Anda di halaman 1dari 16

PENGENDALIAN SECARA FISIK

DAN MEKANIK

D
I
S
U
S
U
N

Oleh :

KELOMPOK 8

M. ADE REZA (1901010017)


MUHAMMAD ALFADHIL (1901010036)
DOSPEN : MARLINA, SP., MP

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ALMUSLIM
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. karena berkat
rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengendalian
Secara Fisik dan Mekanik”. Makalah ini dibuat untuk menyelesaikan tugas
kuliah serta untuk melatih kemampuan mahasiswa.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah in dapat diselesaikan sesuai waktunya. Kami merasa
bahan ajar ini masih banyak kekurangan dalam penyusunannya. Sehingga kami
merasa perlu adanya saran dan masukan yang membangun dalam usaha
memperbaiki lebih benar.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Matangglumpang Dua, November 2020

Penulis

2
ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................1
B. Rumusan Masalah .......................................................................3
C. Tujuan Penulisan..........................................................................3

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................4
A. Pengertian Pengendalian Fisik dan Mekanik...............................4
B. Pengendalian Hama Tanaman Tanpa Merusak Lingkungan......4
C. Cara Pengendalian Hama Secara Fisik Mekanik.........................10

BAB III PENUTUP ...........................................................................................13


A. Kesimpulan .................................................................................13
B. Saran............................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................14

3
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam pengelolaannya, sistem pertanian berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan dilakukan melalui pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal,
lestari dan menguntungkan, sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan
untuk kepentingan generasi sekarang dan generasi mendatang. Pemilihan
komoditas dan areal usaha yang cocok merupakan kunci dalam pelaksanaan
pembangunan pertanian berkelanjutan, komoditas harus yang menguntungkan
secara ekonomis, masyarakat sudah terbiasa membudidayakannya, dan
dibudidayakan pada lahan yang tidak bermasalah dari segi teknis, ekologis dan
menguntungkan secara ekonomis.
Definisi komprehensif bagi pertanian berkelanjutan meliputi komponen-
komponen fisik, biologi dan sosial ekonomi, yang direpresentasikan dengan
sistem pertanian yang melaksanakan pengurangan input bahan-bahan kimia
dibandingkan pada sistem pertanian tradisional, erosi tanah terkendali, dan
pengendalian gulma, memiliki efisiensi kegiatan pertanian (on-farm) dan bahan-
bahan input maksimum, pemeliharaan kesuburan tanah dengan menambahkan
nutrisi tanaman, dan penggunaan dasar-dasar biologi pada pelaksanaan pertanian.
Awalnya, tahun 1980, istilah “sustainable agriculture” atau diterjemahkan
menjadi ‘pertanian berkelanjutan’ digunakan untuk menggambarkan suatu sistem
pertanian alternatif berdasarkan pada konservasi sumberdaya dan kualitas
kehidupan di pedesaan. Sistem pertanian berkelanjutan ditujukan untuk
mengurangi kerusakan lingkungan, mempertahankan produktivitas pertanian,
meningkatkan pendapatan petani dan meningkatkan stabilitas dan kualitas
kehidupan masyarakat di pedesaan. Tiga indikator besar yang dapat dilihat dari
lingkungannya lestari, ekonominya meningkat (sejahtera) dan secara sosial
diterima oleh masyarakat petani.

1
Dari beberapa urian diatas sangat jelas bahwa pentingnya sistem pertanian
berkelanjutan untuk dapat diterapkan di Indonesia maupun oleh berbagai negara
yang ada dibelahan dunia dengan semaksimal mungkin

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Pengendalian Fisik dan Mekanik?
2. Bagaimana Pengendalian Hama Tanaman Tanpa Merusak Lingkungan?
3. Bagaimana Cara Pengendalian Hama Secara Fisik Mekanik?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Pengendalian Fisik dan Mekanik
2. Untuk Mengetahui Pengendalian Hama Tanaman Tanpa Merusak
Lingkungan
3. Untuk Mengetahui Cara Pengendalian Hama Secara Fisik Mekanik

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengendalian Fisik dan Mekanik


