Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN AGROFORESTRY

“SISTEM PENGELOLAAN AGROFORESTRY DI DESA MORELA,KECAMATAN LEIHITU,


KABUPATEN MALUKU TENGAH.”

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK V

 RIZKA AYU WAHYULI SANAKY (202080001)


 VILDA KOMALA (202080006)
 SALIJA RUMFOT (202080032)
 FIRHAN FAHREZAL UPUOLAT (202080043)

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan
dan rahmat-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan sebaik-baiknya. Dan
tak lupa kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan laporan
ini. Adapun judul laporan kami yaitu “Sistem Pengelolaan Agrofestry Di Desa Morela,Kecamatan
Leihitu,Kabupaten Maluku Tengah”. Dan kami sangat berharap semoga dengan adanya laporan ini dapat
memperluas wawasan.
Terima kasih atas semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan ini. Apabila ada
saran dan kritik untuk memperbaiki laporan ini, kami bersedia menerima kritik dan saran. Akhir kata kami
ucapkan terima kasih.

Ambon, 09 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................................... 1
1.2 Tujuan........................................................................................................................................ 1
1.3 Manfaat...................................................................................................................................... 1
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................................................ 2
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................................... 5
3.1 Kegiatan Wawancara ................................................................................................................. 5
3.2 Hasil dan Pembahasan ............................................................................................................... 5
BAB IV PENUTUP ........................................................................................................................ 9
4.1 Kesimpulan ................................................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 10
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan kehutanan diarahkan untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
kemakmuran rakyat dengan tetap menjaga kelestarian dan kelangsungan fungsi hutan. Dalam pelaksanaan
pembangunan kehutanan sangat diperlukan peran serta masyarakat di dalam dan di luar kawasan hutan.
Untuk itu keberhasilan pembangunan kehutanan sangat ditentukan oleh keberhasilan pembangunan
masyarakat sekitar terutama untuk peningkatan kesejahteraan. Perubahan penggunaan lahan dari hutan
menjadi areal pertanian merupakan kenyataan yang terjadi sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk.
Agroforestry adalah salah satu sistem pengelolaan lahan yang mungkin dapat ditawarkan untuk
mengatasi masalah yang timbul akibat adanya alih-guna lahan tersebut di atas dan sekaligus juga untuk
mengatasi masalah pangan. Agroforestry,sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan baru di bidang pertanian
dan kehutanan, berupaya mengenali dan mengembangkan keberadaan sistem agroforestry yang telah
dipraktekkan petani sejak dulu kala. Secara sederhana, agroforestry berarti menanam pepohonan di lahan
pertanian, dan harus diingat bahwa petani atau masyarakat adalah elemen pokoknya (subyek). Dengan
demikian kajian agroforestry tidak hanya terfokus pada masalah teknik dan biofisik saja tetapi juga masalah
sosial, ekonomi dan budaya yang selalu berubah dari waktu ke waktu,sehingga agroforestry merupakan
cabang ilmu yang dinamis dan sangat baik diterapkan pada masyarakat. Melihat rendahnya proses
pengelolaan hutan untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat, dengan tetap menjaga kelestarian dari
hutan itu sendiri, maka kami sebagai Mahasiswa Kehutanan melakukan pengamatan agar dapat mengetahui
bagaimana tingkat proses pengelolaan masyarakat dalam menerapkan sistem agroforestry pada kehidupan
sehari-harinya.
1.2 Tujuan
Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui peran dan fungsi agroforestry dari beberapa aspek yaitu
aspek ekosistem, aspek ekologi, aspek sosial budidaya dan aspek sosial ekonomi di Dusun Wailatuului,
Desa Morela, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah.
1.3 Manfaat
Dengan melakukan wawancara ini mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara pengelola untuk
menerapkan sistem agroforestry pada Dusun Wailatuului. Mulai dari pembukaan lahan, pola tanam, Jenis
tanaman hingga pendapatan yang diperoleh.

