Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat-Nya kami bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul “Kearifan Dalam Pemanfaatan Sumber Daya Alam” ini dengan baik.
Makalah ini dibuat dengan tujuan agar para pembaca mengetahui pengertian Tentang Kearifan Sumber
Daya Alam.
Namun kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesan “sempurna”. Makalah ini masih memiliki
banyak kekurangan baik dalam tata bahasa maupun dalam materi yang kami sampaikan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran untuk kepentingan di masa mendatang.
Semoga makalah ini dapat bernanfaat bagi para pembaca.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………….. 1
DAFTAR ISI…………………………………………………………..……… 3
BABI Pendahuluan…………………………………………………………… 3
1.1 Latar belakang……………………………………………………............. 3
1.2 Rumusan masalah………………………………………………….............. 3
1.3 Tujuan makalah…………………………………………………… ........... 3
BABII Pembahasan…………………………………………………………… 4
2.1 Kegiatan Pertanian Yang Berkelanjutan…………………………. 4
2.2 Kegiatan Pertambangan Yang Berkelanjutan …………………... 7
2.3 Kegiatan Industri Yang berkelanjutan…………………………… 11
2.4 kegiatan Pariwisata Yang Berkelanjutan………………………… 13
2.5 Pemanfaatan Sumber Daya Alam dengan Prinsip Ekoefisiensi… 16
2.6 Amdal dalam Pemanfaatan Sumber Daya Alam………………… 18
2.7 Sertifikasi Ekolabel……………………………………………….. 22
BABIII Penutup………………………………………………………………. 26
3.1 Kesimpulan………………………………………………………. 26
3.2 Kritik dan Saran…………………………………………………. 26
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sumber daya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya alam hayati,
sumberdaya alam non hayati dan sumberdaya buatan, merupakan salah satu aset yang dapat
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Sebagai modal dasar pembangunan
sumberdaya alam harus dimanfaatkan sepenuh-penuhnya tetapi dengan cara-cara yang tidak
merusak, bahkan sebaliknya, cara-cara yang dipergunakan harus dipilih yang dapat memelihara
dan mengembangkan agar modal dasar tersebut makin besar manfaatnya untuk pembangunan
lebih lanjut di masa mendatang.
Dalam memanfaatkan sumber daya alam, manusia perlu berdasar pada prinsip ekoefisiensi.
Artinya tidak merusak ekosistem, pengambilan secara efisien dalam memikirkan kelanjutan
SDM. Pembangunan yang berkelanjutan bertujuan pada terwujudnya keberadaan sumber daya
alam untuk mendukung kesejahteraan manusia. Maka prioritas utama pengelolaan adalah upaya
pelestarian lingkungan, supaya dapat mendukung kehidupan makhluk hidup. Bila sumber daya
alam rusak atau musnah kehidupan bisa terganggu.
PEMBAHASAN
Jadi dengan kata lain pertanian yang bisa dilaksanakan saat ini, saat yang akan datang dan
menjadi warisan yang berharga bagi anak cucu kita.
Menurut Gips, suatu sistem pertanian itu bisa disebut berkelanjutan jika memiliki sifat-sifat sbb:
1. Mampertahankan fungsi ekologis, artinya tidak merusak ekologi pertanian itu sendiri
2. Berlanjut secara ekonomis artinya mampu memberikan nilai yang layak bagi pelaksana
pertanian itu dan tidak ada pihak yang diekploitasi. Masing-masing pihak mendapatkan
hak sesuai dengan partisipasinya
3. Adil berarti setiap pelaku pelaksanan pertanian mendapatkan hak-haknya tanpa dibatasi
dan dibelunggu dan tidak melanggar hal yang lain
4. Manusiawi artinya menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, dimana harkat dan
martabat manusia dijunjung tinggi termasuk budaya yang telah ada
5. Luwes yang berarri mampu menyesuaikan dengan situasi dan kondisi saat ini, dengan
demikian pertanian berkelanjutan tidak statis tetapi dinamis bisa mengakomodir
keinginan konsumen maupun produsen.
6. Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pemanfaatan sumber daya yang
dapat diperbaharui (renewable resources) dan sumberdaya tidak dapat diperbaharui
(unrenewable resources), untuk proses produksi pertanian dengan menekan dampak
negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin. Keberlanjutan yang dimaksud
meliputi : penggunaan sumberdaya, kualitas dan kuantitas produksi, serta lingkungannya.
