Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRATIKUM

PENGELOLAAN SUMBER DAYA LAHAN


PENGAMATAN DAN PENILAIAN LAHAN KERING DATARAN TINGGI
(LKDT) PADA KOMODITI KOPI ARABIKA (Coffea arabica) DI PT.
OLAM INDONESIA PADA KOPERASI SUMATRA AGRO PERKASA
(SAP) DESA WIH DUE KECAMATAN BANDAR KABUPATEN BENER
MERIAH

DOSEN PENGAMPU:
1. Prof. Dr. Ir. Khusrizal., M.P
2. Dr. Ir. Yusra., M.P
3. Dr. Ir. Halim Akbar, M.si
4. Dr. Ir. Muliana, M.P

DISUSUN OLEH:
ELFINA (210310044)
AET-5

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan
dalam menyelsaikan Laporan Pratikum tepa waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan
Nya, saya tidak mungkin mampu menyelsaikan Laporan ini dengan baik. Tidak
lupa pula shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
syafa’atnya kita nantikan kelak.

Laporan pratikum ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Pengelolaan Sumber Daya Lahan di Universitas Malikussaleh. Selain itu, saya
juga berharap agar Laporan Pratikum ini dapat menambah wawasan bagi pembaca
tentang mata kuliah Pengelolaan Sumber Daya Lahan.

Saya juga mengucapkan terimakasi sebesar-besarnya kepada (Prof. Dr. Ir.


Khusrizal., M.P), (Dr. Ir. Yusra., M.P), (Dr. Ir. Halim Akbar, M.si), (Dr. Ir.
Muliana, M.P) selaku dosen pengampu pada mata kuliah Pengelolaan Sumber
Daya Lahan. Tugas Laporan yang diberikan sekiranya dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni saya juga mengucapkan
terimakasi kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan laporan
ini. Saya juga menyadari laporan ini masi jauh dari kata sempurna oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya terima demi kesempurnaan laporan
ini.

Aceh Utara, 13 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
I. PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar belakang..................................................................................1
1.2 Tujuan...............................................................................................2
II. TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................3
2.1 Lahan Kering....................................................................................3
2.2 Lahan Kering Dataran Tinggi (LKDIT)...........................................4
2.3 Kopi Arabica (Coffea Arabica).........................................................5
III. METODOLOGI...................................................................................11
3.1 Waktu dan Tempat..........................................................................11
3.2 Alat dan Bahan...............................................................................11
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................12
4.1 Hasil................................................................................................12
4.2 Pembahasan....................................................................................12
V. PENUTUP............................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................22
LAMPIRAN................................................................................................23

ii
I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan dalam subsektor
perkebunan karena memiliki peluang pasar yang baik didalam negeri
maupun luar negeri. sebagian besar produksi kopi di Indonesia
merupakan komoditas perkebunan yang dijual kepasar dunia. Kopi
merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki nilai
ekonomis yang cukup tinggi dan berperan penting sebagi sumber
penghasil devisa negara. Kopi juga merupakan sumber penghasilan untuk
petani kopi di Indonesia dikarenakan cukup banyak masyrakat yang
bermata pencaharian sebagia petani kopi (Yahya, 2016).
Provinsi Aceh dan Sumatra Utara merupakan penyumbang lebih
dari 50% produksi kopi Arabika nasional. Bagi masyrakat Kabupaten
Bener Meriah dan Aceh Tengah, kopi indentik dengan kehidupan, karena
sebagian besar penduduk di wilayah dataran tinggi ini menggantungkan
hidupnya dari komoditas kopi. Kabupaten Bener Meriah memiliki kebun
kopi dengan luas 39.533 ha dan produktifitas sekitar 0,68 ton/ha/tahun,
sedangkan kabupaten Aceh Tengah memiliki kebun kopi dengan luas
tanam 48.001 ha dan produksi kopi 0,78 ton/ha/tahun (Dinas Kehutanan
dan Perkebunan, 2009).
Pengkajian potensi lahan sangat diperlukan terutama dalam
kaitannya dengan kebijakan tata guna lahan dan perencanaan tata guna
lahan yan berkelanjutan. Analisis dan penilaian penggunaan lahan
mendukung persiapan rencana penggunaan lahan yang cepat dan akurat
untuk menyelesaikan konflik penggunaan lahan atau sumber daya lahan
di wilayah tersebut. Penetapan penggunaan lahan pada umumnya
didasarkan pada karakteristik lahan dan daya dukung lingkungannya.
Bentuk penggunaan lahan yang ada dapat dikaji kembali melalui proses
evaluasi sumberdaya lahan, sehingga dapat diketahui potensi sumberdaya
lahan untuk berbagai penggunaanya.