1
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian agroforestry.
Menurut Huxley (1999) Agroforestri adalah sistem pengelolaan sumberdaya alam yang dinamis secara
ekologi dengan penanaman pepohonan dilahan pertanian atau padang pengembalaan untuk memperoleh
berbagai produk secara berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan keuntungan sosial, ekonomi dan
lingkungan bagi semua pengguna lahan.
Sedangkan Hadi Susilo, dkk (2009) mengemukakan bahwa agroforestri adalah suatu hutan permanen
yang meliputi tujuan pengawetan lingkungan dan menyediakan keuntungan ekonomi secara langsung bagi
masyarakat setempat.
2.2 Jenis Jenis Agroforestry
1. Sistem Agroforestri Sederhana
Sistem agroforestri sederhana adalah suatu sistem pertanian di mana pepohonan ditanam secara
tumpang-sari dengan satu atau lebih jenis tanaman semusim. Pepohonan bisa ditanam sebagai pagar
mengelilingi petak lahan tanaman pangan, secara acak dalam petak lahan, atau dengan pola lain
misalnya berbaris dalam larikan sehingga membentuk lorong/pagar.
2. Sistem Agroforestri Kompleks: Hutan dan Kebun
Sistem agroforestri kompleks adalah suatu sistem pertanian menetap yang melibatkan banyak
jenis tanaman pohon (berbasis pohon) baik sengaja ditanam maupun yang tumbuh secara alami
pada sebidang lahan dan dikelola petani mengikuti pola tanam dan ekosistem menyerupai hutan.
Di dalam sistem ini, selain terdapat beraneka jenis pohon juga tanaman perdu, tanaman memanjat
(liana), tanaman musiman dan rerumputan dalam jumlah banyak. Penciri utama dari sistem
agroforestri kompleks ini adalah kenampakan fisik dan dinamika di dalamnya yang mirip dengan
ekosistem hutan alam baik hutan primer maupun hutan sekunder, oleh karena itu sistem ini dapat
pula disebut sebagai Agroforest (ICRAF, 1996).
Berdasarkan jaraknya terhadap tempat tinggal, sistem agroforestri kompleks ini dibedakan
menjadi dua.yaitu kebun atau pekarangan berbasis pohon (home garden) yang letaknya di sekitar
tempat tinggal dan ‘agroforest’, yang biasanya disebut ‘hutan’ yang letaknya jauh dari tempat
tinggal (De Foresta, 2000).
A. Pekarangan
Pekarangan atau kebun adalah sistem bercocok tanam berbasis pohon yang paling
terkenal di Indonesia selama berabad-abad. Yang diawali dengan penebangan dan
pembakaran hutan atau semak belukar yang kemudian ditanami dengan tanaman semusim
selama beberapa tahun.
B. Agroforest
Agroforest biasanya dibentuk pada lahan bekas hutan alam atau semak belukar
yang biasanya diawali dengan penebangan dan pembakaran semua tumbuhan. Pembukaan
lahan ini biasanya dilakukan pada musim kemarau. Pada awal musim penghujan, lahan
ditanami padi gogo yang disisipi tanaman semusim lainnya (misalnya jagung dan cabe)