Proses produksi pertanian yang berkelanjutan akan lebih mengarah pada penggunaan
produk hayati yang ramah terhadap lingkungan.
Pertanian organik merupakan salah satu bagian pendekatan pertanian berkelanjutan, yang di
dalamnya meliputi berbagai teknik sistem pertanian, seperti tumpangsari (intercropping),
penggunaan mulsa, penanganan tanaman dan pasca panen. Pertanian organik memiliki ciri khas
dalam hukum dan sertifikasi, larangan penggunaan bahan sintetik, serta pemeliharaan
produktivitas tanah.
c) mendorong dan meningkatkan siklus hidup biologis dalam ekosistem pertanian,
e) menghindarkan seluruh bentuk cemaran yang diakibatkan penerapan teknik pertanian,
g) mempertimbangkan dampak sosial dan ekologis yang lebih luas dalam sistem usaha tani.
Beberapa kegiatan yang diharapkan dapat menunjang dan memberikan kontribusi dalam
meningkatkan keuntungan harmonisasai produktivitas pertanian dalam jangka panjang,
meningkatkan kualitas lingkungan, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat tani adalah
sebagai berikut:
(1) pengendalian hama terpadu, (2) aplikasi sistem rotasi dan budidaya rumput, (3) konservasi
lahan, (4) menjaga kualitas air/lahan basah, (5) aplikasi tanaman pelindung, (6) diversifikasi
lahan dan tanaman, (7) pengelolaan nutrisi tanaman, (8) agroforestri (wana tani), (9) manajemen
pemasaran, dan (10) audit dan evaluasi manajemen pertanian secara terpadu dan holistik.
Berdasarkan penjabaran yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa
pertanian organik merupakan salah satu teknologi alternatif pertanian yang memberikan berbagai
hal positif, yang dapat diterapkan pada usaha tani, sehingga produk-produk hasil pertanian dapat
bernilai komersial tinggi, menjamin pemenuhan kebutuhan pangan dan keamanan pangan, dan
dapat memberikan kesadaran masyarakat dan petani khususnya dalam melestarikan ekosistem
lingkungan. Oleh karena itu, untuk menerapkan sistem pertanian ramah lingkungan yang
harmonis dan berkelanjutan, perlu dilakukan upaya antara lain : (1) sosialisasi pemasyarakatan
mengenai pentingnya pertanian yang ramah lingkungan, (2) penggalakkan konsumsi produk
hasil pertanian organik, (3) diperlukan lebih banyak kajian/penelitian untuk mendapatkan produk
organik yang berkualitas tinggi. Oleh karena itu perlu ditekankan bahwa usaha tani yang
berorientasi pasar global perlu menekankan aspek kualitas, keamanan, kuantitas dan harga yang
bersaing.
Salah satu alasan mengapa harus berlanjut adalah pengalaman selama ini dimana input tinggi
telah menyebabkan degradasi lahan secara nyata. Sebagai contoh penggunaan pestisida yang
berlebihan menyebabkan resurgensi, resistensi dan munculnya hama penyakit sekunder.
Penggunaan pupuk yang berlebihan malah menyebabkan pertemubuhan vegetatif yang tak
diinginkan dan di daerah hilir menyebabkan eutrifikasi (suburnya perairan akibat akumulai hara
oleh aliran air). Lahan sebagai penopang utama telah rusak, maka akan sangat mahal biaya yang
harus dikeluarkan dan dimasa yang akan datang anak cucu hanya ditinggali barang sisa kurang
bermutu.
Pada hal harapakn kita semua generasi yang akan datang harus lebih baik daripada generasi saat
ini.
Langkah yang bisa ditempuh adalah pertama meningkatkan kesadaran pertanian berkelanjutan.
Kedua setiap pihak yang berkait dengan pertanian melaksanakan prinsip-prinsip pertanian
berkelanjutan. Ketiga dukungan konsumen yang tidak mengkonsumsi produk pertanian yang
tidak ramah lingkungan.
Langkah operasional yang bisa dilaksanakan adalah : melaksanakan pengolahan tanam minimal,
sebanyak mungkin menggunakan pupuk organik, melaksanakan pengendalian hama penyakit
dengan bahan yang ramah lingkungan.
