Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SISTEM SISTEM USAHA TANI DAN PENERAPAN SISTEM


USAHA TANI TERPADU BERKELANJUTAN DI LAHAN KERING

Disusun Oleh :

Ketsya Samantha Bako (2210030205)


Gabriella A. Serhelawan (2210030005)
Viola V. Neno (2210030103)
Dandy V. Ndolu (2210030101)
Yogi Syawitio (2210030200)
Maria Yolantia Sajung (2210030096)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas berkah
dan Rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah kami dengan judul “ Sistem Sistem
Usahatani Dan Penerapan Sistem Usaha Tani Terpadu Berkelanjutan Di Lahan Kering” tepat
pada waktunya.

Makalah dengan judul “Sistem Sistem Usahatani Dan Penerapan Sistem Usaha Tani
Terpadu Berkelanjutan Di Lahan Kering” ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh
Ibu Clarce S. Maak, S.Si.,MM selaku dosen pengampu pada mata kuliah Budaya Lahan Kering
di Program Studi Manajemen , Universitas Nusa Cendana. Selain itu, tujuan kami membuat
makalah ini ialah agar dapat menambah wawasan terrkait dengan mata kuliah yang kami ambil
yang tentunya berkaitan dengan bidang ilmu yang kami tekunin

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Clarce S. Maak, S.Si.,MM karena telah
memberikan tugas ini kami juga dapat menambah wawasan kami.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis masih jauh dari kata sempurna. Oleh
kaena itu, kritik dan saran yang membangun kami nantikan dan akan kami terima demi
kesempurnaan makalah ini.

Kupang, 14 September 2023

Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL........................................................................................................................................
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1LATAR BELAKANG..........................................................................................................1
1.2RUMUSAN MASALAH......................................................................................................1
1.3TUJUAN...............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
2.1DEFINISI PERTANIAN BERKELANJUTAN...................................................................3
2.2KLASIFIKASI PERTANIAN DI DAERAH TROPIK........................................................4
2.3PENERAPAN USAHA TANI LAHAN KERING BERKELANJUTAN DI NTT.............5
2.4MENGETAHUI INDIKATOR TERCAPAINYA SISTEM PERTANIAN
BERKELANJUTAN DI LAHAN KERING.............................................................................7
BAB III PENUTUP...................................................................................................................9
3.1KESIMPULAN.....................................................................................................................9
3.2SARAN.................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertanian lahan kering adalah sistem pertanian yang dilakukan di daerah yang
memiliki curah hujan rendah dan ketersediaan air terbatas. Pertanian jenis ini biasanya
dilakukan di wilayah yang pasokan airnya rendah dan terbatas, bahkan ekstrim sekalipun.
Lahan kering pada pertanian jenis ini biasanya cenderung lebih gersang dan terkadang
tidak memiliki sumber air, seperti saluran irigasi, sungai, atau danau. Pertanian lahan
kering identik dengan pemanfaatan air sekecil mungkin dalam usahanya.

Lahan kering didefinisikan sebagai hamparan lahan yang tidak pernah tergenang
atau digenangi air pada sebagian besar waktu dalam setahun atau sepanjang waktu
(Dariah et al,. 2004). Kebanyakan lahan kering terletak pada dataran rendah, yaitu lahan
kering yang letaknya < 700 m dpl dan lahan kering dataran tinggi yang terletak antara
700 dan 2500 m dpl (Santoso, 2003). Selanjutnya Notohadinegoro (2000) dalam Nurdin
(2011), menjelaskan bahwa lahan kering adalah lahan yang berada di suatu wilayah yang
berkedudukan lebih tinggi yang diusahakan tanpa penggenangan air.

Usaha tani berkelanjutan adalah sebuah sistem usahatani yang holistik, secara

ekonomi menguntungkan, ramah lingkungan, dan dapat diterima oleh masyarakat. Pada
dasarnya, usaha tani berkelanjutan bertujuan untuk menciptakan pertanian yang lebih
efisien, produktif, dan berkelanjutan dalam jangka panjang.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi pertanian berkelanjutan?
2. Apa klasifikasi pertanian di daerah tropik?
3. Bagaimana penerapan usaha tani lahan kering berkelanjutan di NTT?
4. Apa saja indikator tercapainya sistem pertanian berkelanjutan di lahan kering?

