Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

GEOGRAFI PERTANIAN

PERTANIAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA


Dosen Pengampu : Dra. Elfayetti, MP.

DISUSUSN OLEH

KELOMPOK 3 A-2018

AZZAHRA AULIA WIDIANTI (3183331021)

CINDY RISKI ANANDA (3183331022)

GEBBY AYU NADIA TURNIP (3183331017)

NURHALIZA RAHMADANI HASIBUAN (3183131042)

PRODI PENDIDIKAN GEOGRAFI

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahNya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah presentasi ini.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kamidapat memperbaiki
makalah ini. Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

Padang Lawas, 18 April 2021


   

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................1

DAFTAR ISI......................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................3


1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................3
1.3 Tujuan dan Manfaat.......................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep Pertanian Berkelanjutan...................................................................................

2.2 Masalah-masalah Pertnian Berkelanjutan......................................................................

2.3 Usaha Dalam Mengatasi Permasalahan Pertanian Berkelanjutan.................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................................................12
B. Saran.............................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Istilah pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) menjadi isu penting dalam
pembangunan pertanian Indonesia masa depan mengingat pesatnya pertumbuhan penduduk
yang tidak sebanding dengan laju pertumbuhan produksi pertanian dan tingkat konversi lahan
pertanian yang semakin tinggi. Hal tersebut sesuai hasil kesepakatan Konferensi Tingkat
TInggi (KTT) Bumi di Rio De Janero tahun 1992 yang menyepakati suatu paradigma
pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang menghubungkan aspek
pertumbuhan ekonomi, sosial dan lingkungan.

Pada hakikatnya sistem pertanian berkelanjutan adalah kembali manusia kepada alam,
yaitu sistem pertanian yang tidak merusak, tidak mengubah, serasi, selaras, dan seimbang
dengan lingkungan atau pertanian yang patuh dan tunduk pada kaidah-kaidah alamiah. Kata
“berkelanjutan” sekarang ini digunakan secara meluas dalam lingkup program pembangunan,
keberlanjutan dapat diartikan sebagai “menjaga agar suatu upaya terus berlangsung”,
“kemampuan untuk bertahan dan menjaga agar tidak merosot “. Dalam konteks pertanian,
keberlanjutan adalah pengelolaan sumber daya yang berhasil untuk usaha pertanian guna
memebantu kebutuhan manusia yang berubah sekaligus mempertahankan atau meningkatkan
kualitas lingkungan dan melestarikan sumber daya alam.

Dalam pengelolaannya, sistem pertanian berkelanjutan yang berwawasan lingkungan


dilakukan melalui pemanfaatan sumber daya alam secara optimal, lestari dan
menguntungkan, sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk kepentingan
generasi sekarang dan generasi mendatang. Pemilihan komoditas dan areal usaha yang cocok
merupakan kunci dalam pelaksanaan pembangunan pertanian berkelanjutan, komoditas harus
yang menguntungkan secara ekonomis, masyarakat sudah terbiasa membudidayakannya, dan
dibudidayakan pada lahan yang tidak bermasalah dari segi teknis, ekologis dan
menguntungkan secara ekonomis.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan pertanian berkelanjutan?
2. Apasaja masalah yang dihadapi dalam sistem pertanian berkelanjutan?
3. Bagaiamana usaha dalam mengatasi permasalahan tersebut?

1.3 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari pembuaatan makalah ini yaitu untuk mengetahui konsep dari pertanian
bekelajutan dan apasaja masalah yang dihadapi dan usaha dalam mengatasi permasalahan
pertanian berkelanjutan. Dan adapun manfaat dari pembuatan makalah yaitu sebagai bahan
pelajaran dan untuk memenuhi tugas mata kuliah geografi pertanian.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pertanian Bekelanjutan

Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pemanfaatan sumber daya


yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan sumberdaya tidak dapat diperbaharui
(unrenewable resources) untuk proses produksi pertanian dengan menekan dampak negatif
terhadap lingkungan seminimal mungkin. Keberlanjutan yang dimaksud meliputi :
penggunaan sumberdaya, kualitas dan kuantitas produksi, serta lingkungannya. Proses
produksi pertanian yang berkelanjutan akan lebih mengarah pada penggunaan produk hayati
yang ramah terhadap lingkungan (Kasumbogo Untung, 1997).