Bukit Asam telah menjalankan bisnis pertambangan batubara sejak 1981 dan memiliki tiga situs,
yaitu di Tanjung Enim yang terletak 200 kilometer arah barat laut kota Palembang, Sumatera
Utara, dan di Ombilin, Sawahlunto, yang terletak 90 kilometer arah tenggara Padang, Sumatra
Barat. Sekarang, Bukit Asam juga beroperasi dekat Samarinda, Kalimantan Timur.
Dengan mengelola sekitar 90 hektar, Bukit Asam memproduksi 7,3 milyar metrik ton batubara
yang didistribusikan ke dalam dan luar negeri. “Penghargaan Bisnis Berkelanjutan” adalah
kompetisi tahunan yang mengukur seberapa jauh perusahaan melakukan prinsip berkelanjutan
dalam bisnisnya.
Dengan penghargaan tersebut, Bukit Asam telah menunjukkan bahwa sebuah perusahaan lokal
dapat lebih unggul dibandingkan perusahaan multinasional seperti Total, Holcim, dan Nestle.
“Kita mengerti bahwa penambangan bisa merusak alam, tetapi lingkungan merupakan sebuah
investasi,” kata Sekretaris Perusahaan Bukit Asam, Joko Pramono.
Untuk membuktikan perkataannya, perusahaan mengalokasikan Rp 300 miliar ($25 juta) setiap
tahun untuk program-program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).
Menurut Joko, anggaran tersebut disiapkan setiap tahun untuk memenuhi visi perusahaan
sebagai perusahaan energi yang ramah lingkungan.
“Kita menyebutnya investasi. Pola pikir tua menganggap program lingkungan sebagai
pengeluaran semata. Tetapi bagi kami, hal itu justru membuat bisnis kami tumbuh dan
berkembang secara berkelanjutan,” kata Joko.
Dari Kota Hantu ke Kota Independen
Jika lahan pasca penambangan ini sering diasosiasikan dengan kota hantu seperti film koboi,
Bukit Asam memecahkan stigma tersebut dengan membangun kembali satu area untuk
kesejahteraan masyarakat setempat. Di Muara Enim, Sumatera Selatan, lahan pasca
penambangan sekitar 5.460 hektar dirancang untuk taman hutan botani yang telah berkembang
menjadi 12 zona, termasuk rekreasi, agribisnis, penggunaan air, pertanian, penelitian, satwa liar,
dan fungsi lainnya.
“Zona agribisnis sangat berguna untuk ribuan karyawan yang mampu mengembangkan area
untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari,” kata Joko.
Bukit Asam bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB), Institut Teknologi Bandung
(ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Sriwijaya untuk membangun teknologi,
pertanian dan hortikultura yang efisien. “Jadi, industri dikembangkan, kebutuhan manusia
terpenuhi, dan energi dapat diselamatkan serta menjadi efisien,” katanya.
Tidak hanya di Muara Enim, area pasca tambang di Bukit Kandi dan Tanah Hitam di Kota
Sawahlunto, Sumatera Barat, juga direklamasi untuk tujuan wisata, seperti Taman Margasatwa.
Area penambangan open-pit di Sawahlunto meliputi 529 hektar; sementara tanah yang telah
digunakan mencapai hampir 73 persen dari total area.
Rehabilitasi, revegetasi, dan program pembangunan kembali untuk menciptakan daya tarik alam
telah lama ditetapkan dan tanah telah dikembalikan ke pemerintah Sawahlunto pada tahun 2008.
Pemerintah daerah juga mengatur Tour de Singkarak, perlombaan bersepeda internasional
tahunan untuk mempromosikan daerah sebagai tujuan wisata secara global. “Sebuah area juga
telah dialokasikan untuk membangun sebuah pemakaman dan sekitar 5.000 kuburan dari era
kolonial telah dipindah,” kata Joko.
Bagaimana sebuah perusahaan pertambangan menentukan apakah sudah memberikan perhatian
terhadap lingkungan sekitarnya?” Sangat sederhana. Lihat saja perkembangan pembangunan di
area sekitarnya dan perhatikan tingkat kemapanan masyarakatnya,” katanya.
Di tingkat regional, perusahaan berhasil mendapatkan posisi runner-up dalam pelaksanaan CSR.
