PENDAHULUAN
selesai dan diperkirakan bahwa pada suatu saat hama yang biasa merusak tanaman
yang berbahaya bagi kesehatan manusia, munculnya hama baru, dan pencemaran
mencapai puncaknya pada dekade 1960-an ketika muncul buku wartawati Carson
(1962) dengan judul yang sangat menarik terutama bagi manusia yang tinggal
dari luar. Penggunaan pestisida yang berlebihan juga tidak terhindarkan terutama
setelah pestisida pada waktu itu banyak bantuan dari luar dan juga mendapat
subsidi dari pemerintah seperti halnya sarana pertanian lainnya pada tanaman
pangan pada umumnya, khususnya tanaman padi. Hal tersebut didorong pula oleh
akan bahaya pestisida tersebut segera timbul dan kajian-kajian pengendalian hama
terpadu mulai digalakkan. Sayangnya teknologi yang dicapai tidak diikuti dengan
cepat pelaksanaan di lapangan oleh pelaku utama pembangunan pertanian yaitu
petani.
Dalam proses budidaya pertanian tidak terlepas dari apa yang namanya
agar produksi tetap optimal, pengendalian hama adalah usaha –usaha manusia
untuk menekan populasi hama sampai dibawah ambang batas yang merugikan
Hama Terpadu (PHT), yaitu memilih suatu cara atau menggabungkan beberapa
ekologi. Dengan tingkat kesadaran yang tinggi tentang lingkungan yang sehat dan
yang memberikan manfaat antar waktu dan antar generasi. Salah satu
sudah dimiliki dan banyak dibicarakan oleh ilmuwan dan peneliti di Indonesia
sastra bugis kuno, Sure Galigo episode Meong Palo KarellaE. Dalam episode
langit dan tidak ingin kembali ke bumi karena kelakuan manusia tidak senonoh.
Seseorang memukul kucing hanya karena kucing memakan ikan yang dibeli di
bahwa kucing makan tikus yang merusak padi baik dipertanaman maupum di
tempat penyimpanan. Dalam hal ini peran kucing sebagai predator hama tikus
hama penyakit oleh petani pada periode tersebut didominasi cara fisik dan cara
bercocok tanam, meskipun seringkali bercampur dengan hal yang mistik. Sisa-sisa
tertentu.
meningkatkan produkasi beras yang banyak dikenal dengan istilah revolusi hijau
mengagumkan. Hal itu diakui oleh bebagai pihak baik di dalam maupun luar
negeri termasuk dari pihak yang tidak menyukai revolusi hijau (Iman M.Fahmid.
2004). Indonesia sebagai salah satu negara pengimpor beras terbesar di dunia
tidak pernah menjadi masalah di Sulawesi Selatan, menjadi salah satu hama yang
dikuatirkan oleh petani. Tungau tebu, Iceria sacharium belum pernah dilaporkan
al. 1991, Baco et al. 1992). Kasus resurgensi (istilah ini belum dikenal oleh orang
awam meskipun bekerja dibidang hama pada waktu itu) muncul pada awal tahun
1980-an. Kasus lain adalah munculnya biotipe baru, ras-ras baru hama dan
penyakit tanaman pangan dan banyak lagi yang tidak dikemukakan satu persatu
keputusan mengenai keefektifan dari PHT tersebut. Hal yang menarik untuk
udara untuk penyemprotan hama tersebut, meskipun pesawat dan pestisida sudah
disiapkan dan merupakan bantuan dari pusat, dengan alasan 1). Penyemperotan
tidak membuat petani mandiri dan akan berdampak terhadap setiap ada eksplosi
bagi petani. Strategi yang dilakukan pada waktu itu adalah menyebar peneliti
muda dari lembaga penelitian dan petugas proteksi dari propinsi dibantu tenaga di
yang harus diwaspadai (telah ditemukan populasi namun belum dianggap perlu
hamparan yang dianggap masih aman dipasang bendera hijau. Sistem tersebut
berlanjut beberapa tahun. Peristiwa tersebut terjadi jauh sebelum program PHT
Masalah hama dan penyakit tanaman pangan yang begitu banyak terutama
Inpres 3, 1986. Inti dari impres tersebut yaitu pengendalian hama dan penyakit di
pada tanaman padi. Implementasi dari impres tesebut adalah program nasional
PHT antara lain pelatihan petani padi melalui Sekolah Lapang Pengendalian
Hama Terpadu (SLPHT). Sampai akhir tahun 1990-an jumlah petani yang telah
mengikuti SLPHT sekitar 50 000 orang. Memang jumlah tersebut masih sangat
sedikit dibanding jumlah petani yang ada. Akan tetapi apabila program tersebut
berhasil seharusnya telah berjuta-juta petani memahami PHT akibat efek ganda
(multiplier effect) sebagai ciri dari sekolah lapang. Inpres tersebut juga disusul
tahun 1989.
