Anda di halaman 1dari 11

TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH AGROEKOSISTEM TROPIKA BASAH

“IKLIM DAN PERTANIAN LAHAN BASAH”

OLEH :

1. RIDUAN
2. NURHASYIM
3. SUMARMIYATI

MAGISTER PERTANIAN TROPIKA BASAH

UNIVERSITAS MULAWARMAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “
Iklim dan Sistem Pertanian Tropika Basah Basah”. Pada makalah ini kami banyak
mengambil dari berbagai sumber dan refrensi dan pengarahan dari berbagai
pihak .oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih
sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.

Penyusunan menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna,
untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
guna kesempurnaan laporan ini.

Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk semua pihak yang membaca

           

                                                                      Samarinda, Januari 2020

    Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ----------------------------------------------------------------

DAFTAR ISI --------------------------------------------------------------------------

BAB I PENDAHULUAN ------------------------------------------------------------

1.1.-----------------------------------------------------------LATAR BELAKANG
1.2.--------------------------------------------------------RUMUSAN MASALAH
1.3.---------------------------------------------------------------------------TUJUAN

BAB II PEMBAHASAN -------------------------------------------------------------

2.1.------------------------------------------------------------PENERTIAN IKLIM
2.2.---------------------------------------------PENGERTIAN LAHAN BASAH
2.3.----------------------------------------------------------CIRI LAHAN BASAH
2.4.----------------------------------CONTOH PERTANIAN LAHAN BASAH

DAFTAR PUSTAKA ----------------------------------------------------------------


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Iklim menjadi sebuah keharusan untuk diketahui jika kita bercocok tanam. Itu
dikarenakan jika ingin mendapatkan hasil yang maksimal dalam usaha tani kita
perlu mengetahui tipe atau jenis iklim yang berada didaerah tersebut. Adapun
iklim terbagi menjadi 2 pengertian yaitu iklim tropis dan sub tropis.

Iklim tropis sendiri terbagi menjadi iklim tropis kering dan iklim tropis lembab
atau basah. Indonesia merupakan daerah yang termasuk dalam iklim tropis basah
atau daerah hangat lembab yang ditandai dengan: 1) Kelembaban udara yang
relatif tinggi (pada umumnya di atas 90%), 2) Curah hujan yang tinggi
(baca: manfaat curah hujan tinggi), 3) Temperatur tahunan di atas 18°C (dan dapat
mencapai 38°C pada musim kemarau), 4) Perbedaan antar musim
(baca: pembagian musim di Indonesia) tidak terlalu terlihat, kecuali periode
sedikit hujan dan banyak hujan yang disertai angin kencang

Atas hal diatas kami ingin mengetahui lebih detail lagi tentang iklim dan pertanian
lahan basah.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian iklim?
2. Apa pengertian lahan basah?
3. Bagaimana ciri lahan basah?
4. Apa contoh pertanian lahan basah?

1.3  Tujuan

1. Untuk mengetahui apa pengertian iklim?


2. Untuk mengetahui apa pengertian lahan basah?
3. Untuk mengetahui bagaimana ciri lahan basah?
4. Untuk mengetahui apa contoh pertanian basah?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Iklim

Menurut Ariffin (2019) iklim adalah keadaan rata-rata cuaca (atmosfer) pada
suatu wilayah tertentu yang berlangsung dalam kurun waktu yang panjang, yaitu
sekurang – kurangnya 25 atau 30 tahun. Pada awalnya muncul anggapak bahwa
iklim di suatu daerah adalah tetap, namun seiring perkembangan zaman dan ilmu
pengetahuan serta perilaku manusia yang berdampak terjadinya perceatan
perubahan keseimbangan di sekitaran lingkungan yang membuat iklim di
permukaan bumi berlangsung lebih cepat. Adapun contoh aktivitas manusia yang
ada antara lain dibidang pertanian, ekonomi, tranportasi, industry dan
pemanfaatan sumber daya alam yang berdampak pada terjadinya perubahan
keseimbangan lingkungan sehingga terjadi perubahan unsur cuaca.

Menurut Ariffin (2019) Pengembangan usaha dibidang pertanian erat


hubungannya dengan tipe iklim terutama dalam pengembangan aneka ragam jenis
komoditi tanaman berbagai wilayah. Karena untuk menadapatkan hasil yang
maksimal perlu didukung dengan unsur lingkungan sedangkan unsur iklim di
permikaan bumi banyak sekali variasinya. Atas hal tersebut kita perlu mengetahui
tipe iklim untuk menyusun perencanaan usaha yang efisien.