1
I.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pratikum ini dilakukan yaitu :
1. Untuk mengenal lahan keing dataran tinggi secara langsung
2. Untuk mengetahui bagaimana proses pengelolaan, penanaman dan
pemeliharaan yang dilakukan petani pada lahan kopi arabika gayo di
kabupaten Bener Meriah
3. Untuk mengetahui teknik konservasi tanah yang dilakukan di lahan
kering dataran tinggi yang digunakan sebagai lahan pertanian
4. Untuk mengetahui proses pasca panen kopi di lahan kering dataran
tinggi.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1Lahan Kering
Lahan kering adalah lahan yang tidak pernah tergenang air
sepanjang tahun (Samosir, 2000). Lahan kering sering dikaitkan dengan
usahatani yang dilakukan oleh masyarakat di bagian hulu suatu daerah
aliran sungai sebagai lahan atas atau lahan yang terdapat di wilayah kering
yang tergantung pada air hujan sebagai sumber air dan tidak pernah
tergenang air secara tetap.
Agroekosistem lahan kering dimaknai sebagai wilayah atau
kawasan pertanian yang usaha taninya berbasis komoditas lahan kering
selain padi sawah. Kadekoh (2010) mendefinisikan lahan kering sebagai
lahan dimana pemenuhan kebutuhan air tanaman tergantung sepenuhnya
pada air hujan dan tidak pernah tergenang sepanjang tahun. Pada
umumnya istilah yang digunakan untuk pertanian lahan kering adalah
pertanian tanah darat, tegalan, tadah hujan dan huma. Potensi pemanfaatan
lahan kering biasanya untuk komoditas pangan seperti jagung, padi gogo,
kedelai, sorghum, dan palawija lainnya. Untuk pengembangan komoditas
perkebunan, dapat dikatakan bahwa hamper semua komoditas perkebunan
yang produksinya berorientasi ekspor dihasilkan dari usaha tani lahan
kering.
Lahan kering mempunyai potensi besar untuk pertanian, baik
tanaman pangan, hortikultura, maupun tanaman perkebunan.
Pengembangan berbagai komoditas pertanian di lahan kering merupakan
salah satu pilihan strategis untuk meningkatkan produksi dan mendukung
ketahanan pangan nasional (Mulyani dkk, 2006). Namun demikian, tipe
lahan ini umumnya memiliki produktivitas rendah, kecuali pada lahan
yang dimanfaatkan untuk tanaman tahunan atau perkebunan. Pada usaha
tani lahan kering dengan tanaman semusim, produktivitas relatif rendah
serta menghadapi masalah sosial ekonomi seperti tekanan penduduk yang
terus meningkat dan masalah biofisik (Sukmana, dalam Syam, 2003).

3
Pada umumnya lahan kering memiliki tingkat kesuburan tanah
yang rendah, terutama pada tanah-tanah yang tererosi, sehingga lapisan
olah tanah menjadi tipis dan kadar bahan organik rendah. Kondisi ini
makin diperburuk dengan terbatasnya penggunaan pupuk organik,
terutama pada tanaman pangan semusim. Disamping itu, secara alami
kadar bahan organik tanah di daerah tropis cepat menurun, mencapai
30−60% dalam waktu10 tahun (Brown dan Lugo 1990 dalam Suriadikarta
et al. 2002). Bahan organik memiliki peran penting dalam memperbaiki
sifat kimia, fisik, dan biologi tanah.
Pemanfaatan lahan kering untuk kepentingan pembangunan daerah

ternyata banyak menghadapi masalah dan kendala. Masalah yang utama

adalah masalah fisik lahan kering banyak yang telah rusak atau

mempunyai potensi yang cukup besar untuk menjadi rusak. Sehingga

paket teknologi yang berorientasi pada perlindungan lahan kering sangat

diperlukan. Kekurangan air pada saat musim kemarau, kahat unsur hara

serta keadaan tanah yang peka terhadap erosi merupakan kendala

lingkungan yang paling dominan di kawasan lahan kering.

II.2Lahan Kering Dataran Tinggi (LKDIT)

Menurut Undang-undang No 37 Tahun 2014 tentang Konservasi


Tanah dan Air, lahan adalah bagian daratan dari permukaan bumi sebagai
suatu lingkungan baik yang meliputi tanah beserta segenap faktor yang
mempengaruhi penggunaannya seperti iklim, relief, aspek geologi, dan
hidrologi yang terbentuk secara alami maupun akibat pengaruh manusia.
Wilayah Indonesia memiliki sangat banyak sekali bukit-bukit dan
pegunungan yang tersebar disemua wilayah kepulauan Indonesia. Bukit
atau pegunungan ini dapat dilihat dari jarak jauh karena memiliki letak
yang lebih tinggi daripada daerah-daerah lainnya. Suatu wilayah atau
bagian dari permukaan bumi yang memiliki ketinggian lebih dari 200

4
meter di atas permukaan laut dan lebih tinggi dan daerah-daerah yang ada
disekitarnya disebut dengan daerah dataran tinggi (kasenda dkk., 2015).
Daerah dataran tinggi biasanya memiliki struktur tanah yang
remah-remah dan mempunyai kedalaman yang efektif sekitar 40 cm.
Tanah yang mempunyai ciri seperti itu adalah tanah jenis andosol yang
terbentuk dan berkembang banyak di daerah dataran tinggi. Tanah andosol
ini mempunyai banyak sekali unsur hara yang diperlukan tanaman untuk
proses pertumbuhannya. Tanah jenis ini sangat kaya akan unsur hara
karena tanah ini terbentuk akibat proses sedimentasi yang terjadi di daerah
dataran tinggi.