hama dengan PHT dapat kita artikan sebagai pengendalian hama yang
dan serta dapat menjaga lingkungan agar tetap setabil. Pada prinsipnya, konsep
agar tetap berada pada jumlah di bawah ambang batas yang merugikan.
melalui teknik budidaya yang intensif : penanaman bibit dari varietas yang
tahan hama dan penyakit, pergiliran tanaman untuk memutus siklus hidup
dosis, dan efektivitas. Pestisida harus digunakan pada saat yang tepat, yakni
pengendalian dengan cara lain sudah tidak memungkinkan lagi. Dosis juga
harus tepat, menurut kondisi setetmpat dan luas areal yang terserang. Dengan
demikian, efek letal pestisida tidak mempengruhi areal pertanaman yang lain.
PHT adalah upaya yang terencana dan terkoordinasi untuk melembagakan
menggunakan salah satu atau lebih dari berbagai teknik pengendalian yang
pendidikan formal dan non formal bagi petani dengan pola Sekolah
Lapangan PHT, dan pelatihan bagi petugas terkait yakni Pengamat Hama
Karat Daun
C. Hama Pada Tanaman Sorgum
Lalat bibit Ulat penggerek batang
(Atherigona soceata). (Basiola fusca).
(Crytoblabes gnidiella).
beberapa metode :
1. Metode Agronomis
Penggunaan Varietas tahan
Rotasi tanaman
Pengolahan tanah yang baik
Pemangkasan
Pengelolaan air
Penanaman tanaman perangkap.
agronomis tanaman yang mendasar. Peranan varietas tahan dalam PHT adalah
adalah praktek bercocok tanam biasa, sehingga biaya yang dikeluarkan lebih
murah. Selain itu bersifat spesifik. Penggunaan varietas tahan hanya ditujukan
2. Metode Mekanik
Bertujuan untuk mematikan atau memindahkan hama secara langsung
baik dengan tangan atau dengan bantuan alat / bahan lain. Dapat dilakukan
yang terserang.
Gropyokan
Biasanya dilakukan untuk pengendalian hama tikus. Tikus
perangkap sesuai jenis dan fasenya. Alat diletakkan pada tempat atau
3. Metode Fisik
Adalah suatu usaha mempergunakan atau merubah factor lingkungan fisik
populasi hama. Metode ini dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu :
Perlakuan Panas dan Kelembaban
Perlakuan seperti ini paling berhasil bila diterapkan dalam ruang
plastik.
4. Metode Penggunaan Pestisida
Keuntungan penggunaan pestisida adalah praktis, cepat, dan Sifat-sifat
penggunaan dan cara aplikasinya mempunyai kisaran yang luas. Dalam PHT
ekonomis.
3. Perlakuan pestisida harus dilakaukan secara selektif dan sesuai dengan
dosis anjuran.
4. Metode Bioteknologi
Dalam konteks PHT bioteknologi khususnya teknologi molekuler
selubung protein dari 6 jenis virus yang penting secara ekonomis seperti
setempat. Sehingga pengembangan PHT pada suatu daerah boleh jadi berbeda
keadaan ekosistem dan social ekonomi masyarakat petani setempat. Para ahli dan
PHT agak berbeda satu sama lain. Namun diantara saransaran mereka banyak
persamaan. Perbedaannya terutama terletak pada penekanan dan urutanurutan
langkah-langkah yang harus ditempuh. Menurut Smith dan Apple (1978), langkah
langkah pokok yang perlu dikerjakan dalam pengembangan PHT adalah sebagai
berikut.
