Anda di halaman 1dari 14

SISTEM DAN TEKNOLOGI ORGANIC FARMING

(GOGREEN)
Makalah ini disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas kelompok pada
mata kuliah Pertanian Organik

Dosen Pengampu: Ir. Efrida Lubis, M.P

Disusun Oleh:
Sri Dewi Wahyuni 2104300010
Muhammad Aziz Hanafi 2104300022
Muhammad Muklis Fauzan 2104300043
Syahbani Alfaizar Nababan 2104300047
M. Umar Fachry 2104300048

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
hidayahnya, sehinnga kami dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Sistem
Dan Teknologi Organic Farming (Gogreen) ”dengan tepat waktu.
Penyusunan laporan semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya.
Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam merampungkan laporan ini. Dan tidak lupa kami
ucapkan terima kasih kepada Ibu Khairunnisa Rangkuti, S.P., M.P. selaku dosen
pengampu mata kuliah Tataniaga
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karenanya, diharapkan saran dan kritik yang membangun agar penulis menjadi
lebih baik lagi di masa mendatang. Akhir penulis sangat mengharapkan semoga
laporan ini menambah wawasan dan memberi manfaat bagi pembaca.

Medan 17 Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................ ii
PENDAHULUAN.................................................................................... 1
Latar Belakang................................................................................... 1
HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................... E
1.2. Prinsip-prinsip Organic Farming (GoGreen)............................................... 3
1.3. Sistem Dan Teknologi Yang Digunakan Dalam Pertanian Organik............ 4
KESIMPULAN DAN SARAN............................................................... 9
Kesimpulan........................................................................................ 9
Saran.................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 10
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tantangan pembangunan pertanian dihadapkan pada saat ini adalah


