Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH DASAR-DASAR AGRONOMI

PEMANFAATAN LAHAN GAMBUT DI BIDANG PERTANIAN

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Dasar-Dasar Agronomi

Dosen pengampu : Dr. Ir. H. Cecep Hidayat, MP.

Disusun oleh :

Tammia Agniati 1217060081

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan saya

nikmat iman dan sehat, sehingga masih diberi kesempatan yang luar biasa untuk

menyelesaikan makalah ini dengan judul “Pemanfaatan lahan gambut di bidang

pertanian” dengan tepat waktu.

Tidak lupa shalawat beserta salam kita panjatkan kepada Nabi Muhammad

SAW. Adapun penyusunan makalah ini dengan maksud agar dapat mengetahui

pemanfaatan lahan gambut bagi pertanian.

Saya sadar bahwa pada makalah ini dapat ditemukan kekurangan serta jauh

dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, saya benar-benar menerima kritik dan saran,

sebab sekali lagi saya menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa

disertai saran yang membangun. Dan semoga makalah ini dapat memberikan

manfaat kedepannya.

Bandung, Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................ii

BAB I .......................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

1.3 Tujuan ........................................................................................................... 2

BAB II ......................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3

2.1 Pengertian Lahan gambut ............................................................................. 3

2.2 Pembentukan Lahan Gambut ....................................................................... 4

2.3 Pemanfaatan Lahan gambut di Bidang Pertanian ......................................... 5

BAB III ........................................................................................................................ 7

PENUTUP .................................................................................................................. 7

3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap manusia yang hidup selain memerlukan air dan udara juga memerlukan

makan dalam upaya mempertahankan hidupnya. Makanan sangat penting

keberadaannya bagi kehidupan manusia, sebab memiliki nutrisi penting yang akan

diserap oleh tubuh. Respon tubuh ketika membutuhkan makanan adalah rasa lapar.

Disini eksistensi kegiatan pertanian sangat penting bagi keberlangsungan kehidupan

manusia. Selain menyediakan bahan makanan, nutrisi, bahan non pangan, terdapat

fungsi lain dari eksistensi kegiatan pertanian (Tampubolon, et al., 2020).

Dibalik pentingnya peran pertanian, tak ayal terjadi pula banyak permasalahan.

Salah satu permasalahan tersebut adalah terjadinya alih fungsi lahan subur.

Permasalahan tersebut berujung pada ketahanan pangan. Seperti telah diketahui,

pangan merupakan kebutuhan dasar utama manusia yang urgensinya tinggi,

sehingga dapat diartikan bahwa kebutuhan pangan ini harus dapat dipenuhi setiap

waktu.

Semakin bertambahnya alih fungsi lahan pertanian subur di Indonesia, mebuat

lahan pertanian subur menjadi terbatas sehingga semakin menyadarkan betapa

pentingnya lahan gambut bagi pembangunan pertanian, bahkan tidak berlebihan jika

lahan gambut dikatakan sebagai lumbung pangan masa depan Indonesia.

Pemanfaatan lahan gambut oleh masyarakat untuk pertanian ataupun

perkebunan juga sering menimbulkan permasalahan terkait dengan tingkat

kesuburanya yang rendah. Namun apabila dikelola dan dibudidayakan dengan baik

dan bijak, lahan gambut dapat memberikan hasil tanaman yang baik bahkan dapat

mencapai produktivitas yang tidak kalah dengan tanah mineral.


1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan tanah gambut?

2. Bagaimana pemanfaatan lahan gambut yang tepat di bidang pertanian?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan tanah gambut.

2. Untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan lahan gambut yang tepat di bidang

pertanian.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Lahan gambut

Tanah organik pada prinsipnya dibagi menjadi dua kategori yaitu, 1) tanah

gambut yang memiliki 40% bahan organik dan 2) tanah organik lainnya yang

mengandung 20– 39,9% bahan organik (tanah mull) di lapisan bajak, yang seringkali

dengan lapisan tanah mineral (Yli-Halla, et al., 2021). Tanah gambut merupakan

material atau bahan organik yang tertimbun secara alami dalam keadaan basah

berlebihan atau jenuh air, bersifat tidak mampat dan hanya sebagian yang mengalami

perombakan. Gambut telah menjadi komponen utama media tanam karena harganya

yang murah, ketersediaannya yang tinggi dan karakteristik fisiko-kimia yang unik

(Taparia, et al., 2021).

