Disusun Oleh :
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas berkah
dan Rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah kami dengan judul “ Sistem Sistem
Usahatani Dan Penerapan Sistem Usaha Tani Terpadu Berkelanjutan Di Lahan Kering” tepat
pada waktunya.
Makalah dengan judul “Sistem Sistem Usahatani Dan Penerapan Sistem Usaha Tani
Terpadu Berkelanjutan Di Lahan Kering” ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh
Ibu Clarce S. Maak, S.Si.,MM selaku dosen pengampu pada mata kuliah Budaya Lahan Kering
di Program Studi Manajemen , Universitas Nusa Cendana. Selain itu, tujuan kami membuat
makalah ini ialah agar dapat menambah wawasan terrkait dengan mata kuliah yang kami ambil
yang tentunya berkaitan dengan bidang ilmu yang kami tekunin
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Clarce S. Maak, S.Si.,MM karena telah
memberikan tugas ini kami juga dapat menambah wawasan kami.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis masih jauh dari kata sempurna. Oleh
kaena itu, kritik dan saran yang membangun kami nantikan dan akan kami terima demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL........................................................................................................................................
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1LATAR BELAKANG..........................................................................................................1
1.2RUMUSAN MASALAH......................................................................................................1
1.3TUJUAN...............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
2.1DEFINISI PERTANIAN BERKELANJUTAN...................................................................3
2.2KLASIFIKASI PERTANIAN DI DAERAH TROPIK........................................................4
2.3PENERAPAN USAHA TANI LAHAN KERING BERKELANJUTAN DI NTT.............5
2.4MENGETAHUI INDIKATOR TERCAPAINYA SISTEM PERTANIAN
BERKELANJUTAN DI LAHAN KERING.............................................................................7
BAB III PENUTUP...................................................................................................................9
3.1KESIMPULAN.....................................................................................................................9
3.2SARAN.................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
Pertanian lahan kering adalah sistem pertanian yang dilakukan di daerah yang
memiliki curah hujan rendah dan ketersediaan air terbatas. Pertanian jenis ini biasanya
dilakukan di wilayah yang pasokan airnya rendah dan terbatas, bahkan ekstrim sekalipun.
Lahan kering pada pertanian jenis ini biasanya cenderung lebih gersang dan terkadang
tidak memiliki sumber air, seperti saluran irigasi, sungai, atau danau. Pertanian lahan
kering identik dengan pemanfaatan air sekecil mungkin dalam usahanya.
Lahan kering didefinisikan sebagai hamparan lahan yang tidak pernah tergenang
atau digenangi air pada sebagian besar waktu dalam setahun atau sepanjang waktu
(Dariah et al,. 2004). Kebanyakan lahan kering terletak pada dataran rendah, yaitu lahan
kering yang letaknya < 700 m dpl dan lahan kering dataran tinggi yang terletak antara
700 dan 2500 m dpl (Santoso, 2003). Selanjutnya Notohadinegoro (2000) dalam Nurdin
(2011), menjelaskan bahwa lahan kering adalah lahan yang berada di suatu wilayah yang
berkedudukan lebih tinggi yang diusahakan tanpa penggenangan air.
Usaha tani berkelanjutan adalah sebuah sistem usahatani yang holistik, secara
ekonomi menguntungkan, ramah lingkungan, dan dapat diterima oleh masyarakat. Pada
dasarnya, usaha tani berkelanjutan bertujuan untuk menciptakan pertanian yang lebih
efisien, produktif, dan berkelanjutan dalam jangka panjang.
4
1.3 Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
kemangkusannya (efficiency) menurun, dan cenderung berdampak negatif terhadap
lingkungan (Sanganatan 1989)
7
3. Sistem pertanian untuk padang pengembalaan dan peternakan
Pertanian ternak atau peternakan umunya diklasifikasikan berdasarkan
ketetapan tinggalnya (stasionaryness) dari peternak dan ternaknya sbb:
Penggunaan lahan di Kabupaten Belu terdiri atas lahan sawah 5%, lahan tegal dan
perkebunan 17%, pekarangan 5%, ladang 8%, tanaman kayu-kayuan 6%, dan lainnya
59%. Masih banyak lahan yang belum dimanfaatkan yang umumnya berupa lahan
bongkor Apabila penggunaan lahan dirinci lebih lanjut, luas lahan sawah hanya 12.461 ha
(5,10%) dan didominasi oleh sawah tadah hujan, sedangkan sawah irigasi teknis hanya
1.494 ha. Sebaliknya lahan kering sangat dominan yang mencapai 232.996 ha (94.95%),
yang didominasi lahan kering tidak digunakan 67.590 ha, tegal/kebun 39.493 ha, dan
lahan penggembalaan atau padang rumput 22.968 ha yang berpeluang untuk
pengembangan peternakan
8
2008)Hal tersebut patut direkomendasikan untuk meningkatkan produksi padi maupun
tanaman pangan lain di wilayah perbatasan
Secara umum produksi dan produktivitas usaha tani di Kabupaten Belu masih
rendahFaktor penyebabnya ialah rendahnya curah hujan dan pendeknya periode bulan
hujan, selain kondisi tanah yang kurang subur khususnya lahan kering. Dariah dan Las
(2010) melaporkan bahwa pemanfaatan lahan kering untuk pengembangan pertanian
dihadapkan pada kendala biofisik maupun sosial ekonomi. Kendala biofosik berupa
topografi (kemiringan lahan), kesuburan tanah, dan ketersediaan air. Kondisi-biofisik
dapat dieliminasi dengan penerapan inovasi teknologi yang tepat dan murah.