2.2. Pengertian Lahan Basah

Menurut Notohadiprawiro (2006) ada 2 pengertian terkait lahan bahan. Pengertian


yang satu adalah tentang lahan basah buatan dan lahan basah alami. Lahan basah
buatan ialah lahan yang sengaja dibentuk dan dibuat sedemikian rupa, sehingga
dapat menambah air untuk membuat genangan air pada permukaan tanah selama
pada waktu tertentu. Lahan basah alami adalah lahan yang karena berpengatusan
(drainage) buruk, bersifat basah sepanjang waktu.
2.3. Ciri Lahan Basah

Adapun, sebuah pertanian lahan basah memiliki beberapa ciri-ciri dan juga
karakteristik tertentu. Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri umum dan juga
karakteristik tertentu dari sebuah pertanian lahan basah :

1. Memiliki kadar air yang tinggi


2. Sebagian atau keseluruhan dari wilayah tersebut digenangi oleh air
3. Merupakan lahan yang sifatnya cenderung menetap, namun ada beberapa yang
merupakan lahan basah musiman
4. Memiliki tingkat kekerasan kontur tanah yang lembek dan juga labil
5. Merupakan daerah pertanian yang subur, dan mengandung banyak air
6. Memiliki muka air tanah yang dangkal
7. Banyak terdapat tanaman dan juga tumbuhan yang mengarah kepada
tumbuhan air ataupun tumbuhan bakau
8. Biasanya berlokasi di ketinggian 300 meter di atas permukaan laut

2.4. Contoh Pertanian Lahan Basah atau Wetlands

Ada beberapa lokasi yang bisa kita definisikan sebagai sebuah lahan pertanian
basah, meskipun beberapa diantaranya ada yang kurang cocok untuk dijadikan
sebagai sebuah lahan pertanian, seperti :

 Persawahan

Pengertian sawah secara umum menurut definisi para ahli mengatakan bahwa
pengertian sawah adalah usaha pertanian yang dilaksanakan pada tanah basa dan
memerlukan air untuk irigasi. Jenis tanaman yang terutama untuk pertanian sawah
adalah padi. Dalam bersawah, pengolahan lahan dilakukan secara intensif dan
merupakan pertanian menetap. Sawah sangat bermanfaat bagi manusia karna
tampa sawah maka padi dan sejenisnya tidak akan kita makan, dimana kita tahu
semua bahwa padi merupakan makanan khas indonesia. 
Sawah memang banyak memiliki manfaat bagi manusia dan juga para petani.
Untuk mengetahui apa saja manfaat sawah silahkan baca Manfaat Sawah Bagi
Kehidupan Petani dan Manusia. Dalam kaitannya dengan manfaat sawah ini, ada
beberapa hal yang harus kita pahami juga, yakni tentang macam-macam sawah.
Mungkin sebelumnya anda hanya mengetahui sawah itu cuma satu dan tidak tahu
tentang macam-macamnya. Nah disini anda akan mengetahui bahwa sawah ini
memiliki banyak macam.
Sawah di Indonesia umunya dibedakan menjadi 4 macam, seperti yang dituliskan
diatas, penjelasannya dapat dilihat dibawah ini.
1. Sawah Irigasi merupakan sistem pertanian dengan pengairan yang terutur,
tidak bergantung curah hujan karena pengairan dapat diperoleh dari sungai
waduk. Pertanian sawah irigasi biasanya panen dua kali setahun dan pada
musim kemarau dapat diselingi dengan tanaman palawija. 
2. Sawah tadah hujan adalah sawah yang mendapatkan air hanya pada saat
musim hujan sehingga sangat tergantung pada musim. Sawah tadah hujan
ditanami dengan padi jenis gogorancah. Namun, pada musim kering
ditanami dengan palawija, jagung dan ketela pohon. 
3. Sawah pasang surut tergantung pada keadaan air permukaan yang
dipengaruhi oleh kondisi pasang surutnya air sungai. Pada saat pasang,
sawah tergenang air, sedangkan pada saat surut sawah kering dan ditanami
dengan padi. Sawah pasang surut banyak terdapat di Sumatera,
Kalimantan, dan Papua.
4. Sawah lebak adalah sawah yang ditanami padi dan berada pada kiri dan
kanan sungai. Sawah lebak sawah yang berada dikanan dan kiri sungai-
sungai besar. Jenis sawah ini jarang sekali karena mengingat resiko yang
sangat rentan terhadap banjir. Para petani sudah jarang memanfaatkan
sistem sawah lebak ini sebagai lahan pertanian padi. Mereka kebanyakan
mengalihfungsikan sawah lebak menjadi lahan perkebunan seperti sawit.

 Lahan gambut

Noor (2001), gambut adalah tanah organik (organic soils), tetapi tidak berarti
bahwa tanah organik adalah tanah gambut. Sebagian petani menyebut tanah
gambut dengan istilah tanah hitam, karena warnanya hitam dan berbeda dengan
jenis tanah lainnya. Tanah gambut yang telah mengalami perombakan secara
sempurna sehingga bagian tumbuhan aslinya tidak dikenali lagi dan kandungan
mineralnya tinggi disebut tanah bergambut (muck, peatymuck, mucky).