II.3Kopi Arabica (Coffea Arabica)


Kopi Arabika (Coffea arabica) adalah kopi yang paling baik mutu
cita rasanya dibanding jenis kopi yang lain, tanda-tandanya adalah biji
picak dan daun hijau tua dan berombak-ombak (Botanical, 2010). Biji kopi
Arabika berukuran cukup besar, dengan bobot 18-22 g tiap 100 biji. Warna
biji agak coklat dan biji yang terolah dengan baik akan mengandung warna
agak kebiruan dan kehijauan. Biji bermutu baik dengan cita rasa khas kopi
Arabika yang kuat dan rasa sedikit asam, kandungan kafein: 1-1,3%. Kopi
Arabika memang dikenal terlebih dahulu oleh konsumen di banyak negara,
sehingga kelezatan kopi Arabika lebih dikenal superior dibandingkan
dengan kopi Robusta. Jenis-jenis kopi yang termasuk dalam golongan
Arabika adalah Abesinia, Pasumah, Marago dan Congensis. Kopi arabika
berasal dari hutan pegunungan di Etiopia, Afrika. Di habitat asalnya,
tanaman ini tumbuh di bawah kanopi hutan tropis yang rimbun dan
merupakan jenis tanaman berkeping duaatau dikotil (Najiyati dan Danarti,
2017)
Menurut Hartatri dan Rosari (2011), kopi Arabika memiliki
citarasa seduhan yang unik dan memiliki peluang pasar yang sangat
menjanjikan dalam pengembangan bisnisnya. Tanaman kopi Arabika di
Indonesia cocok dikembangkan di daerah-daerah dengan ketinggian antara
800-1500 m di atas permukaan laut dan dengan suhu rata-rata 15-24ºC.

5
Pada suhu 25ºC kegiatan fotosintesis tumbuhannya akan menurun dan
akan berpengaruh langsung pada hasil kebun. Mengingat belum banyak
jenis kopi Arabika yang tahan akan penyakit karat daun, dianjurkan
penanaman kopi Arabika tidak di daerah-daerah di bawah ketinggian 800
m dpl (Najiyati dan Danarti, 1997).
Tanaman kopi Arabika memerlukan tanah subur dengan drainase
yang baik, curah hujan minimum 1300 mm/th dan toleran terhadap curah
hujan yang tinggi. Masa bulan kering pendek dan maksimum 4 bulan.
Jenis keasaman tanah yang dibutuhkan dengan pH 5,2 - 6,2 dengan
kesuburan tanah yang baik. Kapasitas panambatan air juga tinggi,
pengaturan tanah baik dan kedalaman tanah yang cukup (Siswoputranto,
1993). Program budidaya kopi dianjurkan memilih kawasan yang
memenuhi persyaratan tersebut.
Kopi Arabika Gayo merupakan varietas kopi lokal Gayo sehingga
memiliki tingkat adaptasi yang tinggi pada kondisi lingkungan dataran
tinggi dengan cita rasa terbaik. Kopi Gayo telah dikembangkan oleh
masyarakat Gayo selama bertahun-tahun dengan sistem budi daya terus
menerus sepanjang tahun. Pemanfaatan lahan budi daya selama bertahun-
tahun dengan sistem budi daya konvensional menyebabkan penurunan
kesuburan lahan sehingga terjadi penurunan produksi kopi.
2.2.1 Klasifikasi Tanaman Kopi Arabika
Klasifikasi tanaman kopi arabika (Coffea Arabica) menurut Hiwot
(2011) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae (suku kopi-kopian)
Genus : Coffea

6
Spesies : Coffea arabica L.

2.2.2 Morfologi Tanaman Kopi Arabika


Kopi Arabika berbentuk semak tegak atau pohon kecil yang
memiliki tinggi 5 m sampai 6 m dan memiliki diameter 7 cm saat
tingginya setinggi dada orang dewasa. Kopi Arabika dikenal oleh
dua jenis cabang, yaitu orthogeotropic yang tumbuh secara vertikal
dan plagiogeotropic cabang yang memiliki sudut orientasi yang
berbeda dalam kaitannya dengan batang utama. Selain itu,
kopimArabika memiliki warna kulit abu - abu, tipis, dan menjadi
pecah - pecah dan kasar ketika tua (Hiwot, 2011).
Daun kopi Arabika berwarna hijau gelap dan dengan
lapisan lilin mengkilap. Daun ini memiliki panjang empat hingga
enam inci dan juga berbentuk oval atau lonjong. Menurut Hiwot
(2011) daun kopi Arabika juga merupakan daun sederhana dengan
tangkai yang pendek dengan masa pakai daun kopi Arabika adalah
kurang dari satu tahun. Pohon kopi Arabika memiliki susunan daun
bilateral, yang berarti bahwa dua daun tumbuh dari batang
berlawanan satu sama lain (Roche dan Robert, 2007).
Bunga kopi Arabika memiliki mahkota yang berukuran
kecil, kelopak bunga berwarna hijau, dan pangkalnya menutupi
bakal buah yang mengandung dua bakal biji. Benang sari pada
bunga ini terdiri dari 5-7 tangkai yang berukuran pendek. Kopi
Arabika umumnya akan mulai berbunga setelah berumur ± 2 tahun.
Mula -mula bunga ini keluar dari ketiak daun yang terletak pada
batang utama atau cabang reproduksi. Bunga yang jumlahnya
banyak akan keluar dari ketiak daun yang terletak pada cabang
primer. Bunga ini berasal dari kuncup –kuncup sekunder dan
reproduktif yang berubah fungsinya menjadi kuncup bunga.
Kuncup bunga kemudian berkembang menjadi bunga secara
serempak dan bergerombol (Budiman, 2012).
Buah tanaman kopi terdiri atas daging buah dan biji.
Daging buah terdiri atas tiga lapisan, yaitu kulit luar (eksokarp),