adanya perubahan iklim yang dapat memicu kerawanan pangan, konversi
lahan pertanian menjadi non pertanian, pertumbuhan penduduk yang terus
meningkat akan meningkatkan kebutuhan bahan pangan, eksploitasi alam secara
berlebihan mengakibatkan degradasi sumber daya lahan pertanian sehingga dapat
menurunkan kualitas tanah, lingkungan, dan produk pertanian. Meningkatnya
produktivitas tanaman pangan harus diimbangi dengan peningkatan kualitas
tanah dan produk pertanian. Pada dekade terakhir ini masyarakat / konsumen
semakin memperhatikan mutu dari produk pangan / pertanian. Faktor kesehatan
dan keamanan pangan menjadi prioritas utama. Pertanian organik didefinisikan
sebagai usaha budidaya pertanian yang hanya menggunakan bahan-bahan alami,
baik yang diberikan melalui tanah maupun yang langsung kepada tanaman
budidaya (Dulbari dkk, 2021).
Pertanian organik merupakan suatu teknologi yang baru diperkenalkan
kembali dalam sistem pertanian. Pertanian organik didefinisikan sebagai sistem
manajemen produksi menyeluruh yang menggunakan secara maksimal bahan-
bahan organik (sisa tanaman, kotoran ternak, sampah organik, pengatur
pertumbuhan tanaman, pestisida organik, dan lain-lain) dan meminimalkan
penggunaan bahan input produksi sintetis untuk menjaga produktivitas dan
kesuburan tanah, serta pengelolaan hama berdasarkan sumber daya alam
berkelanjutan dan lingkungan yang sehat. Penggunaan bahanbahan organik secara
maksimal dan bahanbahan sintetis secara minimal ini merupakan hal yang
membedakan pertanian organik dengan pertanian konvensional, serta akan
memberikan nilai tambah bagi konsumen. Nilai tambah yang diperoleh konsumen
dari pertanian organik adalah produk pangan yang aman untuk dikonsumsi (food
safety attributes), dan memiliki kandungan nutrisi tinggi (nutritional attributes).
Nilai tambah ini mengakibatkan peningkatan niat masyarakat akan produk
pertanian organik. (Wiratmadja dkk, 2017).
Dampak penerapan pertanian organik dianggap relatif lama dan sulit
dibuktikan dalam waktu cepat selain lembaga pemasaran hasil produksinya juga
belum terbentuk sehingga petani merasa kesulitan dalam memasarkannya dalam
waktu cepat pula. Padahal telah disosialisasikan oleh para penyuluh bahwa
produktivitas lahan dengan sistem organik semakin tinggi meskipun memerlukan
masa konversi selama dua tahun, biaya produksi cenderung lebih rendah dan
harga output jauh lebih bersaing di pasar. Seiring dengan mengglobalnya organic
farming, permintaan pasar sangat tinggi sejalan dengan kesadaran masyarakat
akan pentingnya keamanan pangan dan kesehatan, tingkat kesubuan lahan
pertanian mulai rusak bahkan kadar unsur hara < 2% (Minimal ≥ 3%) dan tingkat
produktivitas lahan semakin rendah, maka sudah saatnya petani bergeser menuju
pertanian organik (Hadi dkk, 2019).
Sistem pertanian organik dapat menyediakan produk yang bebas dari
residu kimia anorganik yang bersumber dari penggunaan pestisida dan pupuk
kimia. Kementerian Pertanian Republik Indonesia telah memberikan dukungan
dan perhatian terhadap perkembangan sistem pertanian organik dengan
dicanangkannya program 1000 desa pertanian organik sebagai kelanjutan dari
program Go Organicpada tahun 2010 yang lalu. Pemerintah telah membuat
sistem peraturan seperti Peraturan Menteri Pertanian Republik IndonesiaNo.
64 tahun 2013 tentang Sistem Pertanian Organik agar penerapan sistem
pertanian organik dapat memberikan jaminan dan perlindungan kepada
konsumen bahwa produk yang dihasilkan memiliki atribut aman dikonsumsi
(foodsafety attributes), bernutrisi tinggi (nutritionalattributes), dan ramah
lingkungan (eco-labellingattributes) (Yuriansyah, 2020).
HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem dan Teknologi Organic Farming, yang juga dikenal dengan sebutan
"GoGreen," merujuk pada pendekatan pertanian yang menekankan praktik organik dan
keberlanjutan dalam produksi pangan. Ini mencakup penggunaan metode dan teknologi
alami untuk membudidayakan tanaman dan hewan dengan tujuan utama menjaga
kesehatan lingkungan, tanah, dan manusia. Pendekatan ini mencakup prinsip-prinsip
seperti penggunaan minimal atau tidak ada bahan kimia sintetis, pemeliharaan tanah yang
sehat, perlindungan biodiversitas, dan penggunaan teknologi alami untuk mengendalikan
hama dan penyakit tanaman. GoGreen juga mempromosikan praktik konservasi air,
pemeliharaan keanekaragaman genetik tanaman, dan pengurangan dampak negatif
pertanian terhadap lingkungan.Dengan teknologi yang mendukungnya, seperti kompos,
pupuk organik, pengendalian hama alami, dan teknik pertanian vertikal, GoGreen
bertujuan untuk meningkatkan produktivitas pertanian secara berkelanjutan,
menghasilkan makanan yang lebih sehat, dan meminimalkan dampak negatif pertanian
terhadap ekosistem. Sistem dan Teknologi Organic Farming (GoGreen) mewakili
pendekatan yang komprehensif dan holistik terhadap pertanian yang berfokus pada
prinsip-prinsip keberlanjutan dan ramah lingkungan, serta memberikan kontribusi positif
terhadap tantangan global seperti ketahanan pangan dan perubahan iklim (Maryowani,
2012).

Organic farming, juga dikenal sebagai pertanian organik atau pertanian ramah
lingkungan, adalah pendekatan pertanian yang berfokus pada penggunaan praktik-praktik
yang berkelanjutan dan alami untuk memproduksi makanan dan bahan baku lainnya.
Sistem dan teknologi dalam pertanian organik, yang sering disebut sebagai "GoGreen,"
bertujuan untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, meningkatkan kualitas
tanah, dan menghasilkan produk pertanian yang lebih sehat dan berkelanjutan.