2
selama satu-dua kali panen. Setelah dua kali panen tanaman semusim, intensifikasi
penggunaan lahan ditingkatkan dengan menanam pepohonan misalnya karet atau damar
atau tanaman keras lainnya.
2.3 Fungsi dan Peran Agroforestry
 Peranan Agroforetri dalam Aspek Biofisik dan lingkungan pada skala bentang lahan.
Alihguna lahan dari hutan menjadi pertanian mengakibatkan timbulnya aneka dampak
negatif, Penerapan agroforestry memberikan manfaat sebesar esarnya baik bagi pendapatan petani
maupun jasa lingkungan. Sistem penggunaan lahan agroforestry memberikan tawaran yang cukup
menjanjikan bagi pemulihan fungsi hutan :
a. Memelihara fiik dan kesuburan tanah.
b. Mempertahankan fungsi hidrologi kawasan.
c. Mengurangi emisi gas rumah kaca.
d. Mempertahankan keanekaragaman hayati.
 Perananan agroforetry terhadap sifat fisik tanah.
Adanya proses alih guna lahan secara langsung memepengaruhi kondisi permukaan tanah
berbagai macam gangguan langsung menimpa permukaan tanah sepertiterkena sinar matahari dan
pukuan air hujan sehingga dampak langsung nya adalah menurunnya porositas tanah sehingga
mengakibatkan puenurunan infiltrasi.
Agroforestry dapat mempertahankan sifat fisik tanah melalaui :
a. Menghasilkan seuresah sehingga bisa menambahkan bahan organik tanah.
b. Meningkatkan kegiatan biologi tanah dan perakaran.
c. Mempertahnakan dan meningkatkan ketersediaan air dalam lapisan perakaran.
Agroforestri dapat mempertahankan sifat fisik lapisan tanah atas melalui :
a. Adanya tajuk tanaman menyebakan sebagian besar air hujan yang jatuh tidak langsung ke
permukaan tanah.
b. Memperthnakan kandungan bahan organik tanah dilapisan atas mellaui pelapukan seuresah.
c. Adanya seuresah yang menutupi permukaan tanah dan penutupan tajuk pepeohonan menyebabkan
kondisi di permukaan tanah dan lapisan tanah leih lembab temperatur dan intensitas cahaya leih
rendah.

 Perananan agroforetry dalam mengurangi gas rumah kaca dan mempertahnakan cadangan
karbon.
Memperbanyak penanaman pepohonan dapat meningkatkan cadangan C di alam secara
vegetatif, keberadaan pepohonan /tanaman dapat mengurangi konsentrasi CO2 di atmosfer dan
hasilnya berupa karbohidrat diakumulasi dalam biomas tanaman.

 Perananan aspek sosial budaya agroforestry.


Merupakan faktor penting dalam perkembangan tata dan pola penggunaan dan
penguasaaan lahan terutama dalam komunitas tradisional , fungsinya berkaitan erat dengan upaya
melestrikan identitas kultural masyrakat dan kelembagaan lokal serta pelestarian pengetahuan
tradisional.
3
2.4 MANFAAT AGROFORESTRY

 Sosial budaya
Salah satu sasaran utama dari setiap usaa pertanian termasu agroforestry adalah produksi yang
berkelanjutan (sustainable) yang dicirikan oleh stabilitas produksi dalam jangka panjang.
Beberapa indicator terselenggaranya system pertanian yang berkelanjutan adalah:
a. Dapat dipertahankannya sumberdaya alam sebagai penunjang produksi tanaman dalam
jangka panjang.
b. Penggunaan tenaga kerja yang cukup rendah.
c. Tidak adanya kelapara tanah.
d. Tetap terjaganya kondisi lingkungan tanah dan air.
e. Rendahnya emisi gas rumah kaca.
f. Terjaganya keanekaragaman hayati.
Tidak adanya kelaparan tanah pada system tersebut, dapat diartikan sebagai cukupnya kandungan
bahan organik tanah, terpeliharanya kesetimbangan unsur hara, terpeliharanya struktur dan
kondisi biologi tanah serta adanya perlindungan tanaman terhadap gulma, hama. Namun
demikian upaya ini tidak terlepas dari tingkatan yang lebuh tinggi (meso dan makro). Kebijakan
nasional, regional dan internasional melalui pemberlakuan sebagai peraturan dan undang-undang
(hukum) dapat mendorong pengembangan atau justru mengahncurkan praktek-praktek
agroforestry.

