GEOGRAFI PERTANIAN
DISUSUSN OLEH
KELOMPOK 3 A-2018
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahNya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah presentasi ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kamidapat memperbaiki
makalah ini. Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................1
DAFTAR ISI......................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan...................................................................................................................12
B. Saran.............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
Pada hakikatnya sistem pertanian berkelanjutan adalah kembali manusia kepada alam,
yaitu sistem pertanian yang tidak merusak, tidak mengubah, serasi, selaras, dan seimbang
dengan lingkungan atau pertanian yang patuh dan tunduk pada kaidah-kaidah alamiah. Kata
“berkelanjutan” sekarang ini digunakan secara meluas dalam lingkup program pembangunan,
keberlanjutan dapat diartikan sebagai “menjaga agar suatu upaya terus berlangsung”,
“kemampuan untuk bertahan dan menjaga agar tidak merosot “. Dalam konteks pertanian,
keberlanjutan adalah pengelolaan sumber daya yang berhasil untuk usaha pertanian guna
memebantu kebutuhan manusia yang berubah sekaligus mempertahankan atau meningkatkan
kualitas lingkungan dan melestarikan sumber daya alam.
Tujuan dari pembuaatan makalah ini yaitu untuk mengetahui konsep dari pertanian
bekelajutan dan apasaja masalah yang dihadapi dan usaha dalam mengatasi permasalahan
pertanian berkelanjutan. Dan adapun manfaat dari pembuatan makalah yaitu sebagai bahan
pelajaran dan untuk memenuhi tugas mata kuliah geografi pertanian.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1 Karakteristik
Karakteristik utama dari suatu pola pertanian yang berkelanjutan sesuai dengan
Dankelman and Davidson (1988) yaitu:
1) Menjaga atau dan meningkatkan keutuhan sumber daya alam lahan dan melindungi
lingkungan.
2) Menjamin penghasilan petani.
3) Mengkonservasi energi.
4) Meningkatkan produktivitas
5) Meningkatkan kwalitas dan keamanan bahan makanan.
6) Menciptakan keserasian antara pertanian dengan faktor sosial ekonomi umum lainnya.
Untuk dapat dikatakan berkelanjutan, suatu sistem pertanian harus memenuhi prinsip
dasar yang secara umum merupakan adopsi dari prinsip dasar pembangunan berkelanjutan
(Rukmana, 2012). Tiga prinsip dasar sistem pertanian berkelanjutan meliputi:
1. Keberlanjutan Ekonomi
2. Keberlanjutan Ekologi/Lingkungan
3. Keberlanjutan Sosial
Keberlanjutan sosial diartikan sebagai sistem yang mampu mencapai keadilan dan kesetaraan
akses terhadap sumberdaya alam dan pelayanan publik baik dalam bidang kesehatan, gender,
maupun akuntabilitas politik (Fauzi, 2004). Dalam pertanian berkelanjutan, keberlanjutan
sosial berkaitan dengan kualitas hidup dan kesejahteraan dari mereka yang terlibat dalam
sektor ini. Pertanian berkelanjutan memberikan solusi bagi permasalahan pengangguran
karena sistem ini mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak bila dibandingkan dengan
sistem pertanian konvensional yang lebih mengedepankan penggunaan mesin dan alat-alat
berat.
Keterbatasan Lahan
Seiring dengan transisi (transformasi) struktural ini sekarang kita menghadapi
berbagai permasalahan. Di sektor pertanian, kita mengalami permasalahan dalam
meningkatkan jumlah produksi pangan, terutama di wilayah tradisional pertanian di
Jawa dan luar Jawa. Hal ini karena semakin terbatasnya lahan yang dapat dipakai
untuk bertani. Perkembangan penduduk yang semakin besar membuat kebutuhan
lahan untuk tempat tinggal dan berbagai sarana pendukung kehidupan masyarakat
juga bertambah. Perkembangan industri juga membuat pertanian beririgasi teknis
semakin berkurang.
Krisis Air
Selain berkurangnya lahan beririgasi teknis, tingkat produktivitas pertanian per hektar
juga relatif stagnan. Salah satu penyebab dari produktivitas ini adalah karena pasokan
air yang mengairi lahan pertanian juga berkurang. Hal ini sesuai dengan pendapat
Helmi (1999) bahwa dalam usaha pertanian berkelanjutan air merupakan elemen
penting untuk mendorong keberhasilan usaha pertanian berkelanjutan, yaitu zat atau
materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai
saat ini.
