sugiyarto, 2000).

III. PENUTUP
9

III.1. Kesimpulan
Makrofauna tanah merupakan bagian dari biodiversitas tanah yang berperan
penting dalam perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah melalui proses
imobilisasi dan humifikasi. Dalam proses dekomposisi bahan organik, makrofauna
tanah lebih banyak berperan dalam proses fragmentasi (comminusi) serta
memberikan fasilitas lingkungan (mikro habitat) yang lebih baik bagi proses
dekomposisi.
Makrofauna tanah berperan penting dalam proses dekomposisi bahan organik
tanah. Makrofauna akan meremah-remah substansi nabati yang mati, kemudian bahan
tersebut akan dikeluarkan dalam bentuk kotoran.
Cacing tanah sebagai salah satu bioindikator kesuburan tanah berperan penting
dalam memperbaiki struktur tanah. Aktivitas cacing tanah yang memengaruhi
struktur tanah meliputi pencernaan tanah, perombakan bahan organic, pengadukannya
dengan tanah dan produksi kotorannya yang diletakkan di permukaan atau di dalam
tanah.
Keberadaan dan kepadatan populasi suatu jenis makrofauna tanah di suatu daerah
sangat ditentukan oleh faktor lingkungan, yaitu lingkungan biotik dan lingkungan
abiotik. Faktor lingkungan abiotik terdiri atas fisika dan kimia. Faktor fisika terdiri
dari suhu, kadar air dan tekstur tanah. Sedangkan faktor kimia terdiri dari salinitas,
pH, kadar organik tanah dan unsur mineral lainnya. Faktor lingkungan abiotik dapat
menentukan sruktur dari komunitas hewan-hewan yang terdapat pada suatu
habitatekosistem.

III.2. Saran
Saya menyadari jika makalah saya masih memiliki banyak kesalahan. Oleh
karena itu, saya meminta pembaca agar memberikan kritik dan saran yang
membangun sehingga dalam pembuatan makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA
10

Achmad Tarmeji, Ratna Shanti, Patmawati. 2018. Hubungan Bahan Organik dengan
Keberadaan Fauna Tanah pada Umur Rehabilitasi Lahan Pasca
Tambang yang Berbeda. Jurnal Agroekoteknologi Tropika Lembab 1
(1) : 1-10.
Anderson JM. 1994. Functional Attributes of Biodiversity in Landuse System: In D.J.
Greenland and I. Szabolcs (eds). Soil Resiliense and Sustainable Land
Use. CAB International. Oxon.
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. 2008.
Laporan Tahunan, Konsorsium Penelitian dan Pengmbangan
Perubahan Iklim pada Sektor Pertanian. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor.
Cahyo Wibowo dan Syamsudin Ahmad Slamet. 2017. Keanekaragaman Makrofauna
Tanah Pada Berbagai Tipe Tegakan Di Areal Bekas Tambang Silika
Di Holcim Educational Forest, Sukabumi, Jawa Barat. Jurnal
Silvikultur Tropika 8 (1) : 26-34.
Edwards, C.A. 1998. Earthworm Ecology. St. Lucie Press. Washington, DC. 389.
Endrik. 2015. Keanekaragaman Makrofauna Tanah Di Kawasan Perkebunan Coklat
(Theobroma Cacao L. ) Sebagai Bioindikator Kesuburan Tanah Dan
Sumber Belajar Biologi. Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia 1 (2) :
197-208.
Endrik. 2018. Studi Hubungan Keanekaragaman Makrofauna Tanah dengan
Kandungan C-Organik dan Organophosfat Tanah di Perkebunan
Cokelat (Theobroma cacao L.) Kalibaru Banyuwangi. Jurnal
Bioeksperimen 4 (1) : 1-10.
Eni Maftu’ah, M. Alwi, dan Mahrita Willis. 2005. Potensi Makrofauna Tanah
Sebagai Bioindikator Kualitas Tanah Gambut. Bioscientiae 2 (1) : 1-
14.
Hanafiah, K.A. 2013. Dasar-Dasar Imu Tanah. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Hanafiah K A. 2009. Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Hardjowigeno S. 2007. Ilmu Tanah Cetakan Keenam. Akademika Pressindo. Jakarta.
Hardjowigeno S. 1987. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Bogor.
Hasyimuddin, Syahribulan & Andi A. U. 2017. Peran Ekologis Serangga Tanah di
Perkebunan Patallassang Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa
Sulawesi Selatan. Seminar Nasional Biology for Life. Gowa : Jurusan
Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi. UIN Alauddin Makassar.
Hilwan, I & Handayani, E.P. 2013. Keanekaragaman Mesofauna dan Makrofauna
Tanah pada Areal Bekas Tambang Timah di Kabupaten Belitung,
11

Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung. Jurnal Silvikultur Tropika 4


(1) : 35-41.
Hornby, D. dan G.L. Bateman. 1997. Potensial use of plant root pathogens as
bioindicators of soil health. In C. Pankhrust, B.M. Doube and V.V.S.R.
Gupta (eds). Biological Indicator of Soil Health. CAB International.
UK. 179-200.
Ibrahim, Hasan. 2014. Keanekaragaman Mesofauana Tanah Daerah Pertanian Apel
Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu Sebagai Bioindikator
Kesuburan Tanah Dan Bahan Ajar Biologi SMA. Skripsi Pendidikan
Biologi UMM. Malang.
Irwan, Z.D. 1992. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi: Ekosistem, Komunitas dan
Lingkungan. Bumi Aksara. Jakarta.
Iwan Hilwan dan Eko Putranti Handayani. 2013. Keanekaragaman Mesofauna dan
Makrofauna Tanah pada Areal Bekas Tambang Timah di Kabupaten
Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung. Jurnal Silvikultur
Tropika 4 (1) : 35 – 41.
Maipa Dia Pati, Syaiful Anwar, Rahayu Widyastuti, Dadang. 2016. Studi Populasi
Mikrob Fungsional pada Tanah Gambut yang Diaplikasikan Dua Jenis
Pestisida. Jurnal Sumberdaya HAYATI 2 (1) : 7-12.
Mangungsong Agustinus, Soemarsono, dan Fatardho Zudri. 2019. Pemanfaatan
Mikroba Tanah dalam Pembuatan Pupuk Organik serta Peranannya
terhadap Tanah Aluvial dan Pertumbuhan Bibit Tanaman Kakao. J.
Agron. Indonesia 47 (3) :318-325.
Njira, Keston Oliver Willard & Nabwami, Janet. 2013. Soil Management Practices
that Improve Soil Health: Elucidating their Implications on Biological
Indicators. Journal of Animal & Plant Sciences. 18 (2) : 2750-2760.
Nusroh, Zaidatun. 2007. Studi Diversitas Makrofauna Tanah di Bawah Beberapa
Tanaman Palawija yang Berbeda di Lahan Kering pada Saat Musim
Penghujan. Jurnal Penelitian UNS. Surakarta
Sugiyarto. 2000. Keanekaragaman Makrofauna Tanah pada Berbagai Umur Tegakan
Sengondi RPH Jatirejo, Kabupaten Kediri. Biodiversitas 1 (2): 47-53..