Pengendalian secara fisik adalah tindakan pengendalian hama dengan
menggunakan faktor fisik seperti menaikkan suhu dengan cara pembakaran,
menurunkan suhu dengan penggenangan, solarisasi tanah, lampu perangkap,
pengaturan cahaya dan suara.
Pengendalian secara mekanik adalah tindakan mematikan hama secara
langsung dengan menggunakan tangan atau alat. Pengendalian fisik dan mekanik
memiki tujuan langsung dan tidak langsung. Diantaranya mematikan hama,
menggangu aktivitas fisiologi hama yang normal dengan cara lain dan diluar
pestisida, dan mengubah lingkungan sedemikian rupa sehingga lingkungan
menjadi kurang sesuai bagi kehidupan hama.
Pengendalian fisik dan mekanik merupakan tindakan mengubah
lingkungan khusus untuk mematikan atau menghambat kehidupan hama, dan
bukan merupakan bagian praktek budidaya yang umum. Pengendalian fisik dan
mekanik harus dilandasi oleh pengetahuan yang menyeluruh tentang ekologi
serangan hama sehingga dapat diketahui kapan, dimana, dan bagaimana tindakan
terdebut harus dilakukan agar diperoleh hasil seefektif dan seefisien mungkin.

B. Pengendalian Hama Tanaman Tanpa Merusak Lingkungan


Hama, dapat dikatakan sebagai mahluk hidup (umumnya hewan seperti
serangga, tikus, nematoda) yang menyebabkan kerusakan dan kerugian pada
tanaman yang dibudidayakan. Sebagai praktisi pertanian, hama tentu saja bukan
barang baru bahkan mungkin sudah menjadi santapan sehari-hari dan dijadikan
salah satu prioritasnya. Sehingga wajar di setiap lembaga pertanian baik itu
tanaman pangan, hortikultura, rempah dan obat, maupun perkebunan dan
kehutanan ada divisi khusus yang menangani masalah hama dan penyakit.
Seolah-olah kehadiran hama ini tidak bisa dipisahkan dengan pertanian.
Kenyataannya memang demikian, karena kehadiran hama ini tidak bisa dipandang

3
remeh atau sebelah mata. Sudah cukup banyak kasus yang menunjukkan betapa
hebatnya hama ini menghabiskan dan menghancurkan areal pertanian. Masih
teringat dalam benak kita pada era tahun 80-an dimana hama wereng coklat
melalap habis tanaman padi hampir di seluruh Indonesia. Kemudian akhir 90-an,
jutaan hama belalang menghabiskan ribuan hektar areal padi sawah di Propinsi
Lampung tanpa ampun, tidak hanya padi yang diserang bahkan semua tanaman
yang berdaun sejajar seperti jagung, kelapa, dan lain-lain turut menjadi korban
keganasan hama ini. Dan masih banyak lagi kasus yang menunjukkan kerusakan
yang disebabkan oleh hama.
Kenyataan tersebut membuat praktisi pertanian terus berupaya melakukan
serangkaian penelitian dalam rangka menanggulangi serangan hama yang makin
lama semakin mengganas. Namun seperti halnya antara pencuri dengan teknologi
alat pengaman, dimana semakin canggih teknologi alat pengaman, semakin pintar
pula seorang pencuri dalam mengatasi alat tersebut. Perumpamaan tersebut boleh
jadi sama dengan team riset hama dan penyakit dengan hama itu sendiri dimana
semakin maju teknologi pemberantasan hama, semakin banyak pula hama yang
menyerang.

Beberapa gejala serangan hama serangga pada beberapa tanaman

Sudah banyak upaya yang dilakukan dalam menangani hama ini, terutama
hama yang berasal dari kelompok serangga baik dari petani sendiri maupun pihak
yang terkait dalam hal ini para peneliti di lembaga pertanian. Karena sebagian
besar hama yang menyerang tanaman pertanian adalah golongan insect
(serangga). Upaya pengendalian yang selama ini dilakukan diantaranya : cara
mekanis yaitu mengambil satu per satu dan sekaligus membunuhnya, secara
biologis yaitu dengan menggunakan musuh alami maupun cara kimia. Hingga kini
petani lebih memilih penggunaan cara kimia karena diyakini bahwa cara tersebut
bisa langsung membunuh hama. Penggunaan secara kimiawi sebagai jalan pintas
ini bisa kita maklumi tergantung bagaimana cara kita memandang.