Menurut Hardjowigeno (1986) gambut terbentuk dari timbunan sisa-sisa tanaman


yang telah mati, baik yang sudah lapuk maupun belum. Timbunan terus
bertambah karena proses dekomposisi terhambat oleh kondisi anaerob dan/atau
kondisi lingkungan lainnya yang menyebabkan rendahnya tingkat perkembangan
biota pengurai. Pembentukan tanah gambut merupakan proses geogenik yaitu
pembentukan tanah yang disebabkan oleh proses deposisi dan transportasi,
berbeda dengan proses pembentukan tanah mineral yang pada umumnya
merupakan proses pedogenik.

Dalam kunci taksonomi tanah (Soil Survey Staff 1999) gambut dikelaskan dalam
Order Histosol. Gambut merupakan bahan tanaman atau organisme mati yang
terlapuk dengan fraksi mineral < ½ berat tanah dan memenuhi syarat-syarat
berikut :

1. Jenuh air < 30 hari (kumulatif) setiap tahun dalam tahun-tahun normal dan
mengandung 20% karbon organik, atau
2. Jenuh air selama > 30 hari (kumulatif) setiap tahun dalam tahun-tahun
normal dan tidak termasuk perakaran hidup, mempunyai karbon organik 4
sebesar :
a. 18 % atau lebih, bila fraksi mineralnya mengandung liat 60 % atau
lebih, atau
b. 12 % atau lebih, bila fraksi mineralnya tidak mengandung liat, atau
c. 12 % atau lebih ditambah (% liat x 0,1)% bila fraksi mineralnya
mengandung < 60% liat
 Rawa-rawa

Rawa-rawa disebut juga dengan rawa adalah daerah rendah yang tergenang air.
Pada umumnya permukaan air rawa selalu di bawah lapisan atmosfer bumi atau
setara dengan permukaan air laut, sehingga airnya selalu menggenang dan
permukaan airnya selalu tertutup oleh tumbuhan- tumbuhan air. Pengertian lain
dari rawa adalah lahan yang tergenang pleh air secara ilmiah dan terjadi secara
terus menerus atau terjadi secara musiman yang diakibatkan karena drainase yang
terhambat serta mempunyai ciri- ciri khusus secara fisika, secara kimiawi, dan
juga secara biologis. Ada pula definisi tentang rawa lainnya yakni tanah
berlumpur yang terbuat secara alami, atau juga buatan manusia dengan cara
mencampurkan air tawar dan juga air laut yang dilakukan secara permanen
maupun sementara, termasuk juga daerah laut yang kedalaman airnya kurang dari
6 meter.

Di Indonesia, rawa- rawa seperti ini biasanya terdapat di area perhutanan yang
memiliki banyak pohon- pohon besar, lebat, dan juga liar. Terkadang, rawa- rawa
ini sulit dibedakan dengan sungai. Terkadang kita menjumpai adanya sungai yang
mirip dengan rawa- rawa. Sungai tersebut jika dilihat akan sangat mirip dengan
rawa. Jika kita merupakan rang yang awam dengan kenampakan- kenampakan
alam yang ada di bumi ini, pastilah kita akan mudah tertipu antara rawa dengan
sungai ini. Namun jika kita serigkali mengamati kenampakan- kenampakan alam
bumi ini maka kita tidak akan mudah tertipu. Rawa ini mempunyai beberapa ciri
khusus yang membedakannya dengan sungai.

 Daerah payau dan juga hutan bakau

Hutan bakau atau disebut juga hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di


air payau,dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya
di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik
di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di
sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang
dibawanya dari hulu.

Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran yang
mengakibatkan kurangnya abrasi tanah; salinitas tanahnya yang tinggi; serta
mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis
tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini
kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena telah melewati
proses adaptasi dan evolusi.
DAFTAR PUSTAKA

Ariffin, 2019, MetodeKlasifikasi Iklin Indonesia. UB Press. Malang

Hardjowigeno, S. 1986. Genesis dan Klasifikasi Tanah. Jurusan Tanah, Fakultas


Pertanian IPB: Bogor

Noor, M. 2001. Pertanian Lahan Gambut. Potensi dan Kendala. Penerbit


Kanisius. Yogyakarta.

Notohadiprawiro, Tejoyuwero, 2006, Pola Kebijakan Pemanfaatan Sumber Daya


Lahan Basah, Rawa dan Pantai.

Soil Survey Staff. 1999. Kunci Taksonomi Tanah . Edisi Kedua Bahasa Indonesia,
1999. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Badan Penelitian dan
Pengenbangan Pertanian.

Anda mungkin juga menyukai