7
lapisan daging (mesokarp) dan lapisan kulit tanduk (endokarp)
yang tipis tapi keras. Buah kopi umumnya mengandung dua butir
biji, tetapi kadang – kadang hanya mengandung satu butir atau
bahkan tidak berbiji (hampa) sama sekali (Budiman, 2012).
Biji kopi terdiri atas kulit biji dan lembaga. Lembaga atau
sering disebut endosperm merupakan bagian yang bisa
dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat kopi (Tim Karya Tani
Mandiri, 2010).
Tanaman kopi Arabika memiliki akar tunggang yang
memiliki panjang ± 45 – 50 cm. Pada akar tunggang ini terdapat
empat sampai delapan akar samping yang menurun ke bawah
sepanjang 2 – 3 meter (akar vertical aksial). Selain itu, banyak akar
samping (akar lateral) juga yang tumbuh secara horizontal yang
memiliki panjang 2 meter berada pada kedalaman 30 cm dan
bercabang merata masuk ke dalam tanah lebih dalam lagi. Di
dalam tanah yang sejuk dan lembab, di bawah permukaan tanah,
akar cabang tadi bisa berkembang lebih baik. Sedang di dalam
tanah yang kering dan panas, akar akan berkembang ke bawah
(Budiman, 2012).
2.2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Kopi Arabika
Syarat dan lokasi tumbuh tanaman kopi dapat tumbuh
dengan baik apabila faktor yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan pemeliharaan tanaman dapat dioptimalkan
dengan baik. Berikut ini beberapa syarat pertumbuhan kopi
menurut (Van Ansten, 2011).
1. Tanah
Tanah digunakan sebagai media tumbuh tanama kopi. Salah
satu ciri tanah yang baik adalah memiliki lapisan topsoil yang
tebal. Umumnya, kondisi tanah di dataran tinggi memiliki
kandungan organik yang cukup banyak dan tidak terlalu banyak
terkontaminasi polusi udara. Tanaman kopi sebaiknya ditanam di
tanah yang memiliki kandungan hara dan organik yang tinggi.

8
Rata-rata pH tanah yang dianjurkan 5-7. Jika pH tanah terlalu
asam, tambahkan pupuk Ca(PO)2 atau Ca(PO3)2 (kapur atau
dolomit). Sementara itu, untuk menurunkan pH tanah dari basa ke
asam, tambahkan urea. Caranya taburkan kapur atau urea
secukupnya sesuai kondisi tanah, lalu periksa keasaman tanah
dengan pH meter. Tambahkan urea jika pH tanah masih basa atau
tambahkan kapur jika terlalu asam hingga pH tanah menjadi 5-7.
2. Curah Hujan
Curah hujan mempengaruhi pembentukan bunga hingga
menjadi buah. Untuk arabika, jumlah curah hujan yang masih bisa
ditolerir sekitar 1.000-1.500 mm/tahun. Sementara itu, curah hujan
untuk kopi robusta maksimum 2.000 mm/tahun. Penanaman atau
pembangunan perkebunan kopi di suatu daerah perlu melihat data
klimatologi daerah tersebut selama 5 tahun terakhir. Daerah yang
berada di atas ketinggian 1.000 meter dpl dan memiliki curah hujan
yang baik umumnya justru memiliki musim kering relatif pendek.
Sebaliknya, tanaman kopi membutuhkan musim kering yang agak
panjang untuk memperoleh produksi yang optimal.
3. Suhu
selain curah hujan, lingkungan memegang peranan penting
untuk pem entukan unga menjadi uah opi ara ika mampu eradaptasi
dengan suhu rata-rata 16-22 ntuk kopi ro usta, tanaman ini dapat
tum uh dan eradaptasi pada suhu 20-2 arena itu, investor atau
petani kopi perlu mengetahui kondisi suhu suatu daerah yang ingin
dijadikan perkebunan kopi.
4. Angin
Sebelum mulai menanam kopi, petani kopi perlu
memperhatikan kondisi topografi wilayah. Pasalnya, jika terdapat
anomali iklim, petani dapat melakukan beberapa rekayasa. Khusus
untuk di lokasi atau daerah yang memiliki tiupan angina yang
kencang, petani sebaiknya menanam pohon pelindung, seperti
dadap (Erythrina lithosperma atau Erythrina subumbrans), lamtoro

9
(Leucaena glauca), dan sengon laut (Albizzia falcate). Untuk kopi
jenis arabika yang tumbuh di ketinggian di atas 1.000 meter dpl,
biasanya kondisi angin yang bertiup cukup kuat. Karena itu,
gunakan tanaman pelindung. Tujuannya, untuk menahan angin
yang cukup kencang.
5. Ketinggian Tempat
Untuk perkebunan kopi arabika sekitar 1.000-2.100 meter dpl.
Semakin tinggi lokasi perkebunan kopi arabika, rasa atau karakter
kopi yang dihasilkan menjadi semakin baik dan enak.

10
III. METODOLOGI

III.1 Waktu dan Tempat


Pratikum Pengelolaan Sumber Daya Lahan ini dilakukan pada rabu
tanggal 08 November 2023, pukul 06.30 WIB sampai dengan selsai, dan
dilaksanakan di PT Olam Indonesia yang berada di desa Gele semayang
Kecamatan Bandar Kabupaten Bener Meriah.
III.2 Alat dan Bahan
III.2.1 Alat
a. Peralatan Tulis
b. Labtop
c. Kamera Digital
d. Viewer
e. Papan Jalan
f. Sound
III.2.2 Bahan
a. Kuesioner
b. Video Tutorial
III.3 Cara Kerja
1. Menyiapkan alat tulis yang akan dijadikan sebagai bahan wawancara atau
mencatat gambaran kondisi lapang
2. Mewawancarai petani/masyrakat dengan pertanyaa yang telah disiapkan
3. Mencatat dan meresume hal-hal yang penting yang berkaitan dengan
pengelolaan tanah dan air untuk tanaman budidaya.