4
Dari kacamata petani, tentu saja penggunaan pestisida sebagai alternatif
pengendalian hama ini harus kita pahami, karena bagaimanapun juga dia sudah
menginvestasikan sejumlah uang agar modalnya bisa kembali dan kalau bisa
mendatangkan keuntungan berlipat bagaimanapun caranya. Dan cara ini diyakini
sebagai satu-satunya cara agar hasil panennya bisa selamat dan menghasilkan
untuk menopang kehidupannya. Hal ini tentu saja sangat kontras dengan isu yang
berkembang saat ini yang menuntut agar penggunaan pestisida kimia dalam
pertanian dikurangi sesuai dengan asas pertanian yang berkelanjutan.
Para ahli lingkungan hidup mengungkapkan bahwa penggunaan pestisida
saat ini sudah sedemikian tinggi dan mengkhawatirkan. Apalagi didukung dengan
ditemukannya tingkat residu pada sayuran/buah – buahan yang sudah disemprot
pestisida. Tingginya tingkat residu pada makanan akan mempengaruhi kualitas
hidup yang mengkonsumsinya, bahkan bisa membahayakan konsumen. Sehingga
dengan pemikiran dan didukung bukti yang kuat tersebut, perlu diupayakan agar
pertanian yang dikembangkan sekarang ini sedapat mungkin menghindari
penggunaan bahan kimia.
Meskipun petani sendiri menyadari bahwa penggunaan bahan kimia
terutama pestisida merusak lingkungan, namun tidak ada jalan lain lagi, lagipula
budaya yang sudah melekat di masyarakat termasuk dalam hal tehnik budidaya
sangat sulit dirubah begitu saja. Jalan keluar yang dapat dilakukan adalah dengan
terus memberikan penyuluhan secara kontinyu dan sedapat mungkin penggunaan
pestisida hanya diberikan pada saat-saat terjadi serangan hama saja. Dan
diusahakan agar pengendalian lebih diarahkan pada cara mekanis dan biologis.
Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan perangkap.
Serangga adalah hama yang paling dominan menyerang tanaman. Tidak hanya
sebagai hama saja melainkan juga sebagai media penular, baik untuk penyakit
virus, nematoda, maupun jamur. Serangga paling banyak menyerang tanaman
padi, palawija, hortikultura, buah-buahan mulai dari benih, bibit, bunga, daun,
akar, batang dan buah. Oleh karenanya wajar bila banyak jenis Insektisida yang
beredar di pasaran. Penggunaan perangkap merupakan alternatif pengendalian

5
yang bisa dilakukan secara mekanis dan fisik. Dengan menggunakan perangkap,
diharapkan bisa mengurangi populasi hama serangga yang merusak.
Ide awal penggunaan serangga didasari pada pengamatan tingkah laku dan
sifat-sifat yang dimiliki serangga. Umumnya serangga tertarik dengan cahaya,
warna, aroma makanan, atau bau tertentu. Metode penggunaan perangkap
dikembangkan dengan memanfaatkan kelemahannya. Caranya adalah dengan
merangsang agar serangga berkumpul pada perangkap yang disesuaikan dengan
kesukaannnya sehingga nantinya serangga yang terperangkap tersebut tidak dapat
terbang dan akhirnya mati. Pengendalian metode ini cukup efektif bila digunakan
secara meluas dan tepat waktu sebelum terjadi ledakan hama. Hal - hal yang perlu
diperhatikan dalam penggunaan perangkap adalah sebagai berikut :
(1) ukuran atau jenis serangga yang akan ditangkap,
(2) kebiasaan serangga keluar : siang atau malam hari
(3) stadium perkembangan serangga
(4) makanan kesukaannya
(5) warna kesukaannya
(6) kekuatan atau kemampuan hama untuk berinteraksi terhadap jerat
(7) cara berjalan/cara terbang hama termasuk
(8) dan ketersediaan bahan di lokasi
Umumnya, hama serangga menyerang tanaman pada fase ulat atau fase
kupu-kupu. Pengendalian dengan perangkap tidak akan berhasil pada fase ulat,
sehingga akan lebih efektif dilakukan untuk serangga pada fase kupu-kupu atau
kumbang yang dapat terbang. Berdasarkan ketertarikan serangga, maka beberapa
perangkap yang bisa digunakan adalah:

a. Perangkap cahaya
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, beberapa serangga tertentu
memiliki sifat tertarik pada cahaya terutama cahaya kuning. Sifat tersebut
dapat kita manfaatkan untuk menarik perhatiannya dengan cara membuat
perangkap yang berasal dari cahaya yang disekitarnya atau sekelilingnya
menggunakan air, minyak tanah, oli dan lain sebagainya yang diharapkan