hama dapat dilakukan melalui identifikasi dan hasil analisis status hama yang
ada. Dalam suatu agroekosistem, kelompok hama yang ada bisa dikategorikan
atas hama utama, hama kadangkala (hama minor), hama potensil, hama
migran dan bukan hama. Dengan mempelajari dan mengetahui status hama,
hama. Hama utama atau hama kunci (main pest) merupakan spesies hama
yang selalu menyerang pada suatu tempat, dengaan intensitas serangan yang
ekonomi bagi petani. Biasanya pada suatu agroekosistem, hanya ada satu atau
dua hama utama, selebihnya termasuk dalam kategori hama yang lain. Dalam
penerapan PHT sasaran yang dituju adalah menurunkan populasi hama utama.
Hama kadangkala atau hama minor (occasional pest) sering juga disebut
hama kedua. Kelompok ini merupakan jenis hama yang relatif kurang penting,
pengelolaan oleh manusia. Kelompok hama ini sering kali peka terhadap
perlakuan pengendalian yang ditujukan pada hama utama. Oleh karena itu
kelompok hama ini perlu diawasi, agar tidak menimbulkan apa yang disebut
ledakan populasi hama kedua. Hama potensil merupakan sebagian besar jenis
Kelompok hama ini, tidak mendatangkan kerugian yang berarti dan tidak
berpotensi meningkat, dan menjadi hama yang membahayakan. Hal ini sangat
oleh manusia. Hama migran merupakan hama yang tidak berasal i dari
agroekosistem setempat. Kelompok hama ini datang dari luar, dan sifatnya
burung memiliki sifat demikian. Kelompok hama migran kalau datang pada
suatu tempat, dapat menimbulkan kerusakan yang berarti. Tetapi hanya dalam
jangka waktu yang pendek, karena akan pindah ke daerah lain. Kecuali empat
kelompok tersebut, ada beberapa pakar yang menambah satu kelompok hama
lagi yaitu hama sekunder atau hama sporadis. Kelompok hama ini dalam
serangga dalam kondisi tempat dan waktu tertentu dapat berubah status, misal
dari hama potensil menjadi hama utama, atau dari hama utama kemudian
biotis dan abiotis, dinamika populasi hama dan musuh alami, studi fenologi
tanaman dan hama, studi sebaran hama dan lain-lain, merupakan bahan yang
pekerjaan yang gampang. Dibutuhkan banyak informasi, baik data biologi dan
padat populasi hama pada suatu waktu dan tempat, yang berkaitan terhadap
ambang ekonomi hama tersebut, dibutuhkan program pengamatan atau
yang diperoleh dapat dipercaya secara statistik, dan cara pengumpulan data
populasi dan kerusakan yang ditimbulkan pada waktu yang akan datang.
taktik dasar PHT antara lain : (1). memanfaatkan pengendalian hayati yang
penerapan kultur teknik yang baik, dan (3). penggunaan pestisida secara
organisasi yang efisien dan efektif, yang dapat bekerja secara cepat dan tepat
secara mandiri, pada daerah atau unit kerja yang menjadi tanggungjawabnya.
padi kita juga harus menggunakan tehnik-tehnik dalam PHT. Adapun cara tepat
varietas antar musim adalah menanam varietas tahan saat musim hujan dan
3. Pergiliran variatas tanaman padi satu musim tanam. Cara ini dilakukan
dengan menanam padi yang tahan wereng saat awal musim hujan dan
menanam varietas yang kurang tahan (rentan) saat akhir musim hujan
4. Menggunakan jamur musuh alami hama wereng coklat sebagai contoh
sidametrin, dll) karena justru akan meledakkan populasi. Kalau saya boleh
lain-lain). Bisa juga gunakan yang cara kerjanya unik yaitu menghambat
proses ganti kulit sebagai contoh adalah aplaud. Jangan lupa dalam
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah upaya pengendalian
lingkungan hidup
Contoh hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman serealia
adalah wereng coklat, walang sangit, kutu daun, hawar daun, hawar
bioteknologi.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Supriana, 2012. Kajian dan Konsep dasar Pengendalian Hama Terpadu
(PHT). http://agussupriana.blogspot.com/2012/04/kajian-dan-konsep-dasar-
pengendalian.html. Diakses tgl 2 Maret 2013.