4
1.3 Tujuan

1. Mengetahui definisi pertanian berkelanjutan


2. Mengetahui klasifikasi pertanian di daerah tropik
3. Mengetahui penerapan usaha tani lahan kering berkelanjutan di NTT
4. Mengetahui indikator tercapainya sistem pertanian berkelanjutan di lahan kering

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Definisi Pertanian Berkelanjutan


Awalnya, tahun 1980, istilah "sustainable agriculture” atau diterjemahkan
menjadi pertanian berkelanjutan' digunakan untuk menggambarkan suatu sistem
pertanian alternatif berdasarkan pada konservasi sumberdaya dan kualitas kehidupan di
pedesaan. Sistem pertanian berkelanjutan ditujukan untuk mengurangi kerusakan
lingkungan, mempertahankan produktivitas pertanian, meningkatkan pendapatan petani
dan meningkatkan stabilitas dan kualitas kehidupan masyarakat di pedesaan. Tiga
indikator besar yang dapat dilihat adalah lingkungannya lestari, ekonominya meningkat
(sejahtera), dan secara sosial diterima oleh masyarakat petani

Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pemanfaatan sumber daya


yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan sumberdaya tidak dapat diperbaharui
(unrenewable resources) untuk proses produksi pertanian dengan menekan dampak
negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin. Keberlanjutan yang dimaksud
meliputi : penggunaan sumberdaya, kualitas dan kuantitas produksi serta lingkungannya.
Proses produksi pertanian yang berkelanjutan akan lebih mengarah pada penggunaan
produk hayati yang ramah terhadap lingkungan (Kasumbogo Untung, 1997).

Menurut pakar ekologi, teknologi modern (pertanian tergantung bahan kimia)


berdasarkan pertimbangan fisik dan ekonomi dianggap berhasil menanggulangi
kerawanan pangan, tetapi ternyata harus dibayar mahal dengan makin meningkatnya
kerusakan/degradasi yang terjadi di permukaan bumi, seperti desertifikasikerusakan
hutan, penurunan keragaman hayatiselinitas, penurunan kesuburan tanah, pelonggokan
(accumulation) senyawa kimia di dalam tanah maupun perairan, erosi dan kerusakan
lainnya. Sampai saat ini masih merupakan dilema berkepanjangan antara usaha
meningkatkan produksi pangan dengan menggunakan produk agrokimia dan usaha
pelestarian lingkungan yang berusaha penggunaan bahan-bahan tersebutPenggunaan
pupuk pabrik dan pestisida yang berlebihan dan tidak terkendali mempunyai dampak
yang sama terhadap lingkungan: penggunaannya setiap waktu meningkat,

6
kemangkusannya (efficiency) menurun, dan cenderung berdampak negatif terhadap
lingkungan (Sanganatan 1989)

2.2. Klasifikasi Pertanian Di Daerah Tropik

Menurut Ruthenburg, 1980) sistem pertanian di daerah tropis dapat diklasifikasikan


menjadi;

1. Sistem pertanian dengan pengumpulan hasil pertanian


Sistem ini adalah sistem pertanian yang secara langsung memperoleh hasil
tumbuh-tumbuhan yang tidak dibudidayakan secara sengaja oleh manusia. Sistem
ini biasanya dilakukan bersamaan dengan sistem berburu binatang dan
penangkapan ikan Jarang ditemukan sebagai kegiatan tunggal di beberapa daerah
yang terisolasi secara fisik, sistem ini masih ditemukan antara lain di Papua dan
Kalimantan