11
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil

KUSIONER HASIL
Sistem budidaya sistem tanam pagar
Penyiangan Lahan Menggunakan alat penyiangan
Teknis Penanaman Sistem tanam pagar
Penyiangan setelah 2 tahun
Pemupukan Menggunakan pupuk organik dan an-
organik
Pengairan Tidak menggunakan irigasi
Biaya Pengeluaran Tinggi
Kandungan Air Tanah Hara makro dan mikro
Sumber Air air hujan

IV.2 Pembahasan
IV.2.1 Sistem Budidaya
Dari hasil kunjungan pratikum ke desa wih due, Kec.Bandar, Kab.
Bener Meriah, yang merupakan salah satu kebun kopi binaan koprasi
SAP PT. Olam Indonesia, yang dimana para petani-petani kopi berada
dibawah asuhan koperasi Sumatra Agro Perkasa (SAP) tersebut
menerapkan sistem budidaya yang lebih dominan secara organik dan ada
juga penggunaan bahan an-organik, atau berkelanjutan yang merupakan
sistem budidaya secara tradisional yang turunan dari zaman nenek
moyang mereka terdahulu. Seperti dalam pelaksanaan pengelolaan lahan
seperti persiapan lahan, pembibitan, proses pemeliharaan, pemupukan
hingga dalam pengendalian hama dan gulma bahkan sampai pada proses
panen dimana dari beberapa proses tersebut masih ada yang
menggunakan cara manual atapun metode turun temurun.
IV.2.2 Persiapan Lahan

12
Lahan yang akan digunakan untuk penanaman tanaman kopi bisa
berupa lahan baru yang belum pernah ditanami kopi sebelumnya atau
lahan yang sudah pernah ditanamai tanaman kopi yang sudah tua atau
tidak produktif lagi. Tahapan persiapan lahan meliputi kegiatan-kegiatan,
antara lain; pembersihan lahan, pembuatan teras, penentuan jarak tanam
dan tata tanam, penanaman pohon pelindung, pembuatan lubang tanam
dan penanaman. (Auliansyah et al., 2019)
1. Pembersihan lahan
Lahan dibersihkan dari sisa-sisa tanaman dan semak belukar agar
lebih mudah melakukan pekerjaan selanjutnya. Pembersihan lahan
tidak dibenarkan dengan cara pembakaran karena akan menurrunkan
kesuburan tanah dan merusak lingkungan.
2. Konservasi Tanah
Pada tanah yang miring (slope) akan mudah erosi terutama pada
musim hujan yang berakibat hilangnya lapisan taah yang subur
dibagian atas (top soil) sehingga menyebabkan kesuburan tanah akan
cepat menurun. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan seperti
pembuatan teras, yaitu teras bangku, teras individu atau pembuatan
teras secara alami dengan cara menanam tanaman penguat teras
mengikuti sabuk gunung (kontour). Tanaman yang sering digunakan
sebagai penguat teras adalah rumput wangi, lamtoro, rumput hijauan
makanan ternak.
3. Jarak Tanam
Jarak tanam harus disesuaikan dengan tipe perawakan kopi yang
akan ditanam serta kemiringan lahan. Jarak tanam tergantung
varietas yang akan di tanam, nah terdapat 2 varietas yang berbeda
pertama ada varietas gayo 1 (tim-tim) dengan jarak tanam 3 m x 3 m,
mah yang kedua ada varietas gayo 2 (ateng super) dengan jarak
tanam 2,5 m x 2,5 m. Namun demikian jarak tanam kopi juga sangat
ditentukan oleh kesuburuan tanah, semakin subur jarak tanam yang
digunakan harus lebih besar dari ukuran standar dengan maksud agar
tidak menyulitkan dalam perawatan nantinya.

13
4. Penanaman Pohon Pelindung
Tanaman kopi termasuk tanaman yang tidak menghendaki
penyinaran matahari secara langsung, oleh karena itu didalam
membudidayakan tanaman kopi pohon pelindung juga perlu
mendapat perhatian. Tanaman pelindung berfungsi untuk
mengurangi intensitas cahaya, mengurangi fluktuasi temperatur
siang dan malam dan sebagi sumber bahan organik, oleh karena itu
dianjurkan menggunakan pohon pelindung dari jenis leguminosa
yang memfikasi Nitrogen (N) dari udara. Minsalnya lamtoro
(Leucaena sp). di dalam budidaya tanaman kopi, pohon pelindung
harus sudah ditanam setahun sebelum penanaman kopi dengan
maksdu saat penanaman kopi pohon pelindung sudah berfungsi.
Sebagai pedoman umum, populasi pelindung adalah 1:4, artinya 1
pohon pelindung untuk 4 tanaman kopi. Misalkan jarak tanam kopi
yang digunakan 2,5 m x 2,5 m (populasi 1600 batang/ha) maka
tanaman pelindung ditanam dengan jarak 5 m x 5 m (populasi pohon
pelindung 400 batang/ha). Pada budidaya kopi berkelanjutan sangat
dianjurkan untuk menggunakan tanaman pelindung tidak hanya dari
satu jenis, minsalnya dari jumlah pohon pelindung 400 batang/ha, 50
% ditanami pelindung lamtoro dan sisanya 50% ditanami dengan
tanaman yang lain, seperti cabai, alpukat dan lain sebaginya.
5. Pembuatan Lubang Tanam
Ukuran lubang tanam standar teknis adalah 60 cm x 60 cm x 60 cm.
Lubang tanam dibuat paling lambat 3 bulan sebelum melakukan
penanaman kopi, saat pembuatan tanah atas (top soil) + 30 cm
dipisahkan dengan tanah lapisan bawah (sub soil), namun pada saat
penutupan lubang tanam nantinya hanya tanah subur (top soil) yang
sudah dicampur pupuk organik saja yang dimaksukan ke dalam
lubang tanam.
6. Penanam
Penanaman adalah kegiatan pemindahan bibit ke lapangan yang
dilakukan pada awal musim hujan dan harus dihindari penanaman