 Ekologi
Pada awalnya, Young (1991) mengembangkan model SCUAF (Soil Changes Under
Agroforestry) model ini membantu untuk memberikan pilihan pengelolaan tanah didalam system
agroforestry, dan dibandingkan dengan bentuk penutupan lainnya seperti hutan monokultur atau
tanaman semusim monokultur (Young, 1997). Model ini memperhitungkan factor-faktor yang
mempengaruhi erosi tanah, siklus karbon atau bahan organic tanah dan siklus unsur hara tanah
(N,P,K). Model ini meniru dinamika bahan organic tanah, keseimbangan nitrogen dan pospor dan
tanah, erosi tanah dan pertumbuhan tanaman dengan selang waktu 1 tahun. Oleh karena itu model
ini menduga jangka menengah dan jangka panjang perubahan tanah dari suatu system
agroforestry yang spesifik. Air tanah tidak dimodelkan dalam SCUAF.
 Ekonomi
System agroforestry pada suatu lahan akan memberikan manfaat ekonomi yang nyata bagi petani,
masyarakat dan daerah setempat, manfaat tersebut berupa:
a. Peningkatan dan penyediaan hasil berupa kayu pertukangan, kayu bakar, pangan, pakan
ternak dan pupuk hijau.
b. Mengurangi timbulnya kegagalan oanen secara total yang sering terjadi pada system
pertanian monokultur.
c. Memantapkan da meningkatkan pendapatan petani karena adanya peningkatan dan
jaminan kelestarian produksi.
d. Perbaikan standar hidup petani karena ada pekerjaan yang tetap dan pendapatan yang
lebih tinggi.