9
ternak diintegrasikan dengan tanaman pangan untuk mencapai kombinasi yang optimal.
Pada kombinasi tersebut, input produksi menurun (low input) tanpa mengganggu hasil.
Prinsipnya ialah menekan risiko usaha karena adanya diversifikasi usaha.
Kelestariansumber daya lahan juga menjadi titik perhatian dalam sistem ini (Diwyanto
dan Handiwirawan 2004).
Sistem integrasi tanaman dan ternak mulai dikem- bangkan secara intensif sejak
adanya program Pening- katan Produktivitas Padi Terpadu (P3T) Hal ini dilakukan dalam
upaya rehabilitasi lahan pertanian yang mengalami degradasi akibat pemupukan (Zaini et
al. 2002). Konsep sistem integrasi padi-ternak (SIPT) merupakan salah satu komponen
dalam mendukung perbaikan lahan pertanian pada agroekosistem lahan sawah intensif
(Haryanto et al. 2002). yang didukung pengembangan kelembagaan Kelompok Usaha
Agribisnis Terpadu (Soentoro et al. 2002).Dalam konsep ini, diversifikasi usaha tani
menjadi faktor penting yang mengarah pada pola multikomoditas untuk membantu petani
dalam mendukung ekonomi rumah tangga secara berkelanjutan.
10
menetapkan target, memantau kemajuan, dan membandingkan kinerja antar wilayah dan
negara.
Indikator tercapainya sistem pertanian berkelanjutan di lahan kering dapat dilihat dari
beberapa aspek, yaitu lingkungan lestari, ekonomi meningkat (sejahtera), dan secara sosial
diterima oleh masyarakat petani. Lingkungan lestari dapat dicapai dengan cara pengelolaan lahan
yang baik, seperti penerapan sistem konservasi tanah dan air, penggunaan pupuk organik, dan
pengendalian hama dan penyakit secara terpadu. Ekonomi meningkat dapat dicapai dengan cara
meningkatkan produktivitas lahan, diversifikasi usaha tani, dan penerapan teknologi pertanian
yang tepat. Secara sosial diterima oleh masyarakat petani dapat dicapai dengan cara melibatkan
masyarakat dalam pengambilan keputusan terkait pengelolaan lahan, memberikan pelatihan dan
pendampingan kepada petani, serta memperkuat jaringan kerjasama antar petani dan dengan
pihak lain seperti pemerintah dan lembaga swadaya Masyarakat.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan untuk topik "Sistem Usaha Tani dan Penerapan Sistem Usaha Tani
Terpadu Berkelanjutan di Lahan Kering" adalah sebagai berikut:
1. Sistem Usaha Tani Terpadu: Penerapan Sistem Usaha Tani Terpadu (SUTT) merupakan
pendekatan yang efektif dalam mengembangkan pertanian berkelanjutan di lahan kering.
SUTT mengintegrasikan komponen pertanian, peternakan, dan perikanan untuk mencapai
diversifikasi usaha tani dan efisiensi penggunaan sumber daya.
2. Keberlanjutan Lingkungan: Melalui SUTT, upaya konservasi sumber daya alam seperti
tanah dan air menjadi lebih terfokus. Penggunaan pupuk organik, pengendalian hama yang
ramah lingkungan, dan praktik konservasi tanah dan air membantu menjaga lingkungan
pertanian yang lestari.
3. Peningkatan Ekonomi: Penerapan SUTT dapat meningkatkan produktivitas lahan kering
dan mendiversifikasi usaha tani. Hal ini berpotensi meningkatkan pendapatan petani dan
mendorong kesejahteraan ekonomi di wilayah yang bersangkutan.
4. Partisipasi Masyarakat: Keberhasilan SUTT juga terkait dengan partisipasi aktif
masyarakat petani dalam pengambilan keputusan terkait pengelolaan lahan. Pelatihan,
pendampingan, dan penguatan jaringan petani menjadi kunci dalam menjalankan SUTT.
5. Pengukuran Keberlanjutan: Untuk memastikan keberlanjutan SUTT, perlu ada pengukuran
dan pemantauan kinerja sistem ini. Indikator keberlanjutan harus mencakup aspek
lingkungan, ekonomi, dan sosial.
3.2 Saran
Dengan mengadopsi Sistem Usaha Tani Terpadu yang berkelanjutan di lahan kering,
dapat diharapkan peningkatan produktivitas pertanian, pelestarian lingkungan, dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat petani. Pendekatan ini mencerminkan komitmen
untuk mencapai pertanian yang berkelanjutan di masa depan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Lasmini,Sri Anjar,Tarsono, Nur,Edy. “Kkkn-Ppm Penerapan Sistem Usaha Tani Terpadu Dan
Berkelanjutan Untuk Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Zero Waste Farming
System.” Jurnal Pengabdian Masyarakat
10