Banyak istilah yang digunakan dalam upaya memperkenalkan pola pertanian


berkelanjutan ini oleh berbagai tokoh ataupun kelompok tertentu, Parr et al., (1990) mencoba
mengutarakan berbagai istilah yang banyak digunakan untuk maksut pertanian berkelanjutan
seperti: pertanian masukan rendah (low-input agriculture); pertanian rendah kimia (low-
chemical agriculture); pertanian konservasi sumberdaya alam dan lingkungan; teknologi
pertanian yang efisien sumberdaya. Kata-kata seperti: biologica, ecological, regenerativ,
natural, biodinamic, low resaurce, agroecological, dan ecoagriculture juga merupakan
padanan kata yang sering digunakan untuk mengutarakan pertanian berkelanjutan.

Francille (1990) menekankan agar dalam upaya penanganan pertanian berkelanjutan


ini bukan hanya merupakan suatu nama atau istilah baru sajah, tetapi benar-benar dapat
diterapkan dan mempunyai pola dan sasaran yang jelas. Jadi dari kenyataan di atas bahwa
walaupun ada beberapa variasi dalam istilah untuk pertanian berkelanjutan ini, namun pada
dasarnya mempunyai tujuan umum yang serupa yaitu untuk meningkatkan pendapatan petani
yang bersangkutan melalui peningkatan produksi dengan selalu menjaga produktivitas lahan
yang digunakan untuk waktu yang takterbatas.

2.1.1 Karakteristik

Karakteristik utama dari suatu pola pertanian yang berkelanjutan sesuai dengan
Dankelman and Davidson (1988) yaitu:

1. Mampu mempertahankan kehilangan tanah dengan laju dibawah laju pembentukan


tanah, atau pada tingkat kehilangan tanah yang diperbolehkan (tolerable soil loss).
2. Mampu meningkatkan pendapatan petani.
3. Dapat diterima masyarakat dan mampu untuk mengulangi penerapan teknologi
(replicable) secara terus menerus tanpa ketergantungan.
4. Pengembangan pola tanam, metoda pengolahan bahan makanan, dan metoda
penyimpanan persediaan bahan makanan.
5. Meningkatkan tingkat diversivikasi guna menjamin keluwesan pola tanam.
6. Merpertahankan kesuburan tanah melalui pendauran bahan organik.
7. Pemanfaatan sumber air dan sumber energi setepat mungkin.
2.1.2 Tujuan Pertanian Bekelanjutan

Pembangunan pertanian berkelanjutan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan


kesejahteraan masyarakat tani secara luas melalui peningkatan produksi pertanian yang
dilakukan secara seimbang dengan memperhatikan daya dukung ekosistem sehingga
keberlanjutan produksi dapat terus dipertahankan dalam jangka panjang dengan
meminimalkan terjadinya kerusakan lingkungan (Fadlina dkk, 2013: 44). 

Parr et al., (1990) mengutarakan bahwa pertanian berkelanjutan bertujuan untuk:

1) Menjaga atau dan meningkatkan keutuhan sumber daya alam lahan dan melindungi
lingkungan.
2) Menjamin penghasilan petani.
3) Mengkonservasi energi.
4) Meningkatkan produktivitas
5) Meningkatkan kwalitas dan keamanan bahan makanan.
6) Menciptakan keserasian antara pertanian dengan faktor sosial ekonomi umum lainnya.