14
menjelang musim kemarau. Bibit ditanam dengan hati-hati pada
lubang tanam yang telah disiapkan dengan cara polybag dipotong
dibahagian bawahnya dan apabila akar tunggangnya telah keluar dari
polybag maka harus dipotong sebelum bibit ditanam. Penanaman
diusahakan tidak terlalu dalam atau terlalu tinggi melainkan leher
akar harus rata permukaan tanah.

IV.2.3 Teknis Penanaman


1. Bahan Tanam
Varietas kopi yang ditanam sedapat mungkin bisa beradaptasi dengan
kondisi tanah dan iklim setempat, serta tahan terhadap serangan hama
dan penyakit. Berdasarkan hasil penelitian, varietas unggul yang
direkomendasikan untuk daerah dataran tinggi Gayo 1 (Tim-Tim) Gyo 2
(Ateng super) dan Gayo 3 (Katimor) (Mawardi,2009). Perlakuan kimia
sintetis terhadap benih kopi hanya diperbolehkan apabila menggunakan
produk-produk yang diperbolehkan oleh pihak pengawas yang bersifat
independen. Pada budidaya kopi secara organik tidak diperbolehkan
menggunakan bahan tanah atau bibit yang perbanyakan menggunakan
Rekayasa Genetika.
2. Pola Tanam
Pola tnam hendaknya diatur dengan memperhatikan keragaman
tumbuhan, minsalnya dengan mamasukan leguminosae, pupuk hijau dan
tanaman -tanaman berakar dalam. Oleh karena itu tanaman kopi yang
ditanam secara monokulture hendaknya tetap menggunakan penaung
tetap (lamtoro, gliricidae, albizia, dll), sedang pada tanah yang miring
digunakan pula tanaman penahan erosi, misalnya vertiver, lamtoro dan
lain-lain sehingga pertanaman lebih bersifat alamiah.
ada awalnya para petani kopi yang berada di gayo menerapkan teknik
penanaman konvensional atau turun temurun dari nenek moyang, namun
barubaru ini para petani mencoba untuk mengubah prinsipnya agar dapat
meningkatkan produktivitas hasil kopinya. Melihat keberhasilan para
petani kopi di Brazil yang menggunakan teknik tanam pagar maka

15
muncul lah ide para petani kopi gayo untuk menerapkan sistem pagar.
Dan kini sudah diterapkan dibeberapa desa di gayo.Pola tanam sistem
pagar dari segi biaya juga lebih irit dari pada teknik konvensional.
Namun pola sistem pagar ini tidak dapat bertahan lama hingga puluhan
tahun seperti pola tanam konvensional.

IV.2.4 Penyiangan
Penyiangan atau pengendalian gulma dikebun kopi gayo, kabupaten
bener meriah ini dilakukan dalam rentan waktu 2 bulan sekali dengan
menggunakan cara manual dan alat-alat bantu seperti mesin babat,
cangkul dan parang, dan tidak menggunakan herbisida maupun bahan
kimia sintetik lainnya karena dari Koperasi SAP dan PT. OLAM
INDONESIA sendiri sudah menerapkan sistem organik selain karena
permintaan pasar juga karena memikirkan kondisi lahan yang akan rusak
nantinya.
Pengendalian gulma untuk lahan miring atau berteras dilakukan secara
manual, tidak disarankan menggunakan herbisida karena dapat
mengurangi atau menghilangkan kandungan unsur hara yang terdapat
didalam tanah serta berbahaya bagi kesehatan manusia. Penggunaan
herbisida juga akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman kopi itu
sendiri, seperti tanaman kopi mengalami bercak daun, kekurangan nutrisa
dan pembusukan pada akar kopi.
Frekuensi pengendalian gulma dilakukan sesuai dengan tipe iklim.
Semakin basah iklim maka semakin banyak frekuensinya. Maka wajib
dilakukan penyiangan gulma disaat menjelang panen dan pemupukan.
Potongan gulma hasil penyiangan pada iklim kering tegas dapat
digunakan sebagai mulsa dan jika dimasukkan ke dalam rorak dapat
berperan sebagai pupuk organik.
Pretty et al. (2011) mengemukakan bahwa pengomposan yang terjadi
secara alami dari daun, biji kacang-kacangan dan semak-semak yang
membusuk untuk membantu memperbaiki Nitrogen dalam tanah,
sehingga mengurangi kebutuhan pupuk anorganik pada tanaman. Selain

16
itu dengan adanya gulma maka akan terjadi persaingan antara tanaman
dengan gulma karena gulma yang memiliki reproduksi yang tinggi dalam
memperoleh unsur hara.