Terjadinya krisis air dapat dipicu oleh sikap dan perilaku masyarakat yang cenderung
boros dalam pemanfaatan air karena air sebagai milik umum (common property)
dianggap tidak terbatas. Padahal, air sebagai sumber daya alam terbatas jumlahnya
karena memiliki siklus air yang relatif tetap. Ketersediaan air tidak merata
penyebarannya dan tidak pernah bertambah. Selain itu, tingkat efisiensi pemanfaatan
air melalui jaringan irigasi yang masih rendah kiranya dapat menjadi kendala dalam
upaya menurunkan Indeks Penggunaan Air (IPA). Pada berbagai negara Asia ±20% air
irigasi hilang di perjalanan dari dam sampai ke jaringan primer; 15% hilang di
perjalanan dari jaringan primer ke jaringan sekunder tersier; dan hanya 20% yang
digunakan pada areal persawahan secara tidak optimal. Tingkat efisiensi jaringan
irigasi hanya sekitar 40% (Yakin dan Addinul, 1997).
Tersedianya jalan usaha tani memudahkan petani untuk mengangkut hasil panennya,
pembangunan jalan antardesa yang mulus menuju kota juga penting untuk menekan
biaya transportasi dan menghemat waktu sehingga produk pertanian tidak rusak di
perjalanan, tersedianya jaringan irigasi, waduk, embung, dan lain-lain yang memadai
untuk menjamin pasokan air untuk kerbelanjutan usaha taninya, ketersediaan jaringan
listrik yang mendukung dalam pengolahan lanjut komoditi pertanian, dan juga
jaringan komunikasi untuk memudahkan memperoleh akses informasi harga maupun
dalam melakukan transaksi bisnis usaha taninya. Banyaknya infrastruktur yang
kurang memadai untuk mendukung pendistribusian hasil pertanian dan perkebunan
terkadang menjadi kendala yang besar dan mematikan petani itu sendiri. Biaya
transportasi yang menjadi mahal sedangkan harga jual di kalangan petani yang murah
berbanding terbalik dan menyebabkan petani malas untuk memproduksi tanaman
yang sama karena berfikir bahwa harga jual tanaman tersebut ke depannya akan
semakin menurun dan malah membuat petani rugi. Sedangkan, kondisi di perkotaan
sebenarnya produk pertanian tersebut menjadi mahal.
Sementara itu, dari sisi kuantitasnya konveksi lahan di daerah Jawa memiliki kultur di
mana orang tua akan memberikan pembagian lahan kepada anaknya turun temurun,
sehingga terus terjadi penciutan luas lahan pertanian yang beralih fungsi menjadi
lahan bangunan dan industri (Yusuf, 2013). Penurunan tersebut salah satunya
diakibatkan oleh pemakaian pupuk anorganik yang berlebihan sehingga tingkat
kesuburan tanah mengalami penurunan kualitasas. Tanah juga dikatakan sudah tidak
sehat lagi tanpa diimbangi pupuk organik dan pupuk hayati, bahkan pada lahan kering
yang ditanami palawija dan sayur-sayuran di dataran tinggi.
Pengendalian hama tanaman dapat dilakukan dengan cara yang lebih bijak dan ramah
lingkungan dengan mengesampingkan penggunaan pestisida kimiawi melalui metode
Pengendalian Hama Terpadu (PHT). PHT merupakan pengendalian hama yang dilakukan
dengan menggunakan unsur-unsur alami yang mampu mengendalikan hama agar tetap berada
pada jumlah di bawah ambang batas yang merugikan (Juanda dan Cahyono, 2005) dengan
cara-cara yang aman bagi lingkungan dan makhluk hidup (Endah dan Abidin, 2002).
Beberapa cara pengendalian hama terpadu yakni:
2. Konservasi Tanah
Konservasi tanah dapat diartikan sebagai penempatan setiap bidang tanah pada cara
penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai
dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan dan dapat berfungsi secara
berkelanjutan (Arsyad, 2006). Kegiatan konservasi tanah diantaranya dengan membuat
sengkedan atau terasering pada lahan miring untuk mencegah terjadinya erosi, melakukan
reboisasi atau penanaman kembali lahan kritis, melakukan pergiliran tanaman atau crop
rotation dan menanam tanaman penutup tanah (cover crop).