2.1.3 Prinsip Pertanian Berkelanjutan

Untuk dapat dikatakan berkelanjutan, suatu sistem pertanian harus memenuhi prinsip
dasar yang secara umum merupakan adopsi dari prinsip dasar pembangunan berkelanjutan
(Rukmana, 2012). Tiga prinsip dasar sistem pertanian berkelanjutan meliputi:

1. Keberlanjutan Ekonomi

Keberlanjutan secara ekonomi dimaksudkan sebagai pembangunan yang mampu


menghasilkan barang dan jasa secara kontinu untuk memelihara keberlanjutan pemerintahan
dan menghindari ketidakseimbangan sektoral yang dapat merusak produksi pertanian dan
industri (Fauzi, 2004). Pertanian berkelanjutan dapat dilakukan melalui peningkatan
pengelolaan tanah dan rotasi tanaman dengan tetap menjaga kualitas tanah dan ketersediaan
air sehingga peningkatan produksi pertanian dapat terus dipertahankan hingga jangka
panjang.

2. Keberlanjutan Ekologi/Lingkungan

Sistem yang berkelanjutan secara ekologi/lingkungan merupakan usaha untuk memanfaatkan


dan mengelola sumberdaya alam secara bijaksana dengan tidak memberikan dampak negatif
terhadap lingkungan dan berlaku adil bagi generasi mendatang (Keraf, 2002). Pertanian
berkelanjutan dapat dicapai dengan melidungi, mendaur ulang, mengganti dan/atau
mempertahankan basis sumberdaya alam seperti tanah, air, dan keanekaragaman hayati yang
memberikan sumbangan bagi perlindungan modal alami.

3. Keberlanjutan Sosial

Keberlanjutan sosial diartikan sebagai sistem yang mampu mencapai keadilan dan kesetaraan
akses terhadap sumberdaya alam dan pelayanan publik baik dalam bidang kesehatan, gender,
maupun akuntabilitas politik (Fauzi, 2004). Dalam pertanian berkelanjutan, keberlanjutan
sosial berkaitan dengan kualitas hidup dan kesejahteraan dari mereka yang terlibat dalam
sektor ini. Pertanian berkelanjutan memberikan solusi bagi permasalahan pengangguran
karena sistem ini mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak bila dibandingkan dengan
sistem pertanian konvensional yang lebih mengedepankan penggunaan mesin dan alat-alat
berat.

2.2 Permasalahan Pertanian Berkelanjutan

 Kondisi Kerentanan Petani di Indonesia


Selain kepemilikan lahan yang sempit, umumnya petani belum mendapatkan modal
penyuluhan pertanian yang memadai terkait pertanian berkelanjutan. Dengan
minimnya petani yang mengenyam pendidikan tinggi, mereka tidak memiliki
kebiasaan untuk membaca atau membuat catatan pengamatan di petak lahannya.
Selain itu, fenomena perubahan alam yang berpengaruh terhadap cuaca hingga
keberadaan hama yang dihadapi petani merupakan hal yang harus dihadapi petani. Di
tengah kerentanan itu, tak heran petani mudah terperangkap untuk menggunakan
pestisida kimia pabrik.

 Keterbatasan Lahan
Seiring dengan transisi (transformasi) struktural ini sekarang kita menghadapi
berbagai permasalahan. Di sektor pertanian, kita mengalami permasalahan dalam
meningkatkan jumlah produksi pangan, terutama di wilayah tradisional pertanian di
Jawa dan luar Jawa. Hal ini karena semakin terbatasnya lahan yang dapat dipakai
untuk bertani. Perkembangan penduduk yang semakin besar membuat kebutuhan
lahan untuk tempat tinggal dan berbagai sarana pendukung kehidupan masyarakat
juga bertambah. Perkembangan industri juga membuat pertanian beririgasi teknis
semakin berkurang.

 Krisis Air
Selain berkurangnya lahan beririgasi teknis, tingkat produktivitas pertanian per hektar
juga relatif stagnan. Salah satu penyebab dari produktivitas ini adalah karena pasokan
air yang mengairi lahan pertanian juga berkurang. Hal ini sesuai dengan pendapat
Helmi (1999) bahwa dalam usaha pertanian berkelanjutan air merupakan elemen
penting untuk mendorong keberhasilan usaha pertanian berkelanjutan, yaitu zat atau
materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai
saat ini.