Purbo-Hadiwidjoyo dalam Tampubolon, et al., (2020) mengatakan bahwa

gambut adalah sisa tumbuhan di lingkungan berair yang mulai mengarang, tetapi

memiliki kadar lengas yang tinggi sekitar 70%. Subagyo et al., dalam Tampubolon, et

al., (2020) juga berpendapat bahwa tanah gambut adalah tanah yang sebagian besar

tersusun dari bahan organik dengan kadar C-organik lebih dari 12 % jika tidak

mengandung clay atau lempung atau memiliki kadar C–organik lebih dari 18% jika

mengandung clay atau lempung 60% atau lebih. Barchia dalam Tampubolon, et al.,

(2020) menyebutkan bahwa gambut memiliki kandungan bahan organik lebih dari

85% dan C organik sebesar 12-18%, jika BD-nya >0,1 g cm3 maka ketebalannya lebih

dari 40 cm, akan tetapi jika BD-nya < 0,1 g cm3 maka ketebalannya >60 cm.

Berdasarkan ketebalan gambut dibagi menjadi: 1) Gambut dangkal (dengan

ketebalan 50-100 cm); 2) Gambut sedang (dengan ketebalan 100-200); 3) Gambut

dalam (dengan ketebalan 200-300); 4) Gambut sangat dalam (dengan ketebalan >300
3
cm). Sedangakan berdasarkan kandungan sertanya, gambut terbagi menjadi: 1)

Fibrik, tipe gambut ini memiliki serat yang tinggi yakni lebih dari 66%, termasuk

gambut mentah dengan kematangan gambut kasar; 2) Saprik, mengandung serta

kurang dari 1/3 volume dengan kematangan gambut yang sempurna; dan 3) Hemik,

gambut tipe ini proses dekomposisinya antara gambut tipe fibrik dan gambut tipe

saprik.

2.2 Pembentukan Lahan Gambut

Menurut Noor et al. (2015) dalam Masganti, et al., (2017) pembentukan gambut

merupakan proses transformasi dan translokasi. Proses transformasi merupakan

proses pembentukan biomassa dengan dukungan nutrisi terlarut, air, udara, dan

radiasi matahari. Proses translokasi merupakan pemin dahan bahan oleh gerakan

air dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah dan oleh gerakan angin

(udara) akibat perbedaan tekanan. Akibat proses pembentukan biomasa dari sisa

tumbuhan setempat lebih cepat dari proses perombakannya, maka ter bentuklah

lapisan bahan organik dari waktu ke waktu.

Laju pembentukan gambut sangat lambat dan berbeda dari satu tempat

dengan tempat lainnya. Yang mana laju pembentukan gambut ini dipengaruhi oleh

beberpa faktor, yakni:

• sumber dan neraca air

• Kandungan mineral yang ada dalam air

• Iklim yang meliputi curah hujan, suhu dan kelembaban

• Tutupan vegetasi menyangkut kerapatan dan jenis vegetasinya

• Pengelolaan setelah drainase.

4
2.3 Pemanfaatan Lahan gambut di Bidang Pertanian

Lahan gambut merupakan sumber daya yang mempunyai fungsi ekonomi bagi

masyarakat, pemerintah maupun negara. Lahan gambut merupakan penyedia

lapangan pekerjaan, sumber mata pencaharian dan penyedia bahan pangan,

sehingga lahan gambut menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat yang tinggal di

area gambut.

Produktivitas lahan gambut sangat tergantung dari pengelolaan dan tindakan

manusia. Lahan gambut dikenal sebagai lahan yang rapuh atau rentan terhadap

perubahan karakteristik yang tidak menguntungkan. Pengelolaan lahan gambut perlu

hati-hati agar tidak terjadi perubahan karakteristik yang menyebabkan penurunan

produktivitas lahan, apalagi menjadi tidak produktif. Salah satu pertimbangan yang

harus diperhatikan dalam pemanfaatan lahan gambut adalah tingkat ketebalan

gambut tersebut. Semakin tebal gambut, semakin rendah potensinya untuk budidaya

tanaman pangan.