Melalui prestasi tersebut, perusahaan mematahkan stigma yang selalu melabel perusahaan
pertambangan sebagai perusahaan yang tidak bertanggung jawab dan menyebabkan kerusakan
lingkungan. Sekarang, Bukit Asam telah menjadi perusahaan yang meningkatkan standar dalam
sektor lainnya di Asia Tenggara dalam hal tanggung jawab lingkungan.“ Kami tidak haus akan
penghargaan, tetapi hal tersebut adalah bagian dari standar kami, seberapa jauh kita peduli
tentang masyarakat dan lingkungan,” kata Joko.
Untuk membantu masyarakat setempat, Bukit Asam percaya bahwa pendidikan adalah pijakan
penting untuk memberdayakan mereka sehingga perusahaan menyediakan dukungan keuangan
untuk beberapa sekolah di Muara Enim. Perusahaan menyediakan sejumlah lokakarya mekanik
dan kerajinan tangan, di antaranya, dan juga mementori usaha dan industri kecil untuk membuat
mereka tumbuh dan menjadi independen di bawah Pusat Industri Bukit Asam (SIBA).“
Kita membutuhkan orang-orang lokal. Kami sadar kalau kami membutuhkan mereka, itulah
mengapa kami menciptakan industri dan peluang di area sekitar,” kata Joko.
Pada tahun 2012, perusahaan menghabiskan sekitar Rp 19,22 miliar untuk mendanai sejumlah
lokakarya dan program pelatihan bagi komunitas lokal.
“Jika kita melihat ini pada satu tingkat, semua biaya mungkin dilihat sebagai hal yang sia-sia.
Akan tetapi, jika kita mempertimbangkannya sebagai tujuan jangka panjang, sekali lagi ini akan
menjadi investasi. Jika orang-orang yang tinggal di daerah sekitar situs terdidik dengan baik,
maka hal itu adalah pertanda baik, karena akan membantu perusahaan” kata Joko.
Untuk memberdayakan masyarakat dan lingkungan, Bukit Asam bekerja sama dengan beberapa
universitas. Sebagai contoh, dengan IPB, Bukit Asam mendirikan laboratorium yang menanam
tanaman lokal yang langka.
Perusahaan pertambangan ini juga bekerja sama dengan Universitas Bengkulu untuk
menciptakan zona pengembangan reklamasi lahan pasca tambang. Dengan ITB, Bukit Asam
berusaha mengelola sistem air sehingga air dapat disalurkan secara langsung ke pengguna akhir.
Sebagai hasilnya, hampir semua kebutuhan pokok dan operasional dipenuhi secara independen
melalui program SIBA sehingga tidak perlu membawa produk mahal dari Lampung, Palembang,
atau lahan yang lebih jauh.
“Pada akhirnya, kami membantu orang-orang untuk menjadi independen secara ekonomi. Jika
mereka menjadi independen, maka masyarakat akan mendapatkan keuntungan pula karena
konflik akan semakin jarang terjadi,” kata Joko.
Mensinergikan Bisnis, Masyarakat, dan Lingkungan untuk Pembangunan
Saat ini, di tahun kedua, juri “Penghargaan Bisnis Berkelanjutan” Indonesia sibuk menilai lebih
dari 50 perusahaan nasional dan multinasional di delapan kategori.
Kategori ini termasuk strategi dan visi untuk praktik-praktik yang berkelanjutan, komitmen
untuk mengembangkan tenaga kerja yang berkelanjutan, tanggung jawab sosial perusahaan,
pengelolaan limbah yang berkelanjutan, pengurangan penggunaan energi, pengelolaan air yang
berkelanjutan, rantai pasokan yang termonitor dengan baik, dan komitmen untuk melindungi
keanekaragaman hayati dan ekosistem.
2.3KEGIATAN INDUSTRI YANG BERKELANJUTAN
4. Sementara itu, limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan
industri yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan. Berbeda
dengan perusahaan industri, perusahaan jasa sering mempertanyakan bagaimana mereka dapat
berpartisipasi dalam gerakan berkelanjutan. Ini terjadi karena mereka tidak memiliki cerobong
asap dan mereka mungkin patuh mendaur ulang kertas mereka. Dampak langsung dari operasi
mereka sendiri akan sangat kecil dibandingkan dengan manufaktur, mereka perlu menghargai
dampak dari kegiatan mereka yang secara tidak langsung mempengaruhi pembangunan
berkelanjutan. Setiap perusahaan jasa antara lain menempati ruangan kantor, menggunakan
berbagai bentuk transportasi dan mengonsumsi kertas dan berbagai fasilitas yang lain.