Terjadinya krisis air dapat dipicu oleh sikap dan perilaku masyarakat yang cenderung
boros dalam pemanfaatan air karena air sebagai milik umum (common property)
dianggap tidak terbatas. Padahal, air sebagai sumber daya alam terbatas jumlahnya
karena memiliki siklus air yang relatif tetap. Ketersediaan air tidak merata
penyebarannya dan tidak pernah bertambah. Selain itu, tingkat efisiensi pemanfaatan
air melalui jaringan irigasi yang masih rendah kiranya dapat menjadi kendala dalam
upaya menurunkan Indeks Penggunaan Air (IPA). Pada berbagai negara Asia ±20% air
irigasi hilang di perjalanan dari dam sampai ke jaringan primer; 15% hilang di
perjalanan dari jaringan primer ke jaringan sekunder tersier; dan hanya 20% yang
digunakan pada areal persawahan secara tidak optimal. Tingkat efisiensi jaringan
irigasi hanya sekitar 40% (Yakin dan Addinul, 1997).

 Terbatasnya Infastruktur yang Mendukung Bisnis Petani


Ketimpangan pembangunan antara wilayah perkotaan dan pedesaan sudah
berlangsung lama dan menjadi persoalan klasik. Pengembangan program pertanian
berkelanjutan yang adil dan mendukung tujuan pemerintah seiring dengan timbulnya
kebijakan pemerintah untuk pembangunan infrastruktur yang mendukung bisnis
pertanian di pedesaan mutlak dilakukan, tidak cukup hanya menyediakan permodalan
seperti dalam program PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan).

Tersedianya jalan usaha tani memudahkan petani untuk mengangkut hasil panennya,
pembangunan jalan antardesa yang mulus menuju kota juga penting untuk menekan
biaya transportasi dan menghemat waktu sehingga produk pertanian tidak rusak di
perjalanan, tersedianya jaringan irigasi, waduk, embung, dan lain-lain yang memadai
untuk menjamin pasokan air untuk kerbelanjutan usaha taninya, ketersediaan jaringan
listrik yang mendukung dalam pengolahan lanjut komoditi pertanian, dan juga
jaringan komunikasi untuk memudahkan memperoleh akses informasi harga maupun
dalam melakukan transaksi bisnis usaha taninya. Banyaknya infrastruktur yang
kurang memadai untuk mendukung pendistribusian hasil pertanian dan perkebunan
terkadang menjadi kendala yang besar dan mematikan petani itu sendiri. Biaya
transportasi yang menjadi mahal sedangkan harga jual di kalangan petani yang murah
berbanding terbalik dan menyebabkan petani malas untuk memproduksi tanaman
yang sama karena berfikir bahwa harga jual tanaman tersebut ke depannya akan
semakin menurun dan malah membuat petani rugi. Sedangkan, kondisi di perkotaan
sebenarnya produk pertanian tersebut menjadi mahal.

 Penurunan Kualitas dan Kuantitas Sumber Daya Lahan Pertanian


Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari berbagai macam
masalah yang dihadapi, salah satu kendala dalam menerapkan sistem pertanian
berkelanjutan yaitu penurunan kualitas dan kuantitas sumber daya lahan pertanian.
Dari segi kualitas, faktanya lahan dan pertanian di Indonesia sudah mengalami
degradasi yang luar biasa. Berbagai hasil riset mengindikasikan bahwa sebagian besar
lahan pertanian intensif di Indonesia, terutama di Pulau Jawa telah menurun
produktivitasnya, dan mengalami degradasi lahan terutama akibat rendahnya
kandungan C-organik dalam tanah yaitu <2%. Padahal, untuk memperoleh
produktivitas optimal dibutuhkan kandungan C-organik >2,5% atau kandungan bahan
organik tanah >4%.

Sementara itu, dari sisi kuantitasnya konveksi lahan di daerah Jawa memiliki kultur di
mana orang tua akan memberikan pembagian lahan kepada anaknya turun temurun,
sehingga terus terjadi penciutan luas lahan pertanian yang beralih fungsi menjadi
lahan bangunan dan industri (Yusuf, 2013). Penurunan tersebut salah satunya
diakibatkan oleh pemakaian pupuk anorganik yang berlebihan sehingga tingkat
kesuburan tanah mengalami penurunan kualitasas. Tanah juga dikatakan sudah tidak
sehat lagi tanpa diimbangi pupuk organik dan pupuk hayati, bahkan pada lahan kering
yang ditanami palawija dan sayur-sayuran di dataran tinggi.