6
mampu membunuh serangga tersebut. Adapun cahaya itu sendiri dapat
bersumber dari lilin, lampu tempel/lentera atau minyak tanah, maupun
lampu bohlam. Perangkap cahaya ini cocok untuk hama yang aktif pada
malam hari seperti penggerek batang, ganjur, dan walang sangit.
Prinsip kerja perangkap cahaya ini cukup sederhana yaitu dengan
menarik serangga-serangga yang beterbangan menuju ke arah sumber
cahaya kemudian disaat serangga tersebut mengerubunginya, mereka akan
berputar-putar kemudian masuk kedalam perangkap yang telah kita pasang.
Dengan demikian serangga yang telah terperangkap tersebut akan mati baik
masuk kedalam air maupun menempel pada perekat. Dengan prinsip kerja
seperti itu maka saat ini perangkap cahaya telah berkembang menjadi
beberapa macam tergantung penggunaan sumber cahaya maupun bentuk
perangkapnya. Namun, bagaimanapun bentuk/ragam perangkap cahaya
tersebut, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaannya
diantaranya:
 Pemasangan perangkap cahaya diusahakan ditempat yang lebih tinggi
atau setinggi tanaman dan diletakkan di tengah-tengah lahan sawah
dengan populasi/kepadatan perangkap yaitu 1 perangkap untuk 100
m2, bila jumlah serangga semakin banyak maka jumlah perangkap
pun dapat diperbanyak.
 Sumber cahaya yang digunakan haruslah tahan satu malam penuh
sehingga disarankan agar menggunakan dari listrik, lampu minyak
atau accu. Sumber cahaya berupa lampu templek diletakkan pada
papan yang diikat kuat agar tidak jatuh. Bila perangkap tersebut
digunakan saat musim penghujan, maka pada lentera diberikan
pelindung dari seng maupun kaleng agar tidak kehujanan.

b. Perangkap Warna
Selain ada yang tertarik terhadap cahaya, serangga hama tertentu juga
lebih tertarik terhadap warna. Warna yang disukai serangga biasanya warna-
warna kontras seperti kuning cerah. Keunggulan dari penggunaan perangkap

7
warna ini adalah murah, efisien juga praktis. Namun perangkap ini hanya
bisa digunakan pada hama siang hari saja. Prinsip kerjanya pun tidak jauh
berbeda dengan perangkap cahaya dimana serangga yang datang pada
tanaman dialihkan perhatiannya pada perangkap warna yang dipasang.
Serangga yang tertarik perhatiannya dengan warna tersebut akan
mendekati bahkan menempel pada warna tersebut. Bila pada obyek warna
tersebut telah dilapisi semacam lem, perekat atau getah maka serangga
tersebut akan menempel dan mati.

c. Perangkap Aroma/Bau
Aroma atau bau tertentu juga dapat menarik perhatian serangga.
Seperti halnya seorang laki-laki yang tertarik oleh parfum yang digunakan
wanita atau sebaliknya, serangga pun demikian. Mereka tertarik pada aroma
yang dikeluarkan lawan jenisnya dengan zat tertentu saat akan melakukan
kawin. Dengan mengetahui sifat serangga seperti itu maka telah
dikembangkan perangkap aroma dengan menggunakan atraktan. Atraktan
merupakan bahan pemikat yaitu suatu bahan kimia yang tergolong pestisida
dimana bahan aktifnya bersifat memikat jasad sasaran yang biasanya khusus
untuk serangga tertentu. Penggunaan perangkap aroma merupakan
perangkap yang paling banyak digunakan petani terutama untuk
pengendalian serangga lalat buah baik pada cabai, mangga dan lain-lain.
Sebenarnya cukup banyak macam perangkap yang dapat digunakan
dalam mengendalikan hama serangga namun apapun bentuk dan macam
perangkap tersebut haruslah digunakan pada saat yang tepat yaitu :
 setelah dilakukan pencangkulan untuk penangkapan serangga pertama
dan sebelum terjadinya ledakan atau perkembangbiakan serangga
tersebut,
 Untuk tanaman kacang-kacangan perlakuan kedua dapat dilakukan pada
saat benih mulai muncul tunasnya, dan
 perlakuan berikutnya dilakukan pada saat tanaman akan berbunga atau
berbuah.