4
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Kegiatan Wawancara

Waktu dan Tempat Kegiatan


Kegiatan ini dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : Sabtu, 08 Oktober 2022
Waktu : 13.00 s/d selesai
Lokasi : Dusung Wailatuului, Desa Morela, Kec. Leihitu, Kab. Maluku Tengah
Narasumber : 1. Bapak Hasan Latulanit
2.Ibu Siti
Pewawancara :1. Rizka Ayu Wahyuli Sanaky
2. Vilda Komala
3. Salija Rumfot
4. Firhan Fahrezal Upuolat
Tema Wawancara : Sistem Pengelolaan Agroforestry di Desa Morela, Kec.Leihitu, Kab.Maluku
Tengah
3.2 Hasil dan Pembahasan
 Hasil
Pada hari sabtu tanggal 08 Oktober 2022, kami kelompok v melakukan wawancara di Desa
Morela,Kecamatan Leihitu,Kabupaten Maluku Tengah. Kami mewawancarai 2 Narasumber yaitu Bapak
Hasan dan Ibu Siti yang merupakan pasangan suami istri.
Disana sebagian besar masih mengelola lahan agroforestry secara tradisional. Di Maluku dikenal
dengan nama dusung. Pengelolaan agroforestry tradisional (dusung) sebagai salah satu model pemanfaatan
lahan dan hutan di Maluku (Morela) memberikan manfaat baik ekonomi,ekologi dan sosial budaya yang
masih dipertahankan hingga kini.
Wawancara yang kami dilakukan yaitu di Dusung Wailatuului, Desa Morela, Kecamatan Leihitu,
Kabupaten Maluku Tengah. Luas lahan di dusung tersebut sekitar 1 hektar. Lahan agroforestry yang ada
menggunakan sistem secara agrisilvikultur. Pengertian dari Agrisilvikultur sendiri adalah kombinasi antara
usaha sektor kehutanan dan pertanian dilahan yang sama. Hasil yang diperoleh dari pola ini berupa pangan
dan hasil hutan. Jenis tanaman yang ditanam pada lahan sekitar 11 jenis yang terdiri dari pohon durian,
pohon cengkeh, pohon pala, pohon langsat, pohon nangka, pohon mangga, pohon sagu, pohon pisang,
nanas, umbi-umbian dan cili. Keuntungan pola ini adalah dapat meningkatkan unsur hara di dalam tanah
dan dapat mengurangi resiko kegagalan panen secara total. Didusun ini masih menggunakan sistem
agroforestry tradisional, karena menurut narasumber mereka membuka lahan menggunakan sabit,parang
5
dan alat manual lainnya serta pola tanam yang digunakan adalah pola tanam secara acak. Untuk proses
penanaman mereka tidak menggunakan pupuk.
Menurut Bapak Hasan, dusung ini merupakan dusung keluarga dari marga Latulanit yang dikelola
secara turun temurun. Sistem pengunaan lahan masih memiliki keterikatan yang kuat pada budaya setempat.
Beliau menggunakan teknologi yang memungkinkan mereka menjadi mandiri dan mampu mengendalikan
pengambilan keputusan atas pemanfaatan sumber daya dan produk setempat untuk mempertahankan
identitas mereka. Di Desa Morela masih menerapkan hukum adat yang dikenal dengan istilah sasi. Sasi
merupakan tradisi kolektif masyarakat adat Maluku dan Papua utnuk memberlakukan pelarangan terhadap
pengambilan hasil panen dalam jangka waktu tertentu.
Tradisi sasi merupakan hukum adat yang melarang pengambilan hasil sumber daya alam (SDA)
tertentu diwilayah adat, sebagai wujud pelestarian alam dan menjaga populasi. Jika ingin mengambil
sumber daya alam (SDA), harus meminta izin ke kewang (Pemegang otoritas hukum adat). Jika melanggar
aturan yang telah diterapkan (sasi), maka akan diberlakukan sanksi yaitu berupa denda. Di Desa Morela
dominan menerapkan sasi pada tanaman pala.
Menurut para narasumber pendapatan yang diperoleh dari lahan tersebut tidak menentu karena,
disesuaikan dengan musim panen dan kondisi ikim. Untuk jangka waktu panen tanaman pertanian seperti
tanaman umbi-umbian sekitar 3-7 bulan, nanas 1 tahun, dan cili sekitar 3-4 bulan. Pendapatan terbesar pada
lahan tersebut adalah durian. Pada musim panen durian dalam sehari menghasilkan kurang lebih 200 buah
sehingga penghasilan yang diperolah sekitar 3 juta-an. Untuk penghasilan pada tanaman lain seperti umbi-
umbian dan cili per hari bisa memperoleh sekitar 100-300 ribu.
Kendala pada lahan ini dipengaruhi oleh iklim. Contohnya pada musim hujan tanaman umbi-
umbian dan cili pertumbuhannya terganggu. Selain itu juga babi hutan menjadi salah satu kendala karena
sering memakan umbi-umbian. Rencana pada lahan tersebut mereka akan menanam sayur-sayuran seperti
kacang panjang dan sawi.
 Pembahasan
Pembahasan

 Aspek Ekologi dalam Pengelolaan Agroforestry


Proses pengembangan agroforestri memiliki beberapa prinsip ekologi dasar. Prinsip-prinsip
ekologi yang menjadi landasan pengembangan agroforestri (Pujiono, et al., 2013; Sunaryo dan
Joshi, 2003), yaitu:
1. Memperbaiki kondisi tanah dan kehidupan organisme di dalam tanah agar sesuai untuk
pertumbuhan tanaman.
2. menjaga ketersediaan hara dan menyeimbangkan aliran hara.
3. Memanfaatkan radiasi matahari dan udara melalui pengelolaan iklim mikro pengawetan air dan
pengendalian erosi seoptimal mungkin.
4. Meminimalisir kerugian akibat serangan hama dan penyakit dengan pencegahan dan
pengendalian yang ramah lingkungan.