Contohnya, hotel dan rumah sakit mencuci pakaian kator. Restoran memasak makanan. Seniman
grafis mencetak poster.
Museum menyelenggarakan pameran.toko ritel menjual barang-barang. Inilah contoh produk-
produk mereka yang beruhubungan dengan lingkungan. Di sinilah terlihat hubungan perusahaan
jasa dengan pembangunan berkelanjutan.
5. Terkait dengan hal tersebut, ada tiga hal yang perlu diperhatikan oleh perusahaan jasa.
Ketiga hal tersebut adalah sebagai berikut: 1. Efek domino layanan yang ditawarkan. 2.
Ancaman strategis untuk pelanggan, gambar atau model bisnis. 3. Kesempatan untuk
memberikan konstribusi positif. Terhadap ketiga hal di atas kita dapat melakukan hal-hal berikut:
1. Bersihkan kegiatan anda sendiri dahulu. Biasanya, dampak operasi anda sendiri akan menjadi
sebaguian kecil dari dampak yang anda miliki di luar organisasi anda. Ada dua alasan yang baik
untuk fokus fulu pada peningkatan kualitas kegiatan anda sendiri, yaitu: a. Hal ini sering menjadi
cara terbaik untuk membantu karywaan anda memahami apa keberlanjutan. b. Mungkin ada
beberapa tindakan yang akan menghemat uang, tetapi banyak dari tindakan ini lebih penting
untuk nilai simbolis dan pendidikan mereka daripada untuk nilai keuangan mereka. 2.
Bertanggung jawab atas efek domino perbuatan anda. Dampak terbesar bisnis jasa sering datang
bukan dari operasionalnya sendiri, melainkan dari dampaknya terhadap orang lain.
6. 3. Evaluasi ancaman strategis. Industri asuransi membuat bisnis dari penilaian risiko yang
akurat. Jadi, tidak mengherankan bahwa mereka adalah industri jasa pertama yang akan
mengambil sikap yang kuat pada perubahan iklim global. Munich Re(perusahaan reasuransi
terbesar di dunia) dan Swiss Re (terbesar kedua) telah mempelajari masalah ini dengan
kekhawatiran.
4. Jelajahi peluang yang muncul. Selain hanya untuk melindungi diri dar ancaman ini, Asuransi
Swiss Re juga memeriksa peluang bisnis yang potensial. Mereka juga ingin memainkan peran
dalam menengahi kredit karbon. Berdasarkan keterangan di atas, kita dapat menyimpulkan
bahwa tanggung jawab perusahaan jasa jauh melampaui kertas daur ulang dan mengurangi
penggunaan energi. Ada sejumlah ancaman dan peluang yang harus dipertimbangkan.
Perusahaan jasa harus melihat melampaui dinding organisasi mereka sendiri. Mereka juga harus
sama-sama meneliti potensi ancaman terhadap citra mereka sendiri dan kelangsungan hidup
dasar pelanggan mereka dan memperhitungkan perubahan demografis di seluruh dunia.
2.4KEGIATAN PARIWISATA YANG BERKELANJUTAN
The World Commission on Environment and Development yang didirikan tahun 1983 dan
diketuai oleh Harlem Bruntland - seringkali disebut juga sebagai Komisi Bruntland - sebagai
respon atas resolusi Majelis/Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, menyampaikan
laporannya yang berjudul “Our Common Future” pada tahun 1987.
Di dalam laporan tersebut untuk pertama kali dinyatakan pentingnya Pembangunan
Berkelanjutan yang didefinisikan sebagai : “Pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan saat
ini tanpa mengorbankan generasi masa depan untuk memenuhi kebutuhan
mereka” (Development which meets the needs of present without compromising the ability of
future generations to meet their own needs).