1.2. Prinsip-prinsip Organic Farming (GoGreen)

Berikut adalah beberapa prinsip-prinsip dalam organuc farming (GoGreen) :

1.Tanah Sehat: Organic farming menekankan pemeliharaan tanah yang sehat dengan
meminimalkan erosi, memperbaiki struktur tanah, dan meningkatkan kesuburan tanah
melalui kompos, pupuk organik, dan teknik-tanik seperti tanaman penutup dan rotasi
tanaman. Tanah sehat dalam konteks pertanian organik merujuk pada kondisi tanah
yang memenuhi sejumlah kriteria penting yang mendukung pertanian berkelanjutan dan
ramah lingkungan. Dalam organic farming, tanah sehat memiliki karakteristik sebagai
berikut:

a. Kesuburan Alami: Tanah sehat mengandung nutrisi dan unsur hara alami yang
cukup untuk mendukung pertumbuhan tanaman yang kuat dan produktif.
Kesuburan tanah dapat dipertahankan dengan menggunakan kompos, pupuk
organik, dan bahan-bahan alami lainnya.
b. Struktur Tanah yang Baik: Tanah sehat memiliki struktur fisik yang baik,
memungkinkan tanah untuk mengalirkan air dengan baik, menyediakan ruang
bagi akar tanaman untuk tumbuh, dan mencegah erosi tanah. Struktur tanah yang
baik juga mencakup agregat tanah yang stabil.
c. Keseimbangan Organisme Tanah: Tanah sehat mendukung populasi organisme
tanah yang beragam, termasuk mikroba, cacing tanah, serangga, dan
makroorganisme lainnya. Organisme tanah ini berperan dalam dekomposisi
bahan organik, pembentukan humus, dan pertukaran nutrisi antara tanah dan
tanaman.
d. Tidak Mengandung Bahan Kimia Sintetis: Dalam organic farming, tanah sehat
tidak terkontaminasi oleh residu bahan kimia sintetis, seperti pestisida dan pupuk
kimia. Penggunaan bahan-bahan organik dan teknik pengendalian hama alami
adalah pilihan yang lebih umum.
e. Keseimbangan pH: Tanah sehat memiliki pH yang seimbang, yang sesuai dengan
kebutuhan tanaman yang dibudidayakan. Keseimbangan pH penting untuk
ketersediaan nutrisi bagi tanaman.

2. Tidak Menggunakan Bahan Kimia Sintetis: Organic farming tidak menggunakan


pestisida sintetis, herbisida, atau pupuk kimia yang berbahaya bagi lingkungan dan
kesehatan manusia. Sebaliknya, metode alami dan organik digunakan untuk
mengendalikan hama dan menjaga keseimbangan ekosistem pertanian. Tidak
Menggunakan Bahan Kimia Sintetis di Pertanian Organik" adalah prinsip fundamental
dalam pertanian organik yang merujuk pada pendekatan pertanian yang sepenuhnya
menghindari atau meminimalkan penggunaan bahan kimia sintetis dalam budidaya
tanaman dan pemeliharaan hewan. Dalam konteks ini, bahan kimia sintetis merujuk
pada pestisida, herbisida, pupuk kimia, dan bahan kimia lainnya yang dibuat secara
buatan dengan tujuan mengendalikan hama, gulma, atau memberikan nutrisi tanaman.
Prinsip ini mengandalkan metode alami dan organik sebagai alternatif untuk mengelola
tanaman dan hewan. Beberapa contoh praktik yang diterapkan dalam "Tidak
Menggunakan Bahan Kimia Sintetis di Pertanian Organik (Cendikiawan, 2019).

3.Keanekaragaman Tanaman: Sistem ini mendorong tanaman yang lebih beragam dan
penanaman berdasarkan prinsip rotasi tanaman. Ini membantu mengurangi risiko
serangan hama dan penyakit tanaman. Keanekaragaman tanaman merujuk pada variasi
dan jumlah yang beragam dari berbagai spesies, varietas, dan jenis tanaman yang ada
dalam suatu wilayah, ekosistem, atau agroekosistem tertentu. Keanekaragaman tanaman
mencakup berbagai tipe tanaman, seperti tanaman pangan (gandum, beras, jagung),
tanaman hortikultura (sayuran, buah-buahan), tanaman pangan ternak (rumput-
rumputan), tanaman obat-obatan, dan tanaman pemanis, serta varietas-varietas yang
berbeda dari setiap jenis tersebut. Keanekaragaman tanaman sangat penting dalam
konteks pertanian dan lingkungan alam karena memiliki berbagai manfaat, termasuk:

a. Ketahanan Pangan: Keanekaragaman tanaman memungkinkan ketahanan pangan


yang lebih baik dengan menyediakan beragam sumber makanan dan nutrisi bagi
manusia dan hewan.
b. Perlindungan Terhadap Hama dan Penyakit: Dengan keanekaragaman tanaman,
risiko serangan hama dan penyakit yang merusak dapat dikurangi, karena hama
dan penyakit cenderung lebih spesifik terhadap jenis tanaman tertentu.
c. Keseimbangan Ekosistem: Keanekaragaman tanaman berperan dalam
memelihara keseimbangan ekosistem dengan menyediakan sumber makanan dan
tempat hidup bagi berbagai organisme, termasuk serangga, burung, dan hewan
liar lainnya.