3. Menjaga Kualitas Air
Menjaga dan melindungi sumberdaya air untuk tetap mempertahankan kualitasnya pada
kondisi alamiahnya merupakan hal mutlak dalam pertanian. Penurunan kualitas air akan
menurunkan daya guna, produktivitas dan daya tampung dari sumberdaya air yang pada
akhirnya akan menurunkan kekayaan sumberdaya air. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk
menjaga kualitas air antara lain: mengurangi penggunaan senyawa kimia sintetis ke dalam
tanah yang dapat mencemari air tanah, menggunakan irigasi tetes yang menghemat
penggunaan air dan pupuk, melakukan penanaman, pemeliharaan dan kegiatan konservasi
tanah pada kawasan lahan kritis terutama di hulu daerah aliran sungai.
4. Tanaman Pelindung
Penanaman tanaman pelindug seperti gandum dan semanggi di akhir musim panen tanaman
sayuran atau sereal bermanfaat untuk menekan pertumbuhan gulma, mencegah erosi dan
meningkatkan nutrisi dan kualitas tanah.
5. Diversifikasi Tanaman
Diversifikasi tanaman merupakan teknik menanam/memelihara lebih dari satu jenis tanaman
dalam satu areal lahan pertanian. Cara ini adalah salah satu alternatif untuk mengurangi
resiko kegagalan usaha pertanian akibat kondisi cuaca ekstrim, serangan hama pengganggu
tanaman, dan fluktuasi harga pasar. Diversifikasi tanaman juga dapat berkontribusi bagi
konservasi lahan, menjaga kelestarian habitat binatang, dan meningkatkan populasi serangga
yang bermanfaat. Dari segi ekonomi, diversifikasi tanaman dapat meningkatkan pendapatan
petani sepanjang tahun dan meminimalkan kerugian akibat kemungkinan kegagalan dari
menanam satu jenis tanaman saja.
Pengelolaan nutrisi tanaman diperlukan untuk meningkatkan kondisi tanah serta melindungi
lingkungan tanah. Hal ini dapat dilakukan dengan penggunaan pupuk kandang dan tanaman
kacang-kacangan sebagai penutup tanah yang tidak hanya menyuburkan tanah tetapi juga
dapat menekan biaya pembelian pupuk anorganik yang harus dikeluarkan. Beberapa jenis
pupuk organik yang dapat dimanfaatkan antara lain pupuk kompos, kascing, dan pupuk hijau
(dedaunan).
7. Agroforestri (wanatani)
Agroforestri merupakan sistem tata guna lahan (ushatani) yang mengkombinasikan tanaman
semusim maupun tanaman tahunan untuk meningkatkan keuntungan, baik secara ekonomis
maupun lingkungan. Sistem ini membantu terciptanya keanekaragaman tanaman dalan suatu
luasan lahan untuk mengurangi resiko kegagalan dan melindungi tanah dari erosi serta
meminimalisir kebutuhan pupuk dari luar lahan karena adanya daur-ulang sisa tanaman
(Ruijter dan Agus, 2004).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
C.
DAFTAR PUSTAKA
Lumbanraja, Parlindungan. 2018. Sistem Pertanian Berkelanjutan. See discussions, stats, and
author profiles for this publication at:
https://www.researchgate.net/publication/327392671.diakses 18 april 2020
Wulansari, Icha. 2019. Pertanian Berkelanjutan: Untuk Keamanan Pangan atau Untuk
Ketahanan Petani. Diakses 18 April 2021, pada laman:
https://www.mongabay.co.id/2019/05/30/pertanian-berkelanjutan-untuk-
keamanan-pangan-atau-untuk-ketahanan-petani/
Komala Widiastuti, Lusia. 2020. Peluang dan Hambatan Sistem Pertanian Berkelanjutan.
Diakses 18 April 2021, pada laman:
https://www.academia.edu/41687628/Peluang_dan_Hambatan_Sistem_Pertanian
_Berkelanjutan