6
5. Penerapan sistem pertanian terpadu dengan tingkat keragaman hayati fungsional yang tinggi,
dalam usaha mengeksploitasi komplementasi dan sinergi sumber daya genetik dan sumber daya
lainnya.
Contoh penerapan prinsip-prinsip tersebut yaitu pada pekarangan, agroforest, sistem ladang
berpindah (shifting cultivation) atau sistem gilir balik dan sebagainya. Contoh praktis meliputi
kegiatan pengelolaan kesuburan tanah, pengendalian hama dan penyakit, pemberantasan gulma,
pengelolaan sumber daya genetik, pengelolaan iklim mikro, klasifikasi tanah dan penggunaan
lahan. Agroforestri yang baik adalah yang memiliki fungsi ekologi. Ciri-ciri agroforestri yang
memiliki fungsi ekologi (Wulandari, 2011), yaitu:
1. Agroforestri biasanya terdiri dari dua jenis tanaman atau lebih (tanaman dan/atau hewan) dan
ada minimal satu jenis yang merupakan tumbuhan berkayu.
2. Terdapat keragaman jenis maka akan mempunyai dua macam atau lebih produk (multi product),
misalnya berupa produk kayu bakar, pakan ternak, obat-obatan dan juga buah-buahan.
3. Keragaman jenis akan memberikan fungsi pelayanan jasa (service function), misal tanah jadi
subur, pelindung angin, penaung, peneduh atau membuat udara sekitarnya lebih sejuk sehingga
dapat dijadikan sebagai pusat berkumpulnya keluarga maupun masyarakat.
4. siklus sistem agroforestrinya selalu berjangka panjang .
5. Terjadi interaksi fungsi ekonomi dan ekologi dalam sistem agroforestri yaitu antara tanaman
kehutanan dengan tanaman pertanian (semusim).
6. Dalam sistem agroforestri yang paling sederhana pun memiliki sistem yang lebih kompleks
secara biologis (pada struktur dan fungsinya) dan juga secara ekonomis dibandingkan dengan
budidaya monokultur.
7. bagi sistem pertanian di daerah tropis yang masukannya rendah, agroforestri akan tergantung
pada manipulasi biomasa tanaman yang bisa dilakukan dengan mengoptimalkan pemanfaatan sisa-
sisa panennya.

 Aspek Sosial Budaya dan Ekonomi


- Aspek sosial budaya
Faktor-faktor sosial budaya dapat mempengaruhi petani atau masyarakat dalam mengambil
keputusan dalam pengusahaan agroforestri. Sebagai contoh, di dusun yang kami wawancarai
(dusun wailatuluui) tetap menanam berbagai jenis tanaman selain durian, pala dan cengkeh karena
rasa bangga apabila mereka dapat mewariskan dusun tersebut kepada anak cucu mereka. Sejarah
dan tradisi juga memegang peran penting dalam kehidupan, cara dan sistem pengunaan lahan. Pada
umumnya petani memiliki keterikatan yang kuat pada budaya setempat. Petani menggunakan
teknologi yang memungkinkan mereka menjadi mandiri dan mampu mengendalikan pengambilan
keputusan atas pemanfaatan sumber daya dan produk setempat untuk mempertahankan identitas
mereka. (Reijntjes et al., 1992).