8
 untuk perangkap cahaya diusahakan agar lama pemasangan perangkap
dapat satu malam atau lebih. Dimana bila pada malam pertama
serangga yang terperangkap hanya sedikit maka dapat dicoba
pemasangan perangkap pada malam selanjutnya dan dapat dihentikan
bila serangga yang terperangkap jumlahnya masih sedikit. Sebaliknya
bila ternyata perangkap dipenuhi serangga, pemasangannya dapat
dilakukan sampai beberapa malam.
 Papan perangkap harus selalu dikontrol terutama bagi perangkap yang
menggunakan perekat. Usahakan segera dilakukan pergantian setiap
dua minggu sekali atau bila jumlah serangga yang tertangkap banyak.

Penggunaan media perangkap sebagai alat pengendali hama ini bukan


saja sesuai dengan prinsip pengendalian hama terpadu yang lebih
ditekankan pada pengendalian secara mekanis dan biologis, namun juga dari
segi ekonomi lebih hemat dan praktis. Namun demikian, upaya
pengendalian cara ini tidak akan secara langsung menghilangkan semua
hama serangga karena perangkap sifatnya hanya mengurangi populasi hama
dan dapat dijadikan kontrol bagi kita untuk melakukan pengendalian yang
lebih tepat disaat terjadi serangan hama yang lebih besar misalnya dengan
melakukan penyemprotan menggunakan insektisida. Implikasinya kita dapat
lebih mengoptimalkan penggunaan insektisida sehingga lebih efektif karena
digunakan tepat pada waktunya setelah terlihat jumlah hama yang ada
melebihi ambang batas.

C. Cara Pengendalian Hama Secara Fisik Mekanik


Pengendalian secara fisik adalah tindakan pengendalian hama dengan
menggunakan faktor fisik seperti menaikkan suhu dengan cara pembakaran,
menurunkan suhu dengan penggenangan, solarisasi tanah, lampu perangkap,
pengaturan cahaya dan suara.  Beberapa perlakuan fisik adalah sebagai berikut :
1. Pemanasan dan Pembakaran, yaitu teknik pengendalian dengan perlakuan
panas.  Perlu diketahui dalam aplikasi teknik ini adalah pengetahuan
tentang batas toleransi OPT sasaran terhadap fakor fisik yang digunakan. 

9
Teknik ini mempunyai kelemahan apabila dilakukan di lapangan, yaitu
apabila petani melakukan pembakaran maka yang terbakar bukan saja
OPT tetapi musuh alami dan organisme lain ikut terbunuh
(Wigenasantana, 2001 : 189).
2. Pemasangan Lampu Perangkap, yaitu ditujukan untuk memantau populasi
OPT yang tertarik dengan cahaya terutama serangga dewasa (imago) yang
aktif terbang malam hari,  teknik ini dapat menekan populasi OPT
dewasa.  lampu yang digunakan bisa menggunakan Petromak
(Wigenasantana, 2001 : 190).
3. Memasang Barier, yaitu memasng penghalang, menanam tanaman pagar
yang bersifat menghalangi dan membatasi pergerakan OPT agar tidak
dapat memasuki dan mendatangi tanaman utama sehingga tidak
menimbulkan kerusakan yang berarti pada tanaman.  Barier ini seperti
pematang yang ditinggikan, lubang jebakan dan selokan (Wigenasantana,
2001 : 190).
4. Perangkap Warna, Selain ada yang tertarik terhadap cahaya, serangga
hama tertentu juga lebih tertarik terhadap warna. Warna yang disukai
serangga biasanya warna-warna kontras seperti kuning cerah. Keunggulan
dari penggunaan perangkap warna ini adalah murah, efisien juga praktis.
Namun perangkap ini hanya bisa digunakan pada hama siang hari saja.
Prinsip kerjanya pun tidak jauh berbeda dengan perangkap cahaya dimana
serangga yang datang pada tanaman dialihkan perhatiannya pada
perangkap warna yang dipasang. Serangga yang tertarik perhatiannya
dengan warna tersebut akan mendekati bahkan menempel pada warna
tersebut. Bila pada obyek warna tersebut telah dilapisi semacam lem,
perekat atau getah maka serangga tersebut akan menempel dan mati.
5. Penggunaan suara ; sebagai cara pengendalian hama lebih bersifat
pengendalian sesaat, misalnya dilakukan untuk mengusir burung yang
sedang atau hendak menyerang tanaman. Pengendalian dengan suara atau
bunyi – bunyian ini harus dilakukan secara aktif oleh petani karena
efektivitasnya yang bersifat sesaat tersebut