IV.2.5 Pemupukan
Pemupukan adalah usaha hara untuk tanaman, baik pada tajuk tanaman
atau tanah sesuai kebutuhan tanaman, yang bertujuan melengkapi
ketersedian unsur hara. Pupuk dibedakan menjadi pupuk organik dan
anorganik.
Pupuk pada budidaya kopi organik adalah bahan organik yang
mengandung satu atau lebih unsur hara yang diberikan kepada tanaman
dengan mekdus untuk mencukupi kebutuhan makanan/hara untuk dapat
tumbuh dan berkembang. Pada lahan kopi arabika gayo petani dibawah
naungan PT Olam Indonesia menggunakan pupuk organik dan anorganik
yang mana pupuk organik yang diberi berupa ampas limbah kulit kopi
ceri yang telah difermentasi menggunakan mesin populer dan pupuk
organik yang diberikan setahun dua kali yang mana pada bulan
penghujung musim hujan pada bulan Desember dan bulan Juni, adapun
pupuk yang diberikan yakni, Urea dan Poska.
Manfaat pemupukan adalah memperbaiki kesehatan tanaman,
menstabilkan produksi, meningkatkan produksi dan mutu hasil.
IV.2.6 Pengairan
Pada kebun kopi yang berada di desa wih due Kecamatan Bandar,
Kabupaten Bener Meriah tidak memiliki sistem pengairan yang khusus
ataupun irigasi. Dan pada tanaman kopi sendiri tidak membutuhkan
kandungan air yang tinggi, oleh karena itu para petani hanya
memanfaatkan air hujan untuk penyiraman nya. Kabupaten Bener Meriah
sendiri memiliki curah hujan yang tinggi serta ketersediaan air yang
cukup sehingga membuat lahan pertanian yang cukup lembab dan tidak
perlu perhatian khusus dalam segi pengairan.Para petani biasanya
menanam kopi di musim hujan, karena memanfaatkan air hujan yang
turun jadi tidak dilakukan penyiraman lagi.

17
IV.2.7 Metode Penanaman
Budidaya tanaman Kopi di desa wih due, Kecamatan Bandar,
Kabupaten Bener Meriah, tidak memiliki metode khusus dalam
budidayanya, karena sebagian besar para petani masih menerapkan
penanaman secara tradisional yang diturun temurunkan dari nenek
moyang mereka, disamping itu mereka juga masih memperhatikan
proses-proses yang dianjurkan dalam budidaya tanaman kopi seperti
persiapan lahan, memperhatikan jarak tanam, pembuatan lubang tanam,
menanam pohon pelindung atau naungan serta pembuatan lubang rorak
dan tetap melakukan penyiangan gulma secara intensif.
IV.2.8 Kandungan Air Tanah dan Kaitannya Dengan Pertumbuhan
Tanaman
Pada lahan pertanian kopi di Desa Wieh Due, Kecamatan Bandar,
Kabupaten Bener Meriah, memiliki kandungan air yang relative tinggi
yaitu sekitar 15%. Menurut penelitian Purwanto dkk (2015), untuk
menghasilkan mutu 20 biji kopi yang baik dilakukan dengan cara
pengolahan secara optimal dan akan menghasilkan biji kopi yang
memenuhi syarat mutu umum biji kopi. Mutu kopi yang baik dapat
dilihat dari kadar air, semakin tinggi kadar air (diatas 12,5%) akan
memudahkan pertumbuhan jamur pada biji selama penyimpanan dan
meyebabkan kerusakan fisik dan citarasa. Jika biji terlalu kering akan
menyebabkan biji kehilangan citarasa atau menjadi lebih rapuh sehingga
biji banyak yang pecah saat pengupasan kulit.
IV.2.9 Sumber-sumber air yang dapat digunakan
Para petani kopi dibener meriah menggunakan teknik pemanenan
air hujan sebagai sumber air untuk penyiraman tanaman dan
memanfaatkan air mata air dari pegunungan untuk pertumbuhan tanaman
kopi itu sendiri, karena kebun kopi dibener meriah terletak didataran
tinggi sehingga curah hujan yang terdapat didaerah tersebut pun relatif
tinggi juga, oleh karena itu air hujan merupakan sumber air yang sangat
besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman kopi di desa Wih Due
Kecamatan Bandar Kabupaten Bener Meriah.