 Alih Fungsi Lahan


Guna menghindari berbagai kerugian dan dampak negatif dari alih fungsi lahan, maka
daerah yang telah memiliki Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) perlu
memberlakukan RUTR secara ketat dan konsisten. Bagi daerah yang belum
memilikinya, dapat menyusun RUTR dengan memasukan potensi dan kebutuhan air
pada wilayah yang bersangkutan. Selanjutnya, RUTR yang telah disepakati
disosialisasikan kepada masyarakat, para perancang, dan pelaku program
pembangunan.

2.3 Usaha Dalam Mengatasi Permasalah Pertanian Berkelanjutan

1. Pengendalian Hama Terpadu

Pengendalian hama tanaman dapat dilakukan dengan cara yang lebih bijak dan ramah
lingkungan dengan mengesampingkan penggunaan pestisida kimiawi melalui metode
Pengendalian Hama Terpadu (PHT). PHT merupakan pengendalian hama yang dilakukan
dengan menggunakan unsur-unsur alami yang mampu mengendalikan hama agar tetap berada
pada jumlah di bawah ambang batas yang merugikan (Juanda dan Cahyono, 2005) dengan
cara-cara yang aman bagi lingkungan dan makhluk hidup (Endah dan Abidin, 2002).
Beberapa cara pengendalian hama terpadu yakni:

 menggunakan serangga atau binatang-binatang yang dikenal sebagai musuh alami


hama seperti Tricogama sp. yang merupakan musuh alami dari parasit telur dan
parasit larva hama tanaman,
 menggunakan tanaman penangkap hama untuk menjauhkan hama dari tanaman
utama,
 melakukan rotasi tanaman untuk mencegah terakumulasinya pathogen dan hama yang
sering menyerang satu spesies saja.

2. Konservasi Tanah

Konservasi tanah dapat diartikan sebagai penempatan setiap bidang tanah pada cara
penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai
dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan dan dapat berfungsi secara
berkelanjutan (Arsyad, 2006). Kegiatan konservasi tanah diantaranya dengan membuat
sengkedan atau terasering pada lahan miring untuk mencegah terjadinya erosi, melakukan
reboisasi atau penanaman kembali lahan kritis, melakukan pergiliran tanaman atau crop
rotation dan menanam tanaman penutup tanah (cover crop).
3. Menjaga Kualitas Air

Menjaga dan melindungi sumberdaya air untuk tetap mempertahankan kualitasnya pada
kondisi alamiahnya merupakan hal mutlak dalam pertanian.  Penurunan kualitas air akan
menurunkan daya guna, produktivitas dan daya tampung dari sumberdaya air yang pada
akhirnya akan menurunkan kekayaan sumberdaya air. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk
menjaga kualitas air antara lain: mengurangi penggunaan senyawa kimia sintetis ke dalam
tanah yang dapat mencemari air tanah, menggunakan irigasi tetes yang menghemat
penggunaan air dan pupuk, melakukan penanaman, pemeliharaan dan kegiatan konservasi
tanah pada kawasan lahan kritis terutama di hulu daerah aliran sungai.

4. Tanaman Pelindung

Penanaman tanaman pelindug seperti gandum dan semanggi di akhir musim panen tanaman
sayuran atau sereal bermanfaat untuk menekan pertumbuhan gulma, mencegah erosi dan
meningkatkan nutrisi dan kualitas tanah.

5. Diversifikasi Tanaman

Diversifikasi tanaman merupakan teknik menanam/memelihara lebih dari satu jenis tanaman
dalam satu areal lahan pertanian. Cara ini adalah salah satu alternatif untuk mengurangi
resiko kegagalan usaha pertanian akibat kondisi cuaca ekstrim, serangan hama pengganggu
tanaman, dan fluktuasi harga pasar. Diversifikasi tanaman juga dapat berkontribusi bagi
konservasi lahan, menjaga kelestarian habitat binatang, dan meningkatkan populasi serangga
yang bermanfaat. Dari segi ekonomi, diversifikasi tanaman dapat meningkatkan pendapatan
petani sepanjang tahun dan meminimalkan kerugian akibat kemungkinan kegagalan dari
menanam satu jenis tanaman saja.