10
Wigenasantana (2001 : 190) menyatakan bahwa pengendalian secara
mekanik adalah tindakan mematikan hama secara langsung dengan menggunakan
tangan atau alat.  Teknik mekanik ini seperti :
1. Pengambilan dengan Tangan, cara ini murah dan sederhana tetapi
memerlukan tenaga kerja yang banyak.  OPT yang ditemukan seperti telur,
larva, pupa, jika memungkinkan imago dikumpulkan dengan tangan lalu
langsung dibunuh,  misalnya kelompok telur penggerek batang.
2. Gropyokan, yaitu untuk mengendalikan hama tikus dengan membunuh
tikus yang ada di dalam maupun di luar sarang dengan menggunakan alat
bantu seperti pentungan/alat pemukul lainnya dan cangkul.
3. Memasang Perangkap, yaitu untuk menangkap OPT dengan memasang
alat perangkap di tempat yang sering dilalui oleh OPT, alat perangkap ini
sering diberi zat kimia baik sebagai perekat maupun penarik OPT.
4. Pemasangan Umpan, misalnya untuk mengendalikan hama walang sangit
(Leptocorixa acuta) dengan menggunakan umpan daging busuk atau ikan
asin yang ditancapkan di tengah-tengah sawah.  Jika hama walng sangit ini
sudah terkumpul pada umpan  maka dapat langsung dibunuh dengan cara
di bakar.  Pada waktu membakar hindari tanaman ikut terbakar.
5. Pengusiran, yaitu memasang orang-orangan/patung di tengah lahan sawah,
atau memasang alat (kaleng-kaleng kosong) yang dapat mengeluarkan
bunyi-bunyian, sehingga OPT lari menjauhi pertanaman.      

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengendalian secara fisik adalah tindakan pengendalian hama dengan
menggunakan faktor fisik seperti menaikkan suhu dengan cara pembakaran,
menurunkan suhu dengan penggenangan, solarisasi tanah, lampu perangkap,
pengaturan cahaya dan suara. 
Pengendalian secara mekanik adalah tindakan mematikan hama secara
langsung dengan menggunakan tangan atau alat. Pengendalian hama tanpa
merusak lingkungan dapat dilakukan dengan cara penggunaan perangkap,
adapaun perangkap yang cering digunakan adalah : perangkap warna,perangkap
cahaya dan perangkap aroma/bau.

B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih terdapat banyak kekurangan dan
kelemahan, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi
yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para
pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran yang membangun
kepada penulis untuk perbaikan makalah selanjutnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous2009.http://unisri.ac.id/faperta/wpcontent/uploads/2009/02/organisme
-pengganggu-tanaman.pdf. Verified at September 27th 2009

Anonymous2009.http://bystrekermraanmedancity.blogspot.com/2008/08/pengenal
an-komponen-pengendalian.html. Verified at September 27th 2009

Anonymous2009.http://elqodar.multiply.com/journal/item/17/PENGENDALIAN
_HAMA_DAN_PENYAKIT_TANAMAN_KEHUTANAN. Verified at
September 27th 2009

Anonymous 2009. http://www.damandiri.or.id/file/stepanussahalaunairbab3.pdf.


Verified at October 22th 2009

Anonymous 2009. http://www.tanindo.com/abdi9/hal2501.htm. Verified at


October 22th 2009

13

Anda mungkin juga menyukai