Pendekatan pembangunan berkelanjutan hanyalah sebuah gagasan bila tidak dijabarkan ke dalam
tindakan yang dapat mengurangi persoalan-persoalan yang ditimbulkan oleh model
pembangunan yang selama ini dilaksanakan. Pada tahun 1992, dalam United Nation Conference
on Environment and Development -the Earth Summit- di Rio de Janeiro, dirumuskan program
tindak yang menyeluruh hingga abad ke-21 yang disebut Agenda 21, yang kemudian diadopsi
oleh 182 negara peserta konferensi termasuk Indonesia.
Agenda 21 merupakan cetak biru untuk menjamin masa depan yang berkelanjutan dari planet
bumi dan merupakan dokumen semacam itu yang pertama mendapatkan kesepakatan
internasional yang sangat luas, menyiratkan konsensus dunia dan komiment politik di tingkat
yang paling tinggi.
Dalam tataran kepariwisataan internasional, pertemuan Rio ditindaklanjuti dengan Konferensi
Dunia tentang Pariwisata Berkelanjutan pada tahun 1995 yang merekomendasikan pemerintah
negara dan daerah untuk segera menyusun rencana tindak pembangunan berkelanjutan untuk
pariwisata serta merumuskan dan mempromosikan serta mengusulkan Piagam Pariwisata
Berkelanjutan.
Prinsip-prinsip dan sasaran-sasaran dari piagam tersebut adalah bahwa:
1.Pembangunan pariwisata harus berdasarkan kriteria keberlanjutan -dapat didukung secara
ekologis dalam waktu yang lama, layak secara ekonomi, adil secara etika dan sosial bagi
masyarakat setempat.
2.Pariwisata harus berkontribusi kepada pembangunan berkelanjutan dan diintegrasikan dengan
lingkungan alam, budaya dan manusia.
3.Pemerintah dan otoritas yang kompeten, dengan partisipasi lembaga swadaya masyarakat dan
masyarakat setempat harus mengambil tindakan untuk mengintegrasikan perencanaan pariwisata
sebagai kontribusi kepada pembangunan berkelanjutan.
4.Pemerintah dan organisasi multilateral harus memprioritaskan dan memperkuat bantuan,
langsung atau tidak langsung, kepada projek-projek pariwisata yang berkontribusi kepada
perbaikan kualitas lingkungan.
5.Ruang-ruang dengan lingkungan dan budaya yang rentan saat ini maupun di masa depan harus
diberi prioritas khusus dalam hal kerja sama teknis dan bantuan keuangan untuk pembangunan
pariwisata berkelanjutan.
6.Promosi/dukungan terhadap berbagai bentuk alternatif pariwisata yang sesuai dengan prinsip-
prinsip pembangunan berkelanjutan
7.Pemerintah harus mendukung dan berpartisipasi dalam penciptaan jaringan untuk penelitian,
diseminasi informasi dan transfer pengetahuan tentang pariwisata dan teknologi pariwisata
berkelanjutan.
8.Penetapan kebijakan pariwisata berkelanjutan memerlukan dukungan dan sistem pengelolaan
pariwisata yang ramah lingkungan, studi kelayakan untuk transformasi sektor, dan pelaksanaan
berbagai proyek percontohan dan pengembangan program kerjasama internasional.
Sebagai industri terbesar di dunia, pariwisata memiliki potensi yang sangat besar untuk
mempengaruhi -negatif maupun positif- lingkungan, keadaan sosial dan ekonomi dunia.
Agar pariwisata dapat secara efektif memberikan kontribusi yang positif, program tindak global
Agenda 21 dan prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan dalam Piagam Pariwisata Berkelanjutan
perlu diterjemahkan ke dalam langkah-langkah nyata yang relevan bagi pariwisata. World
Tourism and Travel Council (WTTC) bersama-sama dengan World Tourism Organization dan
Earth Council kemudian menerjemahkannya ke dalam program tindak bagi industri perjalanan
dan pariwisata yang disebut Agenda 21 untuk Industri Perjalanan dan Pariwisata.
Dalam dokumen tersebut dinyatakan bahwa pariwisata berkelanjutan adalah: “Pariwisata yang
memenuhi kebutuhan wisatawan dan wilayah yang didatangi wisatawan (destinasi wisata) pada
saat ini, sekaligus melindungi dan meningkatkan kesempatan di masa depan. Pengertian tersebut
mengarah pada pengelolaan seluruh sumber daya sedemikian sehingga kebutuhan ekonomi,
sosial dan estetika dapat terpenuhi sekaligus memelihara integritas kultural, berbagai proses
ekologi yang esensial, keanekaragaman hayati dan berbagai sistem pendukung kehidupan.”