Lahan gambut tidak hanya bisa dimanfaatkan sebagai media tumbuh tanaman

yang mana sudah dimanfaatkan lebih dari ratusan tahun, tetapi juga bisa

dimanfaatkan sebagai tempat tinggal dan sumber mata pencaharian petani. Lahan

gambut mempunyai berbagai kendala untuk dimanfaatkan sebagai media tumbuh,

sehingga diperlukan strategi, yakni langkah-langkah utama yang diperlukan untuk

mencapai tujuan secara efisien dan efektif. Salah satu strategi yang diperlukan adalah

pemilihan komoditas. Pemanfaatan lahan gambut ini harus disesuaikan dengan

tipologinya misalnya lahan bergambut dangkal, begambut sedang, bergambut dalam,

dan gambut sangat dalam. Gambut dangkal dapat ditata menjadi lahan sawah atau

untuk sistem usahatani padi sawah dan hortikultura, gambut dengan kedalaman

sedang dapat dimanfaatkan untuk usahatani semusim, padi gogo, palawija, dan

5
tanaman tahunan, sedangkan gambut dengan kedalaman tinggi dapat ditata untuk

usahatani tanaman perkebunan, seperti karet, kelapa, dan kelapa sawit, dan gambut

dengan kedalaman sanagt tinggi dapat dimanfaatkan untuk pengembangan tanaman

kehutanan, seperti sungkai, pulai, meranti, ramin, sengon, dan jelutong (Rosianty, et

al., 2020).

Tanaman hortikultura berkembang baik di lahan gambut dangkal, karena: (1)

sistem perakaran yang lebih dangkal, sehingga memerlukan air yang lebih sedikit, (2)

nilai produk yang menguntungkan dan diperlukan konsumen setiap hari, dan (3)

beberapa jenis horti kultura sayuran dapat dipanen dalam waktu yang lebih singkat.

Keberhasilan budidaya tanaman hortikultura di lahan gambut dangkal tidak terlepas

dari kemampuan petani mengelola air, terutama dalam pengaturan ketinggian

permukaan air tanah (Masganti, et al., 2017).

Supriatna dalam Tampubolon, et al., (2020) mengatakan bahwa lahan gambut

dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam berbagai hal meliputi hutan, semak belukar,

tanaman sawit dan tanaman pangan dan sayuran. Lahan gambut juga dapat berperan

sebagai penyedia lapangan pekerjaan, sumber mata pencaharian dan menopang

ketahanan pangan bagi masyarakat yang tinggal di atas lahan gambut.

6
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tanah gambut merupakan material atau bahan organik yang tertimbun secara

alami dalam keadaan basah berlebihan atau jenuh air, bersifat tidak mampat dan

hanya sebagian yang mengalami perombakan. Pemanfaatan lahan gambut harus

disesuaikan dengan tipologinya misalnya lahan gambut dangkal, bergambut sedang,

gambut dalam, dan gambut sangat dalam. Gambut dangkal (50 - 100 cm) dapat ditata

menjadi lahan sawah atau untuk sistem usahatani padi sawah dan hortikultura,

gambut dengan kedalaman 100 - 200 cm dapat dimanfaatkan untuk usahatani

semusim, padi gogo, palawija, dan tanaman tahunan, sedangkan gambut dengan

kedalaman 200 - 300 cm dapat ditata untuk usahatani tanaman perkebunan, seperti

karet, kelapa, dan kelapa sawit, dan gambut dengan kedalaman lebih dari 300 cm

dapat dimanfaatkan untuk pengembangan tanaman kehutanan, seperti sungkai, pulai,

meranti, ramin, sengon, dan jelutong.

7
DAFTAR PUSTAKA

Masganti, Anwar, K. & Susanti, M. A., 2017. Potensi dan Pemanfaatan Lahan Gabut

Dangkal untuk Pertanian. Jurnal Sumberdaya Lahan, 11(1), pp. 43-52.

Rosianty, Y., Syachroni, S. H. & Ariansyah, 2020. Kajian Pemanfaatan Lahan Gambut

oleh Masyarakat di Desa Pangkalan Damai Kecamatan Air Sugihan

Kabupaten Ogan Komering Ilir. Journal of Global Sustainable Agriculture

, 1(1), pp. 14-18.

Tampubolon, B., Harjanti, D. T., Adlika, N. M. & Christianto, L. M. H., 2020.

Pemanfaatan Lahan gambut Menjadi Lahan Potensial untuk Menjaga

Ketahanan Pangan di Kalimantan Barat. Geodika, 4(2), pp. 182-191.

Taparia, T. et al., 2021. Circulah Alternatives to Peat in Growing Media: A Microbiome

Perspective. Journal of Cleaner Production , pp. 1-16.

Yli-Halla, M. et al., 2021. Thickness of Peat Influences the Leaching od Substances

and greenhouse gas Emission from a Cultivated Organic Soil. Science of

the Environment, pp. 1-15.

Anda mungkin juga menyukai