4.Pengelolaan Air yang Bijaksana: Organic farming berfokus pada penggunaan air yang
bijaksana dengan teknik irigasi yang efisien dan praktik konservasi air. Pengelolaan air
yang bijaksana merujuk pada praktik-praktik yang bertujuan untuk menggunakan dan
melestarikan sumber daya air dengan efisien, berkelanjutan, dan ramah lingkungan. Ini
termasuk penggunaan air dalam pertanian, industri, pemukiman, dan berbagai sektor
lain. Pengelolaan air yang bijaksana sangat penting karena air adalah sumber daya alam
yang terbatas dan esensial untuk kehidupan, serta memiliki dampak signifikan terhadap
lingkungan, ekonomi, dan masyarakat.
1.3. Sistem Dan Teknologi Yang Digunakan Dalam Pertanian Organik Gogreen.

1. Penggunaan Pupuk Organik:

Pertanian organik menghindari penggunaan pupuk kimia dan bahan kimia


berbahaya. Sebagai gantinya, petani organik menggunakan pupuk organik seperti
kompos, pupuk hijau, dan pupuk kandang. Pupuk organik meningkatkan kualitas tanah,
memperbaiki struktur tanah, dan menyediakan nutrisi penting untuk tanaman. Pupuk
organik memiliki beberapa keunggulan, antara lain pengurangan risiko pencemaran
lingkungan, peningkatan kesuburan tanah, dan peningkatan keberlanjutan sistem
pertanian. Namun, perlu diingat bahwa penggunaan pupuk organik perlu disesuaikan
dengan kondisi tanah dan tanaman yang dibudidayakan, serta diperhatikan dosis dan
cara pengaplikasiannya. Konsultasikan dengan ahli pertanian atau petani
berpengalaman untuk mendapatkan panduan yang tepat terkait penggunaan pupuk
organik. Meningkatkan kualitas tanah merupakan langkah penting dalam meningkatkan
produktivitas pertanian dan keberlanjutan sistem pertanian secara keseluruhan. Berikut
adalah beberapa cara untuk meningkatkan kualitas tanah (Siregar, 2023).

2. Pengendalian Hama Alami:

GoGreen mengutamakan pengendalian hama dengan menggunakan metode alami


seperti penggunaan predator alami, jaring-jaring insekta, dan tanaman penolak hama. Ini
mengurangi ketergantungan pada pestisida kimia yang dapat merusak lingkungan dan
kesehatan manusia. Pengendalian hama alami adalah pendekatan dalam pertanian dan
pengelolaan hama yang memanfaatkan organisme dan proses alami untuk mengurangi
atau mengendalikan populasi hama tanaman dengan cara yang tidak merusak lingkungan
dan kesehatan manusia. Pendekatan ini bertujuan untuk menggantikan atau
meminimalkan penggunaan pestisida kimia sintetis dalam mengatasi masalah hama
tanaman. Dan juga Pengendalian hama alami berupaya menjaga keseimbangan ekosistem
dan mendukung keberlanjutan pertanian dengan cara yang mengurangi dampak negatif
terhadap lingkungan, manusia, dan organisme non-target. Pendekatan ini sering
digunakan dalam pertanian organik dan pertanian berkelanjutan, di mana penggunaan
pestisida kimia sintetis diminimalkan atau dihindari sepenuhnya. (Mudjiono, dkk. 2014).

3. Rotasi Tanaman dan Campuran Tanaman:


Pertanian organik sering menerapkan rotasi tanaman dan campuran tanaman. Ini
membantu mengurangi risiko penyakit dan meningkatkan kualitas tanah. Campuran
tanaman juga dapat meningkatkan keragaman hayati dan mengurangi tekanan pada tanah.