18
IV.2.10Pemeliharaan
1. Pemangkasan Tanaman
Pemangkasan merupakan tindakan kultur teknik yang secara
teratur harus dikerjakan agar tanaman tumbuh sehat dan produktif.
Kegiatan pemangkasan ini sangat penting karena berkaitan langsung
dengan penyediaan cabang-cabang buah yang menjadi modal utama
dalam budidaya kopi. Pemangkasan adalah pemotongan bagian-bagian
tanaman yang tidak dikehendaki, seperti cabang yang telah tua, cabang
kering dan cabang lain yang tidak berguna atau petani disana
biasamenyebut dengan nyeding.
Pada lahan kopi masyarakat PT Olam Indonesia melakukan 3 jenis
pemangkasan yaitu:
1). Pemangkasan Bentuk
2). Pemangkasan Peremajaan
3). Pemangkasan Pemeliharaan
2. Pengendalian Hama dan Penyakit
Kopi dikenal sebagai salah satu tanaman yang disukai oleh banyak
jenis serangga. Sampai saat ini telah tercatat lebih dari 900 jenis serangga
yang diketahui sebagai serangga hama, namun hanya beberapa jenis
serangga yang memang benar-benar merupakan hama utama pada
tanaman kopi demikian juga dengan penyakit yang umumnya disebabkan
oleh golongan jamur.
Serangan hama dan penyakit utama pada tanaman kopi akan
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman sehingga dapat
menyebabkan turunnya produksi bahkan dapat mematikan tanaman.
Hama yang sering menyerang tanaman kopi arabika gayo yaitu hama
penggerek buah dan penyakit yang menyerang tanaman kopi ada
penyakit lubang jarum dan penyakit karat daun kopi mencampai 40%..
IV.2.11Panen dan Pacapanen
a. Pemanenan
Masa panen kopi arabika gayo biasanya yaitu pada bulan september
hingga desember. Panen dilakukan setiap 15 hari sekali dengan

19
melakukan pemetikan pada buah yang sudah merah saja. Hal ini
dikarenakan PT Olam Indonesia sangat menjaga kualitas hasil dari kopi
arabika gayo yang kemudian akan diekspor ke negara-negara Eropa.

b. Pascapanen
Setelah dipetik dan dikumpulkan, proses selanjutnya adalah pengupasan
kulit ceri kopi lalu di fermentasi selama 12 jam, setelah itu biji kopi di
cuci dan selanjutnya teknik penjemuran biji kopi selama 2 hari
tergantung cuaca.

V. PENUTUP

Lahan kering merupakan salah satu sumberdaya yang mempunyai


potensi besar untuk pembangunan pertanian, baik tanaman pangan,

20
hortikultura, perkebunan, peternakan maupun perikanan darat.
Pengembangan pertanian di lahan kering untuk tanaman pangan perlu
didorong dengan berbagai inovasi teknologi. Untuk menjamin
keberlangsungan (sustainable) budidaya kopi arabika di dataran tinggi
Gayo, maka budidaya ramah lingkungan mutlak untuk dilakukan dengan
cara menjaga kelestarian hutan di sekitarnya, menghindari penggunaan
bahan kimia yang dapat mencemari lingkungan, penggunaan bahan
tanam yang unggul dan melakukan teknik budidaya sesuai SOP (Standar
Operasional Prosedur).
Dengan membudidayakan kopi arabika secara baik dan benar
menurut petujuk teknis, secara tidak langsung kita sudah membantu
melestarikan lingkungan. Pengembangan berbagai komoditas pertanian
di lahan kering merupakan salah satu pilihan strategis untuk
meningkatkan produksi dan mendukung ketahanan pangan nasional.
Setelah melakukan praktikum lapangan kami dapatkan informasi yang
sangat banyak terutama dalam teknik budidaya tanaman kopi. Perpaduan
antara teori dikelas dan praktikum lapangan memberikan dampak positif
bagi mahasiswa

DAFTAR PUSTAKA

21
Auliansyah, G., Fachruddin, F., dan Yunus, Y. (2009). Evaluasi Kesesuaian
Lahan pada Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica L.) Organik
Menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) di Kecamatan
Pegasing Kabupaten Aceh Tengah. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Pertanian, 4(2), 329-338.

Budiman, H., 2012 Prospek Tinggi Bertanaman Kopi Pedoman


Meningkatkan Kualitas Perkebunan Kopi. Pustaka Baru Press,
Yogyakarta.

Hartari, D. F. S. Dan B. De Rosari. Analisis Usahatani dan rantai


pemasaran kopi arabika di Kabupaten Manggarai dan Manggari
Timur. Pelita Perkebunan 27 (1): 55-56

Hiwot, H. 2011. Growth and Physiologi Response Of Two Coffea Arabika


L. Population Under Higha and Low Irradiance. Thesis. Addis Abb
University.

Kadekoh,I. 2010. Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Kering Berkelanjutan


Dengan Sistem Polikultur.

Mulyani, A. 2006. Potensi Lahan Kering Masam untuk Pengembangan


Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Vol 28
(2) : 16-17.

Samosir, S. S. R (200). Pengelolaan Lahan Kering. Program Pasca


Sarjana Universitas Hasanuddin, Makasar. 203p

Van Asten, P. J., Wairegi, L. W. I., Mukasa, D., dan Uringi, N. O. (2011).
Agronomic and economic benefits of coffea-banana intercropping
in Uganda’s smallholder farming systems. Agricultural system,
104(4), 326-334.

Wahyuni, F., Karim A., dan Anhar, A. (2013). Analisis Citarasa Kopi
Arabika Organik pada beberapa ketinggian tempat dan citarasa
Kopi Arabika Dataran Tinggi Gayo. Jurnal Manajemen
Sumberdaya Lahan, 2(3), 261-269.

22
Yahya, M.O, (2016). Analisis Kelayakan dan Strategi Pengembangan
Agroindusttri Kopi di Perusahan Daerah Perkebunan Kshysngan
Jember.

Lampiran

23
Kebun Kopi di Desa Wih Due Tanaman Kopi Muda

Tanaman Kopi yang dusah berbuah Tanaman Kopi yang terkena penyakit
karat daun

24
Uji Sampel Kopi Uji Cita Rasa Kopi

Penjelasan Tentang Trase Kopi dari Dokumentasi Bersama


pengepul/toke kopi

25

Anda mungkin juga menyukai