2. Sistem pertanian dengan budidaya tanaman


Sistem pertanian dengan budidaya tanaman adalah suatu sistem
pengelolaan komoditas tanaman untuk memperoleh hasil yang diinginkan, seperti
bahan pangan, keuntungan finansial, dan kepuasan batin. Teknik budidaya
tanaman meliputi berbagai aspek, seperti pengolahan tanah dan air, penggunaan
pupuk organik, pengendalian hama dan penyakit secara alami, penggunaan
varietas tanaman yang tahan terhadap cuaca ekstrem, dan pengelolaan limbah
pertanian. Sistem pertanian terpadu adalah salah satu bentuk sistem pertanian
dengan budidaya tanaman yang terdiri dari empat komponen utama, yaitu
manusia, tanaman, peternakan, dan perikanan, yang saling terintegrasi. Budidaya
pertanian terdiri dari enam tahapan, yaitu pengolahan tanah atau lahan,
penanaman, pemupukan, pemeliharaan, panen, dan pasca panen. Sistem
pertanaman sendiri dapat dibedakan menjadi sistem monokultur (pertanaman
tunggal) dan polikultur (pertanaman campuran), serta mengenal banyak sekali
variasi dalam sistem pertanaman campuran.

7
3. Sistem pertanian untuk padang pengembalaan dan peternakan
Pertanian ternak atau peternakan umunya diklasifikasikan berdasarkan
ketetapan tinggalnya (stasionaryness) dari peternak dan ternaknya sbb:

a. Semi nomadis, dimana peternak memiliki tempat tinggal permanen dan


di sekitarnya ada budidaya makanan ternak sebagai tambahan. Akan
tetapi ternak dan penggembalaanya bergerak pada daerah-daerah yang
berbeda.
b. Transhuman, peternak mempunyai tempat tinggal permanen tetapi
ternaknya dengan bantuan penggembala, mengembara pada daerah
penggembalaan yang berpindah-pindah dan letaknya jauh.
c. Partial Nomadis , peternak tinggal secara permanen pada pemukiman
yang juga permanen dan penggembalaan ternaknya pada sekitar tempat
tinggalnya.

2.3. Penerapan Usaha Tani Lahan Kering Berkelanjutan Di NTT

Penggunaan lahan di Kabupaten Belu terdiri atas lahan sawah 5%, lahan tegal dan
perkebunan 17%, pekarangan 5%, ladang 8%, tanaman kayu-kayuan 6%, dan lainnya
59%. Masih banyak lahan yang belum dimanfaatkan yang umumnya berupa lahan
bongkor Apabila penggunaan lahan dirinci lebih lanjut, luas lahan sawah hanya 12.461 ha
(5,10%) dan didominasi oleh sawah tadah hujan, sedangkan sawah irigasi teknis hanya
1.494 ha. Sebaliknya lahan kering sangat dominan yang mencapai 232.996 ha (94.95%),
yang didominasi lahan kering tidak digunakan 67.590 ha, tegal/kebun 39.493 ha, dan
lahan penggembalaan atau padang rumput 22.968 ha yang berpeluang untuk
pengembangan peternakan

Kondisi tersebut di atas menggambarkan adanya peluang pemanfaatan lahan


kering untuk pengembangan pertanian. Lahan kering yang memiliki tingkat kesuburan
rendah sebagian besar digunakan untuk produksi berbagai komoditas pangan yakni
jagung, kacang-kacangan, dan ubi jalar (Dariah dan Las 2010). Lahan kering berpotensi
untuk pengembangan padi gogo dengan produktivitas lebih dari 5 t/ha (Adimihardja et al.

8
2008)Hal tersebut patut direkomendasikan untuk meningkatkan produksi padi maupun
tanaman pangan lain di wilayah perbatasan

Secara umum produksi dan produktivitas usaha tani di Kabupaten Belu masih
rendahFaktor penyebabnya ialah rendahnya curah hujan dan pendeknya periode bulan
hujan, selain kondisi tanah yang kurang subur khususnya lahan kering. Dariah dan Las
(2010) melaporkan bahwa pemanfaatan lahan kering untuk pengembangan pertanian
dihadapkan pada kendala biofisik maupun sosial ekonomi. Kendala biofosik berupa
topografi (kemiringan lahan), kesuburan tanah, dan ketersediaan air. Kondisi-biofisik
dapat dieliminasi dengan penerapan inovasi teknologi yang tepat dan murah.