4. Pertanian Vertikal dan Hidroponik Organik:

Dalam pertanian organik modern, teknologi seperti pertanian vertikal dan


hidroponik organik telah diterapkan. Ini memungkinkan pertumbuhan tanaman secara
vertikal atau tanpa tanah, menggunakan larutan nutrisi organik. Ini sangat efisien
dalam penggunaan lahan dan air. Pertanian vertikal dan hidroponik organik adalah dua
pendekatan inovatif dalam pertanian yang bertujuan untuk menghasilkan tanaman
dengan cara yang lebih efisien dan berkelanjutan, sambil meminimalkan dampak
lingkungan dan memaksimalkan penggunaan sumber daya. Keduanya memiliki
karakteristik unik, meskipun terkait erat dengan pendekatan organik dan
keberlanjutan. Berikut penjelasan singkat tentang masing-masing konsep:

a. Pertanian Vertikal:

Pertanian vertikal adalah metode pertanian di mana tanaman ditanam dalam


lapisan vertikal atau tumpukan, biasanya di dalam bangunan dengan
menggunakan sistem rak, tumpukan taman, atau panel dinding. Teknik ini
memungkinkan penanaman banyak tanaman dalam ruang yang terbatas, yang
berguna untuk daerah perkotaan dengan lahan terbatas. Dalam pertanian vertikal,
tanaman dapat tumbuh dalam pot atau wadah di mana nutrisi diberikan melalui
larutan nutrisi atau media tanam yang cocok. Pendekatan ini dapat menjadi
organik ketika menggunakan pupuk organik dan menghindari penggunaan
pestisida sintetis.

b. Hidroponik Organik:

Hidroponik organik adalah metode pertanian di mana tanaman tumbuh


dalam air dengan nutrisi yang diberikan dalam bentuk larutan nutrisi. Dalam
hidroponik organik, nutrisi yang diberikan biasanya berasal dari sumber organik
seperti pupuk cair organik atau kompos, yang memenuhi prinsip-prinsip organik.
Teknik ini memungkinkan kontrol yang lebih baik terhadap lingkungan tumbuh
tanaman, seperti pH, suhu, dan konsentrasi nutrisi. Hidroponik organik dapat
digunakan dalam berbagai skala, dari pertanian komersial hingga sistem kecil di
rumah atau di dalam ruangan.

5.Praktik Konservasi Tanah dan Air:

Sistem pertanian organik mempromosikan praktik konservasi tanah dan air,


seperti tanaman penutup tanah, pengendalian erosi, dan penggunaan air dengan bijak.
Ini membantu dalam melindungi sumber daya alam yang penting. Praktik konservasi
tanah dan air adalah serangkaian tindakan yang bertujuan untuk menjaga kualitas
tanah dan air, mencegah erosi tanah, dan meminimalkan dampak negatif pertanian dan
penggunaan lahan lainnya terhadap lingkungan. Konservasi tanah dan air memiliki
peran penting dalam menjaga ekosistem yang sehat, perlindungan sumber daya air,
dan mendukung pertanian berkelanjutan. Berikut adalah beberapa praktik konservasi
tanah dan air yang umum:

a. Penggunaan Tanaman Penutup (Cover Crops): Menanam tanaman penutup


seperti rami atau kacang-kacangan pada musim gugur atau setelah panen untuk
melindungi tanah dari erosi angin dan air, serta meningkatkan kesuburan tanah
b. Pertanian Konservasi (Conservation Tillage): Mengurangi atau menghindari
penggunaan teknik pemotongan tanah yang intensif, seperti penanaman langsung
(no-till) atau penanaman minimal (minimum tillage), untuk mengurangi erosi
tanah.
c. Penanaman Rumpun (Contour Farming): Menanam tanaman sejajar dengan
kontur lahan untuk mengurangi laju aliran air dan mencegah erosi.
d. Reboisasi (Riparian Buffers): Membangun hutan riparian di sekitar sungai dan
aliran air untuk melindungi air dari polusi pertanian dan mengurangi erosi
e. Pengaturan Air (Water Management): Menggunakan teknik pengaturan air yang
bijaksana dalam irigasi untuk menghindari kelebihan irigasi, yang dapat
menguras sumber daya air dan meningkatkan erosi. Dll.