Suheriyanto, D. 2013. Keanekaragaman Makrofauna Tanah di Taman Nasional


Bromo Tengger Semeru sebagai Bioindikator Tanah Bersulfur Tinggi.
Jurnal Lingkungan. 34-40.
Sutedjo MM, Kartasapoetra AG, dan Sastroatmodjo RDS. 1991. Mikrobiologi Tanah.
Rineka Cipta. Jakarta.
12

Wiatri. 2016. Struktur Komunitas Mikroartropoda Tanah Di Lahan Penambangan


Galian C Rowosari, Kecamatan Tembalang, Semarang. Jurnal Biologi
5 (1) : 15-23.
Wulandari. S., Sugiyarto & Wiryanto. 2005. Pengaruh Keanekaragaman Mesofauna
Dan Makrofauna Tanah Terhadap Dekomposisi Bahan Organik
Tanaman Di Bawah Tegakan Sengon (Paraserianthes Falcataria).
Bioteknologi, 4 (1): 20-27.
NAMA : GITA JOSEFHINE SITOHANG
NIM : CAA 117 069
M.K : BIOLOGI TANAH

1. Tanah gambut kaya akan bahan organik, mengapa tidak subur ?


Jawab:
Karena tanah gambut terbentuk dari sisa- sisa dari tumbuhan, seperti lumut
dan pepohonan yang tengah dalam keadaan layu maupun tidak layu serta sisa-
sisa dari binatang yang telah mati yang mengalami proses dekomposisi tidak
sempurna. Proses dekomposisi yang tidak sempurna ini dikarenakan jumlah
bakteri yang kurang dan dalam kondisi yang terbatas oksigen atau anaerob.
Dalam jangka waktu yang cukup lama sisa-sisa tumbuhan terus menumpuk
sehingga bahan organik pada gambut menjadi sangat banyak dan belum
terurai sempurna karna kondisi anaerob. Tanah yang subur kaya akan unsur
yang dibutuhkan oleh tanaman, sementara bahan organik belum tersedia dan
belum terurai dengan sempurna. Sehingga tanah gambut bukan merupakan
tanah yang subur.

2. Menurut anda proses denitrifikasi menguntungkan atau merugikan bagi


tanaman, mengapa?
Jawab :
Proses denitrifikasi merupakan proses yang terjadi pada daur nitrogen yakni
saat nitrat dilepas ke atmosfer menjadi nitrogen bebas. NO bereaksi dengan
ozon membentuk NO2- kemudian kembali ke bumi menjadi asam nitrit
(HNO2). Proses denitrifikasi tersebut merusak ozon sehingga sinar ultraviolet
masuk ke bumi dan menyebabkan hujan asam. Hujan asam tersebut membuat
tanah menjadi asam. Tanah yang asam menyebabkan struktur tanah serta
komunitas mikrob berubah. Tumbuhan tidak dapat menggunakan nitrogen
dalam bentuk bebas, dapat digunakan apabila telah diubah ke nitrat padahal
nitrogen sangat penting buat tumbuhan. Sehingga proses denitrifikasi
merugikan bagi tanaman.

3. Bahan organik asal seresah berkualitas tinggi cepat habis. Namun berdasarkan
hasil penelitian cacing tanah lebih banyak di temukan hidup di bawah seresah
berkualitas rendah dari pada yang berkualitas tinggi, mengapa ?
Jawab :
Karena cacing tanah menyukai lahan pertanian dengan masukan bahan
organik berkualitas tinggi (C/N rendah). Seresah berkualitas tinggi memiliki
kandungan lignin, polifenol dan nisbah C/N rendah serta cepat
terdekomposisi. Seresah yang berkualitas rendah memiliki kandungan
(L+P)/N yang tinggi, lambat lapuk dan lambat termineralisasi. Serasah
dianggap sebagai sumber makanan yang paling baik bagi cacing tanah karena
karbohidratnya relatif tinggi dan rendahnya kandungan ligno selulosenya.
Cacing tanah tidak mampu memakan serasah yang baru jatuh dari pohon.
Serasah tersebut membutuhkan periode tertentu untuk lapuk atau terurai
sampai cacing tanah mampu memakannya. Sehingga serasah berkualitas
rendah dengan masa lapuk lambat memiliki masa tinggal lebih lama
dipermukaan tanah dan mampu memberikan pasokan hara pada tanah secara
lambat dan sebagai bahan makanan bagi cacing tanah.

Anda mungkin juga menyukai