6. Pengelolaan Nutrisi Tanaman

Pengelolaan nutrisi tanaman diperlukan untuk meningkatkan kondisi tanah serta melindungi
lingkungan tanah. Hal ini dapat dilakukan dengan penggunaan pupuk kandang dan tanaman
kacang-kacangan sebagai penutup tanah yang tidak hanya menyuburkan tanah tetapi juga
dapat menekan biaya pembelian pupuk anorganik yang harus dikeluarkan. Beberapa jenis
pupuk organik yang dapat dimanfaatkan antara lain pupuk kompos, kascing, dan pupuk hijau
(dedaunan).

7. Agroforestri (wanatani)

Agroforestri merupakan sistem tata guna lahan (ushatani) yang mengkombinasikan tanaman
semusim maupun tanaman tahunan untuk meningkatkan keuntungan, baik secara ekonomis
maupun lingkungan. Sistem ini membantu terciptanya keanekaragaman tanaman dalan suatu
luasan lahan untuk mengurangi resiko kegagalan dan melindungi tanah dari erosi serta
meminimalisir kebutuhan pupuk dari luar lahan karena adanya daur-ulang sisa tanaman
(Ruijter dan Agus, 2004).

 
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kemajuan ilmu pertanian telah memungkinkan manusia untuk memanipulasi seluruh


ekosistem guna memenuhi kelangsungan hidup mereka. Seiring dengan pertumbuhan jumlah
populasi yang kian pesat, ketersediaan sumberdaya alam pun menjadi terbatas jumlahnya.
Air, tanah dan bahan bakar merupakan tiga komponen penting yang menentukan
kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya, karenanya adalah suatu keharusan
untuk memanfaatkannya seefisien mungkin. Perbandingan antara pertanian konvensional dan
pertanian berkelanjutan menunjukkan  bahwa pertanian berkelanjutan terbukti memiliki
keunggulan baik dari segi ekonomi, sosial, maupun lingkungan.
Pertanian berkelanjutan mengkonsumsi lebih sedikit air dan energi, meningkatkan
komposisi unsur hara tanah, menekan biaya produksi, meningkatkan partisipasi masyarakat,
serta ramah terhadap lingkungan. Sementara pertanian konvensional tidak mampu memenuhi
kebutuhan pangan dunia tanpa mengorbankan kelestarian lingkungan.

B. SARAN

Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyususnan makalah ini akan


tetapi ada kenyataanya masih banyak kekurangan yang harus penulis perbaiki. Oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

C.
DAFTAR PUSTAKA

Lumbanraja, Parlindungan. 2018. Sistem Pertanian Berkelanjutan. See discussions, stats, and
author profiles for this publication at:
https://www.researchgate.net/publication/327392671.diakses 18 april 2020

Administrator. 2015. Bersahabat dengan Lingkungan Melalui Pertanian Berkelanjutan.


Diakses 18 April 2021, pada laman:
https://pertanian.pontianakkota.go.id/artikel/29-bersahabat-dengan-lingkungan-
melalui-pertanian-berkelanjutan.html

Wulansari, Icha. 2019. Pertanian Berkelanjutan: Untuk Keamanan Pangan atau Untuk
Ketahanan Petani. Diakses 18 April 2021, pada laman:
https://www.mongabay.co.id/2019/05/30/pertanian-berkelanjutan-untuk-
keamanan-pangan-atau-untuk-ketahanan-petani/

Komala Widiastuti, Lusia. 2020. Peluang dan Hambatan Sistem Pertanian Berkelanjutan.
Diakses 18 April 2021, pada laman:
https://www.academia.edu/41687628/Peluang_dan_Hambatan_Sistem_Pertanian
_Berkelanjutan

Anda mungkin juga menyukai