Produk-produk pariwisata berkelanjutan adalah produk-produk yang dioperasikan secara
harmonis dengan lingkungan, masyarakat dan budaya setempat sehingga mereka terus menerus
menjadi penerima manfaat bukannya korban pembangunan pariwisata. Selain itu, dokumen
tersebut menyiratkan bahwa membuat perubahan ke arah pariwisata yang berkelanjutan
memerlukan perubahan orientasi cara kerja yang fundamental dari dua pihak yaitu:
Pertama, Pemerintah dalam mengarahkan pembangunan pariwisata serta;
Kedua, usaha perjalanan dan pariwisata dalam menjalankan usahanya. Oleh karenanya,
Dokumen Agenda 21 untuk Industri Perjalanan dan Pariwisata menyarankan berbagai program
tindak yang perlu dilakukan oleh kedua institusi tersebut.
Agenda 21 sektor pariwisata dirumuskan ketika bangsa Indonesia menghadapi isu-isu good
governance (tata pemerintahan yang baik), hak azasi manusia dan pengembangan manusia yang
berkelanjutan sehingga isu-isu tersebut begitu mewarnai program tindak di dalam agenda
pembangunannya.
Agenda 21 Sektor Pariwisata Indonesia tidak hanya menganggap pariwisata berkelanjutan
sebagai tanggung jawab dua pelaku utama dalam pariwisata: pemerintah dan usaha pariwisata.
Tetapi melihat seluruh pihak -pemerintah, usaha pariwisata, LSM dan masyarakat, wisatawan-
yang terlibat dalam kepariwisataan mempunyai tanggung jawab dalam mewujudkan pariwisata
yang berkelanjutan sehingga program tindak disusun untuk seluruh pelaku.
Dalam kaitannya dengan tanggung jawab pemerintah, terjadi pergeseran wewenang yang cukup
signifikan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah sehingga porsi yang cukup besar
diberikan untuk program tindak bagi pemerintah daerah.
Guna tercapainya pembangunan pariwisata berkelanjutan, setidak-tidaknya perlu dijalankan lima
program sebagai berikut :
1. Kesadaran tentang tanggung jawab terhadap pelestarian lingkungan dari
semuastakeholder kepariwisataan, karenanya program tindak untuk mengembangkan landasan
dan kerangka hukum yang tangguh, penegakan hukum, peningkatan kesadaran masyarakat
melalui pendidikan publik, pengembangan dan peningkatan peran lembaga swadaya masyarakat,
pengembangan sistem informasi pendukung pariwisata berkelanjutan menjadi program-program
yang diprioritaskan.
2. Pergeseran peranan pemerintah pusat dalam pembangunan pariwisata yang berisi tentang
berbagai tindakan yang perlu dilakukan pemerintah pusat dalam perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan dan pengendalian pembangunan pariwisata dalam era otonomi daerah.
3. Peningkatan peranan pemerintah daerah dalam pembangunan pariwisata nasional yang berisi
tindakan-tindakan yang perlu dilakukan pemerintah daerah dalam perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan dan penendalian pembangunan pariwisata agar berkelanjutan dalam era otonomi
daerah.
4. Kemantapan industri pariwisata yang berisi tindakan-tindakan yang perlu dilakukan usaha
pariwisata dalam meningkatkan daya saingnya melalui peningkatan kehandalan dan kredibilitas,
pengelolaan usaha secara berkelanjutan, penjalinan kerjasama diagonal, promosi nilai-nilai lokal
dalam usaha pariwisata.
5. Kemitraan dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan pariwisata yang berisi program
tindak untuk menumbuhkan kepemimpinan lokal, pengembangan skema bantuan, pelembagaan
partisipasi masyarakat, penciptaan kaitan ke depan dan ke belakang dengan usaha pariwisata,
peningkatan kesempatan berwisata dan peningkatan kesadaran terhadap resiko pengembangan
pariwisata.
2.5PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM DENGAN PRINSIP EKOEFISIENSI
Pada awalnya, proses energi yang terdapat di alam berjalan seimbang karena alam berperan
sebagai penyeimbang. Apabila ada populasi tertentu yang berkembang sangat cepat, populasi
tersebut akan terkena wabah dan kembali pada kondisi semula.