- Aspek ekonomi
Praktek agroforestri di Indonesia sudah dikenal cukup lama. Pada umunya agroforestri dilakukan
7
oleh masyarakat secara bertahap agar menghindari pengeluaran modal yang besar secara
bersamaan. Kebun campuran, sistem pekarangan dan talun merupakan salah satu contoh dari sistem
agroforestri tradisional (indigenous). Agroforestri tradisonal memiliki keberagaman jenis tanaman
(diversifikasi) untuk meminimalisir resiko kegagalan (Lensari dan Yuningsih, 2017).
Keberagaman jenis tanaman agroforestri tidak terlepas dari pemilihan jenis tanaman yang akan
ditanam karena pemilihan jenis tanaman penyusun agroforestri akan mempengaruhi pendapatan
dan minat dari petani. Jenis komoditas agroforestri yang ditanam hendaknya dipilih berdasarkan
keadaan sumberdaya lahan, permintaan pasar dan latar belakang masyarakat atau petani.
Pengembangan sistem agroforestri membutuhkan pendekatan yang tepat, pendekatan yang
dilakukan yaitu dengan memberikan keterangan yang lengkap termasuk keuntungan dan
kerugiannya pada petani. Berdasarkan pertimbangan aspek sosial, aspek ekonomi dan aspek
ekologi diharapkan para petani dapat memilih sistem apa yang akan diterapkan pada lahannya
(Kusmedi dan Jariyah, 2010).
Landasan dari penerapan agroforestri adalah interaksi biofisik yang positif, hal tersebut akan
menghasilkan interaksi ekonomi yang positif pula. Interaksi biofisik mencerminkan interaksi
ekonomi, apabila output fisik per satuan lahan diubah menjadi nilai uang per satuan biaya faktor
produksi dan pada interaksi ekonomi antar komponen dalam sistem agroforestri bersifat
menguntungkan netral ataupun kompetitif. Sistem agroforestri akan dikatakan menguntungkan
apabila ada interaksi antar komponen baik dari segi biofisik maupun ekonomi.

8
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari laporan diatas dapat disimpulkan bahwa:
 Agroforestry adalah salah satu sistem pengelolaan lahan yang mungkin dapat ditawarkan untuk
mengatasi masalah yang timbul akibat adanya alih-guna lahan tersebut di atas dan sekaligus juga
untuk mengatasi masalah pangan. Agroforestry, sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan baru di
bidang pertanian dan kehutanan, berupaya mengenali dan mengembangkan keberadaan sistem
agroforestry yang telah dipraktekan petani sejak dulu kala.
 Di Dusung Wailatuului, Desa Morela, Kec. Leihitu, Kab. Maluku Tengah masih menggunakan
sistem agroforestry tradisional.
 Ada sekitar 11 jenis yang terdiri dari pohon durian, pohon cengkeh, pohon pala, pohon langsat,
pohon nangka, pohon mangga, pohon sagu, pohon pisang, nanas, umbi-umbian dan cili.
 Durian merupakan tanaman dominan pada dusung tersebut.
 Pada dusung tersebut masih menganut sistem sasi.

9
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.lppm.unila.ac.id/25553/1/Copy_compressed-final
%20PENGEMBANGAN%20AGROFORESTRI%20-.pdf
https://www.academia.edu/38809776/LAPORAN_PRAKTIKUM_TEKNOLOGI_AGROFORESTRI
http://repositori.unsil.ac.id/46/4/5%20bab%20II%20tinjauan%20pustaka%20dll%20%28selesai%20edit%
29.pdf
https://malukuprov.go.id/storage/2022/06/renstra_opd_2019_2024/31.%20Renstra%20Dinas%20Kehutan
an%20Tahun%202019-2024.pdf
https://www.academia.edu/38809776/LAPORAN_PRAKTIKUM_TEKNOLOGI_AGROFORESTRI
https://www.academia.edu/36258980/LAPORAN_PRAKTIKUM_AGROFORESTRY_KEHUTANAN_
UR
https://www.academia.edu/38809776/LAPORAN_PRAKTIKUM_TEKNOLOGI_AGROFORESTRI
http://repositori.unsil.ac.id/46/4/5%20bab%20II%20tinjauan%20pustaka%20dll%20%28selesai%20edit%
29.pdf
https://malukuprov.go.id/storage/2022/06/renstra_opd_2019_2024/31.%20Renstra%20Dinas%20Kehutan
an%20Tahun%202019-2024.pdf
https://www.academia.edu/38809776/LAPORAN_PRAKTIKUM_TEKNOLOGI_AGROFORESTRI
https://www.academia.edu/36258980/LAPORAN_PRAKTIKUM_AGROFORESTRY_KEHUTANAN_
UR

10
DAFTAR GAMBAR

11

Anda mungkin juga menyukai