6. Label Organik dan Sertifikasi:


Pertanian organik sering kali melibatkan proses sertifikasi dan label organik. Ini
memberikan jaminan kepada konsumen bahwa produk tersebut diproduksi dengan
mengikuti pedoman organik yang ketat. abel organik dan sertifikasi merujuk pada proses
penilaian dan pengakuan yang diberikan kepada produk pertanian atau makanan yang
memenuhi standar tertentu dalam pertanian organik. Sertifikasi organik memberikan
jaminan kepada konsumen bahwa produk tersebut diproduksi dengan mematuhi prinsip-
prinsip pertanian organik yang ketat. Berikut adalah beberapa poin penting terkait label
organik dan sertifikasi. Sertifikasi Organik, Sertifikasi organik adalah proses di mana
pihak ketiga independen melakukan audit terhadap petani, produsen, atau produsen
makanan untuk memastikan bahwa mereka mematuhi standar organik yang ditetapkan.
Ini melibatkan pemeriksaan mulai dari praktik budidaya hingga manajemen gudang,
pemrosesan, dan pengepakan.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Organic farming (GoGreen) adalah sistem pertanian yang berfokus pada


keberlanjutan dan perlindungan lingkungan. Dengan penggunaan teknologi seperti
kompos, pupuk organik, dan pengendalian hama alami, pertanian organik dapat
menghasilkan makanan yang lebih sehat dan berkelanjutan. Meskipun ada beberapa
tantangan, manfaatnya bagi lingkungan, kesehatan manusia, dan keberlanjutan pertanian
membuatnya menjadi pilihan yang menarik bagi banyak petani dan konsumen.

Saran
DAFTAR PUSTAKA

Agus, F. X., Suyono, S., & Hermawan, R. (2020). Analisis Kelayakan Usahatani Padi
Pada Sistem Pertanian Organik Di Kabupaten Bantul (The Suitable Analysis Of
Rice Farm Operation On Organic Farming System In Bantul Regency). Jurnal
Ilmu-Ilmu Pertanian, 2(2),8.
Cendekiawan, K. A., Winarso, S., & Marchianti, A. C. N. (2019). Surveilans
penyalahgunaan bahan kimia sintetis deksametason pada jamu pegal linu
menggunakan metode near infra red dan kemometrik. Multidisciplinary
Journal, 2(1), 30-36.
Dulbari, D., Yuriansyah, Y., Sutrisno, H., Maksum, A., Ahyuni, D., Budiarti, L., & Sari,
M. F. (2021). Bimbingan Teknis Pertanian Organik sebagai Penerapan Teknologi
Budidaya Ramah Lingkungan kepada Perkumpulan Kelompok Tani Gapsera
Sejahtera Mandiri: Organic Agriculture Technical Guidance as the Application of
Environmentally Friendly Cultivation Technology to the Gapsera Sejahtera
Mandiri Farmer Group Association. PengabdianMu: Jurnal Ilmiah Pengabdian
kepada Masyarakat, 6(3), 258-265.
Hadi, S., Prayuginingsih, H., & Akhmadi, A. N. (2019). Peran kelompok tani dan
persepsi petani terhadap penerapan budidaya padi organik di Kabupaten
Jember. Jurnal Penyuluhan, 15(2), 154-168.
Mayrowani, H. (2012). Pengembangan pertanian organik di Indonesia. In Forum
penelitian agro ekonomi (Vol. 30, No. 2, pp. 91-108).
Mudjiono, G., Sri, K. dan Ratih, I. S. 2014. Pengaruh Sistem Pengendalian Hama
Terpadu Dan Konvensional Terhadap Intensitas Serangan Penggerek Batang Padi
Dan Musuh Alami Pada Tanaman Padi
Siregar, F. A. 2023. Penggunaan Pupuk Organik Dalam Meningkatkan Kualitas Tanah
Dan Produktivitas Tanaman.
Yuriansyah, Y., Dulbari, D., Sutrisno, H., & Maksum, A. (2020). Pertanian Organik
sebagai Salah Satu Konsep Pertanian Berkelanjutan: Organic Agriculture as One
of the Concepts of Sustainable Agriculture. PengabdianMu: Jurnal Ilmiah
Pengabdian Kepada

Anda mungkin juga menyukai