Setiap proses energi tidak ada yang sempurna sehingga selalu menghasilkan entropi (limbah).
Oleh karena itu, setiap ada peningkatan kegiatan industry maka akan terjadi peningkatan limbah
yang dikeluarkan dan dilepas ke alam. Hal tersebut memunculkan pandangan tentang
pemanfaatan SDA berdasarkan prinsip ekoefisiensi.
Hal yang paling pokok dalam pemanfaatan sumber daya alam berdasarkan prinsip ekoefisiensi
adalah sebagai berikut.
1. Menghemat sumber daya alam yang digunakan.
2. Menggunakan semua sumber daya alam yang dihasilkan dalam proses energi (industri).
3. Proses penambangan sumber daya alam tidak menimbulkan kerusakan lingkungan.
4. Sumber daya alam yang ditambang dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama.
5. Proses penggunaan sumber daya alam tidak menimbulkan entropi atau limbah.
Berikut ini adalah beberapa contoh pemanfaatan sumber daya alam berdasarkan prinsip
ekoefisiensi.
1. Penggunaan Air Bersih
Air yang dikelola oleh perusahaan air minum diambil dari sebagian mata air tanpa mengurangi
fungsi mata air untuk mengairi sungai. Saluran air yang digunakan betul-betul saluran yang tidak
mencemari air dan tidak menimbulkan kebocoran. Kelebihan air ditampung sebagai cadangan
untuk kebutuhan di musim kemarau untuk perluasan layanan. Saluran air yang digunakan untuk
mendistribusi ke pelanggan menggunakan saluran yang bersih dan tidak mudah bocor.
Penggunaan air pada konsumen betul-betul disesuaikan dengan kebutuhan. Air limbah rumah
tangga disalurkan ke tempat pembuangan (petak-petak penampungan air) yang telah disedia kan.
Kemudian air tersebut kotorannya diendapkan dan airnya dapat digunakan untuk pengairan
taman atau tanaman. Sebagian hasil retribusi air bersih digunakan untuk reboisasi di daerah
sekitar mata air yang digunakan sebagai sumber air bersih.
2. Industri Kertas
Bahan baku yang digunakan berasal dari hutan produksi tebang pilih secara selektif sehingga
kayu yang diambil betul-betul akan diguna kan. Dalam proses penebangan kayu tidak merusak
tanaman dan satwa lainnya sehingga hutan produksi masih terus berproduksi secara lestari.
Mesin pengolahan yang digunakan adalah mesin yang hemat bahan baku dan bahan bakar
sehingga limbah yang dihasilkan tidak terlalu banyak dan tidak menimbulkan terjadinya
pencemaran lingkungan. Debu dan gas buangan dalam proses industri disaring melalui filter atau
disertai dengan penanaman pepohonan sehingga polutan dapat diserap oleh beraneka ragam
pepohonan. Pepohonan yang ditanam adalah bukan tanaman buah-buahan melainkan tanaman
yang diusahakan kayunya agar tidak mencemari manusia.
Air yang digunakan dalam proses industri tidak mengurangi kebutuhan air masyarakat sekitar,
misalnya diambil dari sungai. Air buangannya kemudian ditampung dan diolah kembali sehingga
air yang dibuang ke sungai kualitasnya sama dengan air sebelumnya yang digunakan. Limbah
bubur kayu (pulp) dan debu kertas ditampung untuk kemudian digunakan sebagai bio gas dan
pupuk pertanian.
Berdasarkan contoh di atas, pemanfaatan sumber daya alam berdasarkan prinsip ekoefisiensi
berdampak pada penghematan sumber daya dengan hasil yang setinggi-tingginya, tidak
mencemari lingkungan, dan dapat dilakukan secara berkelanjutan. Hal tersebut dapat
memberikan mutu kehidupan yang jauh lebih layak dan proses energi yang berlangsung di alam
mencapai keseimbangan.
2.6AMDAL DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM
3.1 kesimpulan
Sumber daya alam adalah semua kekayaan berupa benda mati maupun benda hidup yang berada
di bumi dan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
3.2 Saran
Selama sumber daya alam masih tersedia dimuka bumi ini kita harus menjaga dan
memanfaatkannya sumber daya alam sebaik-baiknya.