Tingkat pengetahuan petani dalam penerapan teknologi juga merupakan faktor


penting dalam upaya peningkatan produktivitas usaha tani. Perkembangan luas panen dan
produksi tanaman pangan cukup bervariasi, dan luas panen tanaman pangan cenderung
menurun kecuali kacang tanah. Selain tanaman pangan, telah dikembangkan tanaman
hortikultura (sayuran dan buah- buahan) yang dapat membantu perekonomian
masyarakat. Di Kabupaten Belu, komoditas sayuran yang telah berkembang ialah bawang
merah, tomat, kangkung, dan bawang putih. Untuk buah-buahan, jenis yang dominan
adalah pisang, mangga, jambu biji. dan pepaya (BPS Kabupaten Belu 2013).Berdasarkan
pemanfaatan lahan. masih tersedia lahan untuk pengembangan pertanian, di antaranya
dengan memanfaatkan lahan yang belum tergarap.

Kegiatan utama sebagian besar penduduk wilayah perbatasan adalah bertani,


terutama tanaman panganHasil pengamatan di lokasi menunjukkan bahwa penggunaan
lahan berkisar pada kegiatan usaha tani tanaman pangan padi, jagung, kacang hijau, ubi
kayu) dan tanaman perke- bunan (kelapa, kemiri, kopi, mete). Secara umum kondisi
tanaman pangan tergolong rendah sampai baik. Sebagian besar tanaman pangan
menunjukkan gejala kekurangan hara (tanah tidak subur). Untuk mengatasi kesuburan
tanah yang rendah perlu diintroduksikan teknologi pengelolaan hara dengan pemupukan
berimbang dengan pupuk organik (Santoso dan Sofian 2005). Untuk pengadaan pupuk
organik diperlukan pengembangan ternak khususnya sapi potong yang sudah berkembang
di lokasi untuk mendapatkan kompos dengan konsep CLS. Dalam sistem usaha tani ini,

9
ternak diintegrasikan dengan tanaman pangan untuk mencapai kombinasi yang optimal.
Pada kombinasi tersebut, input produksi menurun (low input) tanpa mengganggu hasil.
Prinsipnya ialah menekan risiko usaha karena adanya diversifikasi usaha.
Kelestariansumber daya lahan juga menjadi titik perhatian dalam sistem ini (Diwyanto
dan Handiwirawan 2004).

Sistem integrasi tanaman dan ternak mulai dikem- bangkan secara intensif sejak
adanya program Pening- katan Produktivitas Padi Terpadu (P3T) Hal ini dilakukan dalam
upaya rehabilitasi lahan pertanian yang mengalami degradasi akibat pemupukan (Zaini et
al. 2002). Konsep sistem integrasi padi-ternak (SIPT) merupakan salah satu komponen
dalam mendukung perbaikan lahan pertanian pada agroekosistem lahan sawah intensif
(Haryanto et al. 2002). yang didukung pengembangan kelembagaan Kelompok Usaha
Agribisnis Terpadu (Soentoro et al. 2002).Dalam konsep ini, diversifikasi usaha tani
menjadi faktor penting yang mengarah pada pola multikomoditas untuk membantu petani
dalam mendukung ekonomi rumah tangga secara berkelanjutan.

2.4. Mengetahui Indikator Tercapainya Sistem Pertanian Berkelanjutan Di Lahan Kering

Pertanian berkelanjutan merupakan komponen penting dalam


pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs). Pengukuran keberlanjutan pertanian
mutlak dilakukan untuk lebih memahami kondisi saat ini, mengidentifikasi tren, menetapkan
target, memantau kemajuan, dan membandingkan kinerja antar wilayah. Penelitian tentang
keberlanjutan pertanian di Indonesia lebih banyak dilakukan pada level usaha tani atau
lokal. Indonesia belum memiliki indikator pertanian berkelanjutan yang menjadi tolok ukur
penilaian pertanian berkelanjutan pada level regional/provinsi/nasional. Hal ini disebabkan
karena begitu kompleksnya penilaian yang perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil yang
baik untuk penilaian pada level regional dan nasional. Indikator yang dapat diukur mengenai
kelestarian lingkungan pertanian, dengan tujuan meminimalkan dampak lingkungan dari
pertanian, merupakan alat penting untuk membantu menggerakkan dunia menuju masa
depan pangan yang berkelanjutan. Indikator memungkinkan pembuat kebijakan, petani,
bisnis, dan masyarakat sipil untuk lebih memahami kondisi saat ini, mengidentifikasi trend,

10
menetapkan target, memantau kemajuan, dan membandingkan kinerja antar wilayah dan
negara.

Indikator tercapainya sistem pertanian berkelanjutan di lahan kering dapat dilihat dari
beberapa aspek, yaitu lingkungan lestari, ekonomi meningkat (sejahtera), dan secara sosial
diterima oleh masyarakat petani. Lingkungan lestari dapat dicapai dengan cara pengelolaan lahan
yang baik, seperti penerapan sistem konservasi tanah dan air, penggunaan pupuk organik, dan
pengendalian hama dan penyakit secara terpadu. Ekonomi meningkat dapat dicapai dengan cara
meningkatkan produktivitas lahan, diversifikasi usaha tani, dan penerapan teknologi pertanian
yang tepat. Secara sosial diterima oleh masyarakat petani dapat dicapai dengan cara melibatkan
masyarakat dalam pengambilan keputusan terkait pengelolaan lahan, memberikan pelatihan dan
pendampingan kepada petani, serta memperkuat jaringan kerjasama antar petani dan dengan
pihak lain seperti pemerintah dan lembaga swadaya Masyarakat.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan untuk topik "Sistem Usaha Tani dan Penerapan Sistem Usaha Tani
Terpadu Berkelanjutan di Lahan Kering" adalah sebagai berikut:
1. Sistem Usaha Tani Terpadu: Penerapan Sistem Usaha Tani Terpadu (SUTT) merupakan
pendekatan yang efektif dalam mengembangkan pertanian berkelanjutan di lahan kering.
SUTT mengintegrasikan komponen pertanian, peternakan, dan perikanan untuk mencapai
diversifikasi usaha tani dan efisiensi penggunaan sumber daya.
2. Keberlanjutan Lingkungan: Melalui SUTT, upaya konservasi sumber daya alam seperti
tanah dan air menjadi lebih terfokus. Penggunaan pupuk organik, pengendalian hama yang
ramah lingkungan, dan praktik konservasi tanah dan air membantu menjaga lingkungan
pertanian yang lestari.
3. Peningkatan Ekonomi: Penerapan SUTT dapat meningkatkan produktivitas lahan kering
dan mendiversifikasi usaha tani. Hal ini berpotensi meningkatkan pendapatan petani dan
mendorong kesejahteraan ekonomi di wilayah yang bersangkutan.
4. Partisipasi Masyarakat: Keberhasilan SUTT juga terkait dengan partisipasi aktif
masyarakat petani dalam pengambilan keputusan terkait pengelolaan lahan. Pelatihan,
pendampingan, dan penguatan jaringan petani menjadi kunci dalam menjalankan SUTT.
5. Pengukuran Keberlanjutan: Untuk memastikan keberlanjutan SUTT, perlu ada pengukuran
dan pemantauan kinerja sistem ini. Indikator keberlanjutan harus mencakup aspek
lingkungan, ekonomi, dan sosial.
3.2 Saran
Dengan mengadopsi Sistem Usaha Tani Terpadu yang berkelanjutan di lahan kering,
dapat diharapkan peningkatan produktivitas pertanian, pelestarian lingkungan, dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat petani. Pendekatan ini mencerminkan komitmen
untuk mencapai pertanian yang berkelanjutan di masa depan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Lasmini,Sri Anjar,Tarsono, Nur,Edy. “Kkkn-Ppm Penerapan Sistem Usaha Tani Terpadu Dan
Berkelanjutan Untuk Peningkatan Pendapatan Masyarakat Berbasis Zero Waste Farming
System.” Jurnal Pengabdian Masyarakat

Priyanto,Dwi ,Dwiyanto, Kusuma. “Pengembangan Pertanian Wilayah Perbatasan Nusa


Tenggara Timur Dan Republik Demokrasi Timor Leste”. (2014)

10

Anda mungkin juga menyukai